BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pasar Modal 2.1.1. Pengertian Pasar Modal - PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pasar Modal 2.1.1. Pengertian Pasar Modal Tandelilin (2001) menyebutkan bahwa pasar modal adalah

  pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Widoatmojo (2012) menyebutkan bahwa pasar modal suatu lembaga yang bergerak untuk mengalirkan dana masyarakat dengan menyediakan sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli dana-dana jangka panjang.

  Pasar modal merupakan fasilitas yang mempertemukan antara pembeli atau pemilik dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana atau pihak yang akan melakukan penjualan (emiten). Pasar modal (capital market ) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal menyediakan banyak sekali informasi yang dibutuhkan oleh para

  investor , yang mana informasi ini dapat digunakan sebagai bahan

  pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan untuk dilihat dari kecepatan pasar dalam menyerap informasi baru ke dalam perubahan harga sekuritas.

  Pasar modal memiliki peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya memiliki kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Hampir semua negara di dunia ini memiliki pasar modal, dengan tujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran pasar modal.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal : a.

  Supply Sekuritas Semakin banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas dipasar dapat dikatakan semakin berhasilnya pasar modal. Perusahaan-perusahaan tersebut tentunya harus memenuhi persyaratan full disclousure ( mengungkapakan kondisi perusahaan) yang telah ditetapkan oleh pasar modal.

  b.

  Demand akan Sekuritas Faktor ini berarti bahwa harus ada masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar yang akan dipergunakan untuk membeli sekuritas yang akan ditawarkan.

  c.

  Kondisi Politik dan Ekonomi Kondisi politik dan ekonomi ini sangat mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi dan akan menarik para investor lokal maupun asing.

  d.

  Mengawasi Kegiatan Pasar Modal Kegiatan di pasar modal pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemilik dana dan pihak yang memerlukan dana secara langsung (tidak ada perantara keuangan yang mengambil alih resiko investasi). Dengan demikian maka peran informasi harus dapat diandalkan kebenarannya. Disamping itu transaksi dilakukan dengan efisien dan dapat diandalkan, maka diperlukan berbagai lembaga yang dapat menjamin kegiatan tersebut. misalnya BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) merupakan lembaga yang mengatur dan mengawasi pasar modal.

2.1.2. Manfaat Pasar Modal

  Menurut Mohamad Samsul dalam Verawati (2014) manfaat pasar modal dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu: a.

  Sudut pandang emiten Sarana untuk mencari dana lebih besar dengan biaya yang

  • lebih murah.

  Memperbaiki struktur pemodalan perusahaan karena

dibandingkan dengan utang. Sehingga ketergantungan modal pinjaman dari perbankan semakin berkurang.

  • yang terbuka sehingga menguntungkan bagi pemegang saham karena lebih transparan.

  Manajemen perusahaan yang tertutup menjadi manajemen

  • domestik maupun perusahaan luar negeri.

  Memperluas jaringan bisnis baik dengan perusahaan

  b.

  Sudut Pandang Masyarakat Sarana yang terbaik untuk investasi dengan jumlah yang

  • tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat.
  • tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.

  Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan yang

  • instrumen untuk memperkecil risiko.

  Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa

  c.

  Sudut Pandang Pemerintah Sebagai sumber pembiayaan badan usaha milik negara

  • (BUMN), sehingga tidak tergantung lagi pada subsidi dari pemerintah.
  • tuntut untuk lebih profesional.

  Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen di

  • devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja.

  Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan

2.2. Saham 2.2.1. Pengertian Saham

   Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset

  perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan (Eduardus Tandelin, 2001). Menurut pendapat Suad Husnan dalam Verawati (2014) menyatakan saham adalah selembar kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut.

2.2.2. Jenis-jenis Saham

  Jenis-jenis saham yang diperdagangkan di Bursa Efek adalah sebagai berikut: a.

  Saham Biasa (Common Stock)

  Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap claim (Nor Hadi, 2013: 68). Saham biasa merupakan jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Pemegang saham biasa memiliki suara dalam RUPS (Mohamad Samsul dalam Verawati 2014).

  b.

  Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan (Mohamad Samsul, dalam Verawati 2014).

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Saham a. Faktor Mikro dan Makro

  Faktor mikro ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan yaitu :

1. Laba bersih per saham

3. Nilai buku per saham 4.

  Rasio ekuitas terhadap utang 5. Rasio ekuitas terhadap utang 6. Rasio laba bersih terhadap ekuitas 7. Cash flow per saham

  Faktor makro merupakan faktor yang berada diluar perusahaan, namun mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan yaitu tingkat bunga umum domestik, tingkat infalnsi, peraturan perpajakan, kebijakan pemerintah, kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi ekonomi internasional.

b. Faktor Fundamental dan Faktor Teknikal

  Faktor fundamental adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang mengeluarkan saham itu sendiri

  (emiten) . Apabila perusahaan yang mengeluarkan saham dalam

  kondisi baik kinerjnya, maka harga saham cenderung meningkat. Hal ini disebabkan kepercayaan investor kepada

  emiten semakin baik,, dan investor mempunyai harapan akan

  memperoleh bagian keuntungan atau deviden yang besar. Faktor fundamental ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan dapat dilihat tingkat kinerja keuangannya baik dari segi kemampuan menghasilkan keuntungan (profitabilitas), kemampuan membayar hutang (likuiditas), struktur modalnya (leverage), maupun tingkat efisiensi dan efektivitasnya dalam mengelola kekayaannya (aktivitas).

  Faktor teknikal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.

  Harga saham sangat rentan dengan berbagai isu dan kasus yang terjadi diluar perusahaan. Kondisi ekonomi misalnya, seperti yang terjadi pada krisis tahun 1997 yang menyebabkan semua harga saham mengalami penurunan drastis. Hal itu juga diindikasikan dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari 600 lebih menjadi 300. Ada beberapa variabel faktor teknikal yang mempengaruhi harga saham seperti suku bunga, tingkat inflansi, nilai kurs valuta asing, dan lain sebagainya. Selain itu faktor yang mempengaruhi yaitu kondisi ekonomi, isu politik dan informasai yang kurang akurat.

2.3. Return Saham 2.3.1. Pengertian Return Saham

  Return saham merupakan pendapatan yang berhak diperoleh investor karena menginvestasikan dananya. Return saham dari investasi surat berharga saham. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Seorang investor yang rasional akan sangat memperhatikan hasil pengembalian saham karena return saham merupakan salah satu indikator untuk mengetahui keberhasilan suatu investasi.

2.3.2. Macam-macam Return Saham

  Menurut Jogiyanto dalam Verawati (2014) return dibagi menjadi dua macam, yaitu: a.

  Return realisasi (realized return)

  Return realisasi (rbealized return) merupakan return yang telah

  terjadi. Return realisasi dihitung dengan menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi atau return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa datang.

  b.

  Return ekspektasi (expected return) Return ekspekasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang.

  Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,

2.4. Laporan Keuangan 2.4.1. Pengertian Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut (Fahmi 2011).

  Laporan kuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No.1) Laporan keuangan adalah produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi (Harahap 2014 dalam Sutrisno 2016).

  Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan produk akhir dari suatu proses akuntansi yang disajiakan secara terstrukut dan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan.

2.4.2. Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

a) Tujuan Laporan Keuangan

  Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi.

  Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

b) Komponen Laporan Keuangan

  Menurut mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim dalam Sutrisno (2016) ada tiga macam laporan keuangan yang pokok dihasilkan yaitu: a.

  Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi finansial perusahaan pada suatu waktu tertentu.

  Neraca disebut juga sebagai gambaran kondisi keuangan perusahaan yang bersifat “snapshot” atau gambaran sesaat seperti layaknya sebuat foto, karena neraca hanya memberikan informasi posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu saja.

  b. laporan laba rugi

  Laporan laba rugi adalah ringkasan profitabilitas perusahaan selama periode waktu tertentu, misalnya 1 tahun. Laba rugi ini menunjukkan penghasilan (revenues) yang diperoleh selama satu periode, biaya (expenses) yang dikeluarkan dalam 1 periode, dan elemen-elemen lain c. laporan aliran kas

  Laporan arus kas disebut juga sebagai laporan perubahan posisi finansial atau laporan aliran dana perusahaan.

  Laporan arus kas merupakan laporan yang memuat aliran kas yang berasal dari 3 sumber, yaitu operasi perusahaan, investasi, dan aktivitas finansial yang dilakukan perusahaan. Disamping ketiga laporan kuangan diatas, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba ditahan, laporan perubahan modal sendiri dan diskusi-diskusi oleh pihak manajemen.

2.4.3. Analisis Rasio Keuangan

  Rasio Keuangan sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan jangka menengah pada umumnya lebih banyak tertarik pada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan membayar deviden. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Analisis rasio dan analisis trend selalu digunakan untuk mengetahui kesehatan keuangan dan kemajuan perusahaan setiap kali laporan keuangan diterbitkan. Analisis rasio keuangan adalah laba rugi, serta rasio keuangan emiten yang satu dengan rasio keuangan emiten yang lainnya Mohamad Samsul dalam Verawati (2014). Menurut Fahmi (2011) Analisis rasio keuangan dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu: a.

  Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.

  Rasio likuiditas secara umum terbagi menjadi 2 yaitu : 1)

  Rasio Lancar (Quick Ratio) Menurut Kasmir dalam Wijayanti (2016) “untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan”. Dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar, maka semakin baik posisi pemberi pinjaman. Dimana semakin tinggi rasio lancar memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian.

  2) Rasio Cepat (Quick Ratio)

  Rasio cepat (Quick Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatau perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar untuk menutupi utang lancarnya. Komponen aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga jangka pendek, piutang usaha, persediaan, biaya dibayar dimuka dan perlengkapan.

  b.

  Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas disebut juga rasio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini secara umum terbagi menjadi 2 yaitu :

  1) Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio total utang

  terhadap total aktiva. Total utang meliputi kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang lebih rendah karena semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kerditur jika terjadi likuidasi.

  2) Debt to Equity Ratio (DER)

  Rasio ini digunakan karena dapat memberikan informasi pemegang saham yang digunakan untuk menutupi keseluruhan hutang perusahaan. DER adalah rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir dalam Anisa 2012).

  c.

  Rasio Profitabilitas Rasio ini disebut juga dengan rasio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Semakin baik rasio Profitabilitas, maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio ini secara umum terbagi menjadi 4 bagian yaitu :

  1) Gross Profit Margin (GPM) Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara

  penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.

  2) Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk volume penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukan kinerja yang semakin baik.

  3) Return on Equity (ROE) Return on Equity adalah rasio yang mengukur keberhasilan

  perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. Oleh karena itu ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan. Perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan dalam menghasilkan laba tersebut.

  4) Return on Investment (ROI) Return on Investment merupakan rasio antara laba bersih

  setelah pajak (EAT) dengan total aktiva. Rasio ini mengukue tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total. Rasio yang lebih rendah dapat disebabkan karena NPM rendah atau karena perputaran aktiva yang rendah atau keduanya.

  d.

  Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan seperti kegiatan penjualan dan pembelian, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara maksimal. Rasio ini secara umum terbagi menjadi 4 bagian yaitu : 1)

  Perputaran persediaan (Inventory Turnover) Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan atau penjualan dengan rata-rata persediaan yang mengukur efisiensi penggunaan persediaan. 2)

  Rata-rata Periode pengumpulan piutang Rata-rata Periode pengumpulan piutang adalah rasio antara piutang dengan penjualan per hari.

  3) Perputaran aktiva tetap

  Perputaran aktiva tetap adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap atau perputaran aktiva tetap. 4)

  Perputaran total aktiva Perputaran aktiva tetap adalah rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.

2.5. Current Ratio (CR)

   Rasio Lancar ( Current Ratio) Salah satu ukuran likuiditas suatu

  perusahaan. Current ratio merupakan ukuran yang paling umum terhadap kesanggupan perusahaan membayar hutang dalam jangka pendek. Rasio oleh perusahaan dengan aktiva yang secara cepat dapat berubah menjadi kas segera (dalam jangka pendek). Seandainya perusahaan memiliki

  

current ratio lebih kecil dari satu maka net working capital dari

  perusahaan tersebut menjadi negatife. Berarti perusahaan akan mengalami kesulitan untuk menjalankan perusahaan dalam jangka pendek. Dengan demikian untuk berinvestasi investor cenderung untuk menghindari perusahaan yang memiliki current ratio yang kecil.

  Adapun rumus untuk mencari Current Ratio adalah Current Ratio = x 100% Keterangan :

  = Aset Lancar  Current Asset  Current Liabilities = Utang Lancar Para manajer dalam tugasnya ingin mengetahui likuiditas perusahaan seringkali menggunakan current ratio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar, maka semakin baik posisi pemberi pinjaman. Hal ini juga dapat dilihat dari sudut pandang investor, dimana semakin tinggi nilai rasio lancar akan memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi kegagalan perusahaan. Suatu keadaan kelebihan aktiva lancar yang besar atas kewajiban lancar tampaknya membantu melindungi klaim, karena banyak masalah dalam penagihan piutang usaha. Maka dari itu dapat dikatakan semakin tinggi tingkat likuiditas, maka semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Menurut Subramanyam dan Jhon J. Wild dalam Fahmi (2011) dijelaskan alasan mengapa rasio lancar secara luas digunakan sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur :

  a. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar Semakin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, maka semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.

  b. Penyangga Kerugian Semakin besar penyangga, maka semakin kecl resikonya. Rasio lancar menunjukan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuiditasi.

  c. Cadangan Dana Lancar Rasio lacar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan.

  Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga. Kondisi perusahaan yang memiliki Current Ratio (CR) yang baik

  ratio pada suatu perusahaan terlalu tinggi juga dianggap tidak baik. Ini

  sebagaimana dikatakan oleh Samuel C. Weaver dan J. Fred Weston dalam Fahmi (2011), bahwa current ratio memiliki nilai yang terlalu ekstrim, misalnya saja rasio lancar memiliki nilai sebesar 8,00 dapat mengindikasikan : a.

  Penimbunan kas b. Banyaknya piutang tak tertagih c. Penumpukan Persediaan d. Rendahnya pinjaman jangka pendek 2.6.

   Debt To Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio merupakan perhitungan leverage sederhana yang

  membandingkan total utang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas (modal sendiri) dalam menangung risiko. Total utang merupakan total kewajiban, sedangkan total ekuitas merupakan total modal.

   Debt to equity ratio menggambarkan struktur modal perusahaan yang

  digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rumus yang digunakan untuk menghitung Debt To Equity Ratio (DER) yaitu : DER = x 100% Keterangan :

  = total utang  Total Liabilities Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan semakin tinggi komposisi utang perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri sehingga berdampak besar pada beban perusahaan terhadap pihak luar karena akan meningkatkan solvabilitas perusahaan. Semakin rendah debt to equity ratio maka semakin baik karena aman bagi kreditor saat dilikuidasi.

2.7. Return On Equity (ROE)

  Return on equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal (saham). ROE maka menunjukkan semakin efisien perusahaan (emiten) menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Perusahaan yang semakin efisien dalam menggunakan modalnya sendiri untuk menghasilkan laba, maka akan memberikan harapan naiknya return sahamnya. ROE yang tinggi menunjukan semakin tinggi laba yang dihasilkan perusaahaan, sehingga hal tersebut akan meningkatkan ekuitas pemegang saham.

  Adapun rumus mencari ROA adalah : ROE = 100 %

  x Keterangan :  EAT ( Earning After Tax) = Laba Setelah Pajak

   = Total Modal

   Total Equity Peningkatan ROE akan menambah daya tarik investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan. Sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. Harga saham yang naik akan menarik investor untuk berinvestasi yang akan juga meningkatkan return saham.

  2.8. Tinjauan Peneltian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  No Tahun Nama Peneliti Judul Hasil 1. 2015 Nesa Anisa Analisis Faktor- ROA berpengaruh

  Faktor yang positif dan signifikan Mempengaruhi terhadap return

  Return Saham (Studi saham, CR tidak

  Kasus pada bepregaruh signifikan Perusahaan Sub terhadap return Sektor Automotive saham, DER

  Components yang berpengaruh positif

  Terdaftar di Bursa dan signifikan Efek Indonesia terhadap return Periode 2010-2014) saham, PER tidak berpengaruh signifikan dan bernilai negatif terhadap return saham, PBV tidak berpengaruh terhadap

  return. ROA, CR, DER, PER, dan PBV

  berpengaruh simultan terhadap

  return saham

  Harga saham Pada Indeks LQ 45 di BEI Periode 2010-2014

  on equity (ROE)

  positif secara signifikan terhadap harga saham, return

  (ROA) berpengaruh

  return on asset

  Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham

  berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham,

  Ratio(CR)

  Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Current

  Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Return On Equity, Terhadap

  2. 2015 Ade Affinanda dan Etna Nur Afri Yuyetta

  Pengaruh Current

  4. 2016 Adriana Kundiman dan Lukmanul Hakim

  hasil penelitian menunjukan bahwa ROA dan EPS memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham, CR dan NPM memiliki pengaruh positif terhadap return saham dan secara bersama- sama ROA, CR, EPS, NPM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

  THE INFLUENCE OF FUNDAMENTAL FACTORS ON STOCK RETURN

  3. 2015 Sonnia Cindy Tamuunu dan Farlane Rumokoy

  Return On Assets (ROA) , Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), dan Debt To Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh positif terhadap return saham.

