PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN TINDAKAN PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KPP PRATAMA ILIR TIMUR PALEMBANG) - epr

1

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN PEMERIKSAAN
PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
TINDAKAN PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION)
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(STUDI KASUS PADA WAJIB PAJAK BADAN YANG
TERDAFTAR DI KPP PRATAMA ILIR TIMUR PALEMBANG)
Ervina Dwiyani1, Raisa Pratiwi2
Jurusan Akuntansi STIE Multi Data Palembang
1
e-mail: * ervina_dwiyani@yahoo.com, 2raisapratiwi@stie-mdp.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak yang dimediasi oleh tindakan penggelapan pajak (tax evasion). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian kuantitatif, dengan jenis data yaitu data
primer yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung. Populasi dalam penelitian ini
adalah wajib pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama Ilir Timur Palembang. Penentuan sampel
dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 100
responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah Struktur Equation Model dengan alat uji

software SmartPLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self assessment system dan pemeriksaan pajak
berpengaruh terhadap tindakan penggelapan pajak (tax evasion), sedangkan self assessment system dan
pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Selain itu, tindakan penggelapan
pajak (tax evasion) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa tindakan penggelapan pajak (tax evasion) dapat memediasi secara penuh pengaruh self
assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
Kata kunci : Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Tindakan Penggelapan Pajak (Tax Evasion),
Kepatuhan Wajib Pajak
Abstract
This research was conducted to examine the impact of self assessment system and tax audit on
the taxpayer compliance mediated by tax evasion. The method used in this research was quantitative
approach by using the primary data which was conducted by distributing questionnaires directly. The
population for this research was corporate taxpayers at KPP Pratama Ilir Timur Palembang. The
determination sample in this research used the Slovin formula so that the number of samples obtained
were 100 respondents. The data analysis technique used was The Structure Equation Model with
SmartPLS. The results of the research indicated that self assessment system and tax audit has significant
impact to tax evasion, while the self assessment system and tax audit did not impact the taxpayer
compliance. And then, tax evasion affect taxpayer compliance. The results in this research also showed
that tax evasion fully mediated the relations of self-assessment system and tax audit with taxpayer
compliance.

Keywords : Self Assessment System, Tax Audit, Tax Evasion, Taxpayer Compliance

2

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih giat dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, salah satu cara yang dilakukan pemerintah Indonesia
adalah melakukan pembangunan, mulai dari pembangunan ditingkat pusat maupun daerah.
Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan Negara harus dibiayai dari pendapatan Negara,
yaitu penerimaan yang bersumber dari pajak dan bukan pajak tanpa harus bergantung
dengan pinjaman luar negeri. Penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) relatif tidak stabil,
terlebih ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan
karena mempunyai umur yang relatif terbatas, suatu saat akan habis dan tidak bisa
diperbaharui sehingga kebanyakan Negara bergantung pada penerimaan pajak yang
mempunyai umur tidak terbatas khususnya Indonesia sebagai negara berkembang dengan
jumlah penduduk yang semakin bertambah.
Disisi lain, seringkali Wajib Pajak (WP) beranggapan bahwa kewajiban dalam
membayar pajak merupakan suatu beban karena akan mengurangi penghasilannya sehingga
banyak wajib pajak menginginkan membayar pajak serendah-rendahnya melalui

penghindaran pajak (tax avoidance) maupun penggelapan pajak (tax evasion). Tindakan
penggelapan pajak (tax evasion) yang dilakukan oleh wajib pajak dapat menghambat
pemerintah dalam mengoptimalkan penerimaan pajak. Berdasarkan data penerimaan pajak
badan di KPP Pratama Ilir Timur Palembang pada tahun 2018 (Januari-Agustus 2018)
belum mencapai target. Penerimaan pajak pada tahun 2018 yang diterima oleh KPP
Pratama Ilir Timur Palembang dari wajib pajak sebesar Rp. 52.829.901.183 atau 44,32%
dari target penerimaan pajak sebesar Rp. 119.189.295.000, kemudian jumlah penerimaan
dari hasil pemeriksaan pajak badan cukup tinggi yaitu mencapai angka triliunan setiap
tahunnya dimana pendapatan dari hasil pemeriksaan pajak tertinggi terjadi pada tahun 2018
yaitu sebesar Rp 11,704 T. Hal ini mengindikasikan tingkat penggelapan pajak yang
dilakukan oleh WP juga meningkat setiap tahunnya yang akan berdampak pada kepatuhan
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dengan Tindakan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) sebagai Variabel
Intervening (Studi kasus pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama
Ilir Timur Palembang)”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan
Wajib Pajak?

