BAB VII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM c6e8ab4341 BAB VIIBAB VII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

LAPORAN AKHIR

BAB VII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

VII.1.SAFEGUARD LINGKUNGAN
VII.1.1. Prinsip Dasar
Seluruh program investasi infrastruktur bidang Cipta Karya yang
diusulkan oleh Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi
dampak sub proyek, dirumuskan dalam bentuk:
 Analisis mengenai Dampak lingkungan atau

AMDAL (atau Analisis

Dampak Lingkungan-ANDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelola
Lingkungan-RKL dan Rencana Pemantauan lingkungan-RPL)
 Upaya pengelolaan lingkungan-UKL dan upaya pemantauan lingkunganUPL, atau
 Standar Operasi Baku (SOP)
 Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud
2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format

AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis
teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub proyek
3. Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub
proyek

harus

dirancang

untuk

dapat

memberikan

dampak

positif


semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan
dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak
dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa,
harus dilengkapi dengan AMDAL
4. Usulan program investasi infrakstruktur bidang Cipta Karya tidak dapat
dipergunakan mendukung-mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan
dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan,
wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa.
Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi
atau penggunaan:
 Bahan-bahan

yang

merusak

ozon,

tembakau


atau

produk-produk

tembakau
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 1

LAPORAN AKHIR

 Asbes, bahan-bahan yang mengandung unsur asbes.
 Bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun dan
berbahaya).

Rencana

menggunakan,


investasi

tidak

mengahasilkan,

membiayai

menyimpan

atau

kegiatan

yang

mengangkut

bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang
termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia

 Pestisida,

herbisida,

dan

insektisida;

RPIJM

tidak

diperuntukkan

membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau
imsektisida
 Pembangunan bendungan, RPIJM bidang infrastruktur Cipta Karya tidak
membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang
mempunyai ketegantungan pada kinerja bendungan yang telah ada
ataupun yang sedang dibangun

 Kekayaan budaya, RPIJM bidang infastruktur Cipta Karya tidak membiayai
kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik
berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau
memiliki nilai spritual, dan
 Penebangan kayu, RPIJM bidang infrastuktur Cipta Karya tidak membiayai
kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan
peralatan penebangan kayu

VII.1.2. Landasan Hukum
Panduan kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial dalam USDRP
dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lain:
1. Undang-undang (UU) No.23/1997 tentang pengelolaan lingkungan, pasal 5
(1) mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat
menimbulkan dampak lingkungan besar dan signifikan harus dilengkapi
dengan AMDAL.
2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1997 tentang Analisis mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) pasal 5 (1), AMDAL diperlukan jika proyek tersebut: (i)
mempengaruhi sejumlah besar orang, wilayah dam komponen lingkungan;
(ii) menimbulkan dampak yang berlangsung kuat, lama, kumulatif, dan tidak
dapat dipuloihkan kembali (ireversible).

3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 Pasal 5 (1) kriteria mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan terhadap
lingkungan hidup antara lain: jumlah manusia yang terkena dampak, luas
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 2

LAPORAN AKHIR

wilayah persebaran dampak, intensitas dan lamanya dampak berlangsung,
banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak, sifat
kumulatif dampak, dan berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya dampak.
Pasal 11 (1) tentang AMDAL menyatakan bahwa Komisi AMDAL Pusat
bewenang menilai hasil AMDAL bagi jenis usaha dan atau kegiatan yang
memenuhi unsur-unsur stategis nasional dan atau berkaitan dengan
ketahanan nasional dengan dampak mencakup lebih dari propinsi, terletak
di wilayah konflik dengan negara lain, terletak di perairan laut, dan atau
lokasinya mencakup wilayah hukum negara lain. Pasal 11 (2) menyatakan
Komisi


AMDAL

daerah

(Propinsi

dan

Kabupaten/Kota)

bewenang

menilai AMDAL bagi jenis-jenis usaha atau kegiatan yang berada di
luar kriteria di atas.
4. Sesuai PP 27/1999 tentang AMDAL pasal 33 (3), dalam waktu 30 hari setelah
pengumuman proyek, pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk warga
yang

terkena


dampak,

LSM

setempat,

dan

pihak

lainnya,

dapat

menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada Pemrakarsa kegiatan.
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17/2001, tanggal 22 Mei
2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak lingkungan No. 09 tahun

2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL).
7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 17/KPTS/2003,
tanggal 3 Februari 2003, tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi
dengan

Upaya

Pengelola

Lingkungan

(UKL)

dan

Upaya

Pemantauan Lingkungan (UPL);

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86/2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan UKL/UPL.

