BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - ANALISIS FAKTOR PREDISPOSISI PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GOMBONG I KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang

  menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).

  ISPA pada balita adalah penyakit infeksi akut parenchim paru, yang merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada balita (Dinas Kesehatan Propvinsi Jawa Tengah, 2012).

  Menurut World Health Organization (WHO), penyakit ISPA pada anak balita, masih merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian cukup tinggi, Insidens menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) (Kemenkes RI, 2012).

  1 Data profil kesehatan Indonesia tahun 2011 memperlihatkan bahwa

  ISPA menempati urutan ke 9 dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak 17.918 orang yang terdiri dari 9.737 laki-laki dan 8.181 perempuan dengan jumlah kematian mencapai 589 orang (Kemenkes RI, 2012).

  Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 25,5% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 66.702 kasus, mengalami penurunan bila dibanding tahun 2010 yang sebesar 40,63%. Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 sebesar 100% (Dinkes Jateng, 2012). Jumlah penderita ISPA pada balita di Kabupaten Kebumen tahun 2011 mencapai 150.820 balita (51,17%) (Dinkes Kabupaten Kebumen tahun 2012).

  Faktor risiko yang berkontribusi terhadap insidens ISPA tersebut antara lain gizi kurang, Air Susu Ibu (ASI) ekslusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan, cakupan imunisasi campak rendah dan Bayi Berat lahir Rendah (BBLR). Upaya mengatasi ISPA pada balita dilakukan dengan komunikasi, informasi dan edikasi (KIE) pengendalian ISPA melalui berbagai media sesuai dengan kondisi sosial dan budaya setempat. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka deteksi dini pneumonia Balita dan pencarian pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2012).

  Hasil penelitian sebelumnya oleh Putri (2012) diketahui terdapat perbedaan kondisi faktor lingkungan yang sangat signifikan antara balita yang mengalami kejadian ISPA dengan balita yang tidak mengalami ISPA (nilai p=0,000). Penelitian Atiek (2010) menyimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan praktik cara perawatan, selain itu didapatkan hubungan yang bermakna antara sikap dengan praktek cara perawatan. Penelitian lainnya oleh Jafari (2014) menyimpulkan bahwa perilaku ibu dalam pengobatan ISPA berkorelasi dengan usia ibu dan suku bangsa (Persia atau Afghanistan). Penelitian Kholisah et. al. (2009), menyimpulkan ada hubungan bermakna antara pajanan asap rokok (p = 0,006) dan riwayat imunisasi (p = 0,017) dengan prevalensi ISPA pada balita

  Penelitian untuk mengungkap pengaruh faktor presdisposisi perilaku terhadap kejadian ISPA pada balita penting untuk dilakukan, mengingat masih tingginya kejadian ISPA pada balita. Faktor perilaku merupakan faktor yang dapat diubah dan tidak membutuhkan banyak biaya. Perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA yang baik diharapkan dapat mencegah terjadinya ISPA pada balita.

  Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen pada bulan Juni 2014 diketahui bahwa penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada balita termasuk dalam 10 besar penyakit dan menempati rangking pertama. Penderita ISPA pada bulan Agustus tahun 2013 sebanyak 495 balita (Puskesmas Gombong, 2013).

  Berdasarkan pada hasil wawancara peneliti dengan 10 ibu balita tentang kuman adalah penyebab ISPA, 8 orang (80,0%) menyatakan benar dan 2 orang (20,0%) menyatakan salah. Pertanyaan tentang ISPA adalah penyakit yang menular diperoleh jawaban 4 orang (40,0%) membenarkan dan 6 orang

  (40,0%) menyatakan tidak tahu. Jawaban ibu tentang imunisasi dapat mencegah ISPA, 4 orang (40,0%) membenarkan dan 6 orang (60,0%) menyalahkan. Jawaban ibu balita tentang upaya yang telah dilakukan sebelum membawa balita ke puskesmas, secara keseluruhan menyatakan hanya menyelimuti dengan kain tebal agar balita tidak kedinginan. Selanjutnya karena panas tubuh balita tidak turun, sehingga ibu kemudian membawa ke puskesmas.

  Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukkan kasus ISPA masih banyak terjadi. Pengetahuan ibu balita tentang ISPA juga cenderung kurang.

  Pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita tentang ISPA sangat penting agar ibu dapat mencegah terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan latar belakang di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor Predisposisi Perilaku Ibu Balita Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014

  ”.