2. Bagaimana pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap tindakan
penggelapan pajak (tax evasion)?
3. Bagaimana pengaruh hubungan self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap
kepatuhan Wajib Pajak melalui tindakan penggelapan pajak (tax evasion) sebagai
variabel intervening?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap
kepatuhan Wajib Pajak
2. Untuk mengetahui pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap
tindakan penggelapan pajak (tax evasion)?

3

3. Untuk mengetahui pengaruh hubungan self assessment system dan pemeriksaan pajak
terhadap kepatuhan Wajib Pajak melalui tindakan penggelapan pajak (tax evasion)
sebagai variabel intervening?
2. LANDASAN TEORI
2.1 Theory of Planned Behavior
Theory of Planned Behavior dikembangkan oleh Ajzen (1991) dalam Herlangga
(2018) bertujuan memperlihatkan hubungan dari perilaku-perilaku yang dimunculkan oleh

individu untuk menanggapi sesuatu. Dalam Theory of Planned Behavior terdapat 3 faktor
utama yang mempengaruhi niat seseorang terhadap perilaku, 3 yaitu behavioral belief,
normative belief, dan control belief. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku yang muncul
dari suatu individu karena adanya niat untuk berperilaku. Hubungan dari teori ini dengan
kepatuhan Wajib Pajak adalah rasionalitas akan mempengaruhi penentuan perilaku
kepatuhan Wajib Pajak individu. Dalam konteks ini, Wajib Pajak akan mempertimbangkan
manfaat pajak itu sendiri.
2.2 Pajak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat
1 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib orang pibadi
maupun badan yang harus dibayar kepada Negara dan bersifat memaksa berdasarkan
ketentuan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan akan
digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran rakyat.
2.3 Pengertian Wajib Pajak
Menurut Suandy (2011) Wajib Pajak merupakan warga Negara yang terdiri dari
orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan perpajakan.
2.4 Self Assesment System
Menurut Resmi (2014) self assessment system adalah sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak terutang
setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
sedangkan menurut Waluyo dalam Herlangga (2018) self assessment system adalah
pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada WP
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
2.5 Pemeriksaan Pajak
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, menyatakan bahwa pemeriksaan adalah serangkaian
kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2.6 Penggelapan Pajak (Tax Evasion)
Menurut Xynas (2011) dalam Herlangga (2018), penggelapan pajak merupakan
suatu usaha untuk meringankan beban pajak dengan cara melanggar ketentuan perundangundangan yang dapat menghambat penerimaan negara (unlawful). Hal ini juga didukung

4

oleh pengertian penggelapan pajak yang didefinisikan oleh Sugiharti (2013) dalam

Herlangga (2018), penggelapan pajak dapat berupa penggelapan oleh WP terdaftar yang
melaporkan pendapatan lebih rendah dari seharusnya maupun kegiatan yang tidak terdaftar
resmi atau perekonomian tersembunyi.
2.7 Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Nasucha dalam Baehaki (2018), kepatuhan Wajib Pajak merupakan
kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali
SPT, kepatuhan dalam perhitungan serta pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam
pembayaran tunggakan. Sedangkan kepatuhan Wajib Pajak menurut Nowak dalam Baehaki
(2018) adalah sebagai iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,
tercermin dalam situasi dimana Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami sesuai
ketentuan peraturan undang-undang perpajakan diantaranya mengisi formulir pajak dengan
lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak terutang dengan benar, dan membayar pajak
yang terutang tepat pada waktunya.
2.8 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan permasalahan dan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan sebelumnya
maka peneliti membuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
Ha1
Self Assessment
System (X1)


