Provinsi Nusa Tenggara Timur

  Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai w adah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumberdaya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1. Kerangka Kelembagaan 6.1.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya.

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota.

  1. Tentang Pemerintah Daerah

  U ndang-U ndang N o. 32 Tahun 2004

  Dalam UU 32/ 2004 disebutkan bahw a Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.

  Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diw ujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas w ilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) N o. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahw a bidang pekerjaan umum merupakan bidang w ajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkew ajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/ kota. PP 38/ 2007 ini juga memberikan kew enangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya.

  H al ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi : “ (1) Urusan w ajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang w ajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/ kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan w ajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum” . Dari pasal tersebut, ditetapkan bahw a bidang pekerjaan umum merupakan bidang w ajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/ kota.

  3. Peraturan Pemerintah N o. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Daerah.

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina M arga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diw adahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub- bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

  4. Peraturan Presiden N o.5 Tahun 2010 tentang RPJM N 2010-2014.

  Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  5. Peraturan Presiden RI N o. 81 Tahun 2011 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, M enteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan M enteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya M anusia (SDM ). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  a. Program M anajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/ L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/ L dan Pemda c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagaw aian dan diklat;

  d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government; e. Penataan Sistem M anajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegaw ai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  f. Penguatan Pengaw asan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengaw asan Intern Pemerintah (APIP);

  g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU); h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota. i. M onitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  6. Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam

  Instruksi Presiden N o. 9 Tahun 2000

  Pembangunan N asional. Di dalam Inpres ini dinyatakan bahw a pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugasdan fungsi, serta kew enangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/ kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

  7. Peraturan M enteri Pekerjaan U mum N o. 14/ PRT/ 2010 Tentang Peraturan M enteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjaw ab pemerintah kabupaten/ kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjaw ab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM Dalam Permen ini juga disebutkan bahw a Gubernur bertanggung jaw ab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/ Walikota bertanggung jaw ab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jaw ab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/ kota.

  8. Peraturan M enteri Dalam N egeri N o.57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/ Perw ali.

  9. tentang Pedoman Standar

  Peraturan M enteri Dalam N egeri N o.57 Tahun 2010 Pelayanan Perkotaan.

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kaw asan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kaw asan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  10. Kepmen PAN N o.75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegaw ai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegaw ai N egeri Sipil.

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegaw ai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegaw ai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah : beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan w aktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/ Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan

  Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/ sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

6.1.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini.

  Kondisi kapasitas Pemerintah Daerah dilihat dari aspek kelembagaan perangkat Daerah yang telah dibentuk dengan Peraturan Daerah terdiri dari 38 lembaga yaitu 2 sekretariat (DPRD dan Daerah), 21 Dinas/ Badan. 5 Kantor dan siasanya berupa Komisi, Kecamatan, UPTD, Kelurahan Puskemsamas, SD, SM P, SM A. Sedangkan jumlah PNS daerah mencapai 3544 orang (Pria 1807 jiw a dan w anita 1796 jiw a). Dari jumlah PN S yang ada, komposisi menurut jenis pendidikan yaitu SD 16 orang, SM P 29 Orang, SLTA/ SM A 1113 orang, Pendidikan Diploma 1290 orang, S1 1074 orag dan s2/s3 22 orang. Dari tingkatan jabatan/ eselonering dapat diketahui dari Tabel 6.1 berikut :

  Tabel 6. 1 Jumlah Tingkatan Jabatan/Eselonering di Kabupaten Nagekeo

  Golongan/ Pangkat Laki-laki Perempuan Jumlah

  1

  27

  4

  31 II 413 931 1344

  III 678 873 1551

  IV 337 281 618

Jumlah Total 1455 2088 3544

Sumber : BPS, N agekeo dalam angka 2016

  Jumlah Pegaw ai N egeri Sipil (PN S) di Kabupaten N agekeo, pada masing-masing SKPD sampai dengan Bulan Desember 2015 dapat dilihat dalam tabel 6.2, Tabel 6. 2 Jumlah PN S Kabupaten N agekeo, Pada Instansi Dinas Otonom di Kabupaten

