BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian - PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DIGITAL BERBASIS ARCS (ATTENTION – RELEVANCE – CONVIDENCE – SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN JARIMATIKA DENGAN METODE BLENDED

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas Jarimatika level 1 di Unit Jarimatika Center Salatiga. Pada level 1 dipilih dengan pertimbangan sebagai kelas dasar

  dalam pemahaman metode jarimatika serta dengan pertimbangan waktu, tenaga dan biaya. Hal lain yang digunakan sebagai pertimbangan adalah letak dari Unit Jarimatika Center tersebut sangatlah strategis, yaitu beralamatkan di Jalan Margosari PR 04 Salatiga Jawa Tengah 50711. Unit Jarimatika Center yang berada di Salatiga ini merupakan kantor pusat Jarimatika dari berbagai cabang yang ada di Indonesia.

2. Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap yang secara garis besar dibagi menjadi enam tahap sebagai berikut: a.

  Tahap Persiapan: meliputi pengajuan judul, pembuatan proposal, dan permohonan ijin. Alokasi waktu Desember 2013 sampai Januari 2014.

  b.

  Tahap Analisis: meliputi studi pendahuluan, pengumpulan dan pengolahan data. Alokasi waktu Januari 2014 sampai Maret 2014.

  c.

  Tahap Desain: meliputi semua kegiatan yang mencangkup mendesain produk. Alokasi waktu Maret 2014 sampai April 2014. d.

  Tahap Develop: meliputi mengembangkan produk dan uji coba produk.

  Alokasi waktu mulai April 2014.

  e.

  Tahap Implementasi: meliputi penggunaan produk bahan ajar. Alokasi waktu April 2014 sampai Mei 2014.

  f.

  Tahap Evaluasi: meliputi uji keefektifan penggunaan produk bahan ajar.

  Alokasi waktu Juni 2014.

  B.

  

Jenis Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau dikenal Research & Development (R & D) Borg and Gall (2003) mengatakan:

  “Educational Reserarch and Development (Educational R & D) is an

industry-based development model in which the findings of the research are used

to design new products and procedures, which then are systematically field-tested,

evaluated, and refined until they meet specified criteria of effectiveness, quality,

or similar standard” (Penelitian pendidikan dan pengembangan adalah sebuah

  betuk mengembangan model dimana hasil penelitian digunakan untuk mendesain produk baru beserta prosedurnya, kemudian diuji (dilapangan) secara sistematis, dievaluasi, dan diperbaiki sampai mereka bertemu kriteria khusus dari keefektifan, kuallitas atau standar yang sama).

  Senada dengan pendapat di atas, Sugiyono (2011) mengatakan bahwa “Metode penelitain dan pengembangan (R & D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut”. Istilah produk merujuk tidak hanya pada objek material, seperti buku teks, film pembelajaran, dan lain-lain, tetapi juga prosedur dan proses, seperti metode pembelajaran atau metode untuk mengorganisir pembelajaran (Borg dan Gall, 2007). Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada dan menguji keefektifannya.

  Menurut Borg & Gall (2007) prosedur penelitian dan pengembangan pada dasarnya terdiri atas dua tujuan utama, yaitu mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan dimana produk yang dihasilkan bisa berupa software, hardware seperti buku, modul, paket program pembelajaran ataupun alat bantu belajar, sedangkan kedua disebut sebagai fungsi validasi. Produk yang dihasilkan dalam penlitian ini berupa Bahan Ajar Digital Berbasis ARCS Materi Jarimatika Level 1.

  Pemilihan model Borg dan Gall dikarenakan model ini memiliki karakteristik yang menekankan pada uji coba dan revisi yang berulang sehingga menghasilkan produk yang layak, selain itu analisis produknya terperinci berorientasi pada hasil belajar. Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall (Tim Puslitjaknov, 2008), dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan lima langkah utama: (1) melakukan analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi ahli dan revisi, (4) uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk, (5) uji coba lapangan skala besar dan produk akhir. Langkah-langkah secara rinci pada setiap tahapan pengembangan alat evaluasi ini akan dijabarkan dalam pembahasan prosedur pengembangan.

  C.