Pemeriksaan
Pajak (X2)

Ha6
Ha3

Tindakan
Penggelapan
Pajak (Z)

Ha4
Ha2

Ha5

Kepatuhan
Wajib Pajak (Y)

Ha7


Keterangan :

Parsial
Intervening
Intervening
Sumber : Penulis, 2018

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.9 Hipotesis
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian
ini adalah :
H1 : Self assessment system berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
H2 : Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
H3 : Self Assessment system berpengaruh terhadap tindakan penggelapan pajak.
H4 : Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap tindakan penggelapan pajak.
H5 : Tindakan penggelapan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
H6 : Self assessment system berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dengan tindakan
penggelapan pajak (tax evasion) sebagai variabel intervening.
H7 : Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dengan tindakan
penggelapan pajak (tax evasion) sebagai variabel intervening.


5

3. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian ini digunakan untuk menjelaskan hubungan self assessment system dan
pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak dengan penggelapan pajak (tax
evasion) sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan program Smart PLS
untuk mempermudah dalam menganalisis data.
3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak badan yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Timur Palembang. Peneliti menggunakan
teknik probability sampling dan teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah random sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2013).
3.3 Jenis Data
Menurut Sunyoto (2016), sumber data berdasarkan cara memperolehnya terbagi
menjadi dua, yakni :
1. Data Primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari

sumber utama untuk menjawab masalah penelitiannya.
2. Data Sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan
pengolahnya.
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dimana
peneliti akan memperoleh langsung data dari responden yang dibutuhkan dalam penelitian
ini melalui kuesioner. Wajib Pajak badan merupakan responden yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Ilir Timur Palembang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Sumber data berasal dari survei tertulis dalam bentuk kuisioner yang akan
dilakukan oleh penulis kepada sampel dari populasi, yaitu Wajib Pajak badan yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Timur Palembang.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif
yaitu analisis yang berbentuk angka atau data yang diangkakan. Selanjutnya data dianalisis
dengan menggunakan program Smart PLS versi 3. Adapun pengujian yang dilakukan
dengan menggunakan Smart PLS.
3.5.1 Model Pengukuran (Outer Model)
Outer model atau yang sering disebut dengan measurement model, menjelaskan
bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Model ini
dinilai dengan convergent validity dan discriminant validity dengan indikatornya dan
composite reliability untuk block indikator.
Convergent validity dapat dinilai dari korelasi antara nilai komponen/indikator
dengan nilai konstruknya. Korelasi indikator dengan konstruk yang diukur dapat
dikatakan tinggi apabila bernilai lebih dari 0,70 dalam mengukur refleksif individual.
Nilai loading yang disarankan yaitu diatas 0,50 (positif) dan T-statistic diatas 1,96
pada signifikansi 5%. Indikator yang memiliki nilai dibawah ketentuan harus didrop
dari model dan kemudian dilakukan pengujian ulang. Namun menurut Chin (1998)
dalam Angelica (2018), pada tahap awal penelitian, nilai loading 0,50 sampai 0,60
dapat dianggap cukup.

