MATRIKS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS TERKAIT DENGAN PEREDARAN VAKSIN PALSU DI KABUPATEN SEMARANG

  LAMPIRAN MATRIKS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS TERKAIT DENGAN

PEREDARAN VAKSIN PALSU DI KABUPATEN SEMARANG

No. Topik Peraturan Pelaksanaan Analisis

  1. Pengawasan Peredaran Undang-Undang Nomor 36

  Tahun 2009 tentang Kesehatan

  obat/Vaksin

  Pasal 40 (1) Pemerintah menyusun daftar

  Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat Sudah dilaksanakan,Pemerintah / dan jenis obat yang secara esensial harus tersedia bagi berdasarkan : a. Obat daftar O( narkotika )b. BPOM berkerjasama dengan pihak kepentingan masyarakat.

  Obat daftar G ( Obat keras ) c. Obat daftar W( yg berkompeten seperti IDI,PDGI, obat bebas & bebas terbatas ) d. Obat

  IAI dengan cara menyusun bersama psikotropika –sama formularium yang berisi tentang jenis,golongan obat yang ada di Indonesia. (2) Daftar dan jenis obat sebagaimana dimaksud pada

  Obat yang diedarkan di indonesia wajib ayat (1) ditinjau dan memiliki izin edar syarat-syaratnya :a. disempurnakan paling lama

  Registrasi b. Penandaan & informasi produk setiap berisi informasi lenghkap objektif,tidak

  (3) 2 (dua) tahun sesuai dengan menyesatkan yang dapat menjamin perkembangan kebutuhan dan pemgunaan obat secara tepat,rasional,aman teknologi.

  (4) (3) Pemerintah menjamin agar obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersedia secara merata dan terjangkau oleh masyarakat

  Pemerintah menyediakan sarana

  • – sarana
  • – pembuatan obat secara swasta seperti PBF PBF yang berikan wewenang utk meproduksi obat – obat / vaksin untuk membantu pemerintah utk masyarakat yang membutuhkan obat / vaksin

  Peraturan Pemerintah Nomor

72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Pasal 64 Pengawasan terhadap segala

  kegiatan yang berhubungan dengan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan oleh Menteri

  Peredaran obat termasuk juga vaksin pengawasannya dilakukan oleh pemerintah dengan menunjuk Menteri kesehatan bersama

Pasal 65 dengan BPOM (divisi penyidikan ) sebagai pelaksana. Menteri dalam melaksanakan Sudah dilaksanakan,BPOM & Dinas

  pengawasan, mengangkat tenaga Pemerintah melaksanakan pembinaan, kesehatan kota bertugas melakukan pengawas yang bertugas pengawasan dan pengendalian obat, pengawasan terhadap peredaran melakukan pemeriksaan di bidang sedangkan pelaku usaha di bidang obat obat & vaksin tapi karena kurangnya pengamanan sediaan farmasi dan bertanggung jawab atas mutu obat sesuai sumber daya manusia untuk alat kesehatan. dengan fungsi usahanya. Tugas pengawasan melakukan kontrol & pengawasan dan pengendalian yang menjadi tanggung terhadap obat & vaksin sistem ini jawab pemerintah dilakukan secara belum bisa berjalan dengan profesional, bertanggung jawab, independen maksimal sesuai dengan peraturan dan transparan yang ada walaupaun di kabupaten semarang tidak di temukan adanya

  Sasaran pengawasan mencakup aspek peredaran vaksin palsu. keamanan, khasiat, dan mutu serta keabsahan obat dalam rangka melindungi masyarakat terhadap penyalahgunaan dan salah penggunaan obat sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan, informasi dan edukasi masyarakat yang harus ditangani secara lintas sektor dan lintas program.

