BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kemandirian - NANI WIJIYANTI BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kemandirian Istilah kemandirian berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat

  awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Konsep yang sering digunakan atau berdekatan dengan kemandirian adalah autonomy.

  Menurut Chaplin (dalam Desmita, 2009: 185), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukkan dirinya sendiri. Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita, 2009: 185) mendefinisikan otonomi atau kemandirian sebagai “ The ability to

  govern and regulate one’s own thoughts, feelings, and actions freely and responssiby while overcoming feelings of shame and doubt.”

  Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan malu-malu dan keragu-raguan. Menurut Erikson (dalam Desmita 2009: 185) menyatakan bahwa kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan- keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar mengandung pengertian kemapuan untuk mengatur dan mengendalikan pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha untuk menentukan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

2. Indikator Kemandirian Belajar

  Desmita (2009: 185) menyatakan bahwa kemandirian mengandung pengertian, yaitu : a.

  Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri.

  b.

  Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. c.

  Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

3. Karakteristik kemandirian

  Desmita (2009: 185) juga menjelaskan bahwa kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Menurut Lovinger (dalam Desmita, 2009 : 188) kemandiran mempunyai ciri- ciri: a.

  Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.

  b.

  Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri dan orang lain.

  c.

  Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial.

  d.

  Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan.

  e.

  Toleran terhadap ambiguitas.

  f.

  Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment).

  g.

  Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.

  h.

  Responsive terhadap kemandrian orang lain. i.

  Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain. j.

  Mampu mengekspresikan perasaan penuh keyakinan dan keceriaan.

4. Perkembangan Kemandirian Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Pendidikan.

  Selanjutnya Desmita (2009: 190) memaparkan bahwa kemandirian adalah kecakapan yang berkembang sepanjang rentang kehidupan individu, yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman dan pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan disekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik, diantaranya : 2.

  Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai.

  3. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.

  4. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, mendorog rasa ingin tahu mereka.

  5. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.

  6. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

  (Desmita, 2009: 190) 5.

   Prestasi Belajar Matematika

  Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yang berlangsung, yakni:

  1. Rendahnya penguasaan siswa terhadap konsep bangun datar.

  2. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

  3. Guru kurang menarik dalam menyampaikan materi bangun datar.

  Dari data masalah tersebut ada tiga permasalahan yang akan dibahas untuk dicarikan jalan pemecahannya. Tiga permasalahan tersebut adalah (1) rendahnya penguasaan siswa terhadap konsep bangun datar (2) Siswa pasif dalam pembelajaran, dan (3) pembelajaran tidak menggunakan metode yang sesuai dalam proses pembelajaran.

  Prestasi belajar merupakan hasil atau produk dari kegiatan belajar. Sebagai kegiatan dengan tujuan tertentu, belajar diharapkan dapat mencapai prestasi belajar. Menurut Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah kompetensi siswa. Sedangkan menurut Sudjana (2010: 28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

  Adapun menurut Gagne (dalam Slameto: 2010: 13) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

  Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

  Tujuan utama dari proses belajar mengajar adalah terjadinya perubahan pada peserta didik atau murid. Perubahan tersebut terjadi dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam bahasa sederhana, tujuan pembelajaran adalah mencapai prestasi belajar. Tidak dikatakan melakukan pembelajaran, jika dalam proses tersebut siswa selaku subjek dan objek didik tidak mengalami perubahan. Perubahan paling nyata dapat dilihat dari prestasi belajar.

  Menurut James belajar sebagai proses tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai hasil dari pengalaman. Adapun menurut Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. ( Djamarah, 2008: 12-13)

  Dari pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapat itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa sebab masuknya kesan-kesan baru. Dengan demikian, maka perubahan fisik akibat sengatan serangga, patah tangan, patah kaki, buta mata, tuli telinga, penyakit bisul dan sebagainya bukanlah termasuk perubahan akibat belajar. Oleh karenanya, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalm interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun dalam hal ini, prestasi belajar lebih ditekankan pada aspek kognitif. Menurut Azwar (2011: 7-8) menyatakan bahwa suatu kemajuan atau keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan dapat diketahui dengan memberikan bukti peningkatan atau pencapaian ini diperoleh dari pengukuran prestasi secara terencana. Prestasi belajar secara secara luas tentu akan mencangkup aspek-aspek pada tujuan pendidikan yang meliputi, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Bloom dalam Azwar, 2011). Prestasi belajar dapat mengungkapkan keberhasilan seseorang dalam belajar.

  Kaitannya dengan prestasi belajar (Anurrahman, 2010: 37) menjelaskan bahwa prestasi belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa dalam suatu kecakapan atau keterampilan tidak begitu saja dimiliki, tetapi dengan melalui berbagai usaha belajar.

  Dengan demikian prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dalam suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan- perubahan, sehingga perubahan itu dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keteramilan dan sikap yang diperoleh dengan keuletan belajar atau latihan.

  Dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil akhir dari suatu kegiatan yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dalam pengertian ini biasanya berupa nilai, yaitu nilai tersebut merupakan pencapaian dari tujuan pengajaran yang telah direncanakan dan dirumuskan sebelumnya.

  Prestasi belajar pada dasarnya merupakan suatu bukti, hasil dari kemampuan peserta didik dalam menerima dan mempelajari ilmu pengetahuan yang diberikan oleh pendidik (guru) dimana prestasi belajar tersebut diukur dengan test yang diberikan oleh guru. Secara singkat dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil akhir yang telah diperoleh pesertta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

  Dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil akhir dari suatu kegiatan yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dalam pengertian ini biasanya berupa nilai, dimana nilai tersebut merupakan pencapaian dari tujuan pengajaran yang telah direncanakan dan dirumuskan sebelumnya.

  Prestasi belajar pada dasarnya merupakan suatu bukti, hasil dari kemampuan peserta didik dalam menerima dan mempelajari ilmu pengetahuan yang diberikan oleh pendidik (guru) dimana prestasi belajar tersebut diukur dengan suatu test yang diberikan oleh guru. Secara singkat dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil akhir yang telah diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu seseorang yang telah melakukan proses belajar maka akan memperoleh suatu perubahan tingkah laku pada dirinya.

  Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil tes yang mencerminkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika. Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses belajar mengajar. Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

6. Pengertian Matematika

  Matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan dengan kata lainnya yang sama, yaitu mathein atau

  

mathenein yang berarti belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal kata,

  maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran- pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.

  Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran didalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsep- konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika. ( Suwangsih dan Tiurlina, 2006:3)

  Menurut Widyaiswara (2004: 416) Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai displin dan memajukan daya pikir manusia. Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2007: 1) matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu universal yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia yang berasal dari pengalaman manusia yang diolah secara analisis dengan penalaran kognitif sehingga terbentuk konsep-konsep matematika yang mudah dipahami.

  Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika.

  1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupkan jembatan yang harus dapat menhubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.

  Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa. 2)

  Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, disemester atau kelas sebelumnya.

  3) Pembinaan Ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan ketrampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan ketrampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama merupakan lanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan.

  Sedangkan kedua, pembelajaran ketrampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, disemester atau kelas sebelumnya. (Heruman, 2007: 2-3).

  Berdasarkan di atas dikatakan bahwa matematika adalah ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif yang bertujuan untuk melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan atifitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi.

a. Tujuan matematika

  Menurut Sukayati dan Widyaiswara (2004: 417) tujuan matematika adalah agar perserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1)

  Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

  2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

  3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

  4) Mengkomunikasikan gagsan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

  5) Memiliki sikap saling menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu, memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

b. Ruang Lingkup Matematika

  Ruang lingkup matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

  1) Bilangan

  2) Geometri dan pengikuran

3) Pengolahan data.

  (Widyaiswara, 2004: 417) 7.

   Materi Pelajaran Matematika pada materi bangun datar

  Bangun datar merupakan materi pelajaran matematika SD kelas IV semester I. Pada penelitian ini peneliti mengambil permasalahan yang ada pada materi bangun datar yaitu keliling dan luas segitiga dan jajargenjang. Pada materi ini siswa menemukan rumus keliling dan luas jajargenjang dan segitiga.

  Menurut Astuty dan Mustaqim (2008: 108) Keliling adalah ukuran panjang sisi yang mengitari bangun datar. Sedangkan luas adalah ukuran mengenai panjang lebarnya suatu bidang datar (lapangan, ruangan, dan sebagainya), diperoleh dengan mengalikan panjang dan lebar bidang (Astuty dan Mustaqim, 2008: 235).

  Berikut ini adalah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian pada materi bangun datar adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Materi Bagun Datar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

  4. Menggunakan

  4.1 Menentukan a.

  Mengidentifikasi konsep keliling dan keliling dan luas bentuk Segitiga luas bangun datar Jajargenjang dan b.

  Menemukan rumus sederhana dalam Segitiga keliling dan luas pemecahan masalah. segitiga c.

  Menggunakan rumus keliling dan luas segitiga d. Menemukan rumus keliling dan luas jajargenjang e. Menggunakan rumus keliling dan luas jajargenjang

  4.2 Menyelesaikan a.

  Menyelesaikan masalah yang masalah yang berkaitan dengan berkaitan dengan keliling dan luas keliling dan luas jajagenjang dan segitiga segitiga b.

  Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang c. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas gabungan beberapa bangun datar

  • Segitiga adalah bangun datar yang memiliki 3 buah sisi dan 3 buah titik sudut. Segitiga dibedakan jenisnya menurut panjang sisi-sisinya. Berikut adalah jenis-jenis segitiga.

  Segitiga

  C .Q A B O P

Gambar 2.1 Gambar 2.2

  Segitiga sama sisi Segitiga siku-siku Z T S R

  X Y

Gambar 2.3 Gambar 2.4

  Segitiga sama Sisi Segitiga Sembarang a.

   Keliling Segitiga

  C A B Gambar 2.5

  Rumus keliling segitiga ABC adalah jumlah panjang-panjang sisi- sisinya.

  Maka dituliskan sebagai berikut

  K= AB + BC +

CA

b.

   Luas Segitiga Menentukan luas segitiga dari rumus luas persegi panjang.

Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8

  Dari gambar di atas dapat dilihat bersama bahwa segitiga ABC terbentuk dari persegi panjang ABCD yang dibagi menjadi 2 bagian yang sama. Luas persegi panjang ABCD adalah: L = panjang × lebar

  Gambar

  2.9 Luas segitiga setengah dari luas persegi panjang, maka diperoleh luas segitiga ABC:

  L  x panjang x lebar Gambar 2.10

  Dalam segitiga, tidak ada ukuran panjang dan lebar. Sisi bawah disebut alas (a) dan sisi tegak disebut tinggi (t), sehingga luas segitiga dirumuskan:

  1 L 2 x alas a x tinggi t (Astuty dan Mustaqim, 2008: 109-110)

  Jajargenjang

  • Jajargenjang adalah segi empat yang sisi-sisi berhadapannya sejajar dan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

  Gambar 2.11

a. Keliling Jajar Genjang

  Gambar 2.12 Keliling jajargenjang ABCD adalah jumlah panjang sisi-sisinya, yaitu dirumuskan sebagai berikut.

  

K= AB + BC + CD + AD

  karena AB = CD dan BC = AD, maka rumus keliling jajargenjang ABCD dapat dituliskan sebagai berikut.

  K = 2 x (AB + BC) b. Luas Jajargenjang Luas daerah bangun jajargenjang sama dengan persegi panjang.

  Berikut ini adalah bentuk perbandingan bangun persegi dengan jajargenjang.

  Luas persegi panjang adalah:

Gambar 2.13 L = panjang × lebar

  Dari persegi panjang tersebut, terbentuk jajargenjang sebagai berikut.

  Gambar 2.14 Luas jajargenjang sama dengan luas persegi panjang. Dalam bangun datar jajargenjang ukuran panjang menjadi alas (a) dan ukuran lebar menjadi tinggi (t), sehingga luas jajargenjang dirumuskan sebagai berikut.

  K = alas (a) x tinggi (t)

  (Astuty dan Mustaqim, 2008:113-114)

8. Model Belajar Mandiri a. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)

  PAKEM menurut Rusman (2010: 322-323) merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembang berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

  Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks. Artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan dan guru pun harus mengerti bahwa siswa-siswa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda. Cara memahami materi yang diajarkan berbeda- beda, ada yang bisa menguasai materi lebih cepat dengan ketrampilan motorik, ada yang menguasai materi lebih cepat dengan mendengar, dan ada juga yang menguasai materi lebih cepat dengan melihat atau membaca.

  Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal maupun internal. Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui aktif, efektif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

  1) Pembelajaran Aktif

  Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehhingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran. 2)

  Pembelajaran Kreatif Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotifasi dan memunculkan kreatifitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.

  Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreatifitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.

  Siswa dikatakkan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah karya.

  3) Pembelajaran Efektif

  Pembelajaran dikatakan efektif apabila mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara optimal.

  Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukkan kompetensi. Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai/kondusif. Oleh karena itu, guru harus mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektifitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

  4) Pembelajaran Menyenangkan

  Pembelajaran menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu koleksi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan.

  Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan srategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal. (Rusman, 2010: 324-327) b.

   Model Belajar Mandiri

  Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan selama ini, guru dan murid selalu berada dalam satu tempat, satu waktu, dan situasi yang sama. Kegiatan belajar mengajar seringkali terhambat atau tidak berjalan karena guru sebagai fasilitator tidak di arena belajar. Hal ini mungkin disebabkan guru masih dalam perjalanan menuju sekolah atau boleh jadi guru berhalangan hadir ke sekolah karena ada kepentingan lain. Atau bisa jadi sekolahan tersebut masih kekurangan guru. Bila hal demikian terjadi, maka proses kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan mengalami hambatan. Apalagi kalau terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan ada pihak yang dirugikan yaitu, siswa.

  Model belajar mandiri yang diterapkan dalam pengelolaan kelas akan membawa situasi belajar ke dunianya sendiri, dunia bermain yang penuh dengan keasyikan belajar tanpa ada tekanan atau paksaan terhadap siswa. Pembelajaran yang disajikan akan lebih efektif, aktif dan menyenangkan.

  Model belajar mandiri ini diawali dari konsep sederhana, yaitu bagaimana seorang guru bisa membangkitkan selera belajar siswa sehingga timbul rasa butuh seperti rasa butuhnya seseorang ingin makan. Bagaimana seorang siswa kegiatanya dalam belajar berperilaku seseorang yang butuh akan makan. Dengan berawal dari rasa butuh pada diri siswa, ia akan berangkat ke sekolah dengan senang, mengambil media belajar, membaca, mempelajari, dan mendiskusikannya dengan penuh kegembiraan. Akhirnya tanpa terasa ia pandai. Dalam benak pikiran siswa tersebut, ia tahu dan menyadari akibat dari belajar yang tidak sungguh-sungguh dan ia pun mneyadari betul akibat dari belajar yang tidak teratur. Kegiatan semacam itu menjadi kegiatan rutinitas yang merupakan kebutuhan pokok dan bagian dari kehidupan siswa di sekolah.

  Akhirnya dengan penuh kesadaran siswa belajar mandiri untuk mendapatkan pengetahuan atau materi. Siswa belajar sendiri karena merasa butuh pengetahuan untuk mengisi otaknya atau menguasai ketrampilan yang layaknya dimiliki. Perilaku siswa yang lapar dan haus pengetahuan adalah selalu membaca, dan tidak malu bertanya, baik kepada teman sebaya maupun guru. Siswa tersebut juga akan selalu memanfaatkan media belajar yang bisa memenuhi kebutuhannya.

  Demikian pula andaikata seorang guru mau berkreatifitas dalam pengelolaan kelas untuk mendukung pola kegiatan belajar mengajar yang menarik, situasi belajar di sekolah akan lebih hidup. Pola pikir siswa akan berkembang dan terus berkembang tanpa menggantung sekali pada guru. Bukan hal yang mustahil dari produktifitas model belajar mandiri akan melebihi dari produk yang diharapkan. Kegiatan belajar mandiri yang dilaksanakan secara rutinitas setiap hari dapat melatih siswa sejak dini untuk mandiri dan dalam jangka waktu tertentu kegiatan ini akan menjadi tradisi di lingkungan sekolah yang berdampak sangat luas.

  Tujuan model belajar mandiri adalah agar pola pikir siswa lebih berkembang, melatih siswa hidup mandiri, serta ikut mendidik masyarakat untuk lebih peduli terhadap pendidikan. Model belajar mandiri boleh dikatakan pola kegiatan belajar mengajar dengan sistem menjemput bola, karena di samping siswa antusias dalam belajar juga ikut serta menggugah orang tua murid untuk ikut peduli terhadap pendidikan sebelum mereka ternina bobokan oleh kemajuan teknologi dari Negara lain yang saatnya pasti akan membanjir ke negeri ini sampai ke pelosok pedesaan yang terpencil sekalipun.

  Model belajar mandiri yang diterapkan di SD melatih siswa sejak dini untuk bersaing secara naluri. Melayani kebutuhan siswa individu sesuai dengan alur perkembangan jiwanya. Belajar sambil bermain, pajang-pajangan karya siswa, dan media-media belajar yang penuh dengan motivasi serta pemberian penghargaan setiap usaha untuk kemajuan dirinya maupun bersama merupakan salah satu warna dari model belajar mandiri.

  Dari mulai keberangkatan sekolah siswa sudah memiliki rasa ingin mendapatkan sesuatu, sehingga yang terjadi adalah seolah- olah siswa yang satu dengan yang lain saling berlomba untuk berangkat lebih awal daripada dirinya.

c. Pelaksanaan Belajar Mandiri

  Untuk memancing agar siswa mau belajar mandiri perlu ada beberapa media belajar yang menarik dan penuh motivasi.

  Tentunya dalam hal ini seorang guru harus sedikit berkreatifitas dalam pengelolaan kelas untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.

  Untuk menciptakan suasana belajar mandiri dalam mendukung program pembelajaran di kelas maupun di lingkungan sekolah dibutuhkan beberapa sarana atau perangkat sederhana yang bisa dibuat oleh guru maupun siswa secara berkelompok.

  Beberapa sarana atau perangkat dan kegiatan yang menunjang model belajar mandiri sebagai berikut:

  1. Buletin Selamat Pagi 2.

  Papan Absen Mandiri 3. Uji Cakap Mandiri 4. Papan Jadwal Mandiri 5. Kantong Peraga Mandiri 6. Lembar Jawab Berkomik 7. Kotak Pos Mandiri.

  8. Pohon Ilmu 9.

  Dokter Matematika 10.

  Kotak Permainan 11. Bank Soal Mandiri 12. Media “Tugasku Tanggung Jawabku” 13. Bimbingan Belajar.

  d.

  

Penyajian dan Teknik Model Belajar Mandiri Dalam

Mendukung Program Pembelajaran

  Tidak semua penyajian dan teknik model belajar mandiri yang mendukung program pembelajaran dilaksanakan tetapi hanya beberapa saja yang mendukung tujuan dari penelitian ini diantaranya yaitu:

1) Buletin Selamat Pagi

  Buletin selamat pagi merupakan media belajar siswa yang berisi rangkuman materi pelajaran, latihan soal, gambar, dan juga karya-karya siswa yang dimuat didalamnya. Buletin ini dibuat sesuai dengan jumlah siswa, diberi nomor secara urut, dan selalu tersaji setiap pagi di depan kelas. Fungsi buletin ini adalah sebagai bacaan siswa untuk menambah wawasan, sebagai apersepsi pelajaran, dan juga sebagai media motivasi karena didalamnya memuat karya siswa.

  Disamping itu buletin ini juga berfungsi untuk melatih kedisplinan, sebab siswa yang berangkat ke sekolah paling awal akan mengambil buletin yang bernomor 1. Sedangkan buletin yang nomor 2, 3, dan seterusnya akan diambil oleh siswa yang datang kemudian. Inilah yang menjadikan seolah-olah siswa berlomba-lomba berangkat ke sekolah lebih awal.

  Sisi lain dari keberangkatan siswa ke sekolah yang demikian itu mau tidak mau orang tua siswa harus melayani. “ Anak Polah wong tua kepradah”, bunyi demikian pepatah jawa. Dengan demikian buletin selamat pagi bisa dijadikan sebagai perantara untuk mengetuk hati orang tua siswa supaya peduli terhadap pendidikan, karena harus bangun pagi serta menyiapkan sarapan pagi.

2) Papan Absen Mandiri

  Papan absen mandiri adalah salah satu media dalam model belajar mandiri yang digunakan siswa untuk membuktikan kehadirannya di kelas atau sekolah. Media ini di lengkapi dengan peraga jam, papan nama anak, dan kantung buletin.

  Teknik penggunaan media papan absen mandiri sebagai berikut: a.

  Setelah siswa mengambil buletin selamat pagi yang ada di depan kelas kemudian menuju ke papan absen mandiri.

  b.

  Lalu memasukkan buletin yang dibawanya ke kantung buletin yang ada pada papan absen mandiri.

  c.

  Saat buletin dimasukkan, secara otomatis kantung buletin menunjukkan tulisan “ADA” yang berarti siswa itu hadir atau ada.

  d.

  Kemudian siswa memutar jarum jam sesuai dengan kehadirannya di kelas saat itu.

  e.

  Siswa yang tidak hadir akan segara diketahui oleh guru ketika awal pelajaran dengan melihat papan absen mandiri tersebut. Disamping itu guru tidak perlu memanggil satu persatu saat mengabsen siswa.

  Tujuan dari papan absen mandiri adalah untuk melatih siswa dan melatih kejujuran. Karena selisih kehadiran siswa yang satu dengan yang lain akan ditunjukkan oleh jarum masing-masing. Siswa yang mengambil buletin dengan nomor urut 1, jarum jam akan menunjukkan waktu lebih awal dibandingkan siswa yang dating kemudian.

3) Uji Cakap Mandiri

  Akibat dari buletin selamat pagi dan papan absen mandiri, kehadiran siswa di sekolah akan lebih awal.

  Dengan demikian waktu luang sebelum lonceng berbunyi masih panjang. Agar siswa mau memanfaatkan waktu luang, maka ada satu kegiatan yang disebut Uji Cakap Mandiri. kegiatan ini dilaksanakan ± 10 menit sebelum lonceng berbunyi. Siswa berbaris didepan kelas yang dipimpin oleh salah seorang temannya. Satu persatu siswa akan ditanya oleh temannya sendiri tentang materi pelajaran yang bersumber pada buku latihan soal atau buletin “ Selamat Pagi” yang sesuai dengan edisi hari itu.

  Bagi siswa yang dapat menjawab masuk kelas dan siswa yang belum dapat menjawab mundur ke belakang barisan.

  Begitu seterusnya hingga lonceng berbunyi.

  4) Kantung Peraga Mandiri

  Kantung Peraga Mandiri merupakan tempat menunjang dan menyimpan peraga bidang datar,baik tulisan maupun gambar. Walaupun peraga tersebut terbuat dari kerta Koran bekas atau kertas bekas lainnya, tetapi bisa bertahan lama dan bisa dipakai kembali pada lain waktu karena peraga tersebut dapat disimpan di dalam kantung peraga mandiri.

  Kantung peraga mandiri dipasang di dinding depan kelas yang akan memudahkan guru manakala menyajikan pelajaran pada saat kegiatan belajar mengajar. Dengan selalu memanfaatkan katung peraga mandiri di kelas berarti selalu membuat situasi kelas tidak menjenuhkan.

  Disamping itu menanamkan keyakinan kepada guru bahwa mengajar peraga seperti melukis diatas batu.

  Sebaliknya mengajar hanya berceramah diibaratkan seperti melukis di atas air, mudah hilang dan mudah lenyap.

  5) Dokter Matematika

  Dokter matematika merupakan media tutor sebaya, khususnya pelajaran matematika, karena sementara ini anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini masih melegenda dalam bentuk pikiran masyarakat, orang tua, siswa, dan bahkan guru itu sendiri, maka perlu penanggulangan khusus pada pelajaran ini. Penanaman konsep salah pada siswa kelas rendah akan menambah ruwetnya permasalahan matematika, sehingga siswa tidak mampu dan malu bertanya. Untuk mengatasi hal demikian, salah satu diantaranya adalah melalui Dokter Matematika sebagai media tutor sebaya.

  Siswa yang nilalinya bagus pada tes formarif setelah kegiatan belajar mengajar dianjurkan oleh guru untuk membuat resep pada kertas kosong yang telah tersedia pada media dokter matematika. Resep yang dimaksud adalah cara penyelesaian soal yang menyebabkan dia benar dalam mengerjakan tes formatif. Setelah resep dibuat dan diberi nama, kemudian dipajang pada media Dokter Matematika. Jadilah si pembuat resep itu Dokter Matematika dikelasnya pada materi tertentu.

  Siswa yang mendapat nilai jelek pada tes formatif setelah kegiatan belajar mengajar dianjurkan oleh guru untuk berobat kepada Dokter Matematika dengan cara mengambil resep yang ia butuhkan sesuai dengan kesulitan yang dideritanya. Setelah itu ia akan mencari Dokter Matematika, si pembuat resep. Terjadilah dialog antar pasien dengan dokter sebagai tutor sebaya.

  Tidak selamanya yang terjadi pasien akan menjadi pasien, demikian yang menjadi dokter, selamanya menjadi dokter, tergantung kemampuan dan penguasaan materi tertentu pada bidang matematika. Demikian siswa akan selalu berusaha untuk menguasai materi tertentu pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

  (M. Durori: 2002: 18-50) Dari kelima teknik model belajar mandiri yang di laksanakan akan memunculkan penilaian dalam aspek afektif. Seperti yang berkaitan dengan sikap dari perserta didik yaitu mengembangkan perilaku berkarakter yang meliputi kemandirian dalam belajar, kerja sama dengan teman dalam kelompok, bertanggung jawab dengan tugas- tugasnya, jujur dalam bertindak, kesabaran dalam berbuat, displin dalam waktu.

B. Penelitian Yang Relevan

  Dalam PTK yang telah dilaksanakan oleh Rahmawati tahun 2011, dengan judul “ Pengaruh Model Belajar Mandiri Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Pangebatan Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2010/2011” disimpulkan bahwa :

  Pembelajaran Matematika dengan Model Belajar Mandiri berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Pangebatan Kabupaten Banyumas dari pada siswa yang diajar tanpa dengan menggunakan Model Belajar Mandiri. Hasil penelitian membuktikan bahwa kelompok eksperiment lebih baik daripada hasil prestasi kelompok kontrol. Ditunjukkan hasil pengujian . t

   

  Maka pembelajaran menggunakan Model Belajar Mandiri dapat digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Berfikir

  Dalam dunia pendidikan hal yang pasti adanya proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut terjadi interaksi antara guru dan siswa. Guru sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar terutama prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tersebut. Selain itu dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam proses pembelajaran, terutama dalam menentukan model dan media pembelajaran. Didalam kegiatan pembelajaran, kemandirian memiliki peran penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran. Kemandirian didorong oleh niat atau motif dari dalam diri untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi permasalahan yang dihadapi. Adanya hasrat untuk belajar demi kemajuan diri akan meumbuhkan kemandirian belajar pada diri siswa. Kemandirian belajar ini akan mengantarkan siswa untuk dapat mempelajari lebih jauh pelajaran yang sudah diperoleh tanpa bimbingan sepenuhnya dari guru. Sehingga secara tidak langsung kemandirian belajar dapat menimbulkan rasa mantap dan percaya diri bagi siswa pada setiap kegiatan belajar yang dilakukan. Sedangkan guru menjadi lebih sedikit mudah untuk mengarahkan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Pembelajaran matematika hendaknya menarik dan bermakna sehingga perlahan dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matemetika.

  Belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam pelajaran, guru masih menggunakan model pembelajaran klasikal dengan metode ceramah, sehingga mengakibatkan kesenjangan materi dan kemampuan berpikir siswa. Konsep yang diterima cenderung verbal, interaksi belajar didominasi guru, sehingga siswa menjadi pasif, tidak berani bertanya maupun menyampaikan pendapat, akibatnya siswa tidak maksimal dan kreatifitas siswa terhambat.

  Dengan Model Belajar Mandiri, kemungkinan siswa akan melakukan penemuan serta dalam proses pembelajaran bagun ruang yang menambah siswa bertambah pengetahuan serta membangun kerja sama, saling menghormati, dan timbul kreatifitas. Tindakan guru dengan mencoba menggunakan Model Belajar Mandiri, maka bertambah pengetahuannya, sikap serta ketrampilan dalam bidang akademik.

  Sehingga akan meningkatkan professional dan kualitas guru. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa melalui Model Belajar Mandiri materi bangun ruang mata pelajaran matematika diduga akan meningkatkan kemandirian dan prestasi siswa SD.

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan teori dan kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian tindakan ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Kemandirian belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Pandak materi bangun datar dapat ditingkatkan melalui Model Belajar Mandiri.

  2. Prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 01 Pandak materi bangun datar dapat ditingkatkan melalui Model Belajar Mandiri