B. Perumusan Masalah

  Data di Puskesmas Gombong I Kabupaten kebumen pada bulan Juni 2014 menunjukkan bahwa penyakit ISPA menempati rangking pertama dari 10 besar penyakit yang terjadi pada balita. Pengetahuan tentang ISPA yang kurang, serta sikap dan tindakan ibu balita dalam mencegah ISPA disinyalir mempengaruhi tingginya kasus ISPA pada balita di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen.

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan “Adakah Hubungan Faktor Predisposisi Perilaku Ibu Balita Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014

  ?” C.

   Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan faktor predisposisi perilaku ibu balita tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Gombong

  I Kabupaten Kebumen tahun 2014.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengetahui karakteristik ibu balita yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan umur di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014.

  b. Mengetahui pengetahuan ibu balita tentang ISPA di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014.

  c. Mengetahui sikap ibu balita tentang ISPA di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014.

  d. Mengetahui tindakan ibu balita tentang ISPA di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014.

  e. Mengetahui kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014. f. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu balita tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014.

  g. Menganalisis hubungan sikap ibu balita tentang ISPA dengan kejadian

  ISPA pada Balita di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014.

  h. Menganalisis hubungan tindakan ibu balita tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Gombong I Kabupaten Kebumen tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang faktor predisposisi perilaku ibu yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi masyarakat terutama Ibu Balita Memberikan informasi di bidang kesehatan terutama tentang pencegahan dan penatalaksanaan ISPA pada balita.

  b. Bagi Petugas Kesehatan Memberikan masukan dan data yang valid tentang faktor predisposisi perilaku ibu balita dalam mencegah terjadinya ISPA pada balita. c. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Menambah kepustakaan ilmu kesehatan masyarakat khususnya tentang pencegahan dan penatalaksanaan ISPA pada balita.

  d. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman lansung dalam menyusun penelitian dan aplikasinya dari materi metode penelitian yang didapat selama proses perkuliahan, serta memperdalam wawasan peneliti tentang materi ISPA pada balita.

E. Keaslian Penelitian

  Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini disajikan berikut ini:

  1. Penelitian Rokhana (2009) berjudul “Studi deskriptif tingkat pengetahuan ibu balita tentang penyakit ISPA di Puskesmas Demak III. Jenis penelitian deskriptif menggunakan pendekatan cross sectional. Dari 71 responden terdapat pengetahuan kurang yakni 4 orang atau 5,63 %, pengetahuan cukup yakni 29 orang 40, 85% dan pengetahuan baik yakni 38 orang atau 53,52% sumber air bersih.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rokhana (2009) adalah sama-sama meneliti tentang ISPA pada balita. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rokhana (2009), terletak pada variabel yang diteliti dan jenis penelitian yang digunakan. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat sedangkan penelitian Rokhana (2009) menggunakan variabel tunggal. Jenis penelitian ini adalah analitik non eksperimental sedangkan penelitian Rokhana (2009) merupakan penelitian deskriptif.

  2. Penelitian Putri (2012) berjudul “Hubungan kondisi faktor lingkungan dan angka kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakar ta Pasca erupsi gunung merapi tahun 2010”. Jenis penelitian kasus kontrol menggunakan pendekatan restrospektif. Hasil penelitian diketahui terdapat perbedaan kondisi faktor lingkungan yang sangat signifikan antara balita yang mengalami kejadian ISPA dengan balita yang tidak mengalami ISPA (nilai p=0,000). Faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cangkringan, DIY pasca erupsi Merapi 2010 yaitu kepadatan penghuni, jenis lantai, dinding rumah, intensitas cahaya, atap rumah, debu, saluran pembuangan air limbah, kelembaban, sedangkan subfaktor lingkungan yang tidak menunjukkan hubungan antara lain penerangan alami, ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, ventilasi, dan suhu. Faktor lingkungan yang paling dominan dalam memicu ISPA adalah dinding rumah.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putri (2012) adalah sama- sama meneliti tentang ISPA pada balita. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Putri (2012) terletak pada variabel bebas yang diteliti dan jenis penelitian yang digunakan. Variabel bebas penelitian ini adalah determinan perilaku sedangkan penelitian Putri (2012) adalah kondisi faktor lingkungan. Jenis penelitian ini adalah analitik non eksperimental sedangkan penelitian Putri (2012) merupakan penelitian kasus kontrol.

3. Penelitian Atiek (2010) berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan

  Dan Sikap Ibu Dengan Praktik Cara Perawatan Balita Yang Menderita

  ISPA Nonpneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban I Kabupaten Sukoharjo”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskripsi yang mengarah pada korelasi. Uji korelasi yang digunakan adalah chi square. Responden yang menjadi subjek penelitian adalah ibu yang memiliki balita penderita ISPA non pneumonia. Hasil penelitian dari 94 responden, mayoritas responden 31-35 tahun, pendidikan terakhir SLTP, pekerjaan buruh, status menikah, penghasilan keluarga rendah dan belum pernah mendapat penyuluhan tentang ISPA.

  Tingkat pengetahuan responden tinggi, sikap tentang ISPA non pneumonia cukup, sikap tentang praktek cara perawatan baik, namun praktik cara perawatan balita tidak benar. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan praktik cara perawatan, selain itu didapatkan hubungan yang bermakna antara sikap dengan praktek cara perawatan.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Atiek (2010) adalah sama-sama meneliti tentang ISPA pada balita. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Atiek (2010) terletak pada variabel bebas yang diteliti dan jenis penelitian yang digunakan. Variabel bebas penelitian ini adalah determinan perilaku sedangkan penelitian Atiek (2010) adalah tingkat pengetahuan dan sikap ibu. Jenis penelitian ini adalah analitik non eksperimental sedangkan penelitian Atiek (2010) merupakan penelitian penelitian kuantitatif korelasi.

  4. Penelitian Kholisah et. al . (2009) berjudul ”Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta” Jenis penelitian potong lintang yang dilakukan pada 103 subjek menggunakan guided questionnaire yang valid dan reliabel untuk mengetahui apakah terdapat diagnosis ISPA dalam satu bulan terakhir pada anak usia 6 bulan

  • –59 bulan serta faktor-faktor yang berhubungan, di RW 04 Kelurahan Pulo Gadung, Jakarta Timur, pada bulan Desember 2008. Hasil. Prevalensi ISPA pada balita 40,8%, didapatkan hubungan bermakna antara pajanan asap rokok (p=0,006) dan riwayat imunisasi (p=0,017) dengan prevalensi ISPA pada balita. Namun tidak didapatkan hubungan antara jenis kelamin, usia, status gizi subjek, tingkat pendidikan responden, pendapatan keluarga, crowding, jumlah konsumsi rokok, suplementasi vitamin A, durasi ASI total dengan prevalensi ISPA pada balita.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kholisah et. al. (2009) adalah sama-sama meneliti tentang ISPA pada balita. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Kholisah et. al. (2009), terletak pada variabel yang diteliti dan jenis penelitian yang digunakan. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat sedangkan penelitian Kholisah et. al. (2009), menggunakan variabel tunggal. Jenis penelitian ini adalah analitik non eksperimental sedangkan penelitian Kholisah et. al. (2009) merupakan penelitian potong lintang.

  5. Penelitian Jafari (2014) berjudul “The Knowledge, Attitude and Practice of

  Mothers Regarding Acute Respiratory Tract Infection in Children

  ”. Jenis penelitian cross-sectional pada 255 ibu. Data dikumpulkan melalui menggunakan kuesioner bulan Desember 2010. Pengobatan yang paling umum diadopsi oleh ibu untuk ISPA pada anak-anak adalah sirup dan pil (22%). Nilai rata-rata praktek ibu dan nilai rata-rata pengetahuan dan sikap pada kategoti tinggi. Perilaku ibu dalam pengobatan ISPA berkorelasi dengan usia ibu dan suku bangsa (Persia atau Afghanistan). Hubungan yang signifikan tidak ditemukan antara sikap dan perilaku ibu dalam pengobatan ISPA. Di sisi lain, sikap dan perilaku ibu dalam pengobatan ISPA tidak terkait dengan tingkat pendidikan ibu dan pekerjaan.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Jafari (2014) adalah sama-sama meneliti tentang ISPA pada balita. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Jafari (2014) terletak pada variabel bebas yang diteliti dan jenis penelitian yang digunakan. Variabel bebas penelitian ini adalah determinan perilaku sedangkan penelitian Jafari (2014) adalah usia ibu, suku bangsa, dan tingkat pendidikan. Jenis penelitian ini adalah analitik non eksperimental sedangkan penelitian Jafari (2014) merupakan penelitian penelitian cross-sectional.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN KETAHANAN FISIK TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS 1 MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - HUBUNGAN FAKTOR KARAKTERISTIK BALITA DAN PERILAKU PENCEGAHAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS SUMBANG II KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS - reposit

0 0 10

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBARAN DAN DESA LINGGASARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMBARAN I KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 - repository perpustakaan

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BATURRADEN II KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU POSTPARTUM DENGAN KEJADIAN BABY BLUES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIMANAH - repository perpustakaan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 1 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I WANGON KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. ISPA - HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I WANGON KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 6 21

ANALISIS FAKTOR PREDISPOSISI PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GOMBONG I KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015

0 0 14