6

3.5.2 Model Struktural (Inner Model)
Model struktural menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan
pada substantive theory. Dalam model ini hubungan antar konstruk dapat dilihat
signifikansi serta nilai R-square. Hubungan antar konstruk dapat dilihat dari hasil
estimasi koefisien path parameter model struktural. Model struktural dievaluasi
dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Q-square
test untuk predictive relenvance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter
jalur struktural (Ghozali, 2006, dalam Angelica, 2018).
Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel
laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen. Q-square digunakan
untuk mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga
estimasi parameternya. Apabila nilai Q-square lebih besar dari 0 (nol) maka
menunjukkan bahwa model mempunyai nilai predictive relevance, sedangkan apabila
nilai Q-square kurang dari 0 (nol) maka menunjukkan bahwa model kurang memiliki
predictive relevance (Laksmiyat, 2015, dalam Angelica, 2018).
3.5.3 Path Analysis
Analisis jalur berfungsi untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel bebas dengan seperangkat variabel terikat (Sanusi dalam
Angelica, 2018). Dalam penelitian kausal digunakan untuk membuktikan hubungan
antara sebab dan akibat dari beberapa variabel. Penelitian kausal biasanya
menggunakan metode eksperimen yaitu dengan mengendalikan independent variable
yang dapat mempengaruhi dependent variable pada situasi yang telah direncanakan.
Riset dirancang untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana hubungan self
assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak melalui
tindakan penggelapan pajak.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- 159/PJ/2008
tanggal 4 September 2008 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai
Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera
Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung. Daerah administrasi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Palembang Ilir Timur meliputi Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan Ilir Timur II,
Kecamatan Kemuning, Kecamatan Kalidoni dan Kecamatan Sako. Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Ilir Timur Palembang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung yang
berkedudukan di Palembang.

7

4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Menilai Outer Model Hasil Penelitian

Gambar 4.2 Model Hasil Penelitian
Berdasarkan gambar 4.2 diatas maka dapat menguji unidimensionalitas dari
masing-masing konstruk dengan melihat nilai indikator loading factor. Nilai
indikator loading factor untuk variabel Self Assessment System (X1) dengan
menggunakan indikator mendaftar sebagai WP (X1.1) sebesar 0.777, menghitung
pajak terutang oleh WP (X1.2) sebesar 0.742, menyetor pajak terutang oleh WP
(X1.3) sebesar 0.772, pelaporan surat pemberitahuan (SPT) dilakukan oleh WP
(X1.4) sebesar 0.805, masing-masing mempunyai nilai diatas 0,70 yang artinya
semua konstruk mampu menjelaskan variabel Self Assessment System.
Berikutnya nilai indikator loading factor dari variabel Pemeriksaan pajak (X2)
yaitu indikator menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan (X2.1) sebesar
0.824, pemeriksaan rutin (X2.2) sebesar 0.852, pemeriksaan khusus (X2.3) sebesar
0.745, pembinaan dan penyuluhan sebesar 0.764, nilai ini menggambarkan bahwa
masing-masing konstruk mampu menjelaskan variabel pemeriksaan pajak.
Penggelapan pajak (Z) mempunyai nilai indikator loading factor tidak
mendaftarkan diri sebagai WP (Z.P1) sebesar 0.889, menyampaikan surat
pemberitahuan (SPT) dengan perhitungan yang tidak lengkap dan tidak benar atas
seluruh objek pajak yang dimiliki (Z.P2) sebesar 0.771, menyampaikan SPT tidak
tepat waktu (Z.P3) sebesar 0.834, tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau
dipotong (Z.P4) sebesar 0.796, nilai ini menggambarkan bahwa masing-masing
konstruk mampu menjelaskan variabel penggelapan pajak.
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) mempunyai nilai indikator loading factor
mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak secara sukarela ke KPP (Kantor Pelayanan
Pajak) (Y.P1) sebesar 0.791, menghitung dan membayar pajak yang terutang dengan
benar (Y.P2) sebesar 0.788, selalu membayar kekurangan pajak yang ada sebelum
dilakukan pemeriksaan (Y.P3) sebesar 0.767, selalu mengisi SPT sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan (Y.P4) sebesar 0.798, selalu melaporkan SPT (Y.P5)
sebesar 0.764, nilai ini menggambarkan bahwa masing-masing konstruk mampu
menjelaskan variabel kepatuhan Wajib Pajak.

