BAB I PENDAHULUAN - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI 6 NEGARA ASEAN PADA TAHUN 2010-2015 - UMBY repository

  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI 6 NEGARA ASEAN PADA TAHUN 2010-2015

Fela Amzari

  (Program Studi Akuntansi Universitas Mercu Buana Yogyakarta) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Foreign Direct

Investmen (FDI) terhadap inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), Corruption

Perception Index (CPI).

  

Jenis penelitian ini adalah Explanatory research yang menjelaskan hubungan

kausal antara variabel-variabel penelitian dengan pendekatan kuantitatif.

Metode analisis Deskriptif yang digunakan terdiri dari rata-rata (Mean) dan

Standar Deviasi untuk mendiskripsikan data masing-masing penelitian. Data

yang diperoleh selalu up tu date dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia

(SEKI), Badan Pusat Statistik (BPS), International Country Risk Guide (ICRG).

Populasi dalam penelitian ini adalah Negara Asean yang terdiri dari indonesia,

Laos, Myanmar, Filipina, Brunei Darussalam dan Vietnam.

Berdasarkan hasil analisis Foreign Direct Investment sebagai investasi modal

yang dimiliki dan dioperasikan oleh entitas luar negeri, atau yang lebih

dikenal dengan penanaman modal asing langsung (PMA). Penanaman Modal

Swasta Asing secara langsung Foreign Direct Investment (FDI)) merupakan

dana investasi yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis

atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi. Foreign Direct Investment

memegang peranan krusial untuk menyukseskan integrasi ekonomi di ASEAN.

Selain masuknya arus modal, nilai tukar mata uang asing, akses yang lebih

mudah ke pasar internasional dan transfer teknologi. Foreign Direct

Investment juga dapat menjadi sebuah instrument dalam memperkuat

institusi dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih stabil.

  

Kata Kunci: Foreign direct Investmen berpengaruh positif terhadap CPI,

Inflasi, dan PDB di Negara Asean.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan

  pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi ekonomi secara riil melalui penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan pembentukan keahlian karena keahlian sering menjadi faktor pendukung terjadinya pembentukan modal (Jhingan, 2000). Upaya menjalankan kebijakan untuk pembangunan ekonomi, setiap negara membutuhkan aliran mmodal sebagai pendukung berjalannya kebijakan. Aliran modal yang dibutuhkan setiap negara di dunia berbeda-beda tergantung pada karakteristik negara tersebut, apakah tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

  Negara maju dalam menjalankan roda kebijakan ekonomi, aliran modal yang dibutuhkan relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara berkembang. Pembiayaan yang besar dalam pembangunan ekonomi bagi setiap negara tidak dapat sepenuhnya bersumber dari aliran modal domestik, namun pembiayaan yang berasal dari modal asing dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan dalam pembiayaan pembangunan ekonomi suatu negara. Adanya investasi asing yang masuk akan mendukung pembiayaan pembangunan jangka panjang dan lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan pembiayaan yang bersumber dari utang luar negeri (Febriana, 2014). Investasi asing yang masuk ke negara terdiri dari investasi asing langsung (FDI) dan investasi secara portofolio. Kedua jenis investasi tersebut sama-sama memberikan dampak positif bagi proses berlangsungnya pembangunan ekonomi suatu negara, namun dalam perkembangannya FDI lebih memberikan keuntungan yang signifikan jika dibandingkan dengan investasi portofolio. Foreign Direct Investment (FDI) terdiri dari

  

inward dan outward. FDI inward merupakan investasi yang bersumber dari negara lain ke

  dalam negeri, sedangkan FDI outward merupakan investasi asing langsung yang bersumber dari dalam negeri menuju negara lain( Carkovic dan Levine, 2002).

  FDI merupakan aliran modal asing yang paling potensial apabila dibandingkan dengan sumber modal lainnya. Apabila dibandingkan dengan investasi portofolio, FDI memainkan peran penting dalam pengendalian atau kontrol yang kuat terhadap perusahaan- perusahaan cabangnya di luar negeri. Kawasan ASEAN sebagai negara-negara terdepan di kawasan Asia Tenggara dalam mengikuti era globalisasi saat ini terus meningkatkan diri dengan keterbukaan ekonominya. Kondisi tersebut sejalan dengan Todaro dan Smith (2006) yang menyatakan bahwa globalisasi dari segi ekonomi, menjadikan keterbukaan perekonomian setiap negara akan semakin tinggi terhadap perdagangan internasional, aliran dana internasional, serta investasi asing langsung. Upaya dalam menjalankan keterbukaan ekonominya, negara-negara di ASEAN menjadikan indikator investasi asing langsung atau

  

Foreign Direct Investmen (FDI) sebagai pendukung dalam upaya meningkatkan

pembangunan ekonomi negara.