  N agekeo, 2015 N o Instansi/Dinas Pemerintah Laki-Laki Perempuan Jumlah

  1 Sekretariat Daerah

  55

  38

  93

  2 Sekretariat DPRD

  11

  4

  15

  3 Dinas PPO

  32

  21

  53

  4 Dinas Kesehatan

  21

  48

  69

  5 Dinas PU

  45

  6

  51

  6 Dinas Perumahan Tata Kota Energi dan

  23

  7

  30 SDM N o Instansi/Dinas Pemerintah Laki-Laki Perempuan Jumlah

  7 Dinas Perhubungan KOM IN FO

  5

  28 Kantir Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu

  12

  2

  10

  27 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

  9

  6

  3

  26 Kantor Perpusatakaan dan Arsip

  9

  4

  25 Kantor Penanaman M odal

  6

  10

  4

  6

  24 Kantor Kesbongpol-Linmas

  17

  4

  13

  23 Badan Penanggulangan Bencana Daerah

  29

  15

  14

  9

  15

  34

  34 TK

  Sumber : Kabupaten N agekeo Dalam angka 2010

  68 Jumlah 1807 ` 796 3603

  39

  29

  38 SM K

  56 80 136

  37 SM U

  36 SLTP 267 253 520

  35 SD 450 614 1064

  47

  47

  33 Puskesmas 261 292 553

  29 Komisi Pemilihan Umum

  88 42 130

  32 Kelurahan, UPT dan Desa

  95 45 140

  31 Kecamatan

  4

  1

  3

  30 KORPRI

  3

  2

  1

  22 Inspektorat

  11

  20

  14

  42

  13 Dinas Pertanin, Perkebunan dan Peternakan

  46

  19

  27

  12 Dinas PPKAD

  27

  18

  9

  11 Dinas Koperasi UKM dan PERINDAG

  27

  13

  71

  10 Dinas Sosial N AKERTRAN S

  21

  7

  14

  9 Dinas Pendudukan dan CAPIL

  17

  8

  9

  8 Dinas Kebudayaan dan Pariw isata

  26

  6

  29

  14 Dinas Kelautan dan Perikanan

  23

  25

  21 Badan Kepegaw aian dan DIKLAT

  60 42 102

  20 BP3KP

  21

  12

  9

  19 Badan Lingkungan H idup

  25

  15

  10

  18 Badan KB dan PPPA

  7

  17

  18

  17 BPM D

  22

  9

  13

  16 BAPPEDA dan Statistik

  32

  6

  26

  15 Dinas Kehutanan

  30

  13

  Profesionalisme birokrasi daerah ditunjukkan pula dengan data eksisting tingkat pendidikan aparatur. Data tersebut, secara rinci dapat dilihat dalam tabel 6.3. Prosentase PN S dengan tingkat pendidikan SM A/ Sederajad merupakan kelompok terbesar yaitu mencapai 31,41 % dari 3544 PN S di Kabupaten N agekeo pada tahun 2016. Proporsi tersebut cukup sebanding dengan akumulasi PN S yang berpendidikan SD dan SLTP yaitu 0,45 % dan yang berpendidikan sarjana (S-1) 30,30 % . Walaupun demikian, jika diakumulasi kelompok PNS berijasah Diploma 1 sampai dengan Diploma 3 yaitu 36,40 % , sedangkan yang berpendidikan S2/ S3 sebesar 0,62% , dapat dinyatakan kelompok PN S yang berpendidikan tinggi cukup signifikan untuk diorientasikan bagi profesionalisme birokrasi daerah.

  Tabel 6. 3 Komposisi PN SD M enurut Pendidikan Pendidikan laki-

  Perempuan Jumlah Persentasi Terakhir Laki

  Sampai SD

  15

  1 16 0,45 SLTP/ M Ts

  26

  3 29 0,82 SLTA/ SM K/M A 503 610 1113 31,41

  D1/ D2/D3 377 913 1290 36,40 D4/ S1 515 559 1074 30,30 S2/ S3

  19

  3 22 0,62 Jumlah 1455 2089 3544 100

  Sumber : BPS, Nagekeo dalam Angka 2016

  Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan upaya perbaikan/ peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah (otonomi daerah), pasca desentralisasi pemerintahan, terindikasi dari penyempurnaan secara bertahap penataan kelembagaan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan dan Perumusan Organisasi Perangkat Daerah, PPRI Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, selanjutnya direvisi dengan PPRI N omor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, membuktikan adanya upaya terus menerus untuk menyempurnakan aspek kelembagaan birokrasi daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

