TINGKAT STRES KERJA WARTAWAN SURAT KABAR HARIAN

  

TINGKAT STRES KERJA WARTAWAN SURAT

KABAR HARIAN

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Disusun oleh:

  P. Priangga Bayu Martiar 039114099

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

TINGKAT STRES KERJA WARTAWAN SURAT

KABAR HARIAN

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Disusun oleh:

  P. Priangga Bayu Martiar 039114099

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  No Pain… No Gain… If You Want To Win Then Try Harder

  Nothing Free Here Tw `t|ÉÜxÅ Wx| ZÄÉÜ|tÅ

  Skripsi ini aku persembahkan untuk: Bapak dan mamaku terkasih Kedua adikku, Arya dan Bima Serta untuk Negriku tercinta

  Pernyataan Keaslian Karya Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 2008 Penulis

  P. Priangga Bayu Martiar

  

Abstrak

  Tingkat Stres Kerja Wartawan Surat Kabar Harian Oleh: P. Priangga Bayu Martiar

  Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan tingkat stres kerja pada wartawan surat kabar harian dimana saat menjalankan tugasnya para wartawan tersebut selalu berhadapan dengan keadaan-keadaan yang penuh dengan tekanan.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan subyek berjumlah 97 orang yang kesemuanya adalah wartawan surat kabar harian. Data yang diperoleh berasal dari skala tingkat stres kerja yang disusun oleh peneliti.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa para wartawan surat kabar harian mengalami stres pada kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh yaitu sebanyak 78 orang subyek (80,41%) berada pada tingkat stres sedang dan 19 orang subyek (19,59 %) berada pada kategori rendah.

  

Abstract

  The Degree Of Daily Newspaper Journalist’s Job Stress By: P. Priangga Bayu Martiar

  This research was purposed to describe the degree of daily newspaper journalist’s job stress who is working the duty they always face the stressful conditions.

  The kind of this research was quantitative descriptive with 97 daily newspaper journalist as the subject. The data was collected by the degree of job stress scale which was arranged by researcher.

  The result showed that the journalist have stress at a medium category. It could be saw from the data which is 78 subject (80.41 %) at medium stress, and 19 subject (19.59 %) at low stress.

  KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa dimana kuasanya bekerja atas diri semua manusia sehingga atas berkat serta penyertaan-

  Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis merasa tidak akan mampu meyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan orang lain, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada:

  1. Sang Penguasa Alam Raya, atas berkat nafas kehidupan yang telah diberikan. Hidup memang indah jika kita mengerti dimana letak

  keindahannya…

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu M.L. Anantasari S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing saya, yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, wejangan, masukan, waktu, pikiran serta tenaga sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Maaf ya Bu kalo saya termasuk anak bimbingan ibu yang malas.

  4. Ibu Ratri Sunar Astuti S.Psi., M.Si dan ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas masukan dan bimbingan yang telah diberikan.

  5. Mas Gandung, Mbak Naniek, Mas Muji, Mas Doni yang telah banyak membantu di sekretariat Psikologi, lab dan Ruang Baca. Terimak kasih sudah banyak direpotin. Buat pak Gie, terima kasih buat senyum tulus yang selalu diberikan bagi kami semua setiap hari.

  6. Untuk mama dan bapak, terima kasih untuk didikan, nasehat, dukungan moral, spiritual dan finansial yang telah diberikan…sori ya bos kalo molor

  terus kuliahnya…

  7. Mbak Rini Jawa Pos / Radar Yogya, bapak Yobal Republika, bapak Aswandi Media Indonesia / Metro TV, bapak Marga Raharja Kontan, bapak Rusli Suara Pembaruan, Mbak Mei Indo Pos, bapak Endang Rakyat

  Merdeka, dan ibu Ida Pos Kota, penulis sangat berterima kasih atas

  bantuan yang telah diberikan sehingga proses pengambilan data dapat berlangsung dengan lancar.