VII.1.3. Prosedur Safeguard Lingkungan
Prosedur

pelaksanaan

AMDAL

terdiri

dari

berbagai

kegiatan

utama, yakni:
a. Pentapisan (screening) awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan
safeguard, evaluasi dampak lingkungan;

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 3

LAPORAN AKHIR

b. Pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang
diusulkan, perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL,
ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

KATEGORI
A

B

C

Tabel VII. 1 Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan
DAMPAK
PERSYARATAN
PEMERINTAH
Sub proyek dapat mengakibatkan dampak
ANDAL dan RKL/RPL*
lingkungan yang buruk, berkaitan dengan
kepekaan dan keragaman dampak yang
ditimbulkan, upaya pemulihan kembali
sangat sulit dilakukan
Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil,
UKL/UPL
mengakibatkan dampak lingkungan akan
tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin
dilakukan
Sub proyek yang tidak memiliki komponen
Tidak ada
konstruksi dan tidak mengakibatkan
pencemaran udara, tanah dan air.

VII.1.4. Pemrakarsa Kegiatan
Pemrakarsa kegiatan adalah perumus dan pelaksana RIPJM di masingmasing Pemerintah Kota peserta Pemrakarsa kegiatan bertanggung jawab
untuk melaksanakan :
1. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL.
melaksanakan

serta

melakukan

pemantauan

pelaksanaannya.

Bila

diperlukan Bappedalda dapat membantu pemrakarsa kegiatan dalam
melaksanakan pemantauan
2. Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak
linkungan atau PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat perumusan KAANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL. Sebelum kegiatan konsultasi dilakukan,
pemrakarsa kegiatan perlu menyediakan semua bahan yang relevan
sekurang-kurangnya

3

(tiga)

hai

sebelum

kegiatan

dilakukan

yang

setidaknya mencakup ringkasan tujuan kegiatan, rincian kegiatan dan
gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Hasil konsultasi dalam forum
stakeholder tersebut harus dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL.
Disamping itu, kegiatan konsultasi dengan PAP bila perlu juga dilakukan
selama pelaksanaan sub proyek.
3. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya Bapedalda,
Bupati/Walikota

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 4

LAPORAN AKHIR

4. Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL
pada publik dalam waktu yang tidak terbatas.
5. Penanganan keluhan publik serta transparan. Perlu dikembangkan prosedur
penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan haus dijawab
sebelum tahap pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum
konstuksi dan/atau operasi kegiatan pelu diselesaikan secara musyawarah
antara pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.

VII.1.5. Bappedalda atau dinas/instansi terkait
1. Menurut SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86/2003 Bappedalda
atau Dinas/Instansi yang bekecimpung dalam masalah lingkungan hidup,
bertanggung jawab untuk mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap
UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemakarsa kegiatan.
2. Dalam pelaksanaan RPIJM, Bappedalda juga betanggung jawab untuk
melakukan supevisi pelaksanaan RKL/RPL seta melakukan pemantauan
tehadap lingkungan secara umum
3. Bappedalda juga merupakan anggota tetap komisi AMDAL.

VII.1.6. Komisi AMDAL
Komisi Amdal adalah badan yang berwenang dan betanggung jawab
untuk melakukan :
1. Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang
dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan
2. Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota/Bupati
yang bersangkutan (sesuai dengan PP No. 27/1999 mengenai AMDAL, pasal
8 dalam RPIJM yang dimaksudkan sebagai komisi AMDAL adalah Komisi
AMDAL tingkat Kota).

VII.2.METODOLOGI AMDAL
VII.2.1. Pengertian
AMDAL dapat diartikan sebagai berikut:
1. AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha

dan/atau kegiatan

yang

direncanakan pada

lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 5

LAPORAN AKHIR

tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah
No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). AMDAL
sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari
suatu

rencana

memutuskan

kegiatan/proyek,

apakah

suatu

yang

dipakai

kegiatan/proyek

pemerintah

layak

atau

tidak

dalam
layak

lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun
dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi,
sosial budaya dan kesehatan masyarakat.
2. Dokumen AMDAL yang terdiri dari 5 (lima) dokumen, yaitu :
a. Dokumen