  Realitas yang terjadi pada krisis ekonomi merupakan salah satu dampak globalisasi ekonomi. Ketika krisis yang terjadi tahun 2008, kawasan ASEAN merupakan salah satu kawasan yang pertama pulih kembali dari krisis ekonomi dunia. Berdasarkan data yang didapat dari Kementrian Keuangan RI, pada tahun 2009 perekonomian kawasan ASEAN mengalami perlambatan akibat krisis dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1.2%, yang berarti merupakan angka pertumbuhan terburuk sejak tahun 1998. Tetapi pada periode 2010 dan seterusnya pertumbuhan di kawasan ASEAN kembali pulih dengan cepat. Pada tahun 2010 pertumbuhan perekonomian keenam negara utama ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam mengalami kenaikan di angka sebesar 7.6%, dan selanjutnya pada tahun 2011-2016 menurut proyeksi OECD pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN akan tumbuh rata-rata 5.6%, sedikit di bawah rata-rata pertumbuhan pra krisis 2008 sebesar 6.1%.

  Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam gambar 1.1 dibawah ini menunjukan FDI yang masuk ke Indonesia selama 2011-2014 mengalami fluktuasi yang beragam. Investasi pada tahun 2014 mengalami perlambatan sebagain respon atas permintaan ekspor yang menurun serta moderasi konsumsi rumah tangga. Berikut grafik pertumbuhan penanaman modal:

Gambar 1.1 Perkembangan Foreign Direct Investmen (FDI)

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimanakah pengaruh tingkat inflasi terhadap Foreign Direct Investment (FDI) di Negara berkembang ASEAN?

  2. Bagaimanakah pengaruh tingkat korupsi (CPI) terhadap Foreign Direct Investment (FDI) di Negara berkembang ASEAN?

  3. Bagaimanakah pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) terhadap Foreign Direct

  Investment (FDI) di Negara berkembang ASEAN?

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Setelah peneliti melakukan beberapa penelitian, ada beberapa penelitian yang terkait

  dengan tema penelitian yang peneliti lakukan yaitu: Penelitian pertama oleh Saifullah Malik dan Qaisar Ali Malik (2013) dengan judul

  “Empirical Analysis of Macroeconomic Indicators as Determinants of Foreign Direct

  Investment in Pakistan” menjelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga

  variabel makroekonomi yang positif terkait dengan variabel dependen - FDI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GDP, inflasi dan nilai tukar memiliki dampak positif pada arus masuk FDI, dan model tersebut ditemukan signifikan pada tingkat 1%, maka dapat disimpulkan bahwa setiap peningkatan dalam tiga variabel penjelas akan menyebabkan peningkatan FDI, karena itu pemerintah harus fokus pada stabilisasi variabel ini untuk menarik lebih banyak FDI ke negara itu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi negara.

  Penelitian kedua Puspa Febrina (2014) yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Makroekonomi dan Kualitas Kelembagaan Terhadap Foreign Direct Investment di ASEAN Analisis Panel Data. Hasil dari penelitian menjelaskan diantara variabel-variabel independen yang digunakan, diperoleh hasil bahwa variabel GDP berpengaruh positif dan signifikan, variabel indeks kualitas kelembagaan berpengaruh positif signifkan, dan variabel indeks kualitas kelembagaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap masuknya FDI di kawasan signifikan terhadap masuknya FDI di ASEAN. Semua variabel independent berpengaruh secara positif dan sesuai dengan hipotesis yang diajukan, meskipun variabel indeks kebijakan makroekonomi secara statistik tidak signifikan. Berdasarkan uji parsial yang dilakukan, GDP dan indeks kualitas kelembagaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap masuknya FDI di Singapura. Begitu juga dengan Indonesia, variabel GDP dan indeks kualitas kelembagaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap masuknya FDI di negara Indonesia. untuk keempat negara lainnya yaitu Malaysia, Thailand, Philiphina, dan Vietnam tidak ada variabel yang signifikan dalam mempengaruhi masuknya FDI di keempat negara tersebut.