  8. Para wartawan dari berbagai media surat kabar yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi angket penelitian, terima kasih atas kerja sama yang diberikan

  9. Keluarga Pakdhe Marga, terima kasih ya Pakdhe atas inspirasi, motivasi

  serta bantuan dan dukungan yang diberikan. Buat budhe Happy, maaf ya budhe dah banyak direpotin. Buat my sist and bro, Atid & Seno, hehehe…aku lulus lho, ngga nyampe 2009…oia, tx banget Sen, dah bolak-balik nganterin ambil angket.

  Oholucu

  10. Anak-anak kost beserta kroni-kroni nya, Frans Dwi Nugroho, Bryan Soe Harry Sutaman, Florensius Shane-O , Yoannes Sumaryan Simbah

  Bethet Bakwan

  Doni, Paulus Narendra Utama, Titus Wibi Punto Kurniawan, Yohanes Si YoYo Feriawan Peri Murti, Fx. Joko Si Bos Krisdyanto, Eko Mpik

  , Cino Sumar Aboee

  Widhi Martanto, Yoko Sentosa, Y.B Soemarjiyanto, Abu

  Kang Jay Ube dll….buat semuanya, tx banget bro atas kebersamaan baik susah atau

  

senang, bantuan, dukungan baik moral, spiritual (iyo po…?hehehe) dan

utangan yang diberikan (sori kalo ada yang belum lunas)…oia, thanks

juga buat gelas demi gelas yang tertuang, Home sweet home Terrace:

Friday Night Habit, cerita demi cerita tak terlupakan dan pengalaman-

pengalaman yang mengesankan… you all are my really brothers.

  11. Mas Siswo Wiwit Widyatmoko, atas saran serta masukan yang pernah diberikan. Terima kasih buat pinjaman bukunya…sori ngga jadi dipake.

  12. Anak-anak KKN kel-21, pak ketu Nanda, djenk Vero, Djenk Eta, Josephine, Yeyen, Siro, Mando, Emi, Helen dan Lia…tiga minggu masa

  Buat djenk Eta, aku pengasingan yang mengesankan dan tak terlupakan.

  duluan ya, hehehe…

  13. Untuk cerita yang telah berlalu...singkat namun memberiku banyak

  pelajaran yang berarti…tx ya…

  14. Untuk belalang tempurku The Old Iron AE 3982 A yang tidak pernah lekang oleh jaman, tx boy dah setia nganterin kemana-mana…sori kalo

  akhir-akhir ini kurang takperhatiin…

  15. Conrad, Kadek dan V-gol, my first friend at Psychology, terimakasih buat persahabatan yang terjalin sampai sekarang dan sampai kapanpun. Hidup

  Deprigan!! hehehe…

  16. Anak-anak Psychology Adventure Team dimananpun berada…terima kasih untuk kebersamaan dalam petualangan-petualangan yang

  17. Teman-teman Psikologi’03 baik yang sudah lulus maupun yang sedang masih berusaha untuk lulus, terima kasih buat pengalaman, dinamika ataupun hubungan interdependensi yang pernah terjadi.

  18. Temen-temen sebimbingan mami Ari: Tante, Mba’ Dewiq, Ndut, Marinterima kasih untuk masukan, motivasi ataupun semangat yang telah diberikan. Akhirnya selesai, hehehe…

  19. Anton, Suneo, Yeye Saha, dll yang selalu menemani bermain futsal hampir tiap sore. Bravo Joga Bonito!

  20. Jalur Lapar Darurat: Burjo Komeng&Agus, tempat nongkrong

  senongkrong-nongkrongnya : angkringan Agung, terima kasih selalu setia menemani disaat penyakit lapar menyerang walaupun pagi buta.