  45 Tahun 2010-2013

  INDEKS LQ

  ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAMPERUSAH AAN DALAM

  berpengaruh positif harga saham. 5. 2016 Agung

  Anugrah dan Muhamad Syaichu

  ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO, CURRENT RATIO, DAN PRICE TO BOOK

  VALUE TERHADAP RETURN SAHAM SYARIAH (Studi Kasus pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Jakarta Islamic Index Periode 2011-2015 )

  Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ROE memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham, DER memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap

  return saham, dan CR

  memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham sedangkan PBV memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. 6. 2016 R.R. Ayu Dika

  Parwati dan Gede Mertha Sudiartha

  PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN PENILAIAN PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

  Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa

  Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, Current

  Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, Price Earning Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

  7. 2017

  I Made Panji Dwitya Putra Pradnya Handara dan Ida Bagus Anom Purbawangsa

  PENGARUH RASIO KEUANGAN, KONDISI PASAR MODAL, DAN PERUBAHAN NILAI TUKAR

  Penelitian ini menyimpulkan bahwa

  ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, DER berpengaruh negatif dan signifikan positif dan signifikan terhadap return saham, dan CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

  8. 2017 Arifah Pengaruh Rasio current ratio (CR)

  Rusydina dan Keuangan terhadap mempunyai pengaruh Sugeng Return Saham positif dan tidak

  Praptoyo signifikan terhadap return saham, debt to equity ratio (DER)

  mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

  return

  saham, total asset

  turnover mempunyai

  pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

  return

  saham, return on

  equity (ROE)

  mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

  return

  saham, earning per

  share (EPS)

  mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

  return saham.

2.9. Kerangka Pengembangan Hipotesis 2.9.1. Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Return Saham

  Current Ratio (CR) merupakan alat ukur untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya. Current Ratio (CR) diperoleh dengan membandingkan antara aset lancar dengan liabilitas lancar. Nilai CR yang tinggi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan semakin baik. Kondisi ini akan berdampak pada meningkatnya kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga mampu menarik minat investor memiliki saham perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan harga dan return saham perusahaan.

  Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Affinanda dan Etna (2015), Tamuunu dan Farlane (2015) , Kundiman dan Lukmanul (2016), Anugrah dan Muhamad (2016), Parwati dan Mertha (2016) menunjukan bahwa CR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham.

  Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan yaitu : H1 : Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap return saham.

2.9.2. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham

   Rasio ini digunakan karena dapat memberikan informasi

  mengenai seberapa besar ekuitas (modal) dari para pemegang saham yang digunakan untuk menutupi keseluruhan hutang perusahaan. DER adalah rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir dalam Anisa 2012). Menurut Susilowati & Turyanto dalam Anisa (2012) penggunaan hutang hutang dengan total aktiva) yang makin besar, pada perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan menghasilkan laba per saham yang lebih besar. Jika laba per saham meningkat, maka minat para investor pun akan meningkat.

  Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nesa Anisa (2012), Anugrah dan Muhamad (2016) dan Rusydina dan Sugeng (2017) menytakan bahwa DER memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham.

  Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diambil yaitu : H2 : Debt to Equity Ratio (DER ) berpengaruh positif

  terhadap Return Saham 2.9.3.

   Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham

  ROE adalah rasio yang berfungsi untuk mengukur efektivitas ekuitas dari investor yang dikelola oleh manajemen perusahaan dalam beroperasi menghasilkan laba (Sari dalam Handara 2017). Nilai ROE yang tinggi, mencerminkan kemampuan perusahaan menggunakan ekuitas dalam menghasilkan laba semakin efektif dan profitabilitas perusahaan yang meningkat. Kondisi profitabilitas yang meningkat menyebabkan investor cenderung tertarik membeli saham perusahaan yang memiliki nilai ROE yang tinggi, sehingga permintaan atas saham perusahaan pun meningkat.

  Peningkatan permintaan saham ini akan diikuti oleh meningkatnya harga saham dan return saham.

  Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Affinanda dan Etna (2015), Handara dan Ida (2017) dan Rusydina dan Sugeng (2017) menunjukan bahwa Return On Equity memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diambil yaitu : H3 : Return On Equity (ROE) Berpengaruh Positif terhadap Return saham.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Current Ratio (X1) H1

  H2

  Debt to Equity Ratio (X2)

  Return Saham H3

  Return On Asset (X3)

  H4

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON ASSETS, DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO (PER) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 16 19

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), EARNING PER SHARE (EPS), CURRENT RATIO (CR), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Listed di BEI Tahun 2012-2014)

2 29 88

PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), RETURN ON INVESTMENT (ROI) TERHADAP DEVIDEND PER SHARE (DPS) (Sektor Industri Barang Konsumsi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)

1 3 40

PENGARUH CURRENT RATIO (CR), RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), EARNING PER SHARE (EPS), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTI DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH CURRENT RATIO (CR), RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), EARNING PER SHARE (EPS), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTI DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

PENGARUH CURRENT RATIO (CR), RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), EARNING PER SHARE (EPS), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTI DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 9

PENGARUH CURRENT RATIO (CR), RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), EARNING PER SHARE (EPS), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTI DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON ASSET, DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM

0 1 14

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI BEI

0 0 20

PERAN CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND COMPONENTS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 18