  

Prosedur Pengembangan

  Prosedur pengembangan merupakan salah satu langkah konkrit dan rinci yang penjabarannya dari model pengembangan. Prosedur pengembangan dari penelitian ini adalah model prosedural yang dimodifikasi dari model pengembangan Borg & Gall. Kesepuluh langkah R & D yang dikemukakan Borg & Gall sudah sangatlah operasional. Apabila langkah-langkah tersebut diikuti dalam melakukan penelitian pendidikan akan menghasilkan produk pendidikan yang sudah teruji dan implementatif. Implementasi langkah-langkah tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tahapan proses penelitian dan pengembangan, yaitu:

  Studi Pendahuluan Pengembangan Model Evaluasi/Penguji an

  Validasi ahli & revisi Melakukan analisis Uji efektifitas produk produk yang akan dikembangkan

  Uji coba lapangan skala kecil & revisi Uji coba lapangan skala besar & revisi

  Gambar 5 Modivikasi langkah-langkah Penelitian R & D oleh Borg & Gall (Sumber: Tim Puslitjaknov, 2008).

  Tahap I : Studi pendahuluan Tahap ini, adalah tahap awal atau persiapan di dalam pengembangan.

  Tahap penelitian pengembangan ini meliputi studi pustaka, studi lapangan, dan deskripsi dan analisis temuan.

  1. Studi Pustaka Pada tahap ini, meliputi studi kurikulum yang ada di Unit Jarimatika

  Center berkaitan dengan karakteristik materi yang di ajarkan pada level 1, alokasi waktu yang tersedia, buku-buku teks mengenai materi dan latihan, serta buku-buku penunjang lainnya untuk menunjang hasil penelitian.

  2. Studi Lapangan Survei lapangan dilakukan dengan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi atau keadaan dan proses pembelajaran yang ada di Unit Jarimatika Center Salatiga. Wawancara dilakukan kepada guru Jarimatika Level 1 untuk memperoleh data tentang materi yang di ajarkan pada level 1.

  3. Desktipsi dan Analisis Temuan Pada tahap ini, hasil dari survei lapangan mengenai materi Jarimatika yang disajikan pada level 1 dianalisis terhadap kesesuaian buku latihan yang sudah ada dengan memperhatikan unsur ARCS (Attantion, Relevance, Confidentce, dan Satisfaction).

  Dari hasil analisis temuan tersebut, maka peneliti berasumsi akan menyempurnakan buku latihan yang sudah ada dengan membuat bahan ajar digital berbasis ARCS.

  Tahap II : Pengembangan Model 1. Model pengembangan

  Pada tahap ini, model yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar adalah model prosedural. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model yang digunakan di sini adalah model

  K

  pengembangan Borg and Gall. egiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi materi jarimatika level 1 yang akan dikembangkan, selanjutnya menyusun desain produk bahan ajar digital dengan cara membuat

  flowchart view

  dan storyboard. Peneliti kemudian mengumpulkan bahan pendukung seperti materi, gambar, video dan audio sesuai dengan materi.

  Setelah bahan-bahan yang diperlukan dalam pengembangan bahan ajar terkumpul, peneliti memasukkan semua bahan/materi yang telah terkumpul kedalam bahan ajar digital. Selanjutnya melakukan uji coba produk awal dilakukan oleh ahli materi dan ahli media. Langkah berikutnya melakukan revisi dan penyempurnaan bahan ajar digital sampai ditemukan rancangan terbaik dari bahan ajar digital berbasis ARCS.

2. Validasi Desain

  Sugiyono (2011) mengungkapkan bahwa validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk hingga secara rasional lebih baik dari pada produk lama. Validasi desain dilakukan dengan melibatkan para ahli yang berhubungan dengan produk penelitian yang sedang dikembangkan. dikembangkan siap untuk dilakukan uji lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk produk baru tersebut.

  Validasi yang ditentukan peneliti ada 2 macam yaitu: a. Validasi ahli materi, yaitu penyerahan produk dan instrument angket berisi pertanyaan-pertanyaan tentang ketepatan materi yang ada di dalam bahan ajar digital berbasis ARCS ini untuk di lakukan proses validasi oleh ahli materi, ahli materi dilakukan oleh penemu metode Jarimatika sekaligus pendiri Yayasan Jarimatika Indonesia. Peneliti selanjutnya merangkum data yang diperoleh untuk dilakukan perbaikan sesuai dengan saran dan pendapat setiap ahli materi.

  b.

  Validasi ahli media, yaitu proses penyerahan produk dan instrument berisi pertanyaan-pertanyaan tentang desain produk, dengan tujuan apakah bahan ajar ini sudah sesuai dengan desain pembelajaran dan karakter peserta didik level 1. Ahli media berasal dari profesi yang berhubungan dengan teknologi pendidikan.