  21. Untuk cerita yang sedang berjalan… hidup memang ngga bisa dihitung,

  diraba maupun dipastikan, perjalanan yang aneh…(iya ngga?)…makasih ya ndut buat perhatian, kesabaran, kasih sayang, dan banyak hal lain

yang tidak mungkin disebut…maaf lo kalo sering nyusahin, hehehe…

  22. Maaf buat nama yang belum disebutkan, tidak ada maksud untuk melupakan, hanya keterbatasan peneliti saja. You all always in my heart.

  Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari semurna, maka berbagai saran dan kritikan yang bersifat membangun, akan senantiasa diterima dengan senang hati. It’s over now…

  Yogyakarta, 22 Februari 2008

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. . . ii HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... . iii HALAMAN MOTTO..................................................................................... . iv HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. . . . . v Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis. . . . . . . . . . . . . . . . . .……………...................................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi Pernyataan Keaslian Karya............................................................................. . vii Abstrak.......................................................................................................... . . viii Abstract............................................................................................................ ix Kata Pengantar............................................................................................... . . x Daftar Isi......................................................................................................... . xiv Daftar Tabel................................................................................................... . . xviii Daftar Gambar............................................................................................... .. xix Daftar Lampiran............................................................................................ . . xx

  BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... . . 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................... . . . . 1 B. Rumusan Masalah..................................................................... . . . 7 C. Tujuan Penelitian...................................................................... . . . 7 D. Manfaat Penelitian.................................................................... . . . 8

  BAB II. LANDASAN TEORI...................................................................... . .. 9 A. Wartawan................................................................................... . .. 9

  1.Pengertian Wartawan ........................................................... . 9

  2.Jenis Wartawan....................................................................... . 9

  3.Tugas Jurnalistik Wartawan................................................... . . 11

  4.Resiko Wartawan................................................................... . . 13

  B. Stres Kerja................................................................................ . . .. 17

  1.Pengertian Stres...................................................................... . . 17

  2.Pengertian Stres Kerja............................................................ . . 18

  3.Sumber Stres Kerja................................................................. . .19

  4.Gejala Stres Kerja................................................................... . . 20

  5.Konsekuensi / Akibat Stres..................................................... . 22

  6.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres............................... . 24

  C. Tingkat Stres Kerja Wartawan……........................................... . . . 26

  BAB III. METODE PENELITIAN................................................................ . . 32 A. Jenis Penelitian........................................................................ . . .. 32 B. Variabel Penelitian.................................................................. . . . . 32 C. Definisi Operasional................................................................ . . . . 32 D. Subyek Penelitian.................................................................... . . . . 33 E. Metode dan Alat Penelitian..................................................... . . . . 34 F. Validitas dan Reliabilitas........................................................ . . . . . 36

  2. Reliabilitas.......................................................................... . . . . . 38

  G. Metode Analisis Data............................................................. . . . . 39

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. . . . 42 A. Persiapan Penelitian................................................................ . . . .. 42

  1. Perijinan Penelitian............................................................ . . . . . . 42

  2. Lokasi Penelitian............................................................... . . . . . . . 42

  3. Subyek Penelitian.............................................................. . . . . . . .43

  4. Uji Coba Penelitian........................................................... . . . . . . . 44

  B. Pelaksanaan Penelitian........................................................... . . . . . . 44

  C. Hasil Penelitian....................................................................... . . . . . 45

  1. Uji Normalitas................................................................... . . . . . . 45

  2. Deskriptif Data Penelitian................................................. . . . . . . 46

  3. Data Tingkat Pendidikan Wartawan Pada Surat Kabar Harian............................................................................... . . . . . .. 47

  4. Data Lama Bekerja Wartawan Pada Surat Kabar Harian............................................................................... . . . . . . . 47

  5. Kategorisasi Tingkat Stres Kerja Pada Wartawan Surat Kabar Harian.................................................................... . . . . . .. 48