8

Berdasarkan semua konstruk yang telah diukur dari nilai loading factor maka
dapat dikatakan telah memenuhi convergent validity karena masing masing
mempunyai nilai di atas 0,70 dan semua model yang diuji dapat dilanjutkan.
Pengujian selanjutnya adalah discriminant validity. Discriminant validity dapat
diukur dengan membandingkan nilai akar AVE dengan nilai korelasi antar konstruk.
Tabel 4.2 Hasil Uji Discriminant Validity
X1
0.774
0.363
-0.321
0.189

X1
X2
Z
Y

X2

Z

Y

0.797
-0.370
0.306

0.824
-0.410

0.782

Sumber : Data diolah, 2018

Hasil uji discriminant validity pada tabel di atas menunjukan nilai akar
kuadrat dari AVE X1 sebesar 0.774. Nilai akar kuadrat dari AVE X2 sebesar 0.797 >
0.363. Nilai akar kuadrat AVE Z sebesar 0.824 > -0.370 dan -0.321. Kemudian, nilai
akar kuadrat AVE Y sebesar 0.782 > -0.410, 0.306, 0.189. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan mengenai discriminant validity
karena nilai akar AVE setiap konstruk memiliki nilai yang lebih besar daripada nilai
korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya
Pengujian terakhir pada outer model untuk menguji unidimensionalitas yaitu
dengan menguji Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha. Nilai yang diharapkan
untuk menguji indikator Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha yaitu diatas
0,70 dan 0,60.
Tabel 4.3 Hasil Uji Composite Reliability

X1
X2
Z
Y

Composite Reliability
0.857
0.874
0.894
0.887

Sumber : Data diolah, 2018

Hasil uji Composite Reliability pada tabel di atas menunjukan nilai pada
konstruk self assessment system (X1) sebesar 0.857, lalu konstruk pemeriksaan pajak
(X2) sebesar 0.874, kemudian untuk konstruk tindakan penggelapan pajak (Z)
sebesar 0.894, dan konstruk kepatuhan Wajib Pajak (Y) sebesar 0.887. sehingga
dapat dikatakan seluruh konstruk mempunyai Composite Reliability yang tinggi
yaitu diatas 0.70.
Tabel 4.4 Hasil Uji Cronbach’s Alpha

X1
X2
Z
Y
Sumber : Data diolah, 2018

Cronbach’s Alpha
0.783
0.816
0.842
0.843

9

Hasil uji pada Cronbach’s Alpha dari tabel di atas menunjukan nilai pada
konstruk self assessment system (X1) sebesar 0.783, lalu konstruk pemeriksaan pajak
(X2) sebesar 0.816, kemudian untuk konstruk tindakan penggelapan pajak (Z)
sebesar 0.842, dan konstruk kepatuhan Wajib Pajak (Y) sebesar 0.843, sehingga
dapat dikatakan seluruh konstruk mempunyai Cronbach’s Alpha yang tinggi yaitu
diatas 0.60. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan tersebut menunjukan tidak
terdapat permasalahan unidimensionalitas dari model yang dibentuk sehingga model
dapat dipakai untuk menguji hipotesis.
4.2.2 Menilai Inner Model Hasil Penelitian
Model Struktural (inner model) digunakan untuk mengevaluasi hubungan
konstruk laten atau variabel yang telah dihipotesiskan dalam suatu penelitian. Pada
penelitian ini yaitu self assessment system, pemeriksaan pajak, tindakan penggelapan
pajak dan kepatuhan Wajib Pajak. Penilaian dalam model struktural ini
menggunakan R-Square.
Tabel 4.5 Nilai R-Square
Konstruk
Z
Y

Nilai R-Square
0.177
0.196

Sumber : Data diolah, 2018

Berdasarkan hasil nilai R-Square diatas menjelaskan bahwa variabel tindakan
penggelapan pajak (Z) dapat dijelaskan oleh variabel self assessment system (X1)
dan pemeriksaan pajak (X2) sebesar 17,7% sedangkan sisanya yaitu 82,3%
merupakan variabel lain di luar variabel yang sedang diteliti. Berikutnya variabel
kepatuhan Wajib Pajak (Y) dapat dijelaskan oleh variabel self assessment system
(X1), pemeriksaan pajak (X2) dan tindakan penggelapan pajak (Z) sebesar 19,6%,
sisanya yaitu 80,4% adalah variabel lain di luar variabel yang sedang diteliti.
Pengujian hipotesis yang telah dibuat sebelumnya dapat dilihat dari besarnya
nilai t-statistic dan P-Value. Berikut adalah perhitungan inner model dari data yang
diperoleh dengan menggunakan SmartPLS3 :
Tabel 4.6 Hasil Output Path Coefficients

