BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori - Evi Marlina BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori A. Kehamilan

  1. Pengertian Menurut fedensi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional (Sarwono, 2010; h. 213).

  Proses kehamilan adalah matarantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi, dan pertumbuhan zigot, nidasi, (implementasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang dan hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010; h.

  2010).

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah suatu proses bertemunya spermatozoa dan ovum di dalam rahim sehingga terjadi nidasi atau implementasi kemudian terjadi pembuahan berlangsung hingga 40 minggu atau 9 bulan.

  11 Periode antepartum di bagi menjadi 3 trimester, yang masing-masing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender.

  Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 10 bulan (berdasarkan perputaran bulan atau lunar), atau sejak hari pertama haid terakhir (HPHT). Pada prakteknya, trimester pertama secara umum dipertimbangkan langsung pada minggu pertama hingga ke-12 (12 minggu), trimester ke dua pada minggu ke-13 hingga ke-27 minggu (15 minggu), dan trimester ke tiga pada minggu ke-28 hingga 40 (13 minggu) (Varney, 2007; h.492 ).

  2. Etiologi Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu (Manuaba, 2010; h. 75-82).

  a. Ovulasi Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Proses pertumbuhan ovum

  (oogeneis) asalnya epitel germinal menjadi oogenium dan akan berubah menjadi folikel primer menjadi Proses pematangan pertama.

  b. Spermatozoa Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa.

  Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial Leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40-60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energy sehingga dapat bergerak).

  c. Konsepsi Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses Nidasi atau

  Implantasi Dengan masuknya intisari spermatozoa ke dalam sitoplasma,

  “vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “Metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anaphase dan “telofase” sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. d. Pembentukan plasenta Nidasi dan implementasi terjadi pada bagian fundus uteri dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan

  

inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas

  menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis. Terjadinya nidasi (implementasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi.

  3. Tanda-tanda terjadinya kehamilan Menurut Manuaba (2010;h. 107) tanda-tanda kehamilan dibagi 3 yaitu: a. Tanda dugaan kehamilan

  1) Amenorea (terlambat datang bulan) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graf dan ovulasi.

  2) Mual dan Muntah (emesis) Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan Muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. 3) Ngidam

  Wanita hamil sering menginginkan makanan tertuntu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

  4) Sinkope atau Pingsan Terjadi gangguan sirkulasi aliran ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. 5) Payudara tegang

  Pengaruh estrogen progesterone dan sematomamotrrofin menimbulkan deposit lemak, air, garam pada payudara.

  6) Sering Miksi Desakan Rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.

  7) Kontipasi dan Obstipasi Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus, menyebabkan kesulitan buang air besar.

  8) Pigmentasi kulit Pigmentasi disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi aerola mammae, putting susu makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah manifest sekitar payudara). 9) Epilus Hipertrofi gusi yang disebut epilus, dapat terjadi bila hamil.

  10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena

  Terjadi sekitar daerah genetal eksterna, kaki, betis, dan payudara.

  b. Tanda tidak pasti kehamilan (Manuaba, 2010; h. 108) 1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil 2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda Hegar, tanda

  Chadwicks, tanda Piscaseck, Kontaksi Braxton Hicks, dan teraba

  ballottement.

  3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

  c. Tanda pasti kehamilan (Manuaba, 2010; h.109) 1) Gerakan janin dalam Rahim 2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.

  3) Denyut jantung janin

  4. Perubahan anatomi dan fisiologi pada wanita hamil Perubahan wanita hamil menurut Sarwono (2010;h. 175-186) adalah sebagai berikut: a. Perubahan Sistem Reproduksi

  1) Uterus Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalianan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 51 bahkan dapat mencapai 201 atau lebih dengan berat rata-rata 1100 g.

  2) Serviks Satu bualn setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularasi dan terjadinyanedema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. 3) Ovarium

  Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pantangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relatif minimal.

  Relaksin, suatu hormon protein yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati. 4) Vagina dan Peruneum

  Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva akan terlihat berwarna keungu-unguan yang dikenal dengan tanda chadwick. Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari

  lactobasillus acidophilus.

  5) Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.

  6) Payudara Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit aka terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar b. Perubahan metabolic

  Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg.

Table 2.1 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh.

  Kategori

  IMT Rekomendasi (kg) Rendah < 19,8 12,5

  • – 18 Normal 19,8
  • – 26
  • – 16 Tinggi 26- 29

  7

  • – 11,5 Obesitas >29 ≥ 7 Gemeli

  16

  • – 20,5

  Sumber: Prawirohardjo, 2010; h.180 Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dilanjutkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebihan dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.

Table 2.2 Penambahan berat badan selama kehamilan

  Jaringan dan cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40minggu Janin 5 300 1500 3400 Plasenta 20 170 430 650 Cairan amnion 30 350 750 800 Uterus 140 320 600 970

  Mammae 45 180 360 405

  Darah 100 600 1300 1450 Cairan 30 80 1480 ekstraseluler

  Lemak 310 2050 3480 3345 Total 650 4000 8500 12500

  Sumber: Prawiroharjo, 2010; h. 180 Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari

  10 mOsm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya ambang rasa haus dan sekresi vasopressin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal kehamilan. Pada saat aterm ± 3,5 cairan bersalan dari janin, plasenta, dan cair an amnion, sedangkan 3 liter lainnya berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan payudara sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5. Penambahan tekanan vena di bagian bawah uterus dan mengakibatkan oklusi parsial vena kava yang bermanifestasi pada adanya pitting edema di kaki dan tungkai terutama pada akhir kehamilan. Penurunan tekanan osmotic koloid di interstisial juga akan menyebabkan edema pada akhir kehamilan. Hasil konsepsi, uterus, dan darah ibu secara relative mempunyai kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan lemak dan karbohidrat. WHO menganjurkan asupan protein per hari pada ibu hamil 51 g.

  Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apolipoporotein dalam plasma akan meningkat selama kehamilan.

  Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral yang kemudian akan digunakan janin sebagian nutrisi sehingga cadangan lemak itu akan berkurang.

  Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30 g kalsium yang sebagian besar akan digunakan untuk pertumbuhan janin. Jumlah itu di perkirakan hanya 2,5 % dari total kalsium ibu. Penggunaan suplemen kalsium untuk mencegah preeklamsia tidak terbukti dan tidak disarankan untuk menggunakannya secara rutin selama kehamilan. Zinc (Zn) sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberpa penelitian menunjukan kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.

  Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelhan sel dalam sintesis DNA/RNA. Defisiensi asam folat selama kehamilan akan menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan defisiensi pada masa prakonsepsi serta awal kehamilan diduga akan menyebabkan neural tube defect pada janin sehingga para perempuan yang merencanakan kehamilan dianjurkan mendapat asupan asam folat 0,4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu. Sementara ibu-ibu yang mempunyai riwayat anak dengan spina bifida dianjurkan mengkonsumsi asam folat sebanyak 4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu.

  c. Perubahan kardiovaskuler Pada minggu ke-5

  cardiac output akan meningkat dan

  perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu juga terjadi peningkatan denyut jantung. Sejak peetengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior dan aortabawah ketika berada d alam posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darh bilik vena ke jantung.

  d. Perubahan Sistem respirasi Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ± 4 cm selama kehamilan.

  e. Perubahan Traktus Digestivus Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan tergeser. Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus. Hati pada manusia tidak mengalami perubahan selama kehamilan baik secara anatomic maupun morfologik.

  f. Perubahan Traktus Urinaris Pada bulan-bulan pertama kehamian kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Pada ureter akan terjadidilatasi sisi kanan akan lebih membesar dibandingkan ureter kiri.

  g. Perubahan Sistem Endokrin Kelenjar tyroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil.

  h. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Akibat kompensasi dari pembesaran uterus keposisi anterior, lordisis menggeser pusat daya berat ke belakang kearah dua tungkai. Morbiditas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak pada bagian bawah punggung.

  5. Keluhan ringan Hamil Muda (Manuaba, 2010; h. 227-234)

  a. Emesis Gravidarum Gejala klinis emesis gravidarum kepala pusing, terutama pagi hari, disertai muntah sampai kehamilan berumur 4 bulan. b. Kram Kaki Seruing terjadi pada betis, karena kurangnya asupan makanan sehingga terdaoat perubahan keseimbangan perubahan elektrolit.

  c. Varises Merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah vena, yang sering dijumpai pada wanitanhamil di daerah vulva, vagina, paha, dan terutama tungkai bawah.

  d. Hiperemesis Gravidarum Mual muntah yang tidak dapat ditangani sehinhga mengganggu aktifitas sehari-hari dan menyebabkan kekurangan cairan dan terganggunya elektrolit.

  e. Hipersalivasi Pengeluaran air ludah yang berlebihan pada waktu hamil.

Keadaan ini disebabkan meningkatnya hormon estrogen dan human chorionic gonaditrophine

  6. Asuhan Antenatal (Prawirohardjo, 2010; h. 278) Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

  Menurut Manuaba (2010; h. 111) pengawasan antenatal bertujuan untuk: a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.

  b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.

  c. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.

  d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

  Dengan memberikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut: 1) Pemeriksaan pertama. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

  2) Pemeriksaan ulang: a) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan.

  b) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan.

  c) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan.

  3) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu.

  7. Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas (10 T) yaitu : a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. b. Pengukuran tekanan darah.

  c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).

  d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

  e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi.

  f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.

  g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

  h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana). i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya). j. Tatalaksana kasus.

  (Kemenkes, 2013; h. 72)

  B. Persalianan

  1. Pengertian Persalianan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsespsi

  (janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari Rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar, 2011;h. 69) Persalianan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. (Varney, 2007;h. 672).

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010; h. 164).

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup ke dunia luar melalui jalan lahir dengan kekuatan ibu sendiri atau dengan jalan lain.

  2. Macam-macam persalianan (Manuaba, 2010; h. 164)

  a. Persalinan Spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu.

  b. Persalinan Buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenanga dari luar.

  c. Persalinan Anjuran (partus presipitatus).

  3. Sebab-sebab yang menimbulkan pesalinan (Mochtar, 2011; h. 69)

  a. Teori penurunan hormon 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormonestrogen dan progesreron. Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos Rahim. Karena itu akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesterone turun. b. Teori plasenta menjadi tua Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah.

  c. Teori Distensia Rahim Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasma.

  d. Teori iritasi mekanik di belakang serviks, terletak ganglion servikale (Pleksus Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

  e. Induksi partus: partus dapat pula ditimbulkan dengan:

  kanalis servisis dengan tujuan merangsang

Pleksus Frankenhauser

  2) Amniotomi: pemecahan ketuban. 3) Tetsan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan infus.

  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Mochtar (2011; h. 70).

  a. Kekuatan mendorong janin keluar (power) 1) His (kontaksi uterus).

  2) Kontraksi dinding perut. 3) Kontraksi diafragma . b. Faktor jalan lahir (Passage)

  c. Faktor janin (Passenger)

  5. Proses persalinan terdiri dari 4 kala (Mochtar, 2011; h. 71-73) yaitu:

  a. Kala I (Pembukaan) Inpartu (Partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah (

  Bloody Show) karena serviks mulai

  membuka (dilatasi) dan mendatar (e

  ffacement). Darah berasal

  dari pecahnya pembuluh darah kapiler di sekitar kanalis servisis akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka . Kala pembukaan dibagi atas 2 fase. 1) Fase laten, yaitu pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

  2) Fase aktif, yaitu berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase.

  a) Periode akselerasi, yaitu berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

  b) Periode dilatasi maksimal (

  steady), yaitu selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

  c) Periode deselerasi, yaitu berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap). b. Kala II (kala pengeluaran janin) Pada kala pengeluaran janin his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam.

  c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri) Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat , dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong dari atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. d. Kala IV Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

  6. Tanda-tanda persalinan menurut Mochtar (2011; h. 70) yaitu:

  a. Tanda

  • –tanda permulaan persalinan yaitu: 1)

  Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida.

  Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas. 2) Perut keliatan lebih melebar, fundus uteri turun 3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih ( prolakisurin) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

  4) Perasaan nyeri diperut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”. 5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (

  bloody show).

  b. Tanda-tanda inpartu 1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.

  2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.

  3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. 4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

  7. Asuhan Persalinan Normal Menurut Prawirnohardjo (2010; h. 341-347), ada 60 langkah persalinan normal, yaitu: Melihat Tanda dan Gejala Kala 1) Mengamati tanda dan gejala kala dua.

  a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau vaginanya.

  c) Perineum menonjol.

  d) Vulva-vagina dan spingter ani membuka. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

  2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan mnempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set. 3) Mengenakan baju penutup atau celemek yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah saku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air besrsih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

  5) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

  Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik 7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sraung tangan) tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).

  8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untukmemastikan pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

  9) Mendekomentasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas). 10) Memeriksa Deyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bawha DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit).

  a) Mengambil tindakan yang sesuai apabila DJJ tidak normal

  b) Mendokumtasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. Menyiapkan Ibu dab Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran 11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

  a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran, melanjutkan pematauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan temuan-temuan. b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

  13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

  c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta untuk berbaaring terlentang).

  d) Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi.

  e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  f) Menganjurkan asupan cairan per oral g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

  h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primipara atau

  60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak ada keinginan untuk meneran. i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi. j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi 14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

  16) Membuka partus set 17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

  Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

  18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

  19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersi. (langkah ini tidak harus dilakukan).

  20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

  a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b) Jika tali pusat melilit leher janin dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

  21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar.

Lahir bahu

  22) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Meganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

  23) Setelah kedua bahu dilahirkan, meluruskan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.

  Penanganan Bayi baru Lahir 25) Menilai bayi dengan cepat (dalam waktu 30 detik), kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi pada tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi. 26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.

  27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari tali pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).

  28) Memasang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

  29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutuoi bagian kepala, membiarkan tali pusat membuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang sesuai.

  30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan untk memeluk bayina dan memulai pemberian ASI jika ibu mengendakinya.

  Oksitosin 31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

  32) Membritahu kepada ibu bahwa akan disuntik. 33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. Penanganan Tali Pusat Terkendali 34) Memindahkan klem pada tali pusat 35) Meletakkan satu tangan di tas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tualng pubis, daan mengunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

  36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan peregangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

  Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membatu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

  (a) Jika uterus tidak berkontraksi meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.

  Mengeluarkan Plasenta 37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

  1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

  2) Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan peregangan tali pusat selama 15 menit: (1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

  (2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic bila perlu. (3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

  (5) Merujuk ibu jika plsaenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

  38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan dan dengan hti-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

  a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina atau serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klematau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal. Pemijatan Uterus 39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus bekontraksi (fundus menjadi keras). Menilai Perdarahan 40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

  a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

  41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  Melakukan prosedur Pascapersalinan 42) Menilai ulang kontraksi uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

  43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mngeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

  44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau meningkatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

  46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.

  47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Memastikan handuk tau kainnya besrih dan kering. 48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 49) Melanjutka pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

  a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

  b) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascaperslinan.

  c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

  d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.

  e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anesthesia local dan menggunakan teknik yang sesuai. 50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

  51) Mengevaluasi kehilangan darah. 52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan.

  a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

  Kebersihan dan Keamanan 53) Menempatka semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 54) Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah.

  Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

  Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan makanan yang diinginkan.

  57) Mendokumentasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

  58) Mencelupkan sarung tangan kosong ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 59) Mencuci kedua tangan dengan sabun. Dokumentasi 60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang). C. Bayi Baru Lahir

  1. Pengertian Beberapa pengertian dari bayi baru lahir menurut Sondakh (2013;h.150) :

  a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.

  b. Bayi lahir normal adalah bayi lahir cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan

  2500-4000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.

  2. Bayi baru lahir normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut (Sondakh,2013.h.150) :

  a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 garam

  b. Panjang badan bayi 48-50 cm

  c. Lingkar dada bayi 32-34 cm

  d. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit. Kemuadian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

  e. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retaksi suprasternal dan intercostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit. f. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbnetuk dan dilapisi verniks kaseosa.

  g. Rambut nalugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

  h. Kuku telah agak panjang dan lemas. i. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki), dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan). j. Reflek isap, menelan, dan morro telah terbentuk k. Eliminasi, urin dan meconium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

  3. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir menurut sondakh (2013; h. 150-157) yaitu: a. Adaptasi pernafasan 1) Pernafasan awal dipicu aleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.

  a) Faktor-faktor fisik, meliputi usah yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps (misalnya perubahan dalam gradient tekanan).

  b) Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu.

  c) Faktor-faktor kima, meliputi perubahan dalam darah (misalnya penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbon dioksida, dan penurunan ph).

  2) Frekuensi pernafasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.

  3) Sekresi lender mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah, terutama selama 12-18 jam pertama.

  4) Bayi lahir lazimnya bernafas melalui hidung. Respons reflek terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan jalan nafas tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.

  b. Adaptasi kardiovaskuler 1) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan aksosianosis (pada tangan, kaki, dan berkisar mulut).

  2) Denyt nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/menit.

  3) Rata-rata tekanan darah 80/64 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.

  4) Nilai hematologi normal pada bayi.

  c. Perubahan termogulasi dan metabolik 1) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal lebih dingin dari pada lingkungan pada uterus. 2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat daban menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.

  3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.

  4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalm hubungannya dengan asidosis metabolic sapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.

  d. Adaptasi neurologis 1) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang sempurna.

  2) Bayi baru lahir menunjukan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudak terkejut, dan tremor pada ekstremitas. 3) Perkembangan neonates terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala, tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang. 4) Reflek bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal.

  e. Adaptasi gastrointestinal 1) Enzim-enzim digesif aktif saat lahir dan dapat menyongkong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.

  2) Perkembangan otot-otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.

  3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim pankreas dan lipase. 4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3 bulan.

  5) Pengeluaran meconium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan, lengket, dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam pada 90% bayi baru lahir yang normal.

  6) Beerapa bayi baru lahir baru menyusui segera bila diletakkan pada payudara, sebagai lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara efektif.

  f. Adaptasi ginjal 1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus. 2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespons terhadap stressor.

  3) Penurunan kemamouan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakobatkan asidosis dan ketidaksinambungan cairan. 4) Sebagaian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 har pertama; setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.

  5) Urin dapat berkeruh karena lendir dalam garam asam urat; noda kemerahan (debu batu bata) dapat diamati pada popok karena Kristal asam urat.

  g. Adaptasi hati 1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah.

  2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esenial untuk pembekuan darah.

  3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memandai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin; pada saat ini, bayi baru lahir menjadi terhadap desifiensi zat besi. 4) Hati juga mnegkontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan dengan pemecahan sel-sel darah merah.

  5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vaskuler dan menembus jaringan ekstravaskuler lainnya (misalnya:kulit, sclera, dan membrane mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang disebut

  jaundice atau ikterus.

  h. Adaptasi imun 1) Bayi baru lahir tidak membatasi organisme penyerang dipintu masuk.

  2) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.

  a) Respons inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

  b) Fagotosis lambat.

  c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.