3. Revisi Desain

  Setelah dilakukan validasi desain, tahap berikutnya adalah perbaikan desain sesuai saran dari pakar digunakan untuk menyempurnakan produk desain.

4. Uji Coba Produk

  Uji coba produk merupakan bagian penting dalam penelitian pengembangan yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat efektifitas, efisiensi, dan atau daya tarik dari produk yang dihasilkan. Uji produk pengembangan biasanya dilakukan dalam dua tahap yaitu uji validasi isi dan uji coba lapangan. Dalam bagian ini secara berurutan dikemukakan tetang desain uji coba, subjek validasi, jenis data, instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.

a. Desain Uji Coba

  Ada dua tahapan desain uji coba bahan ajar digital berbasis ARCS yang digunakan. Kedua tahapan tersebut sebagai berikut: 1)

  Uji Coba Lapangan Skala Kecil (Main Field Test) Tujuan dari uji coba ini untuk menentukan apakah produk yang dihasilkan memiliki kelayakan baik aspek pembelajaran, isi atau materi, tampilan sehingga layak untuk digunakan. Prosedur uji coba lapangan skala kecil, sebagai berikut: 1)

  Menjelaskan kepada peserta didik bahwa peneliti sedang mengembangkan bahan ajar digital berbasis ARCS.

  2) Meminta peserta didik agar bersifat rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang bahan ajar digital yang diberikan.

  3) Menayangkan bahan ajar digital dengan proyektor serta didik untuk membaca dan menggunakannya. Peneliti mencatat berapa lama waktu yang dibutuhkan peserta didik untuk mempelajari materi yang disediakan. Selain itu juga mencatat reaksi peserta didik dan bagian-bagian yang sulit dipahami, apakah soalnya, pilihan jawabannya, atau yang lainnya. 4)

  Membagikan lembar kuisioner tentang tanggapan peserta didik terhadap bahan ajar yang diuji cobakan.

  5) Menganalisis informasi yang diperolah. 6) Melakukan revisi terhadap produk atas dasar data yang diperoleh.

  Berdasarkan uji coba skala luas diperbaiki dan semakin disempurnakan menjadi produk akhir dan siap disebarluaskan kepada para pengguna khususnya guru dan peserta didik di Unit Jarimatika Center Salatiga.

  2) Uji Coba Lapangan Skala Besar (Operational Field Testing)

  Tujuan Operational Field Test atau disebut juga uji coba skala luas ini adalah untuk melihat kelayakan media yang dilihat dari sudut pandang peserta didik baik aspek media maupun materi, juga untuk melihat efektifitas bahan ajar digital ini. Uji coba lapangan operasional dilaksanakan uji efektifitas dengan menghadirkan kelas kontrol dari kelas lain, sementara itu untuk kelas eksperimen penelitian di laksankan di kelas Jarimatika level 1 A dan untuk kelas kontrol dilaksanakan di kelas Jarimatika level 1 B.

  Prosedur Uji Coba Lapangan Skala Besar (Operational Field

  Testing) dilaksanakan dengan metode Blended Learning:

  1) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa peneliti sedang mengembangkan bahan ajar digital berbasis ARCS.

  2) Menayangkan bahan ajar digital dapat dilaksanakan dengan tatap muka dikelas/konvensional menggunakan proyektor. Bahan ajar dipelajari online, dengan membuka webside yang telah disiapkan.

  Serta membagikannya dalam bentuk kepingan CD dan meminta peserta didik untuk membaca dan menggunakannya.

  3) Mencatat semua respon yang muncul dari peserta didik selama menggunakan media.

  4) Memberikan tes untuk melihat tingkat efektifitas bahan ajar digital tersebut.

  5) Menganalisis data-data yang diperoleh (skor tanggapan terhadap kualitas produk yang dikembangkan, waktu yang diperlukan, perbaikan bagian-bagian yang sulit, pengayaan yang diperlukan).

  Berdasarkan hasil uji coba lapangan operasional, bahan ajar digital berbasis ARCS diperbaiki dan disempurnakan sehingga produk akhir terwujud dan siap disebarluaskan kepada pengguna, khususnya guru kelas dan peserta didik Jarimatika level 1 di Unit Jarimatika Center.

  b. Subyek Uji Coba

  Subyek uji coba pada penelitian ini adalah pada peserta didik level 1 di Unit Jarimatika Center Salatiga. Jumlah subyek penelitian secara keseluruhan sebanyak 25 peserta didik dengan rincian sebagai berikut: 1)