X1 -> Y
X1 -> Z
X2 -> Y
X2 -> Z
Z -> Y

Original
Sample
0.016
-0.215
0.174
-0.292
-0.340

Sample
Mean
0.058
-0.240
0.182
-0.300
-0.319

Standard
Deviation
0.132
0.094
0.111
0.100
0.134

T-Statistic

P Values

Hasil

0.122
2.278
1.570
2.930
2.544

0.903
0.023
0.117
0.004
0.011

Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Signifikan

Sumber : Data diolah, 2018

Berdasarkan hasil tabel di atas, menunjukan bahwa variabel self assessment
system (X1) mempunyai nilai original sample sebesar 0.016 artinya hubungan antara
self assessment system dengan kepatuhan Wajib Pajak (Y) bernilai positif namun
pengaruh self assessment system (X1) terhadap kepatuhan Wajib Pajak (Y) tidak
signifikan, hal ini ditunjukkan dari nilai T statistik yang tidak memenuhi kriteria (T

10

statistik 0.122 < T tabel 1.985) serta nilai P-Value 0.903 yang berarti > 0.05. Dari
hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis satu (H1) yang
menyatakan self assessment system berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak
ditolak, sesuai hasil yang ada.
Variabel pemeriksaan pajak (X2) mempunyai nilai original sample sebesar
0.174 serta nilai T statistik sebesar 1.570 < T tabel 1.985 dengan nilai P-Value 0.117
yang berarti > 0.05. Berdasarkan pengujian tersebut, disimpulkan bahwa hubungan
antara variabel pemeriksaan pajak (X2) dengan kepatuhan Wajib Pajak (Y) bernilai
positif dan tidak signifikan karena nilai signifikansi > 0.05 dan nilai T statistik < T
tabel sehingga hipotesis dua (H2) yang menyatakan pemeriksaan pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak ditolak.
Variabel self assessment system (X1) mempunyai nilai original sample sebesar
-0.215 serta nilai T statistik sebesar 2.278 > T tabel 1.985 dengan nilai P-Value
0.023 yang berarti < 0.05. Berdasarkan pengujian tersebut, disimpulkan bahwa
hubungan antara variabel self assessment system (X1) dengan tindakan penggelapan
pajak (Z) bernilai negatif dan signifikan karena nilai signifikansi < 0.05 dan nilai T
statistik > T tabel sehingga hipotesis tiga (H3) yang menyatakan self assessment
system berpengaruh terhadap tindakan penggelapan pajak diterima.
Variabel pemeriksaan pajak (X2) mempunyai nilai original sample sebesar 0.292 serta nilai T statistik sebesar 2.930 > T tabel 1.985 dengan nilai P-Value 0.004
yang berarti < 0.05. Berdasarkan pengujian tersebut, disimpulkan bahwa hubungan
antara variabel pemeriksaan pajak (X2) dengan tindakan penggelapan pajak (Z)
bernilai negatif dan signifikan karena nilai signifikansi < 0.05 dan nilai T statistik >
T tabel sehingga hipotesis empat (H4) yang menyatakan pemeriksaan pajak
berpengaruh terhadap tindakan penggelapan pajak diterima.
Variabel tindakan penggelapan pajak (Z) mempunyai nilai original sample
sebesar -0.340 serta nilai T statistik sebesar 2.544 > T tabel 1.985 dengan nilai PValue 0.011 yang berarti < 0.05. Berdasarkan pengujian tersebut, disimpulkan
bahwa hubungan antara variabel tindakan penggelapan pajak (Z) dengan kepatuhan
Wajib Pajak (Y) bernilai negatif dan signifikan karena nilai signifikansi < 0.05 dan
nilai T statistik > T tabel sehingga hipotesis lima (H5) yang menyatakan tindakan
penggelapan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak diterima.
4.2.3 Uji Path Analysis