  Pengawasan tidak hanya terhadap produsen farmasi, rumah sakit, apoteker atau tenaga kefarmasian, tetapi juga terhadap sistem produksi dan peredaran di pasaran, sehingga pengawasan tidak hanya dilakukan jika ada pengaduan dari masyarakat. Dalam hal penindakan, Pemerintah harus bersifat tegas dalam menerapkan sanksi bagi pelaku untuk menyikapi kasus vaksin palsu. Karena bila penerapan sanksinya yang diberikan kurang tegas maka kemungkinan besar produksi dan peredaran vaksin palsu tersebut semakin bertambah Dalam melakukan pengawasan Balai Besar POM di Kabupaten semarang melakukan kerja sama dengan Dinas Kesehatan di daerah terkait pelaporan kegiatan pemeriksaan dan tindak lanjut dari hasil kegiatan tersebut. Tindak lanjut yang dilakukan oleh Balai Besar POM, jika terjadi pelanggaran antara lain adalah pemberian Surat Peringatan Satu, Surat Peringatan Dua, Surat Peringatan Tiga, merekomendasikan pencabutan izin Apoteker hingga Penghentian Sementara Kegiatan (PSK). Saat ini dari kegiatan pemeriksaan yang dilakukan Balai Besar POM tidak sesuai dengan perencanaan, sehingga masih diperoleh temuan-temuan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.

  2. Peredaran dan Undang-Undang Nomor 36 Pengadaan obat/Vaksin Tahun 2009 tentang Kesehatan

  (1) Pemerintah menjamin Pengadaan obat publik yang dibutuhkan di Sudah,dilaksanakan,diRSUD ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan Unit Pelayanan Kesehatan dilaksanakan oleh Ambarawa & RSUD Ungaran sudah kesehatan, terutama obat

  Dinas Kesehatan. Ketersediaan obat bagi melakukan sesuai dengan prosedur esensial. masyarakat merupakan salah satu komitmen dalam pelaksanaan pengadaan obat

  (2) Dalam menjamin ketersediaan pemerintah dalam melaksanakan pelayanan / vaksin sehingga terkontrol dengan obat keadaan darurat, kesehatan masyarakat. Upaya yang telah baik,sistem pengadaan obat publik Pemerintah dapat melakukan dilakukan oleh pemerintah tentunya bertujuan dilaksanakan oleh Dinas kesehatan kebijakan khusus untuk pengadaan dan pemanfaatan agar kesehatan masyarakat terjaga. Pada Provinsi & Kabupaten Kota sesuai obat dan bahan yang berkhasiat dasarnya produksi sediaan farmasi hanya dengan ketentuan dalam obat. dapat dilakukan oleh badan usaha yang telah pelaksanaan pengadaan barang & memiliki izin usaha industri. Hal ini bertujuan jasa instansi pemerintah dengan untuk memenuhi persyaratan mutu, mengunakan anggaran belanja keamanan, dan kemanfaatan. Sehingga daerah / negara produksi yang baik untuk obat-obatan termasuk vaksin dapat untuk mencegah terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam proses produksi serta menjamin produksi yang secara konsisten menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

  Pengadaan obat publik dilaksanakan oleh

Pasal 38 Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten / Kota sesuai dengan ketentuan-ketentuan

  (1) Pemerintah mendorong dan mengarahkan pengembangan dalam Pelaksanaan Pengadaan Barang dan perbekalan kesehatan dengan

  Jasa Instansi Pemerintah dan Pelaksanaan Sudah dilaksanakan,pemerintah

  (2) memanfaatkan potensi nasional Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. memberikan kesempatan untuk para yang tersedia. Tujuan pengadaan obat yaitu tersedianya obat

  (3) Pengembangan sebagaimana peneliti untuk meneliti jenis jenis obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dimaksud pada ayat (1)

  • – obatan yang di kembangkan saat dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. mutu diarahkan terutama untuk obat

  ini adalah herbal / dari bahan alam di obat terjamin dan obat dapat diperoleh pada dan vaksin baru serta bahan

  BPOM sendiri memiliki bagian yg alam yang berkhasiat obat. saat dibutuhkan membidangi pengujian,obat

  (4) (3) Pengembangan perbekalan tradisional/herbal kesehatan dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, termasuk budaya.