  Penelitian ketiga oleh Sayeeda Bano dan Jose Tabbada (2015) dengan judul “Foreign Direct Investment Outflows : Asian Developing Countries’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Foreign Direct Investment arus keluar yang terkait erat dengan tingkat Produk Domestik Bruto, tabungan domestik yang tinggi, cadangan besar asing, orientasi ekspor, dan investasi langsung yang relatif besar asing arus masuk di negara-negara sumber, dengan kekuatan dan pentingnya setiap faktor yang berbeda-beda dengan tingkat perkembangan. Kesimpulan utama kami adalah bahwa, meskipun non-tradisional Asing arus keluar Investasi Langsung sejauh ini telah terbatas pada sejumlah negara-negara berkembang, sebagian besar Asia, negara-negara berkembang lainnya juga bisa menjadi modal eksportir dengan lingkungan internasional yang mendukung dan kebijakan dalam negeri yang sesuai.

1. Foreign Direct Investement (FDI)

a. Pengertian Foreign Direct Investement (FDI)

  Investasi dari luar negeri dapat memiliki beberapa bentuk. Pertama, investasi asing langsung (Foreign Direct Investment / FDI) yiatu investasi modal yang dimiliki dan

  

Portofolio Investment) yaitu investasi yang dibiayai oleh luar negeri namun dioperasikan

oleh warga domestik.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (Foreign Direct

  Investement)

  Menurut Muana Nanga, (2001) faktor-faktor yang menentukan Penanaman Modal Asing adalah sebagai berikut: 1) Tingkat suku bunga, terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dan tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik level investasi akan berkurang, sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah orang akan berbondong-bondong menanamkan investasi diberbagai bidang usaha.

  2) Inovasi dan teknologi, adanya temuan-temuan baru yang menyebabkan cara-cara berproduksi lama menjadi tidak efisisen. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli mesin-mesin dan peralatan-peralatan baru yang lebih canggih.

  3) Tingkat perekonomian, makin banyak aktifitas perekonomian makin besar pendapatan nasional, dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung. Yang pada akhirnya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang menguntungkan. 4) Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian dimasa datang, jika oarang meramal perekonomian dimasa yang akan datang cerah, oarang akan giat melakukan investasi sekarang. 5) Tingkat keuntungan perusahaan, makin besar tingkat keuntungan perusahaan makin banyak bagian laba yang dapat ditahan (retained earnings) dan bagian laba yang ditahan

  6) Situasi politik, jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi perusahaan maka tingkat investasi akan tinggi. Dan sebaliknya jika pemerintah tidak banyak memberikan kemudahan bagi perusahaan banyak menghadapi birokrasi yang berbelit-belit maka tingkat investasi akan rendah.

2. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

  Tingkat inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-hargasecara umum dan terus menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga (Blanchard, 2000).

  Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus- menerus (Boediono, 2001). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi kecuali bila kenaikan tersebut meluas pada barang lainnya. Inflasi juga dapat digunakan sebagai gambaran aktivitas ekonomi untuk melihat kondisi ekonomi nasional. Menurut Manurung (2004) Inflasi merupakan peristiwa moneter yang terjadi di semua negara yang dianggap sebagai penyakit ekonomi yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya.

  Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa (Pohan, 2008). Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000). Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.

  Dapat disimpulkan dari beberapa uraian di atas bahwa inflasi adalah keadaan di mana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terusmenerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat).

3. Corruption Perception Index (CPI)

a. Pengertian Korupsi

  Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/ politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

  Dalam hukum pidana. Definisi Korupsi: .Korupsi ialah: Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. Dalam Kamus Umum Bahas Indonesia. Korupsi diartikan Suatu hal yang buruk dengan bermacam ragam artinya bervariasi menurut waktu tempat dan bangsa Menurut Encyclopedia American Korupsi adalah melakukan tindak pidana memperkaya diri sendiri yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan/ perekonomian negara.

  Definisi korupsi di atas mengidentifikasikan adanya penyimpangan daripegawai tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi (serv private ends). Senada dengan Azyumardi Azra mengutip pendapat Syed Husein Alatas yang lebih luas: ”Corruption is

  abuse of trust in the interest of private gain”, Korupsi adalah penyalahgunaan amanah

  untuk kepentingan pribadi (Anwar, 2006). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.

  Dari beberapa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang melekat pada korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan, menggelapkan harta negara atau masyarakat. Kedua, melawan norma-norma yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi kepentingan diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu. Kelima, merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.