  Subjek uji coba yang digunakan dalam uji coba lapangan skala kecil (main field test) ini adalah sepuluh. Peserta didik dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan kemampuan akademiknya, yaitu tinggi, sedang dan rendah. 2)

  Sebanyak lima belas orang peserta didik untuk diuji coba lapangan skala luas (operational field test) yang dipilih secara random yang mewakili kelompok tinggi, sedang dan rendah. Peserta didik yang sudah menjadi subjek uji coba pada uji coba sebelumnya tidak diikutkan kembali dalam

  main field test. Pada uji coba lapangan skala luas ini, juga dilaksanakan

  uji efektivitas, dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Uji coba ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kualitas daya tarik produk yang dikembangkan.

  c. Jenis Data

  Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didapat dari penelitian kualitas produk bahan ajar digital yang dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan kualitas produk. Data kuantitatif didapat dari ahli materi, ahli media dan peserta didik meliputi: aspek materi oleh ahli materi, aspek media oleh ahli media, aspek pembelajaran, materi, dan media dari peserta didik.

  d. Instrumen Pengumpulan Data

  Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa lembar observasi dan kuisioner. Lembar observasi digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian penting dan merespon peserta didik dalam proses uji coba produk. Kuisioner digunakan untuk mengukur kualitas produk yang dikembangkan dari aspek materi dan media.

  e. Teknik Analisis Data

  Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif sehingga teknik analisis data yang dilakukan, yakni sebagai berikut: 1)

  Validasi Bahan Ajar Digital Validasi buku digital interaktif dilakukan oleh validator materi dan validator media pembelajaran yang dianalisis menggunakan teknik deskriptif presentase dengan rumus (Sudjiono, 2008): Keterangan: P = presentase skor f = jumlah skor yang diperoleh

  Validator materi dan media akan menjawab pertanyaan dengan memberi skor sesuai rubrik validasi (skor tertinggi = 4 dan skor terendah=1). Konversi data kuantitatif ke kualitatif dengan skala 4 menggunakan aturan yang merupakan modifikasi dari aturan yang dikembangkan oleh Sudiyono (2003) sebagai berikut:

  

Jumlah Nilai Skor Rerata Skor Kriteria

Kualitatif

  76-100 4 3,01-4,00 Sangat Layak 51-75 3 2,01-3,00 Layak 26-50 2 1,01-2,00 Kurang Layak

  1-25 1 0-1,00 Tidak Layak Tabel 1

  Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif 2)

  Analisis Tanggapan Pengguna Tanggapan guru dan peserta didik mengenai penerapan pembelajaran menggunakan bahan ajar digital diambil melalui angket.

  Angket berisi pertanyaan dengan pilihan jawaban: sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Masing-masing jawaban diberi skor sebagai berikut: SS=4, S=3, KS=2, TS=1.

  Hasil tanggapan guru dan peserta didik akan dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut (Sudijono 2008).

  Keterangan: P = presentase skor F = jumlah skor yang diperoleh

  Kriteria hasil tanggapan pengguna (peserta didik) ditentukan dengan mengkonversi data kuantitatif ke kualitatif dengan skala 4 menggunakan aturan yang merupakan modifikasi dari aturan yang dikembangkan oleh Sudiyono (2003) sebagai berikut:

  Jumlah Nilai Skor Rerata Skor Kriteria Kualitatif

  76-100 4 3,01-4,00 Sangat Baik 51-75 3 2,01-3,00 Baik 26-50 2 1,01-2,00 Kurang Baik

  1-25 1 0-1,00 Tidak Baik Tabel 2

  Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Dalam pengembangan ditetapkan nilai kelayakan produk minimal "Setuju", sebagai hasil penilaian baik dari ahli materi, ahli media maupun dan pengguna. Jika hasil penilaian akhir keseluruhan aspek dengan nilai minimal "Setuju", maka produk hasil pengembangan tersebut sudah dianggap layak digunakan sebagai media atau sumber belajar.

5. Revisi Produk

  Setelah dilakukan uji coba lapangan dan uji coba kelompok kecil, tahap berikutnya adalah perbaikan produk sesuai dengan data yang diperoleh dari uji coba awal. Saran dari pakar digunakan untuk menyempurnakan produk. Revisi Produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan berdasarkan rekap instrument yang sudah diisi oleh para ahli.

6. Evaluasi dan Penyempurnaan

  Selelah produk awal diselesaikan, selanjutnya dilakukan evaluasi oleh dua orang pakar, yaitu ahli media dan ahli materi jarimatika. Hal-hal yang dievaluasai dalam pengembangan bahan ajar ini yaitu: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tampilan dari bahan ajar dan konten dari bahan ajar digital. Setelah dievaluasi lalu disempurnakan sehingga memungkinkan untuk mengefektifkan pebelajaran peserta didik.