  D. Pembahasan......................................................................... . . . . . . . 48

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. . . . .. . 53

  B. Saran..................................................................................... . . . . . . 53 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. . . . . 55 LAMPIRAN SURAT IJIN PENELITIAN SURAT KETERANGAN PENELITIAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blueprint Skala Tingkat Stres Kerja Pada Wartawan Sebelum

  Uji Coba................................................................................... . . . . . . . . 35

Tabel 3.2. Distribusi Item Skala Tingkat Stres Kerja Pada Wartawan

  Sebelum Uji Coba.................................................................... . . . . . . . . .36

Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Tingkat Stres Kerja Pada Wartawan

  Yang Gugur............................................................................. . . . . . . . . . 38

Tabel 3.4 Distribusi Item Skala Tingkat Stres Kerja Pada Wartawan

  Setelah Uji Coba..................................................................... . . . . . . . . . .38

Tabel 3.5. Norma Kategorisasi Jenjang................................................... . . . . . . . . . . 40Tabel 3.6. Kategori Skala Tingkat Stres Kerja........................................ . . . . . . . . . . 41Tabel 4.1. Uji Normalitas........................................................................ . . . . . . . . . . 45Tabel 4.2. Statistic Descriptive............................................................... . . . . . . . . . . 46Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Wartawan Pada Surat Kabar Harian...... . . . . . . . . . . 47Tabel 4.4. Data Lama Bekerja Wartawan Pada Surat Kabar Harian...... . . . . . . . . . .. 47Tabel 4.5. Kategorisasi Tingkat Stres Kerja Pada Wartawan Surat

  Kabar Harian......................................................................... . . . . . . . . .. . .48

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Hubungan antara Stres dan Performansi........................................... 23 Gambar 2. Skema Alur Stres Kerja Wartawan................................................... 31

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran A

  1. Data Try Out.............................................................................................. . . . . . 57

  2. Reliabilitas Try Out................................................................................... . . . . . 69

  3. Skala Try Out............................................................................................ . . . . . . 71 Lampiran B

  1. Data Penelitian......................................................................................... . . . . . . . 79

  2. Reliabilitas Penelitian............................................................................... . . . . . . 97

  3. Data Statistik Deskriptif........................................................................... . . . . . . 99

  4. Data Penggolongan Tingkat Stres Kerja.................................................. . . . . . . 100

  5. Uji Normalitas......................................................................................... . . . . . . . 114

  6. Skala Penelitian....................................................................................... . . . . . . . 115

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kebutuhan akan informasi telah

  menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat luas. Suhandang (2004) dalam bukunya mengatakan bahwa saat ini informasi merupakan komoditi yang paling berharga bagi semua pihak dalam meniti pergaulannya. Beberapa penelitian menyebutkan, informasi kini menduduki urutan ke 10, setelah 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat yang sudah ada sebelumnya (Djuroto, 2004).

  Berkembangnya teknologi di bidang komunikasi membuat dunia menjadi sempit, sehingga informasi apapun mudah diperoleh kapan saja diperlukan (Suhandang, 2004). Masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi yang diinginkan melalui media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi dan internet. Menurut Djuroto (2004), bisnis informasi semakin marak dan menjadi trend di awal millennium III sehingga berbagai media massa baik cetak, elektronik maupun interaktif semakin berpacu dalam menggapai

  

audience - nya. Hal ini tentu saja semakin mempermudah masyarakat untuk

mendapatkan informasi.

  Teknologi komunikasi tidak akan bisa berkembang bahkan tidak akan bisa bermanfaat tanpa tangan-tangan terampil dan bijak. Dalam hal ini perlu adanya orang-orang yang mau dan mampu menggunakannya demi tersebarnya informasi Aliansi Jurnalis Independen (2007) mengemukakan bahwa profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan isi media massa disebut dengan jurnalis. Akan tetapi pada kenyataan referensi penggunaannya, istilah jurnalis lebih mengacu pada definisi wartawan. Menurut Persatuan Wartawan Indonesia, pendefinisian wartawan berhubungan dengan kegiatan tulis menulis yang diantaranya mencari data (riset, liputan, verifikasi) untuk melengkapi tulisannya. Djuroto (2004) menyatakan bahwa wartawan merupakan ujung tombak dari sebuah media massa. Mereka yang paling banyak mensuplai bahan berita untuk penyajian tiap harinya.

  Jenis wartawan dapat dibedakan sesuai dengan jenis media massa tempat bekerja. Wartawan yang menyiarkan beritanya melalui radio atau televisi disebut wartawan radio atau wartawan televisi sedangkan wartawan yang menyiarkan beritanya melalui penerbitan surat kabar atau majalah disebut wartawan media cetak. Ada beberapa bentuk media cetak yaitu: surat kabar (koran), majalah, tabloid, buletin dan buku (Djuroto, 2004). Dalam penelitian ini yang yang akan menjadi subyek penelitian adalah wartawan yang bekerja pada surat kabar (koran) yang terbit teratur setiap hari.

  Setiap melaksanakan tugasnya, wartawan surat kabar harian selalu berhadapan dengan deadline berita. Marga Raharja (2007), seorang wartawan Harian Kontan mengemukakan bahwa deadline adalah batas tenggang waktu untuk para wartawan dalam mengumpulkan laporan berita secara tertulis. Hal ini merupakan suatu kewajiban bagi wartawan karena hasil laporan beritanya sangat pengumpulan laporan mengenai berita tentu saja terbatas dan tidak bisa ditawar- tawar, apalagi jika media massa tempat wartawan tersebut bekerja adalah media massa yang terbit secara harian, dimana dalam satu hari tersebut wartawan harus mengumpulkan laporan berita yang telah diliput.

  Saat melakukan pencarian berita, tidak selamanya menjadi hal yang mudah bagi seorang wartawan. Faktor kooperatif dari narasumber sangat mempengaruhi kelancaran tugas wartawan. Apalagi jika berita yang hendak diliput berkaitan dengan isu-isu tidak sedap yang sedang marak dibicarakan oleh masyarakat. Para narasumber yang terkait biasanya akan berusaha menghindar, mengelak ataupun memberikan jawaban yang berbelit-belit. Selain itu, seorang wartawan dituntut untuk menguasai masalah yang akan diangkat dalam tulisannya. Hal ini tentu menjadi sebuah hambatan tersendiri bagi wartawan, ketika ia harus tetap mendapatkan berita dengan cepat untuk memenuhi deadline (Marga Raharja, 2007).

  Naning (2005) dalam tulisannya mengemukakan bahwa menjadi penulis dituntut untuk mampu menulis cepat, maka yang diwajibkan adalah berfikir dan bertindak cepat dan tepat atau akurat, sebab tidak akan bermanfaat apabila bertindak cepat tetapi tidak tepat. Kesalahan dalam menulis untuk media massa- cetak (majalah, koran atau tabloid) akan menimbulkan kerugian, atara lain: memberi informasi yang salah kepada pembaca, menurunkan bobot majalah, dan bila fatal akan mengakibatkan polemik atau mengundang pro dan kontra.

  Tugas sebagai wartawan juga penuh dengan resiko. Berbagai macam bahkan mendapat perlakuan kasar atau kekerasan dimana tidak sedikit yang telah menjadi korban. Belum lagi resiko kecelakaan di lapangan yang disebabkan oleh

  

human error ataupun kondisi lingkungan yang tidak baik atau berbahaya. Para

  wartawan seringkali kurang memikirkan keselamatannya sendiri dalam mencari dan meliput berita. Tragedi tenggelamnya KM Levina I di Tanjung Priok yang menewaskan kameramen Guntur, Suherman dan anggota penyidik dari Pusat Laboratorium dan Forensik (Puslabfor) Polri menjadi tragedi kecelakaan kerja yang menjelaskan resiko menjadi seorang wartawan (Moses, 2007).

  Tindak kekerasan terhadap wartawan juga sering terjadi. Aliansi Jurnalisme Independen (AJI) mengemukakan bahwa selama rentang waktu tahun 2000-2001 telah terjadi 83 kasus penganiayaan terhadap wartawan (Hanggoro; Iriawati, 2006). Kasus Fuad Muhammad Syarifuddin yang kerap dipanggil Udin, seorang wartawan Harian Bernas, Yogyakarta yang dianiaya hingga akhirnya meninggal dunia pada tanggal 16 Agustus 1996 serta Ersa Siregar seorang wartawan RCTI yang ditemukan meninggal tanggal 29 Desember 2003 saat meliput konflik di Aceh menjadi juga menjadi bukti beratnya tugas seorang wartawan (http://id.wikipedia.org, 2006).

  Selain keselamatan secara fisik, wartawan juga berhadapan dengan resiko trauma psikis. Hal ini terjadi pada wartawan yang bertugas meliput konflik- konflik seperti peperangan ataupun kerusuhan. Dart Centre for Journalism &

  (2006) mengemukakan bahwa wartawan-wartawan yang berada di garis

  Trauma,

  depan beresiko mengalami serangkaian masalah emosional dan kesehatan mental kesulitan-kesulitan hubungan dalam beberapa kasus, Gangguan Stres Pasca- Traumatis (PTSD). The American Psychiatric Association (2006) menandai PTSD sebagai sedikitnya satu bulan dari kejadian dan mengingat kembali secara intrusif peristiwa-peristiwa, mati rasa secara emosional serta menghindari orang-orang dan tempat-tempat yang mengingatkan akan peristiwa tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan Chris Cramer, President of CNN International Networks, yang menyatakan bahwa sangatlah alami jika seorang wartawan merasakan dampak / efek trauma, oleh karena itu para pemilik media harus menerima eksistensi dari dampak tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk menyediakan konseling untuk para stafnya (Dart Centre for Journalism & Trauma, 2006).

  Permasalahan ekonomi juga tidak luput dari kehidupan wartawan, apalagi dengan keadaan seperti sekarang ini dimana semua kebutuhan untuk hidup menjadi semakin mahal. Hasil penelitian Aliansi Jurnalis Independen (AJI) tentang kesejahteraaan wartawan pada tahun akhir tahun 2005 mengungkapkan penghasilan rata-rata wartawan antara 900 ribu dan 1,4 juta perbulan, yang lebih menyedihkan masih dijumpai wartawan dengan gaji di bawah 200 ribu perbulan.

  Penelitian ini melibatkan responden 400 wartawan dari 80 media massa di 17 kota di Indonesia (Hanggoro; Iriawati, 2006).

  Berbagai hambatan, resiko, tuntutan serta tanggung jawab yang menjadi konsekuensi dalam menjalankan tugas menyebabkan tekanan dalam diri wartawan dimana hal tersebut akan memicu timbulnya stres. Looker & Gregson (2004) mendefinisikan stres sebagai sebuah keadaan yang dialami individu ketika terjadi untuk mengatasinya. Tuntutan-tuntutan yang diterima oleh individu disebut dengan stressor. Sarafino (1990) menyatakan bahwa stressor akan menghasilkan ketegangan dalam proses-proses fisiologis dan psikologis individu sehingga tubuh akan akan meresponnya dengan respon fisik, mental, dan emosi, serta juga berpengaruh pada sistem atau hubungan sosial individu.

  Hardjana (1994) menjelaskan bahwa lingkungan kerja dapat menjadi sumber stres karena beberapa alasan, antara lain tuntutan kerja, tanggung jawab kerja, lingkungan fisik kerja, rasa kurang memiliki pengendalian, hubungan antar manusia yang buruk, peningkatan jenjang karier dan rasa kurang aman dalam bekerja.

  Bagi wartawan, stres dapat menyebabkan gangguan baik secara fisiologis, psikologis, dan sosial. Hardjana (1994) menyebutkan secara psikologis, orang yang mengalami stres akan menderita tekanan dan ketegangan yang membuat pola berpikir, emosi dan perilaku menjadi kacau. Secara fisiologis, kegugupan dan kegelisahan itu menggejala pada degup jantung yang cepat, perut mual, mulut kering dan keringat mengucur di sekujur tubuh.

  Stres kerja adalah fenomena normal yang banyak ditemui di berbagai lapangan pekerjaan. Namun begitu, stres adalah suatu pengalaman yang subyektif.

  Artinya, tingkat / kadar stres tiap individu berbeda. Hal ini tergantung sumber daya yang ada pada diri individu tersebut dalam memandang suatu hal, peristiwa atau keadaan. Hardjana (1994) mengemukakan, ada dua faktor pokok yang mempengaruhi penilaian kita yaitu, faktor pribadi dan situasi.

  Faktor pribadi meliputi unsur intelektual, motivasi dan kepribadian, sedangkan faktor situasi meliputi beberapa bentuk, yaitu : bentuk pertama, bila hal, peristiwa, orang dan keadaan itu mengandung tuntutan berat dan mendesak, yang kedua, bila hal itu berhubungan dengan perubahan hidup, seperti mulai masuk kerja, menikah, menjadi orang tua. Bentuk ketiga adalah ketidakjelasan dalam situasi, misalnya di tempat kerja fungsi tidak jelas, tugas kabur. Bentuk

  

keempat adalah tingkat diinginkannya suatu hal dan bentuk kelima adalah,

kemampuan orang untuk mengendalikan hal yang membawa stres.

  Wartawan sebagai pribadi yang memiliki sumber daya berdasarkan kemampuan dan pengalaman masing-masing tentu berbeda dalam menghadapi berbagai bentuk stressor yang terjadi dalam lingkungan kerja mereka. Dapat dikatakan bahwa wartawan memiliki tingkat stres yang berbeda satu sama lain.

  Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana tingkat stres kerja yang dialami oleh para wartawan surat kabar harian dalam menjalankan tugasnya.

  B. Rumusan Masalah

  Bagaimana gambaran tingkat stres kerja yang terjadi pada wartawan surat kabar harian.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengambarkan tingkat stres kerja yang

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai tingkat stres kerja pada wartawan dan dapat dipergunakan sebagai literatur dalam penelitian yang relevan di masa yang akan datang, khususnya bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi perusahaan penerbitan pers / media massa Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memperhatikan kesejahteraan wartawan sehingga dapat menunjang peningkatan mutu jurnalistik.

  b. Bagi wartawan Selain menambah wawasan, penelitian ini dapat dipergunakan wartawan sebagai bahan refleksi dalam rangka memahami kondisi diri sehingga diharapkan wartawan mampu mengatasi gejala-gejala stres yang terjadi pada dirinya sejak dini.

BAB II LANDASAN TEORI A. Wartawan

  1. Pengertian Wartawan

  Wartawan adalah seseorang yang melakukan jurnalisme, yaitu orang yang menciptakan laporan sebagai profesi untuk disebarluaskan atau dipublikasikan dalam media masa seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi dan internet, sedangkan jurnalis adalah profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaanya berhubungan media massa (http://id.wikipedia.org/Wiki/Wartawan, 2007).

  Djuroto, (2004) mendefinisikan wartawan adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa.

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan wartawan adalah orang-orang yang menciptakan laporan dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita untuk disebarluaskan melalui media massa.