Gambar 4.3 Bootstrapping Signifikansi

11

Berdasarkan hasil pengujian mediasi variabel tindakan penggelapan pajak (Z)
menggunakan metode causal step menunjukan bahwa pengaruh variabel self
assessment system (X1) terhadap tindakan penggelapan pajak (Z) adalah signifikan
yaitu nilai t hitung 2.278 > t tabel 1.985 serta nilai P-Value sebesar 0.023 < 0.05,
kemudian hubungan variabel tindakan penggelapan pajak (Z) terhadap kepatuhan
Wajib Pajak (Y) signifikan dengan nilai t hitung 2.544 > t tabel 1.985 serta nilai PValue 0.011 < 0.05. Sedangkan, hubungan variabel self assessment system (X1)
terhadap kepatuhan Wajib Pajak (Y) tidak signifikan terlihat dari nilai t hitung 0.122
< t tabel 1.985 serta nilai P-Value 0.903 > 0.05. Berdasarkan pengujian ketiga
hubungan tersebut, disimpulkan bahwa variabel tindakan penggelapan pajak (Z)
memediasi secara penuh (full mediation) hubungan self assessment system (X1)
dengan kepatuhan Wajib Pajak (Y) sehingga hipotesis enam (H6) diterima.
Hasil pengujian berikutnya menunjukan bahwa pengaruh variabel
pemeriksaan pajak (X2) terhadap tindakan penggelapan pajak (Z) adalah signifikan
yaitu nilai t hitung 2.930 > t tabel 1.985 serta nilai P-Value sebesar 0.004 < 0.05,
kemudian hubungan variabel tindakan penggelapan pajak (Z) terhadap kepatuhan
Wajib Pajak (Y) signifikan dengan nilai t hitung 2.544 > t tabel 1.985 serta nilai PValue 0.011 < 0.05. Sedangkan, hubungan variabel pemeriksaan pajak (X2) terhadap
kepatuhan Wajib Pajak (Y) tidak signifikan terlihat dari nilai t hitung 1.570 < t tabel
1.985 serta nilai P-Value 0.117 > 0.05. Berdasarkan pengujian ketiga hubungan
tersebut, disimpulkan bahwa variabel tindakan penggelapan pajak (Z) memediasi
secara penuh (full mediation) hubungan antara pemeriksaan pajak (X2) dengan
kepatuhan Wajib Pajak (Y) sehingga hipotesis tujuh (H7) diterima.
5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis
mengenai pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan
Wajib Pajak dengan tindakan penggelapan pajak (tax evasion) sebagai variabel intervening,
maka penulis mengambil kesimpulan diantaranya :
1. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel self assessment
system dan pemeriksaan pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib
Pajak. Hal ini berarti bahwa baik atau buruknya penerapan self assessment system dan
pelaksanaan pemeriksaan pajak tidak akan mempengaruhi Wajib Pajak untuk patuh
terhadap perpajakannya.
2. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel self assessment
system dan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap tindakan penggelapan
pajak (tax evasion). Hal ini berarti bahwa semakin baik penerapan self assessment
system dan pemeriksaan pajak maka tindakan penggelapan pajak (tax evasion) akan
semakin menurun.
3. Hasil pengujian path analysis melalui metode causal steps menunjukkan bahwa
variabel tindakan penggelapan pajak (tax evasion) memediasi penuh (full mediation)
pengaruh self assessment system terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan tindakan
penggelapan pajak (tax evasion) juga memediasi penuh (full mediation) pengaruh
pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