4. Produk Domestik Bruto (PDB/GDP)

a. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB/GDP)

  Pendapatan nasional mencerminkan total pendapatan yang diterima oleh semua penduduk dalam perekonomian suatu negara yang direpresentasikan dengan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB mengukur dua hal pada saat bersamaan, yaitu total pendapatan semua penduduk dalam perekonomian dan total belanja negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. PDB dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan kedua hal tersebut benar-benar sama. Untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran (Mankiw, 2007).

  Todaro dan Smith (2008) lebih lanjut mengatakan bahwa PDB adalah indikator yang mengukur jumlah output final barang (goods) dan jasa (services) yang dihasilkan oleh perekonomian suatu negara, dalam wilayah negara tersebut, baik oleh penduduk (warga negara) sendiri maupun bukan penduduk (misalnya, perusahaan asing), tanpa memandang apakah produksi output tersebut nantinya akan dialokasikan ke pasar domestik atau luar negeri. Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya tidak dimasukan ke dalam PDB. Sebagai gambaran PDB Indonesia baik oleh warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang ada di Indonesia tetapi tidak diikutisertakan produk WNI di luar negeri

  Menurut pengertian dari Bank Indonesia, PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu negara. Sedangkan PDB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

  Menurut McEachern (2000) Gross Domestik Product artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir .Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses dan kemudian dijual lagi tidak dimasukkan dalam hitungan GDP, hal ini dilakukan untuk menghindari masalah penghitungan ganda.

  Sukirno (2006) menyebutkan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mana perkembangan tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pendapatan nasional adalah nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu dan secara konseptual nilai tersebut dinamakan Produk Domestik Bruto (PDB).

  Dapat disimpulkan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut.

B. Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh inflasi terhadap Foreign Direct Investement (FDI)

  Tingkat inflasi ringan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian yaitu dengan adanya inflasi dapat memaksa orang untuk bekerja, menabung dan berinvestasi. Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan karena inflasi dapat mempengaruhi nilai tukar dan suku bunga sehingga dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian Monica, Darminto & Hidayat (2014) yang hasilnya tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap penanaman modal asing langsung yang masuk ke Indonesia. Namun berbeda dengan hasil penelitian dari Demirhan & Masca (2008), , dan John David (2013) dimana Inflasi mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap FDI. Tingkat laju inflasi perlu dikendalikan karena tingkat inflasi yang rendah akan lebih menarik bagi investor asing.

  Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dihasilkan hipotesis: H1 : Tingkat Inflasi memiliki pengaruh positif terhadap Foreign Direct Investment (FDI).

  

2. Pengaruh Corruption Perception Index (CPI) terhadap Foreign Direct Investement

(FDI)

  Penelitian yang dilakukan oleh Habib dan Zurawicki (2002) dalam studinya menemukan bahwa korupsi yang tinggi dan transparasi rendah memiliki efek negatif terhadap arus masuk Foreign Direct Investment (FDI) suatu negara. Sama halnya dengan penelitian Voyer dan Beamish (2004) yang melakukan penelitian tentang pengaruh korupsi terhadap investasi langsung di Jepang memperoleh hasil bahwa tingkat korupsi memiliki pengaruh yang negatif terhadap Foreign Direct Investment (FDI) di Jepang. Sedangkan Romadhona (2016) Corruption Perception Index berpengaruh positif terhadap Foreign Direct Investment di Indonesia periode (2005-2014). Berdasarkan dua hasil penelitian tersebut mengandung arti yang sama, karena penilaian tingkat korupsi menggunakan Corruption Perception Index

  Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dihasilkan hipotesis: H2 : Corruption Perception Index (CPI) memiliki pengaruh positif terhadap Foreign Direct Investment (FDI).

3. Pengaruh PDB/GDP terhadap Foreign Direct Investement (FDI)

  Peran pertumbuhan ekonomi sangat penting terhadap aliran modal asing berupa FDI yang masuk ke negara, karena pertumbuhan ekonomi dapat dicerminkan dengan pendapatan dan daya beli masyarakat yakni semakin tinggi pendapatan masyarakat akan meningkatkan daya beli masyarakat dan membuat permintaan barang dan jasa akan semakin besar. Hasil tersebut didukung oleh penelitian dari Malik et al (2013) dan Febriana et al (2014) yang menjelaskan bahwa GDP memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap aliran masuk FDI ke negara, oleh karena itu harus ada upaya lebih yang dilakukan dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan GDP secara konsisten. Sama halnya dengan Bano & Tabbada (2015). Menurut hasil dari beberapa penelitian tersebut disimpulkan bahwa PDB merupakan variabel yang paling mempengaruhi arus masuk FDI, karena PDB merupakan indikator yang digunakan sebagian besar perusahaan (MNC) untuk melihat seberapa besar potensi pasar di Negara tujuan.

  Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dihasilkan hipotesis: H3 : Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) memiliki pengaruh positif terhadap Foreign Direct Investment (FDI).

C. Kerangka Teori

  Berdasarkan hubungan antara variabel yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka pemikiran konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

  Inflasi FDI

  Tingkat Korupsi (CPI)

  PDB/GDP

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan sumber data Berdasarkan pola hubungannya, jenis penelitian ini adalah Explanatory Research

  yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Efendi, 2003). Sedangkan pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian dengan pendekatan angka-angka baik dalam pengumpulan data, analisa data hingga interpretasi data didasarkan pada hasil analisa data yang berupa angka (Sugiyono, 2009).

  Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data runtun waktu (time series) dengan tahunan.

  Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Internet Research, dimana data menggunakan informasi yang diperoleh dari teknologi saat ini yaitu internet, sehingga data yang diperoleh selalu up to date. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) yang diunduh dari website Bank Indonesia, dataset dari Badan Pusat Statistik (BPS), dataset dari International Country Risk Guide (ICRG), dataset dari Bank Indonesia, laporan perekonomian Indonesia.

  C. Populasi dan Sampel

  Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah sampel meliputi negara-negara ASEAN yang berkembang. Negara-negara ASEAN yang berkembang tersebut terdiri dari Indonesia, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, dan Laos.

  Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2011) Sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini adalah data time series dari FDI, inflasi, CPI dan PDB/GDP pada periode 2010 – 2015.

  D. Definisi Operasional

  1. Variabel independen Menurut Sugiyono (2009), Variabel independen adalah Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya Variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi Variabel bebas adalah: a. Tingkat inflasi (X1). Inflasi merupakan meningkatnya harga secara keseluruhan. Menjaga kestabilan inflasi merupakan salah satu tujuan dari kebijakan pemerintah. Mengukur tingkat Inflasi dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam persentase .

  b. Tingkat korupsi (X2) adalah indeks persepsi korupsi setiap negara di enam negara ASEAN setiap tahunnya. Indeks ini diperoleh dari data transparancy international berupa

  Corruption Perception Index (CPI).

  c. PDB/GDP (X3) deviasi PDB masing-masing negara di enam negara ASEAN dalam kurun waktu tahun. Besaran deviasi didapat dengan cara mengurangi besaran PDB (konstan tahun 2010) dengan rata-rata PDB masing-masing negara kemudian hasil tersebut di kuadratkan agar tidak ada nilai yang bersifat minus.

2. Variabel dependen

  Variabel ini sering di sebut sebagai variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya Variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah Foreign Direct Investment (FDI). Foreign Direct Investment (FDI) adalah persentase arus masuk Foreign Direct Invesment (FDI) terhadap PDB masing- masing negara di negara ASEAN yang berkembang setiap tahunnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Variabel Penelitian

a. Perkembangan Foreign Direct Invesment (FDI)

  Foreign Direct Investment sangat erat kaitannya dengan perusahaan-perusahaan

  multinasional (multinational corporations). Sebuah perusahaan multinasional pada dasarnya adalah sebuah perusahaan raksasa yang menjalankan, memiliki serta mengendalikan operasi bisnis atau kegiatan-kegiatan usahanya di lebih dari satu negara. Investasi yang dilakukan pada aset-aset riil yang berada di Negara asing. Selain itu FDI juga dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan di Negara asing. FDI juga dapat dilakukan dengan membeli perusahaan asing atau mendirikan anak perusahaan di Negara asing. Perkembangan FDI dari beberapa Negara ASEAN dari tahun 2010 sampai tahun 2015 sebagai berikut:

  30000000000 25000000000 Indonesia 20000000000 Filipina

  I Brunei 15000000000

  Berdasarkan

  D F Vietnam

Gambar 4.1 Laju

  10000000000 Myanmar

  Pertumbuhan FDI

  Laos 5000000000

  2. Analisis 2010 2011 2012 2013 2014 2015

  Hipotesis

a. Uji Asumsi Klasik

  Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai dari tahun 2010 sampai 2015 dalam bentuk data pool. Hasil pengolahan data ini menggunakan regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

  Dalam memastikan bahwa model yang diperoleh merupakan model yang tepat, maka sebelumnya akan dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas Uji Normalitas, Uji Multikolineritas, Uji Heterokedastisitas, dan Uji Autokorelasi untuk masing-masing model penelitian.