Kerangka

Acuan

Analisis

Dampak

Lingkungan

Hidup

(KAANDAL)
b. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
d. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
e. Dokumen Ringkasan Eksekutif
3. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), adalah
suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta kedalaman kajian
ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak
penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan batasbatas studi ANDAL.
4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah dokumen
yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak penting dari suatu
rencana kegiatan.
5. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah dokumen yang
memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi
dampak

penting

lingkungan

hidup

yang

bersifat

negatif

serta

memaksimalkan dampak positif adalah dokumen yang memuat upaya-upaya
untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting
lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak
positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut
dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang
dihasilkan dari kajian ANDAL.
6. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah dokumen yang
memuat

program-program

pemantauan

untuk

melihat

perubahan

lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari
rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 6

LAPORAN AKHIR

efektifitas upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan,
ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat
digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan
dalam kajian ANDAL.
7. Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan
jelas hasil kajian ANDAL. Hal hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan
ek sekutif biasanya adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak
dan sifat penting dampak yang dikaji di dalam ANDAL dan upaya-upaya
pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup yang akan dilakukan untuk
mengelola dampak-dampak tersebut.

VII.2.2. Prosedur
Pembentukan dokumen AMDAL meliputi serangkaian tahapan kegiatan
yang dilakukan secara berurutan, dengan proses sebagaimana gambar di
bawah ini.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 7

LAPORAN AKHIR

SEMUA PROYEK

DAFTAR PENAPIS KEPMEN
11/MENLH/4/1994

PERLU AMDAL

TIDAK PERLU AMDAL

KERANGKA ACUAN (KA)
SEMENTARA

UKL & UPL KEP
12/MENLH/3/94

IDENTIFIKASI HAL
PENTING

IDENTIFIKASI DAMPAK
PENTING

PELAKSANAAN PROYEK

PELINGKUPAN

KA DISEMPURNAKAN

PRAKIRAAN DAMPAK

EVALUASI DAMPAK

PKL dan RPL

LAPORAN

KOMISI AMDAL

PROYEK
DIMODIFIKASI

TIDAK

YA

PROYEK
DILAKSANAKAN

Gambar VII. 1 Prosedur AMDAL

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 8

LAPORAN AKHIR

1. Penapisan (screening) atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL
adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib
menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan
dengan sistem penapisan satu langkah.
a. Tujuan

: memilah proyek pembangunan yang perlu AMDAL dan tidak

b. Metode

: berupa uraian daftar positif yaitu daftar perubahan dan

dampak yang dapat diakibatkan oleh pembangunan. Sehingga Bila proyek
masuk daftar positif, maka akan membutuhkan AMDAL. Kriteria yang
digunakan, antara lain :
• Prevalensi;
• Lama dan frekuensi;
• Risiko;
• Nilai penting;
• Penanggulangan;
c. Langkah

: Satu

Tahap

(dengan

daftar

positif)

dan

Dua

Tahap

(lihat gambar)
Proses penapisan ini merujuk kepada Keputusan Menteri Negara LH Nomor
17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
dilengkapi dengan AMDAL dan Keputusan BAPEDAL Nomor 056/1994
tentang Pedoman Dampak penting yang mengulas mengenai ukuran
dampak penting suatu kegiatan.

SEMUA PROYEK

PENAPISAN
Menggunakan daftar positif

MASUK
DAFTAR

TIDAK MASUK
DAFTAR

PERLU
AMDAL
Gambar VII. 2 Langkah Penapisan Satu Langkah

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 9

LAPORAN AKHIR

VII - 10

SEMUA PROYEK

PENAPISAN TINGKAT I

RAGU-RAGU
ADA DAMPAK
PENTING

ADA DAMPAK
PENTING

TIDAK ADA
DAMPAK
PENTING

PENAPISAN TINGKAT II

ADA DAMPAK
PENTING

TIDAK ADA DAMPAK
PENTING

WAJIB AMDAL

TIDAK WAJIB AMDAL

Gambar VII. 3 Langkah Penapisan Dua Langkah

Tabel VII. 2 Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Prasarana Wilayah
Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
NO
1.

JENIS KEGIATAN

SKALA/ BESARAN

Pembangunan Bendungan/Waduk atau Jenis Tampungan Air Lainnya :
1. Tinggi

2. Luas Genangan

2.