12

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi KPP Pratama Ilir Timur Palembang
Tindakan penggelapan pajak (tax evasion) secara tidak langsung dapat
mempengaruhi hubungan self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak badan di KPP Pratama Ilir Timur Palembang. Karena itulah,
pihak KPP Pratama Ilir Timur perlu mencegah dan mengatasi tindakan penggelapan
pajak yang dilakukan oleh wajib pajak dengan cara melakukan sosialisasi dan
meningkatkan kualitas pelaksanaan pemeriksaan pajak yang profesional, adil, dan jujur
oleh aparat pajak serta berpegang teguh pada Undang-Undang perpajakan supaya
meningkatkan pandangan positif para wajib pajak terhadap perpajakan dan juga
motivasi wajib pajak semakin tinggi untuk tidak melakukan tindakan penggelapan pajak
(tax evasion) yang akan berdampak pada kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya seperti mengisi dan melaporkan SPT dengan benar khususnya
pada wajib pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama Ilir Timur Palembang.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian ini yang tidak
hanya terbatas pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang saja tetapi juga bisa dilakukan
di KPP Pratama Ilir Barat, KPP Pratama Seberang Ulu, KPP Madya, dan KPP Pratama
Kayu agung sehingga hasil data menjadi lebih bervariasi dan representatif, kemudian
diharapkan dapat melakukan penelitian di lebih dari satu tempat Kantor Pelayanan
Pajak sehingga data tersebut dapat dibandingkan antara satu Kantor Pelayanan Pajak
dengan Kantor Pelayanan Pajak lainnya, dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mengubah atau menambah variabel bebas yang dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib
Pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Angelica, Tan, Kezia, 2018, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Individu
Dalam Menggunakan Sistem Informasi Akuntansi Dengan Kepuasan Pengguna
Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Usaha Kecil Dan Menengah
Makanan Khas Palembang), Skripsi, STIE Multi Data Palembang, Palembang.
Baehaki, Finsa, Rubily, 2018, Pengaruh Self Assessment System Dan Pemeriksaan
Pajak Terhadap Tax Evasion Dan Dampaknya Pada Kepatuhan Wajib Pajak
(Survey Pada Kpp Madya Bandung Dan KPP Pratama Di Kota Bandung),
Skripsi S1, Universitas Pasundan, Bandung, Diakses 6 Agustus 2018, dari
www.repository.unpas.ac.id
Herlangga, Kurniati, 2018, Pengaruh Pemahaman Perpajakan, Self Assesment System,
dan Tarif Pajak Terhadap Tindakan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) (Studi
Kasus Pada Wajib Pajak Terdaftar Di KPP Pratama Ilir Timur Palembang),
Skripsi, STIE Multi Data Palembang, Palembang
Resmi Siti, 2014, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 4. Jakarta, Salemba Empat12
Suandy, Erly, 2011, Perencanaan Pajak Edisi 5, Jakarta, Penerbit Salemba Empat12
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), Bandung, Alfabeta12

13

Sunyoto, Danang, 2016, Metodologi Penelitian Akuntansi, Bandung, PT. Refika
Aditama
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA WAJIB PAJAK BADAN (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JEMBER)

0 31 17

PENGARUH FREKUENSI PEMERIKSAAN PAJAK DAN KUALITAS PEMERIKSA PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN

0 2 13

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP PRATAMA SURABAYA WONOCOLO - Perbanas Institutional Repository

0 0 27

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP PRATAMA SURABAYA WONOCOLO - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP PRATAMA SURABAYA WONOCOLO - Perbanas Institutional Repository

0 23 18

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KONSULTASI DAN PENGAWASAN ACCOUNT REPRESENTATIVE TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN KEPUASAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL MEDIASI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI SURABAYA

0 0 19

PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMENUHAN PENERIMAAN PAJAK (SURVEY PADA KPP PRATAMA SURABAYA GENTENG) SKRIPSI

0 0 17

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

0 0 10

PENGARUH KOMPETENSI FISKUS TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK DENGAN KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR DI KPP PRATAMA ILIR TIMUR PALEMBANG)

1 16 18

PENGARUH KEGUNAAN DAN KEMUDAHAN PEMBAYARAN PAJAK TERHADAP PENERAPAN E-BILLING (STUDI KASUS WAJIB PAJAK BADAN KPP MADYA KOTA PALEMBANG)

1 2 12