1) Uji Normalitas

  Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α = 5% (0.05), maka penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai derajat kesalaan α = 5 % (0,05), maka dalam penelitian ada permasalahan normalitas atau data tidak terdistribusi dengan normal. Maka terlihat hasilnya sebagai berikut:

  12 Series: Residuals Sample 1 36

  10 Observations 36 Mean 1.33e-15

  8 Median -0.119828 Maximum 2.106657

  6 Minimum -2.280511 Std. Dev. 1.096255 Skewness -0.229585

  4 Kurtosis 2.464738

  2 Jarque-Bera 0.746013 Probability 0.688661

  • 2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5

  0.0

  0.5

  1.0

  1.5

  2.0

  2.5 Gambar 4.5 Uji Normalitas Berdasarkan gambar 4.5 uji normalitas menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar lebih besar dari derajat kesalahan 5%(0,05), sehingga model ini dikatakan telah normal, dan bisa dilanjutkan kepengujian selanjutnya.

  2) Uji Autokorelasi

  Uji Autokorelasi untuk mengetahui kesalahan penganggu antara periode sekarang dengan periode sebelumnya. Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau tidak maka dapat menggunakan uji autokorelasi yang dikembangkan oleh Bruesch dan Godfrey yang lebih umum dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM-test).

Tabel 4.1 Uji Autokorelasi

  Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2) Model 1 3,366 0,206

  Sumber: Pengolahan Hasil Eviews Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa nilai Obs*R-squared sebesar 3,366 dengan nilai probability sebesar 0,206. Oleh karena nilai probability yang diperoleh lebih besar dari α = 5 % (0,05), maka data tidak mengandung permasalahan autokorelasi.

  3) Uji Heterokedastisitas

  Uji Heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan Heteroskedastisitas. Uji Heterokedastisitas dilakukan dengan melakukan uji White. Hasil uji White adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Uji Heterokedastisitas Model 1 2,628 0,977 Sumber: Pengolahan Hasil Eviews

  Dari Tabel 4.2 diatas, menunjukan bahwa nilai Obs*Rsquared sebesar 2,628 dan nilai

  probability sebesar 0,977. Oleh karena nilai probability yang diperoleh lebih besar dari α = 5 % (0,05) maka tidak terdapat permasalahan heterokedastisitas.

4) Uji Multikolinearitas

  Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variable independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variable independen, kemudian dapat diputuskan apakah data terkena multikolinieritas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila nilai korelasi antar variabel lebih besar dari 0,8 makadapat disimpulkan terdapat masalah multikoliniaritas dalam model. Sedangkan, bila nilainya kurang dari 0,8 maka model tidak mengandung masalah multikoliniaritas.

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas

  CPI

  INFLASI PDB CPI 1 -0,621 -0,653

  INFLASI

  • 0,621 1 0,677

  PDB

  • 0,653 0,677

  1 Sumber: Pengolahan Hasil Eviews Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat terlihat bahwa pengujian multikolinearitas dengan multikolinearitas. Karena nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel independen berada dibawah 0,8.

b. Pemilihan Model Terbaik 1) Uji Chow Test

  Chow-test dilakukan untuk mengetahui apakah sebaiknya menggunakan model

  common effect atau fixed effect. Hasil yang diperoleh dari perhitungan. Chow-test yang

  dilakukan dengan menggunakan EViews07 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Uji Chow Test

  Chi-Square Probability Keterangan Model 1 3,125 0,681 common effect Sumber: Pengolahan Hasil Eviews

  Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa hasil tersebut menunjukkan nilai chi-square sebesar 3,125 dengan nilai probability 0,681. Oleh karena nilai probability lebih besar dari α = 5% (0,05), artinya pendekatan estimasi model yang layak digunakan adalah common effect . Sehingga langkah selanjutnya yang harus diambil adalah melakukan LM test.

2) Uji LM Test

  Uji LM test digunakan untuk mengetahui apakah sebaiknya menggunakan model

  common effect atau random effect. Hasil yang diperoleh dari perhitungan Hausman-test

  yang dilakukan dengan menggunakan software Eviews 07 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji LM Test

  Chi-Square Probability Keterangan Model 1 10,367 0,006 random effect Sumber: Pengolahan Hasil Eviews

  Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa hasil dari LM test menujukkan nilai lebih kecil dari dari α = 5% (0,05), artinya pendekatan estimasi model yang layak digunakan adalah random effect . Sehingga langkah selanjutnya yang harus diambil adalah melakukan Hausman test.

3) Uji Hausman Test

  Hausman-test digunakan untuk mengetahui apakah sebaiknya menggunakanmodel

  fixed effect atau random effect. Hasil yang diperoleh dari perhitungan Hausman-test yang

  dilakukan dengan menggunakan software Eviews 07adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Uji HausmanTest

  Chi-Square Probability Keterangan Model 1 2,377 0,498 random effect Sumber: Pengolahan Hasil Eviews

  Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa hasil dari Hausman-test menujukkan nilai chi-square sebesar 2,377 dengan nilai probability 0,498. Oleh karena nilai probability lebih kecil dari dari α = 5% (0,05), artinya pendekatan estimasi model yang layak digunakan adalah random effect .

  Hasil pengujian regresi data panel diperoleh 3 model estimasi, yaitu Common Effect (Pooled Least Square), Fixed Effect (FE), dan Random Effect (RE). Berdasarkan hasil pengujian analisis model terbaik, ditemukan model yang akan digunakan untuk analisis lanjutan adalah model Random Effect (RE).

c. Pemilihan Model Terbaik

  Analisis untuk model regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh tingkat korupsi (CPI), tingkat inflasi dan produk domestik bruto (PDB/GDP) terhadap Foreign Direct

  

Investment (FDI) dengan menggunakan metode Random Effect (RE) dapat di buat persamaan

  substrukturnya :

  Y = 18,491+2,319X 1 +0,730X 2 +0,721X

  3 it it it it

  Berdasarkan persaman regresi dapat diinterprestasikan sebagai berikut: 1) Nilai konstanta (α) diperoleh 18,491. Artinya nilai kontanta positif dimana Foreign Direct

  Investment (FDI) akan tetap meningkat walapun tanpa dipengaruhi adanya tingkat korupsi (CPI), tingkat inflasi dan produk domestik bruto (PDB/GDP) sebesar 18,491 satuan.

  2) Nilai koefisien tingkat korupsi (CPI) (X

  1 ) sebesar 2,319. Artinya terjadinya peningkatan it

  indeks penilaian tingkat korupsi satu satuannya akan meningkatkan Foreign Direct

  Investment (FDI) sebesar 2,319 satuan, dengan asumsi tingkat inflasi dan produk domestik bruto (PDB/GDP) konstan (tetap).

  3) Nilai koefisien tingkat inflasi (X

  2 ) sebesar 0,730. Artinya terjadinya peningkatan tingkat it

  inflasi setiap satu satuannya akan meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI) sebesar 0,730 satuan, dengan asumsi tingkat korupsi dan produk domestik bruto (PDB/GDP) konstan konstan (tetap).

  4) Nilai koefisien produk domestik bruto (PDB/GDP) (X ) sebesar 0,721. Artinya terjadinya

  3 it

  peningkatan produk domestik bruto (PDB/GDP) satu satuannya akan meningkatkan

  Foreign Direct Investment (FDI) sebesar 0,721 satuan, dengan asumsi tingkat korupsi (CPI), tingkat inflasi konstan (tetap).

  Selanjutnya, analisis hipotesis untuk mengetahui pengaruh struktural dan kontribusi tingkat korupsi (CPI), tingkat inflasi dan produk domestik bruto (PDB/GDP) terhadap

  

Foreign Direct Investment (FDI) dengan analisis inverensial dilihat pada tabel sebagai berikut

  : Tabel 4.7

  Hasil Uji Regresi

  (Taraf statistik signifikansi)

  Tingkat korupsi (CPI) 3,162 0,003 Tingkat Inflasi 2,762 0,009 PDB/GDP 2,279 0,029 Variabel Indepedent: Foreign Direct Investment (FDI) Adjusted R-Squared =0,392 Prob =0,000

  Sumber: Pengolahan Hasil views

  a) Pengaruh Parsial (uji t) Berdasarkan tabel 4.7 hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa :

  1) Secara parsial, Tingkat Inflasi memiliki pengaruh positif terhadap Foreign Direct

  Investment (FDI). Hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 2,762 dengan taraf

  signifikansi 0,003-9. Oleh karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,762>2,024) atau nilai signifikansi lebih kecil dari pada alpha 5% (0,009< 0,05). Dapat dismpulkan bahwa H1 diterima, dengan pengaruh positif. Artinya kondisi laju tingkat inflasi yang meningkat cenderung akan meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI).