ALASAN ILMIAH KHUSUS

>= 15 m

 Termasuk dalam kategori “large dam”
(bendungan besar);
 Pada skala ini dibutuhkan spesifikasi
khusus, baik bagi meterial dan desain
konstruksinya;
 Pada skala ini diperlukan quarry/burrow
area yang besar, sehingga berpotensi
menimbulkan dampak;
 Dampak pada hidrologi

>= 200 Ha

 Kegagalan
bendungan
pada
luas
genangan
sebesar
ini
berpotensi
mengakibatkan genangan yang cukup
besar di bagian hilirnya;
 Akan mempengaruhi pola iklim mikro
pada kawasan sekitarnya dan ekosistem
daerah hulu dan hilir bendungan/waduk;
 Dampak pada hidrologi

Daerah Irigasi
1. Pembangunan

>= 2.000 Ha

 Mengakibatkan

perubahan

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

pola

iklim

LAPORAN AKHIR

NO

JENIS KEGIATAN

SKALA/ BESARAN

baru dengan
luas

VII - 11

ALASAN ILMIAH KHUSUS
mikro dan ekosistem kawasan;
 Selalu memerlukan bangunan utama
(headworks) dan bangunan pelengkap
(oppurtenants structures) yang besar dan
sangat banyak sehingga berpotensi untuk
mengubah ekosistem yang ada;
 Mengakibatkan mobilisasi tenaga kerja
yang signifikan pada daerah sekitarnya,
baik pada saat pelaksanaan maupun
setelah pelaksanaan;
 Membutuhkan pembebasan lahan yang
besar sehingga berpotensi menimbulkan
dampak sosial.

2. Peningkatan
dengan luas
tambahan

3. Pencetakan
Sawah, luas (per
kelompok)
3.

>= 500 Ha

 Memerlukan alat berat dalam jumlah yang
cukup banyak;
 Perubahan tata air

>= 1.000 Ha

 Berpotensi mengubah ekosistem dan
iklim mikro pada kawasan tersebut dan
berpengaruh pada kawasan disekitarnya;
 Berpotensi mengubah sistem tata air yang
ada pada kawasan yang luas secara
drastis.

Pembangunan Pengaman Pantai & Perbaikan Muara :
Jarak dihitung
tegak lurus pantai

5.

 Berpotensi menimbulkan dampak negatif
akibat
perubahan
ekosistem
pada
kawasan tersebut;
 memerlukan bangunan tambahan yang
berpotensi untuk mengubah ekosistem
yang ada;
 Mengakibatkan mobilisasi manusia yang
dapat menimbulkan dampak sosial.

Pengembangan Rawa :
Reklamasi
rawa
untuk kepentingan
irigasi

4.

>= 1.000 Ha

>= 500 m

 Pembangunan pada rentang kawasan
pantai selebar >= 500 m berpotensi
mengubah ekologi kawasan pantai dan
muara sungai sehingga berdampak
terhadap keseimbangan ekosistem yang
ada;
 Gelombang pasang laut (tsunami) di
Indonesia
berpotensi
menjangkau
kawasan sebesar 500 m, sehingga
diperlukan
kajian
khusus
untuk
pengembangan kawasan pantai yang
mencakup rentang > 500 m dari garis
pantai.

Normalisasi Sungai dan Pembuatan Kanal Banjir :
Kota Besar / Metropolitan , Kota Sedang, dan Pedesaan :
 Panjang

>= 5 Km

 Terjadinya

timbunan

tanah

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

galian

di

LAPORAN AKHIR

NO

JENIS KEGIATAN
 Volume
Pengerukan

6.

SKALA/ BESARAN

ALASAN ILMIAH KHUSUS

> = 500.000 m³

kanan-kiri sungai yang menimbulkan
dampak lingkungan, dampak sosial, dan
gangguan;
 Mobilisasi alat besar dapat menimbulkan
gangguan dan dampak

Semua besaran

Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan,
getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual
dan dampak sosial.

Pembangunan Jalan
1. Jalan Tol
2. Jalan Layang
dan Subway

7.

VII - 12

>= 2 Km

Pembangunan dan atau Peningkatan Jalan dengan Pelebaran di luar Daerah Milik
Jalan (Damija)
1. Kota Besar / Metropolitan :
 Panjang

>= 5 Km

 Luas

>= 5 Ha

Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan,
getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual
dan dampak sosial.

2. Kota Sedang
 Panjang

>= 10 Km

 Luas

>= 10 Ha

3. Pedesaan
 Panjang
8.

>= 30 Km

Persampahan
1. Pembuangan dengan sistem Control
Landfill/Sanitary Landfill (diluar B3)
 Luas
 Kapasitas
total

>= 10 Ha
>= 10.000 ton

2. TPA di Daerah Pasang Surut
 Luas

>= 5 Ha

 Kapasitas
total

Dampak potensial adalah bahaya banjir dan
perubahan pola air.

>= 500 ton

3. Pembangunan Transfer Station
 Luas

Dampak potensial berupa pencemaran dari
leachate (lindi), udara, bau, gas beracun, dan
gangguan kesehatan.

>= 1.000 ton/hr

Dampak potensial berupa bau, gas beracun,
dan gangguan kesehatan

 Kapasitas
total
4. TPA dengan sistem Open Dumping
Semua ukuran
9.

Dampak potensial berupa pencemaran dari
leachate (lindi), udara, bau, gas beracun, dan
gangguan kesehatan.

Pembangunan Perumahan / Permukiman
Kota Metropolitan,
luas

>= 25 Ha

Kota Besar, luas

>= 50 Ha

Kota Sedang dan

>= 100 Ha

Besaran untuk masing-masing tipologi kota
diperhitungkan berdasarkan :
 Tingkat pembebasan lahan;
 Daya dukung lahan; seperti daya dukung
tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

LAPORAN AKHIR

NO

JENIS KEGIATAN

SKALA/ BESARAN

Kecil, luas

10.

12.

13.

ALASAN ILMIAH KHUSUS
kepadatan bangunan per hektar, dll;
 Tingkat kebutuhan air sehari-hari;
 Limbah yang dihasilkan sebagai akibat
hasil kegiatan perumahan dan
permukiman;
 Efek pembangunan terhadap lingkungan
sekitar (mobilisasi material dan manusia);
 KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB
(koefisian luas bangunan).

Air Limbah
1. Pembangunan
Instalasi
Pengelolaan
Lumpur Tinja
(IPLT), termasuk
fasilitas
penunjangnya

>= 2 Ha

 Setara dengan layanan untuk 10.000
orang;
 Dampak kebauan dan gangguan visual

2. Pembangunan
Instalasi Air
Libah (IPLT),
termasuk
llimbah
domestik
termasuk
fasilitas
penunjangnya

>= 3 Ha

 Setara dengan layanan untuk 10.000
orang;
 Dampak kebauan dan gangguan visual

3. Pembangunan
sistem perpiaan
air limbah, luas
11.

VII - 13

>= 500 Ha

 Setara dengan 17.000 sambungan;
 Setara dengan kota kecil

Drainase Permukiman
1. Pembangunan
saluran di kota
besar/metropolit
an, panjang

>= 5 Km

2. Pembangunan
saluran di kota
sedang, panjang

>= 10 Km

Berpotensi menimbulkan dampak
meningkatnya kepadatan lalu lintas,
kebisingan, getaran, perubahan tata air.
 Setara dengan kota kecil-sedang/kota
kecamatan;
 Isu utama adalah perubahan fungsi lahan

Jaringan Air Bersih di Kota Besar / Metropolitan
1. Pembangunan
jaringan
distribusi, luas
layanan

>= 500 Ha

2. Pembangunan
jaringan
transmisi,
panjang

>= 10 Km

Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi
dan persoalan keterbatasan air

Pengambilan Air dari Danau, Sungai, Mata Air Permukaan, atau Sumber Air
Permukaan Lainnya
 Debit

>= 250 l/dtk

 Setara dengan kebutuhan air bersih 200.000

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

LAPORAN AKHIR

NO

JENIS KEGIATAN

SKALA/ BESARAN

Pengambilan
14.

VII - 14

ALASAN ILMIAH KHUSUS

orang;
 Setara dengan kebutuhan kota sedang

Pembangunan Pusat Perkantoran, Pendidikan, Olah Raga, Kesenian, Tempat Ibadah,
Pusat Perdagangan/Perbelanjaan Relatif Terkonsentrasi
 Luas Lahan
 Luas Bangunan