  Berdasarkan PPRI Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Besaran organisasi perangkat daerah ditetapkan berdasarkan variabel: a) Jumlah Penduduk; b) Luas Wilayah, dan c) Jumlah APBD. Dalam lampiran regulasi tersebut, dinyatakan tentang sistematika perhitungan penetapan skor, sebagai dasar penetapan jumlah besaran organisasi

  pasal 21 - PP 41 tahun 2007. Sesuai PP 41 tahun 2007 pemaknaan secara struktural dan fungsional Organisasi Perangkat Daerah diuraikan sebagai berikut. Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang bertugas dan berkew ajiban membantu Bupati/ Walikota dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Sekretariat Dew an Perw akilan Rakyat Daerah merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD, yang bertugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Karena itu, Dinas Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah. Karena itu, tugas utamanya adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Kecamatan merupakan w ilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Tugas utamanya adalah melaksanakan kew enangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/ Walikota. Kelurahan/Desa merupakan w ilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten/kota dalam w ilayah kecamatan.

  M engacu pada PP 41 tahun 2007 makan secara substansif komposisi SKPD akan mengalami perubahan pada Dinas Daerah dari 10 dinas menjadi 12 Dinas, yaitu Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Perhubungan, Dinas Pariw isata, Komunikasi dan Informatika, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

  Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Badan direvisi dari 4 (empat) menjadi 6 (enam) badan yaitu: Bappeda, Inspektorat Daerah, Badan Kepegaw aian Daerah, Badan Pemberdayaan M asyarakat dan KB, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan M asyarakat, dan Badan Ketahanan Pangan. Sedangkan Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Kantor direvisi dari 5 (lima) menjadi 4 (empat) kantor, yaitu: Kantor Pusat Data, Arsip dan Perpustakaan, Kantor Lingkungan H idup, dan Satuan Polisi Pamong Praja serta RSUD.

6.1.3. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Penyelenggaraan Urusan w ajib Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten N agekeo yang eksistensi kelembagaannya dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten N agekeo Nomor 7 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. Sesuai peraturan daerah di atas maka tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pekerjaan Umum yakni melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah bidang pekerjaan umum.

  Dalam rangka mew ujudkan visi dan misi serta menjalankan tugas pokok dan fungsinya, komponen pendukung (Inputs) pada Dinas Pekerjaan Umum sebagai berikut :

  • Sumber Daya M anusia Jumlah pegaw ai sebanyak 76 orang yang terdiri dari :

  Pegaw ai N egeri Sipil (PN S) sebanyak 51 orang dengan latar belakang pendidikan - M agister 2 orang, Strata I Teknik 14 orang (S1 Teknik Sipil 9 orang, S1 Teknik Arsitektur 2 orang, S1 Teknik Pengairan 1 orang, S1 Teknik M esin 2 orang), Strata

  I Akuntansi 1 orang, Diploma III Teknik 3 orang, Diploma III Teknik Sipil 1 orang, Diploma III Teknik M esin 1 orang, Diploma III Teknik Arsitektur 1 orang), Diploma III Akuntasi 1 orang, SLTA (STM ,SM A/ SM U, SM EA) 24 orang, SLTP 5 orang, SD 2 orang.

  • Tenaga H arian Lepas sebanyak 25 orang dengan latar belakang pendidikan dari

  10 orang sarjana teknik, 2 orang Diploma III teknik, 3 orang STM , 7 orang SLTA, 3 orang SD.

6.1.4. Analisa Kelembagaan

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (w eaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT

  Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T)

  Gambar 6. 1 Analisa SWOT

  IN TERN AL FACTO R

  Strength - S W eakness - W EXTERN AL FACTO R (Kekuatan) (Kelemahan) SO - Strategies W O - Strategies

O portunities - O M enggunakan Kekuatan M eningkatkan peluang untuk

  untuk memperbesar mengatasi kelemahan

  (Peluang)

  peluang

  ST - Strategies W T - Strategies

Threats - T M emanfaatkan kekuatan M eminimalisir kelemahan dan

  untuk menghindari menghindari ancaman

  (Ancaman)

  ancaman

  Faktor PELU AN G (O ) AN CAM AN (T)

  a. membentuk unit pengelola External a. SDM yang kurang berkualitas

  b. membuat perangkat hukum Faktor Internal b. kesadaran moral dan etos kerja yg

  c. menambah PNS rendah d. peningkatan sarana & prasarana (SP)