  (5) Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus untuk pengadaan dan pemanfaatan Sepeti pada keadaan bencana alam (6) perbekalan kesehatan. pengadaan obat

  • – obatan bisa di peroleh (7) Ketentuan mengenai keadaan dari bantuan pihak ke 3 dan pemerintah bisa darurat sebagaimana mengunakan dana taktis di APBN / APBD dimaksud pada ayat (4) untuk membeli obat obatan saat ada dilakukan dengan keadaan darurat seperti bencana alam mengadakan

  (8) pengecualian terhadap ketentuan paten sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang mengatur

  Sudah dilaksanakan,pemerintah paten. sudah membentuk satgas tanggap

  (9) (6) Perbekalan kesehatan bencana yang terdiri dari dokter, berupa obat generik yang perawat, petugas Basarnas, LSM termasuk dalam daftar obat esensial nasional harus

  Pembelian obat dengan obat obat dijamin ketersediaan dan Generik yg berkualitas keterjangkauannya, sehingga penetapan harganya dikendalikan oleh Pemerintah.

  3. Perlindungan bagi Undang-Undang Nomor 44

  Tahun 2009 tentang Rumah

  Dokter ,

  Sakit

  Profesi dokter dalam menjalankan tugasnya Sudah dilaksanakan, Peran IDI dalam memberikan pelayanan kesehatan apabila ada anggota IDI terkena

  Pasal 50 kepada masyarakat, termasuk memberikan kasus vaksin palsu, IDI akan

  vaksin telah di lindungi inform consent, melakukan kajian dan mempelajari Dokter atau dokter gigi dalam

  SOP,Kode etik yg diperkuat dengan undang- apakah dokter tersebut melanggar melaksanakan praktik kedokteran undang. Dalam pemberian vaksin dokter jelas kode etik atau malpraktik. Jika dokter mempunyai hak : tidak mengetahui isi vaksin, dalam hal ini pihak hanya sebatas sebagai pengguna pembuat dan bagian pengadaan yang dan tidak mengetahui berarti dokter a. memperoleh perlindungan bertanggungjawab. tersebut hanya sebagai korban saja hukum sepanjang dan tidak dikenakan sanksi. Kecuali melaksanakan tugas sesuai apabila dokter tersebut terbukti dan dengan standar profesi dan standar prosedur operasional mengetahui vaksin yang diberikan kepada pasien atau disuntikkan merupakan vaksin palsu ataupun

  Undang-Undang Nomor 36

  sebagai agen, pengedar, pembuat

  Tahun 2009 tentang Kesehatan

  vaksin palsu akan dilakukan sidang kode etik,di organisasi IDI ada wadah yg berfungsi utk melindungi anggota dari masalah hukum yaitu biro hukum

  Pasal 27

  & perlindungan anggota (1) Tenaga kesehatan berhak

  Tanggung jawab atas adanya mendapatkan imbalan dan peredaan vaksin palsu di indonesia pelindungan hukum dalam

  Setiap dokter memiliki hak untuk mendapatkan merupakan tanggung jawab BPOM melaksanakan tugas sesuai imbalan atas pekerjaannya dalam melayani dan dinas Kesehatan selaku bagian dan berupaya menolong masyarakat yang dengan profesinya dari pemerintah yang melakukan membutuhkan pertolongan atau mendapatkan pelayanan kesehatan pengawasan atas izin dan peredaran vaksin atau obat. Karena obat

  Pasal 29

  ataupun vaksin tidak mungkin dapat beredar di masyarakat jika Dalam hal tenaga kesehatan pengawasan dan pengontrolan yang diduga melakukan kelalaian ketat dan berkala oleh BPOM dan

  Jika terjadi permasalahan antara pasien dalam menjalankan profesinya, Dinas kesehatan. dengan dokter, diharapkan dapat diselesaikan kelalaian tersebut harus secara mediasi. diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

  Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

  Pasal 57 Tenaga Kesehatan dalam

  menjalankan praktik berhak:

  a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar Profesi, dan Standar Prosedur Operasional.

  d. memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai agama

  diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya yang menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan kesehatan, perselisihan yang timbul akibat kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui penyelesaian sengketa di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.

  Hukum harus memberikan perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena setiap orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Aparat penegak hukum wajib menegakkan hukum dan dengan berfungsinya aturan hukum, maka secara tidak langsung pula hukum akan memberikan perlindungan pada tiap hubungan hukum atau segala aspek dalam kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum. Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat penegak hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu.