INDRA AMARUDIN SETIANA BAB I

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat adalah perilaku proakftif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat melalui usaha kesehatan yang bersifat promotif, preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan dapat mengurangi angka morbiditas, mortalitas dan kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009).

  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru saja meluncurkan program pembangunan berkelanjutan yang diberi nama

  

  yang selesai pada akhir tahun 2015. (beritagar.id, 08 Oktober 2015)

  

  Di salah satu sasaran M DGs juga disebutkan bahwa “prioritas pengendalian kesehatan masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, Tuberculosis, malaria, demam berdarah, influenza da n penyakit menular lainnya” hal ini membuktikan bahwa di dunia, khususnya di Indonesia penyakit menular masih menjadi perhatian oleh pemerintah. (Kemenkes RI, 2015)

  1 Penyakit menular merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. (Widoyono, 2011).

  Salah satu penyakit menular yang masih menjadi perhatian pemerintah saat ini adalah tuberkulosis. Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh micobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai-sel (cell-mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak di paru tetapi dapat mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif untuk penyakit yang aktif, biasa terjadi perjalanan penyakit yang kronik, dan berakhir dengan kematian. (Daniel dalam Harrison, 2014).

  Untuk menanggulangi masalah TB di Indonesia, strategi DOTS (Directly

  

Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy ) yang direkomendasikan oleh

  WHO merupakan pendekatan yang paling tepat untuk saat ini, dan harus dilakukan secara sungguh-sungguh dimana salah satu komponen dari strategi DOTS tersebut adalah pengobatan dengan panduan OAT (Obat Anti

  Tuberkulosis) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) (Depkes RI, 2005)

  Situasi Tuberkulosis (TB) paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah Tuberkulosis Paru besar (high burden

  

countries ), sehingga pada tahun 1993 Organisasi Kesehatan Sedunia (World

Health Organization /WHO) mencanangkan Tuberkulosis Paru sebagai salah satu

emerging diseases yaitu penyakit yang gawat dan memerlukan penanganan segera

(Kemenkes RI, 2010).

  sebagai penyebab penyakit TB Paru telah

  Mycobacterium tuberculosis

  menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun. Di Negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang (Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, 2007).

  Di kawasan Asia Tenggara, data WHO menunjukkan bahwa TBC membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40 persen dari kasus TBC di dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif (Depkes RI, 2009).

  Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru pertahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian pertahunnya (Kemenkes RI, 2011).

  Berdasarkan laporan dari survei prevalen nasional tahun 2009, tingkat prevalensi Tuberkulosis adalah 244 per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk tahun yang sama tingkat kematian karena Tuberkulosis sebanyak 39 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA+ sebanyak 176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2013 yang sebesar 196.310 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus baru BTA+ di tiga provinsi tersebut sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia (Kemenkes RI, 2015).

  Pada tingkat provinsi, angka kejadian pasien baru BTA+ tertinggi terdapat di Provinsi Gorontalo (93%), diikuti Sulawesi Tenggara (92%) dan Sulawesi Utara sebesar 90%. Jawa Tengah menempati urutan ke-23 dari 34 provinsi untuk angka penemuan pasien baru BTA+ di seluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2015).

  Walaupun Jawa Tengah tidak masuk dalam 5 besar provinsi dengan angka notifikasi kasus TB paru BTA+ tertinggi namun, prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 juga tidaklah kecil yaitu sebesar 49 (Kemenkes RI, 2015).

  Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah kabupaten di Jawa Tengah bagian barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 bahwa Kabupaten Banyumas menempati peringkat ke-4 jumlah penduduk terbanyak di Jawa Tengah dengan jumlah sebanyak 1.570.598 orang (BPS 2012). Penemuan penderita TB paru di kabupaten Banyumas tahun 2012 sebanyak 1.161 kasus case detection rate (CDR) sebesar 69,0% (target >70%) menempati urutan ke-10 kabupaten terbanyak di Jawa Tengah (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012). Penemuan penderita TB Paru anak tahun 2012 sebanyak 427 kasus dan tahun 2013 sebanyak 448 kasus dengan proporsi 14,1% . Case notification rate (CNR) tahun 2011 sebesar 176/100.000 penduduk, tahun 2012 sebesar 179/100.000 penduduk dan tahun 2013 sebesar 195/100.000 penduduk. CNR Nasional adalah sebesar 85/100.000 penduduk (Dinkes Kabupaten Banyumas, 2014).

  Kasus TB paru kategori BTA+ tertinggi terjadi di Puskesmas II Kembaran dengan jumlah kasus sebesar 72 kasus (proporsi 10,06% dari persentase total) di ikuti Puskesmas Kedungbanteng dengan jumlah kasus sebanyak 32 kasus (proporsi 4,47%). Untuk Puskesmas Kalibagor termasuk dalam urutan kelima dengan jumlah kasus TB BTA+ sebanyak 16 (2,24%) kasus pada tahun 2012 (Dinkes Kabupaten Banyumas, 2013). Data terbaru dari Puskesmas Kalibagor pada tahun 2015 tercatat 186 per 49733 penduduk untuk pasien TB yang dirujuk, 405 per 49733 penduduk untuk pasien dengan rawat jalan.

  Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang aktif, dalam pengobatan tuberkulosis sangat diperlukan ketaatan pasien dalam meminum obat sesuai anjuran yang diberikan. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan yaitu TB paru akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga berperan sebagi pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan keluarganya karena Keluarga merupakan kelompok yang secara langsung berhadapan dengan anggota keluarga selama 24 jam penuh menurut Mubarok (2007), untuk itu peran keluarga sangatlah penting dilakukan dalam proses perawatan kesehatan dikeluarga. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. S dengan anggota keluarga yaitu Tn. S yang menderita TB paru, sehingga diharapkan keluarga mampu ikut berperan dalam meningkatkan kesehatan dalam keluarga.

  B. Tujuan Penulisan Dalam penulisan asuhan keperawatan ini, penulis memiliki tujuan yaitu :

  1. Tujuan Umum Melaksanakan dan melaporkan penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah TB Paru.

  2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan karakteristik keluarga Tn. S dengan TB Paru.

  b. Menggambarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn. S dengan masalah TB paru. c. Merumuskan prioritas masalah yang telah di susun berdasarkan hasil analisa data d. Menggambarkan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa e. Menggambarkan implementasi dan evaluasi atas rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat f. Membahas kesenjangan antara teori dan kondisi riil yang dilakukan pada pengelolaan keperawatan keluarga Tn. S dengan masalah TB paru.

  C. Pengumpulan Data Dalam pelaksanaan pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode cara pengumpulan data yaitu dengan metode :

  1. Observasi Partisipan Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi secara langsung terhada klien dan lingkungan fisik klien dengan melakukan asuhan keperawatan dimana terdapat interaksi antara klien dan perawat. Penulis mengobservasi tentang keadaan fisik dan lingkungan klien.

  2. Wawancara

  Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab kepada keluarga klien dan tetangga klien secara langsung untuk mendapatkan data tentang keluhan dan permasalahan yang sering klien dan keluarga hadapi.

  3. Studi Literatur Pengumpulan data dilakukan dengan menggali sumber pengetahuan melalui buku, jurnal dan berbagai literatur kesehatan lainnya yang terkait dengan asuhan keperawatan pada klien di perpustakaan UMP, perpustakaan daerah Banyumas, dan telusur internet.

  4. Studi Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan klien yang diperoleh di Puskesmas.

  D. Tempat dan Waktu Asuhan Keperawatan Keluarga dilakukan di rumah Tn. S Desa Srowot

  RT01/RW03 Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas selama 2 hari pada tanggal 30-31 Mei 2016. E. Manfaat Penulisan Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus TB

  Paru. Juga diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus TB Paru.

  F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada laporan kasus ini adalah sebagai berikut :

  BAB I : berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, pengumpulan data, tempat dan waktu, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : berisi tentang tinjauan pustaka yang membahas tentang konsep keluarga dan masalah kesehatan TB Paru. BAB III : berisi tentang laporan kasus yang membahas tentang informasi biografi klien, pengkajian, rumusan masalah, perencanaan, implementasi dan juga evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

  BAB IV : berisi tentang pembahasan yang menguraikan apa yang telah penulis tulis di dalam laporan kasus sebelumnya BAB V : berisi tentang kesimpulan dan saran yang diberikan penulis berkaitan dengan masalah yang telah di bahas.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga

  1. Definisi Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).

  Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).

  Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).

  10