  KEKU ATAN (S) Strategi SO (Kuadran 1) Strategi ST (Kuadran 2)

  a. Jumlah Pegaw ai

  a. Penataan unit2 pengelola

  a. Perlu adanya komitmen kuat dari

  • b. Sarana

  b. Penataan kembali personil semua PNS dalam bekerja Prasarana

  c. M embentuk perangkat hukum yg mengatur

  b. Penerapan sistem pembinaan

  c. Pendidikan posisi kelmbagaan karier pegaw ai yang lebih adil Ketrampilan

  d. M engadakan SP sesuai analisis kebutuhan sesuai jenjang karier. (Skill)

  KELEM AH AN (W ) Strategi W O (Kuadran 3) Strategi W T (Kuadran 4) a.

  a. M engadakan bimtek dan bantek

  a. kembali personil kurang SDM yg Penataan

  b. M embuat Perda terkait penyelengaraan terampil berdasarkan klasifikasi kemampuan kegiatan b.

  & keahlian rendahnya c. M erumuskan pedoman kinerja aparatur koordinasi antar b. M embenahi sistem manajemen

  d. M enyusun Standard Operating Prosedur instansi dan administrasi Pemerintah (SOP) dan Standard Pelayanan M inimal c. Disiplin & etos menuju sistem yang transparan.

  (SPM ) dalam pengelolaan Prasarana dan kerja yg rendah Responsif, efesien dan efektip. Srana bidang PU/Cipta Karya

  e. Pengadaan kendaraan operasional sesuai

  d. SP, c. Pembenahan dan Terbatasnya dengan kebutuhan sep : alat kantor, penyempurnaan sistem insentif

  f. Pengadaan alat -alat penunjang kegiatan alat laboratorium, dan disentif dalam rangka seperti alat ukur digital, peralatan transportasi memotivasi kinerja. laboratorium teknik (Air, Tanah dan Bahan Bangunan)

  6.1.5. Rencana Pengembangan Sumber Daya M anusia (SDM ) Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya M anusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegaw ai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegaw aian, maka perencanaan pegaw ai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegaw ai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 6.4.

  Tabel 6. 4 Pelatihan Bidang Cipta Karya

  N o Jenis Pelatihan

  1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah N egara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung N egara

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah N egara Golongan III

  N o Jenis Pelatihan

  4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

  7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

  9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

  10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

  11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

  12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses H ibah/ Alih Status Barang M ilik Negara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIM AK BM N

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegaw ai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegaw ai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional

  6.1.6. Rencana Pengembangan Tata Laksana Rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SW OT diatas antara lain diperlukan untuk evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya. Adapun rencana pengembangan Tata laksana yang diusulkan adalah : a. M embuat peraturan Daerah yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan ke- Cipta Karya-an.

  b. M enyusun Standard Operating Prosedur (SOP) dan Standard Pelayanan M inimal (SPM ) dalam pengelolaan Prasarana dan Srana bidang PU/ Cipta Karya

  c. M engembangkan dan merumuskan moral dan etos kerja sebagai pedoman dalam kinerja aparatur. d. M embenahi sistem manajemen dan administrasi Pemerintah menuju sistem yang transparan. Responsif, efesien dan efektip.

  6.1.7. Rencana Pengembangan Sumber Daya M anusia (SDM ) Rencana pengembangan Sumber Daya M anusia, mengacu pada analisis SW OT, antara lain :

  1. Peningkatan Sumber Daya M anusia :

  a. M enambah jumlah PN S Dinas Kimprasw il yang berkualifikasi teknis bidang ke- Cipta Karya-an.

  b. M elakukan Bimbingan Teknis dan Bantuan teknis dalam rangka transfer of

  know ledge baik manajemen pengelolaan prasarana dan Sarana maupun pelatihan-pelatihan teknis bidang PU/ Cipta Karya.

  c. Penerapan sistem pembinaan karier pegaw ai yang lebih adil sesuai jenjang karier.

  d. Pembenahan dan penyempurnaan sistem insentif dan disentif dalam rangka memotivasi kinerja.

  2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja

   Pengadaan kendaraan operasional sesuai dengan kebutuhan

   Pengadaan alat-alat penunjang kegiatan seperti alat ukur digital, peralatan laboratorium teknik (Air, Tanah dan Bahan Bangunan)

   Pengadaan Perpustakaan Dinas. Selain itu, rencana pengembangan SDM dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegaw ai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel berikut:

  Tabel 6. 5 Pelatihan Bidang Cipta Karya

  N o Jenis Pelatihan

  

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat

dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung N egara

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rum ah Negara Golongan III

  4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

  7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasam a dengan Pusat Pem binaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemam puan dalam Bidang Keprotokolan

  9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemam puan dalam Bidang Tata Persuratan

  10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kem ampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

  11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kem ampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

  12 Pembinaan Teknis Percepatan Pro ses H ibah/ Alih Status Barang M ilik N egara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIM AK BM N

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegaw ai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegaw ai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional KELEM BAGAAN ASPEK

  Tabel 6. 6. Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan STRATEGI REN CAN A AKSI

  a. Penataan unit 2 pengelola  Penataan kembali penempatan personil kerdasarkan kualifikasi kemampuan dan keahliannya disesuaikan dengan bidang tugasnya.

  b. M embenahi sistem manajemen dan administrasi Pemerintah  M embentuk unit-unit pengelola kegiatan sesuai dengan bidang O rganisasi menuju sistem yang transparan. kegiatan yang ada.

  Responsif, efesien dan efektip.  M embentuk perangkat hukum yang mengatur posisi dan fungsi

  c. Pembenahan & penyempurnaan kelembagaan demi terjaminnya kualitas dan pola kebijaksanaan. sistem insentif dan disentif  M engadakan sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan analisis dalam rangka memotiv asi kinerja. kebutuhan yang mendukung peningkatan kinerja.

  a. M embentuk perangkat hukum yg  M embuat peraturan Daerah yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan ke-Cipta Karya-an. mengatur posisi kelmbagaan

  b. M engadakan SP sesuai analisis  M enyusun Standard Operating Prosedur (SOP) dan Standard Tatalaksana kebutuhan Pelayanan M inimal (SPM ) dalam pengelolaan Prasarana dan Srana

  c. M engadakan bimtek dan bantek bidang PU/ Cipta Karya

  d. M embuat Perda terkait  M engembangkan & merumuskan moral dan etos kerja sebagai penyelengaraan kegiatan pedoman dalam kinerja aparatur.

  e. M erumuskan pedoman kinerja  M embenahi sistem manajemen dan administrasi Pemerintah menuju aparatur sistem yang transparan. Responsif, efesien dan efektip.

  ASPEK KELEM BAGAAN STRATEGI REN CAN A AKSI

  f. M enyusun Standard Operating Prosedur (SOP) dan Standard Pelayanan M inimal (SPM ) dalam pengelolaan Prasarana dan Srana bidang PU/ Cipta Karya

  Sumber Daya M anusia

  b. Perlu adanya komitmen kuat dari semua PNS dalam bekerja c. Penataan kembali personil berdasarkan klasifikasi kemampuan

  & keahlian

  1.Peningkatan SDM  M enambah jumlah PNS Dinas Kimprasw il yg berkualifikasi teknis  M elakukan Bimbingan Teknis dan Bantuan teknis dalam rangka transfer of know ledge baik manajemen pengelol aan prasarana dan Sarana maupun pelatihan-pelatihan teknis bidang PU/ Cipta Karya.

a. Penataan kembali personi

   Penerapan sistem pembinaan karier pegaw ai yang lebih adil sesuai jenjang karier.  Pembenahan dan penyempurnaan sistem insentif dan disentif dalam rangka memotiv asi kinerja.

  2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja  Pengadaan kendaraan operasional sesuai dengan kebutuhan  Pengadaan alat-alat penunjang kegiatan seperti alat ukur digital, peralat an laborat orium teknik (Air, Tanah dan Bahan Bangunan)  Pengadaan Perpustakaan Dinas.

6.2. KERAN GKA REGU LASI

  Kerangka regulasi diarahkan untuk memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku penyelenggaraan pembangunan serta masyarakat termasuk sw asta. Kerangka regulasi itu dapat berupa undang-undang, Peraturan Pemrintah, Peraturan Presiden, Instruksi Presiden atau Peraturan M enteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta regulasi produk kabupaten/ kota. Regulasi–regulasi yang sudah ada dan sementara berlaku di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota, diuraikan pada tabel .... (terlampir) M eskipun peraturan-peraturan yang dimiliki kabupaten N agekeo terkait AM , Sanitasi, Penataan Bangunan dan kumuh sudah ada, namun belum berjalan maksimal sesuai yang diharapkan. Bahkan aturan-aturan yang sudah itu belum sepenuhnya menyentuh persoalan-persoalan yang dihadapi seperti : o

  Belum ada aturan atau sansksi dari pemerntah terkait pengelolaan air minum, pengelolaan sanitasi o Belum ada aturan tentang pencegahan bertambahnya kaw asan kumuh baru o

  Belum ada kebijakan atau kerjasama yang mengikat dunia usaha dalam sistem o pengelolaan air minum maupun sanitasi Kurang SDM dan partisipasi pemangku kepentingan didalam membuat suatu o produk/ aturan yang mengikat terkait pengelolaan air minum dan sanitasi. Peraturan sudah ada tapi belum dijalankan secara maksimun (Perda BG, IM B dll)

  Untuk memecahkan persoalan mendesak dan memperkuat fungsi pengaturan dalam mendukung pembangunan infrasyruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten N agekeo, maka perangkat peraturan yang perlu diusulkan antara lain :

  Tabel 6. 7 M atriks Kebutuhan Regulasi

  N Penangungjaw REGULASI ARAH REGULASI M ATERI REGULASI

  O ab/ THN Jaktra daerah yg disusun sesuai potensi yg ada di kab/ kota, Perda JAKSTARDA termasuk Penyertaan modal ke PU PDAM dlm mengelola AM pasca konstruksi Perlindungan M A+ Aset Air M inum & Status Kepemilikan

  

Perda Perlindungan Sumber-sumber Air BPSPAM

Sumber Air, Infiltrasi Air (Air tanah) Program AM dan Sanitasi di Desa

  Penanganan Air M inum Asosiasi BPSPAM yang dimasukan dalam RPJM Perdesaan Desa

  Kepala Desa dgn M eningkatkan kemandirian desa unit terkait Perdes BP SPAM dalam pemeliharaan SPAM BPD Tahun

  2017 Bupati dgn unit Peningkatan pemenuhan kebutuhan terkait PU & Perda Pendirian PDAM air minum bagi masyarakat PDAM Tahun 2017 Pengentasan Kawasan Kumuh; PU dgn unit M engatur Kaw asan Permukiman; terkait

  Pencegahan dan Penanaganan

Perda, Perbup, SK Peningkatan kualitas kesehatan &

kaw asan kumuh permukiman, penceagahan BLH Tahun bertambahnya kumuh baru 2017 Dinas CK & TR dgn unit M eningkatkan kepatuhan

  Perbup BG, IM B, TABG, SLF terkait Lintas bangunan di masyarakat Sektor Tahun 2016

  M eningkatkan akses sanitasi serta Dinas CK dgn

Perda/Perbub Peningkatan Pelayanan Sanitasi tumbuhnya kesadaran unit terkait masyarakat ttg adanya aturan yg Lintas Sektor N Penangungjaw REGULASI ARAH REGULASI M ATERI REGULASI

  O ab/ THN mengikat Tahun

  2016/ 2017 Kepala Desa dgn Adanya Organisasi Pengelola unit terkai

  Perdes Organisasi Sanitasi Sanitasi dan pemeliharaan sarana BPD Tahun sanitasi berkelanjutan 2017

  Pengelolaan sampah dari hilir (pemilahan, pemanfaatan

Perbup kembali, pengangkutan) sampai BLHD

Pengelolaan Sampah pada (sampai pemrosesan akhir di TPA (hulu)

  Kerangka regulasi yang diusulkan ini mempertimbangkan regulasi yang sudah ada, dan melengkapi kebutuhan regulasi yang belum diatur, maupun untuk perbaikan bilamana regulasi yang ada belum optimal dalam mencapai tujuan/ sasaran pembangunan.