  2) Secara parsial, Tingkat korupsi memiliki interaksi yang negatif terhadap Foreign Direct

  Investment (FDI). Hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 3,162 dengan taraf

  signifikansi 0,003. Oleh karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (3.162>2,024) atau nilai signifikansi lebih kecil dari pada alpha 5% (0,003< 0,05). Dapat dismpulkan bahwa H2 diterima, dengan pengaruh positif. Artinya dengan semakin meningkatkanya indeks penilaian tingkat korupsi justru akan meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI). 3) Secara parsial, Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) memiliki pengaruh positif terhadap

  Foreign Direct Investment (FDI). Hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 2,279 dengan atau nilai signifikansi lebih kecil dari pada alpha 5% (0,029 < 0,05). Dapat dismpulkan bahwa H3 diterima, artinya semakin meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) sebgai cerminana dari pertumbuhan perekonomian akan dapat meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI).

B. Pembahasan

  Foreign Direct Investment sebagai investasi modal yang dimiliki dan dioperasikan

  oleh entitas luar negeri, atau yang lebih dikenal dengan penanaman modal asing langsung (PMA). Penanaman Modal Swasta Asing secara langsung (foreign direct investment (FDI)) merupakan dana-dana investasi yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi seperti membeli lahan, membuka pabrik- pabrik, mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya. Bila dibandingkan dengan investasi portofolio, penanaman modal asing mempunyai kelebihan yaitu selain sifatnya yang permanen atau jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam transfer teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Foreign

  Direct Investment dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan, walaupun sejumlah

  keuntungan dari investasi ini kembali kepada investor asing. Namun investasi ini menaikkan persediaan barang modal yang kemudian menaikkan produktivitas dan upah. Foreign Direct

  Investment juga merupakan suatu cara yang bisa digunakan negara miskin atau berkembang

  untuk mempelajari teknologi terkini yang telah dikembangkan dan dipakai oleh negara-negara kaya.

  A. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap Foreign Direct Investement (FDI).

  2. Tingkat Corruption Perception Index (CPI) berpengaruh positif terhadap Foreign Direct Investement (FDI).

  3. Tingkat Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) berpegaruh positif terhadap Foreign Direct Investement (FDI).

  B. Saran

  Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu: 1. Bagi Kawasan Negara ASEAN.

  a. Menjaga dan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) di masing-masing negara. Adapun cara untuk meningkatkan PDB/GDP dengan konsumsi dan ekspor.

  Menjaga kondisi pertumbuhan ekonomi agar tetap dalam keadaan stabil dan meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi memberi daya tarik investor asing untuk menanamkan investasinya. Oleh karena itu pemerintah sebaiknya terus mendorong peningkatan produksi domestik dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan sebagai upaya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Terdapat tiga komponen untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara adalah adanya masyarakat, pemerintah dan swasta.

  b. Memperhatikan mengenai kualitas kelembagaan di masing-masing negara. Adanya kualitas kelembagaan yang baik di suatu negara dapat menambah kepercayaan investor baik adalah mampu menurunkan tingkat korupsi, menstabilkan politik, memperbaiki kepastian hukum, , merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang sehat dan peraturan yang memungkinkan dan mendukung perkembangan sektor swasta.

  c. Meningkatkan investasi dengan cara memperbaiki infrastruktur. Dengan bercermin kepada negara Singapura, dimana variabel infrastruktur merupakan variabel penentu terbesar dalam hal masuknya FDI. Kestabilan kawasan ASEAN, yang ditandai dengan tingkat inflasi. Tingkat inflasi perlu dijaga agar tidak tinggi, sehingga investor tidak berpindah ke kawasan lain. Daya saing juga merupakan salah satu faktor terpenting untuk dapat meningkatkan pertumbuhan GDP ASEAN, dan juga pada akhirnya meningkatkan FDI

  d. Menguatkan lingkungan makroekonomi dalam merespon fenomena ekonomi global yang terjadi. Hal tersebut terbukti di negara Indonesia, dan Filipina dengan postifnya pergerakan variabel makro berdampak pada tingginya perolehan FDI yang masuk di negara-negara tersebut.

  2. Bagi Peneliti selanjutnya.