>= 5 Ha
>= 10.000 m²

Besaran diperhitungkan berdasarkan :
 Pembebasan lahan;
 Daya dukung lahan;
 Tingkat kebutuhan air sehari-hari;
 Limbah yang dihasilkan;
 Efek pembangunan terhadap lingkungan
sekitar (getaran, kebisingan, polusi udara,
dll);
 KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB
(Koefisien Lantai Bangunan);
 Jumlah dan jenis pohon yang mungkin hilang
Khusus bagi Pusat Perdagangan / Perbelanjaan
relatif terkonsentrasi dengan luas tersebut
diperkirakan akan menimbulkan dampak penting :
 Konflik sosial akibat pembebasan lahan
(umumnya berlokasi dekat pusat kota yang
memiliki kepadatan tinggi);
 Struktur bangunan bertingkat tinggi dan
basement menyebabkan masalah dewatering
dan gangguan tiang-tiang pancang terhadap
akuifer sumber air sekitar;
 Bangkitan pergerakan (traffict) dan
kebutuhan permukimandari tenaga kerja
yang besar;
 Bangkitan pergerakan dan kebutuhan parkir
pengunjung;
 Produksi sampah

15.

Pembangunan Kawasan Permukiman untuk Pemindahan Penduduk / Transmigrasi
 Jumlah
Penduduk Yang
Dipindahkan,
atau
 Luas Lahan

Sumber

:

>= 200 KK
>= 100 Ha

Berpotensi menimbulkan dampak yang
disebabkan oleh :
 Pembebasan lahan;
 Tingkat kebutuhan air;
 Daya dukung lahan : seperti daya dukung
tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat
kepadatan bangunan per hektar, dll.

Kepmen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Tentang : Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup

2. Pelingkupan, merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan
rencana kegiatan.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

LAPORAN AKHIR

a. Tujuan

pelingkupan

adalah

untuk

menetapkan

batas

wilayah

studi,

mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat
kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait
dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah
dokumen KA-ANDAL.
b. Metode identifikasi dampak penting (disebut juga bidang kepedulian penting)
harus mencakup :
• Mendapat informasi dari sumber informasi;
• Membangkitkan partisipasi masyarakat;
• Identifikasi hal penting dari faktor ilmiah, teknis.
Metode yang digunakan antara lain :
• Telaah uraian proyek dan penelitian lapangan daerah proyek
• Telaah literatur
• Wawancara dan kuesioner
• Penelitian partisipasi, observasi
• rapat dan lokakarya
• Simulasi
• Metode delphi

3. Kerangka Acuan, menguraikan ketentuan tugas yang harus dulakukan dalam
kontrak pelaksanaan, yang disusun berdasar hasil pelingkupan yang telah
dirumuskan. Dampak yang masuk hanya yang dianggap penting, berisi :
a. Uraian singkat proyek;
b. Tujuan penelitian dan sasaran;
c. Metode identifikasi dampak penting;
d. Ruang lingkup penelitian;
e. Metodologi dan hasil penelitian;

4. ANDAL, dengan Kriteria dampak penting sebagai berikut :
a. Jumlah penduduk yang terkena dampak lingkungan;
b. Luas wilayah persebaran dampak lingkungan;
c. Lamanya dampak lingkungan berlangsung;
d. Intensitas dampak lingkungan;
e. Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak lingkungan;
f. Sifat kumulatif dampak lingkungan;
g. Reversibilitas /irreversibilitas akibat dampak lingkungan.

5. Penyusunan RKL dan RPL, yang terdiri dari :
a. Pengelolaan Lingkungan terdiri atas :
• Pengelolaan dampak
• Pemantauan dampak

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 15

LAPORAN AKHIR

b. Penanganan dampak, dengan Metode yang sesuai dengan dampak yang
ditangani;
c. Pemantauan dampak, atau Audit lingkungan berupa hasil RPL dan RKL yang
disempurnakan.

6. Penyusunan laporan AMDAL

VII.3.SAFEGUARD KERANGKA PENGADAAN TANAH DAN PERMUKIMAN
VII.3.1. Prinsip Dasar Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
Pengadaan tanah dan permukiman kembali biasanya terjadi jika
kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau
telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip
utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus
dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan
standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan
tanah ini.
Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquisition and
resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai
berikut ini:
1. Transparan: Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan
secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi
harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan,
tanaman, dan lainnya) yang akan terkena dampak.
2. Partisipatif: Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus
terlibat dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi
proyek jumlah dan bentuk kompensasi/ganti tugi, serta lokasi tempat
permukiman kembali.
3. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP.
Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai,
sepert tanah pengganti dan /atau uang tunai yang setara dengan harga
pasar tanah dan asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah,
pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa
kegiatan. DP harus diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan
tanah ini secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syaratsyarat dan jumlah ganti rugi dan /atau permukiman kembali.
4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan
atau

jika

memungkinkan

secara

sukarela

mengkontribusikan/hibah

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 16

LAPORAN AKHIR

sebagian tanahnya pada kegiatan. Dalam kasus dimana tanah dihibahkan
secara sukarela. DP akan melakukan musyawarah dalam forum stakeholder
untuk menjamin bahwa hibah benar-benar dilakukan secara sukaela tanpa
paksaan dari pihak manapun
5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila :
- DP mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
harga tanah miliknya (dibuktikan dengan perhitungan yang disepakati
kedua belah pihak
- Tanah yang dihibahkan nilainya < 10% dari nilai tanah, bangunan atau
aset lain yang produktif dan nilainya < 1 (satu) juta rupiah
Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditanda tangani oleh
kedua belah pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard
Monitoring Team atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan
pada DP untuk melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan
tersebut harus didokumentasikan secara formal;
a. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas-batas lahan yang
diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, informasi umum
mengenai pendapat serta status pekerjaan DP, dan harga tanah yang
berlaku yang diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh
NJOP, sebelum pembebasan tanah (dengan atau tanpa pemukiman
kembali/resettlement) dilakukan
b. Kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang
atau 40 KK, atau melibatkan pemindahan lebih dari 100 orang atau 20
KK, harus didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan
Pemukiman Kembali atau RTPTPK yang menyeluruh
c. Jika kegiatan investasi hanya akan mengakibatkan dampak pada kurang
dari 200 orang atau 40 KK atau bedampak pada kurang dari 10% asetb
produktif atau hanya melakukan pemindahan penduduk secara temporer
(sementara) selama masa kontruksi, harus didukung dengan RTPTPK
sederhana
d. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi
tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan
Safeguard
e. Pehitungan ganti rugi bagi DP tedapat beberapa alternatif cara untuk
menghitung ganti rugi, yakni:

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 17

LAPORAN AKHIR

• Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi
yang

memiliki

karakteristik

ekonomi

yang

serupa

pada

saat

pembayaran kompensasi ganti rugi dilakukan
• Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar
bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama
• Perhitungan ganti rugi untuk tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman
yang sama ditambah dengan biaya atas kerugian non material lainnya
• Perhitungan ganti rugi untuk aset lainnya diganti dengan aset yang
paling tidak sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga
untuk memperoleh aset yang sama
Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan/atau
pemukiman

dipindahkan

dalam

kegiatan

sub

proyek

dapat

berupa

warga/individu, entitas, atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang
diakibatkan dapat berupa:
• Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan
aset produktif lainnya; dan
• Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau
prasarana, dan sebagainya
6. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan
menjadi:
• Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan,
termasuk hak adat dan ulayat
• Warga

yang

tidak

memiliki

hak

atas

tanah

akan

tetapi

menguasai/menggarap lahan atau aset lainnya (hak garap)
• Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik
tanah (hak sewa)
• Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan (sering disebut sebagai
squarter); dan
• Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk
kepentingan agama)

VII.3.2. Prosedur Safeguard Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali
Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan pemukiman
kembali terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi :

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 18

LAPORAN AKHIR

1. Penapisan (screening) awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah
kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan
pemukiman kembali atau tidak;
2. Pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan pemukiman
kembali dari sub proyek yang diusulkan sesuai tabel;
3. Perumusuan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang
tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah
dan Pemukiman Kembali atau (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai
kebutuhan didukung SK Walikota.
Pembebasan tanah (dan pemukiman kembali) yang telah selesai
dilaksanakan sebelum usulan sub proyek disampaikan, harus di periksa
kembali (recheck) dengan tracer study. Tracer study ini dimaksudkan untuk
menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar yang
berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan DP menjadi lebih buruk, dan
mekanisme penanganan keluhan dilaksanakan dengan baik.
Tabel VII. 3 Kategori Sub Proyek Menurut Dampak Kegiatan Pembebasan Tanah
dan Pemukiman Kembali
KATEGORI
DAMPAK
PERSYARATAN
A
Sub proyek tidak melibatkan kegiatan
pembebasan tanah :
1. Sub proyek seluruhnya menempati
Surat Pernyataan dari
tanah negara
pemrakarsa kegiatan
2. Sub proyek seluruhnya atau sebagian
Laporan yang disusun
menempati tanah yang telah
oleh pemrakarsa
dihibahkan secara sukarela
kegiatan
B
Pembebasan tanah secara sukarela :
Surat Persetujuan yang
Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif
disepakati dan
ditandatangani bersama
yang dihibahkan = 10% dan memotong <
antara pemrakarsa
bidang lahan sejarak 1,5 m dari batas
kavling atau < garis sepadan bangunan, dan kegiatan dan warga yang
menghibahkan tanahnya
bangunan atau aset tidak bergerak lainnya
dengan sukarela
yang dihibahkan senilai = Rp. 1 Juta.
C
Pembebasan tanah berdampak pada < 200
RTPTPK sederhana
orang atau 40 KK atau = 10% dari aset
produktif atau melibatkan pemindahan
warga sementara selama masa konstruksi
D
Pembebasan tanah berdampak pada = 200
RTPTPK menyeluruh
orang atau memindahkan warga > 100
orang