  Tahap III : Tahap Evaluasi/Pengujian Model

  Pada tahap evaluasi ini, setelah pengajuan terhadap produk berhasil, maka selanjutnya produk tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang selanjutnya. Dalam tahap ini, digunakan metode eksperimen. Setelah pengujian model, masih dimungkinkan ada revisi produk, kemudian barulah menjadi model final, yang siap untuk diseminasi. Namun dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap uji coba skala lapangan besar (operational field test selain dilakukan uji kelayakan produk untuk mengetahui kualitas produk, juga dilakukan uji efektifitas produk hasil pengembangan.

  Uji efektifitas menggunakan Post-test Only Control Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan dengan menggunakan bahan ajar digital berbasis ARCS yang selanjutnya disebut sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelompok lainnya diberi perlakuan yang berbeda dengan mengunakan buku latihan cetak, yang selanjutnya disebut sebagai kelas kontrol. Uji efektifitas ini menggunakan uji-t. Langkah-langkah uji-t adalah a) Hipotesis

  H o : μ1 = μ2 (kedua kelompok mempunyai prestasi belajar yang sama)

  H :

  1 μ1 = μ2 (kedua kelompok memiliki prestasi belajar yang tidak sama)

  b) Taraf Signifikansi

  α = 0,025

  c) Statistik Uji

  2

  2

  t = (X 1 2 )-d ~ t(n 1 +n 2 ) dengan 2 (n 1 -1) s (n 2 – 1) s

  • S p 1 2
    • – X

  n 1 + n 2 - 2 s p 1 + 1 n 1 n 2 Dengan : X = 1 Rata-rata nilai tes kermampuan peserta didik pada kelompok

  eksperimen

   X 2 = Rata-rata nilai tes kemampuan peserta didik pada kelompok

  kontrol

   S 1 = Simpangan baku kelompok eksperimen S 2 = Simpangan baku kelompok kontrol n 1 = Banyaknya peserta didik kelompok eksperimen n 2 = Banyaknya peserta didik kelompok kontrol

  2

  = Variansi gabungan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

  S p

  d = 0 (sebab tidak diselisih rata-rata)

  d) Daerah Kritis

  DK = {t |t| > t ½ α } e) Keputusan Uji H diterima, jika harga statistik uji-t jatuh di luar daerah kritis.

  H ditolak, jika harga statistik uji-t jatuh di dalam daerah kritis (Budiyono, 2009).

  Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Pertama adalah uji normalitas untuk mengetahui normalitas kedua variansi dengan menggunakan uji Liliefors. Langkah-langkah dalam uji liliefors adalah: a)

  Hipotesis H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H

  1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

  b) Taraf Signifikansi

  α = 0,05

  c) Statistik Uji

  L = Maks |F(z ) )|

  i – S(z i

  Dengan F(z ); ~ N (0,1);

  i ) = P(Z ≤ z i

  z i = Skor standar z = (Xi

  i – X) s s = Standar deviasi Xi

  = Skor item S(z terhadap seluruh z

  i ) = proporsi cacah Z ≤ z i

  d) Daerah Kritik e) Keputusan Uji

  H ditolak jika L obs DK

  ∈

  H diterima jika L DK

  obs ∉

  f) Kesimpulan H diterima, jika sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

  H ditolak, jika sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Budiyono, 2009).

  Setelah didapatkan normalitas kedua variansi, maka uji prasyarat analisis kedua adalah homogenitas. Menurut Budiyono (2009 ), “uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak”. Langkah-langkah pada uji ini adalah sebagai berikut: a)

  Hipotesis H : (variansi sampel homogen)

  H : (variansi sampel heterogen)

  1

  b) Taraf signifikasi α = 0,05

  c) Statistik uji yang digunakan

  ~ F(n

  1 – 1, n 2 – 1)

  d) Komputasi Kemudian menghitung nilai F. e) Daerah Kritik

  f) DK = {F|F < atau F > }

  g) Keputusan Uji

  H diterima, jika F obs

  ∉

  DK H ditolak jika F obs

  ∈

  DK

  h) Kesimpulan

  H diterima, maka variansi sampel homogen dan uji-t yang digunakan adalah yang homogen.

  H ditolak, maka variansi sampel homogen dan uji-t yang digunakan adalah yang heterogen (Budiyono, 2004).