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 19

LAPORAN AKHIR

VII.4.PEDOMAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
VII.2.1. Prinsip Dasar
Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah
sebagai berikut :
1. Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji
alternatif desain lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;
2. Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)
dan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung
yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika
usulan kegiatan tersebut untuk mengembangkan kawasan lindung; dan
Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus
dilengkapi dengan suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk
mengurangi dampak negatifnya.

VII.2.2. Kriteria Pemeriksaan Lingkungan
Setiap usulan kegiatan program (proyek/sub-proyek) akan diperiksa
dengan

kriteria

pemeriksaan

lingkungan

Pemerintah

Indonesia

untuk

memastikan tidak ada sub-proyek/proyek yang membutuhkan pemeriksaan
lingkungan secara penuh. Pada pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi,
sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan lingkungan hidup akan
diidentifikasi untuk menentukan proposal tersebut masuk dalam 4 kategori
berikut ini :
1. Usulan kegiatan yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
secara menyeluruh, dalam hal ini Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
telah menetapkan kriterianya (lihat tabel);
2. Usulan kegiatan yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan)
dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas
dan spesifik lokasi sub-proyek. Menteri PU telah menetapkan kriteria untuk
menentukan subproyek yang membutuhkan UKL/UPL dan Menneg LH telah
menetapkan

kriteria

untuk

ANDAL

(Analisis

Dampak

Lingkungan);

Diharapkan tidak ada usulan kegiatan yang masuk kategori ini;
3. Usulan-usulan kegiatan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi
standar (standard operation procedure), praktek yang baik (good practice)
cukup menyelamatkan lingkungan. Direktorat Jenderal Cipta Karya telah

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO – TAHUN 2014

VII - 20

LAPORAN AKHIR

VII - 21

menetapkan pedoman/prosedur operasi standar utk proyek/sub proyek
jenis itu (termasuk pengendalian debu, kebisingan, lalu lintas di lokasi
konstruksi, spesifikasi pengisian tanah dan penghijauan dilahan kritis,
prosedur mengendalikan dampak negatif pengangkutan sampah, dsb).
Diharapkan sebagian usulan kegiatan akan masuk kategori ini;

Usulan-usulan kegiatan yang tidak memerlukan studi lingkungan,
karena jenis kegiatanyang diusulkan bukan merupakan kegiatan konstruksi,
tidak menimbulkan gangguan atas tanah atau air dan tidak melibatkan
pembuangan limbah. Diharapkan sebagian proposal akan masuk kategori ini.
Tabel VII. 4 Kriteria Pemeriksaan Lingkungan
ANDAL
UKL – UPL
SEKTOR PROYEK
UNIT
(≤)
(< - ≥)
I.
Penyediaan Air Bersih
1. Pengambilan Air Baku
Liter/ Detik
250
-250 – 50
2. Transmisi (kota besar)
Km
10
10 – 2
3. Distribusi (kota besar)
Ha
500
-500 – 100
II. Jalan Kota
1. Pembangunan baru :
a. Kota besar
Km; atau Ha
5
5 – 1 atau 5 – 2
b. Kota sedang
Km; atau Ha
10
10 – 3 atau 10 - 5
c. Kota kecil
Km
30
30 – 5
2. Pelebaran (kota besar)
Km; atau Ha
5
≥10 (jika ada pembebasan
tanah)
3. Jembatan di kota besar
m
≥20
4. Jembatan di kota kecil
m
≥60
III. Limbah Cair dan Sanitasi
1. IPLT (Instalasi Pengolahan
Ha
2