  2. Jenis Wartawan

  Djuroto (2004) membedakan wartawan menjadi tiga golongan berdasarkan status pekerjaannya, yaitu: a. Wartawan tetap, artinya wartawan yang bertugas di satu media massa (cetak atau elektronik) dan diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan tersebut. Karyawan tetap adalah adalah mereka yang mendapat gaji tetap, tunjangan, bonus, fasilitas kesehatan dan sebagainya serta diperlakukan sebagaimana karyawan lainnya dengan hak dan kewajiban yang sama.

  b. Wartawan pembantu adalah wartawan yang bekerja di suatu perusahaan pers (cetak atau elektronik), tetapi tidak diangkat sebagai karyawan tetap. Mereka diberi honorarium yang disepakati, diberi surat tugas (kartu pers) serta diberi tugas sesuai kemampuannya dan dapat mewakili penerbitannya bila meliput satu peritiwa.

  c. Wartawan lepas adalah wartawan yang tidak terikat pada satu perusahaan media massa baik cetak maupun elektronik. Wartawan golongan ini bebas mengirimkan beritanya ke berbagai media massa. Wartawan lepas mendapat honorarium jika berita atau tulisannya dimuat.

  Suhandang (2004) membedakan wartawan menjadi dua golongan berdasarkan tugas dan karyanya, yaitu reporter dan editor.

  a. Reporter adalah jurnalis atau wartawan yang bertugas mencari dan mengumpulkan informasi atau bahan pemberitaan melalui peliputan peristiwa yang terjadi.

  b. Editor adalah jurnalis yang bertugas mengedit, dalam arti menilai dan reporter untuk dijadikan berita atau komentar dan menyusunya kembali menjadi produk jurnalistik yang siap cetak.

3. Tugas Jurnalistik Wartawan

  Secara garis besar, tugas wartawan adalah meliput berita, mengolah dan melaporkan berita atau informasi dengan jelas serta terperinci seseuai dengan fakta yang terjadi di lapangan (menulis berita). Dalam melaksanakan tugas tersebut, wartawan terikat dengan deadline yang telah diatur oleh redaktur. Zaenuddin (2007) menyebutkan bahwa deadline adalah batas waktu terakhir naskah berita dapat dipertimbangkan pemuatannya dalam media cetak atau elektronik. Deadline di tiap-tiap media berbeda-beda tergantung pada jenis media dan periodisasinya.

  Dalam menjalankan tugasnya tesebut wartawan perlu senantiasa

membuka mata dan telinga dalam mencari berbagai informasi di sekelilingnya.

  Upaya tersebut berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuannya sehingga selalu mampu mengikuti perkembangan situasi. Suhirman (2006) menyebutkan bahwa ketrampilan dan pengetahuan umum seorang wartawan/ eporter mutlak dimiliki. Seorang wartawan harus peka terhadap keadaan sekelilingnya. Semua info yang didapat harus segera dicari darimana sumbernya dan dicek kebenarannya. Setiap berita yang akan dibuat harus padat dan sesuai fakta. Kesalahan dalam proses peliputan ataupun saat penulisan berita bisa berakibat fatal. Jika berita yang disiarkan salah atau tidak dari orang atau institusi yang diberitakan tersebut. Hal ini, tentu akan menurunkan bobot dari media massa dan mengundang pro serta kontra atas pemberitaan tersebut (Naning, 2005).

  Setiati (2006) mengemukakan bahwa sebelum melakukan peliputan wartawan harus mempunyai kerangka acuan atau TOR (term of reference) mengenai berita yang hendak diliput. Hal ini dimaksudkan agar wartawan mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan. Berikutnya, wartawan diwajibkan untuk menguasai topik pembicaraan, dengan demikian wartawan tidak buta terhadap pokok persoalan yang akan ditanyakan dengan narasumber.

  Mempelajari dahulu peristiwa yang hendak diangkat untuk melihat nilai suatu berita (news value) juga perlu dilakukan oleh wartawan. Hal ini terkait juga dengan ”pertimbangan keuntungan” bagi perusahaan, apakah berita tersebut memiliki nilai jual di masyarakat atau tidak. Hal penting lain yang tidak boleh dilupakan wartawan adalah kesesuaian berita dengan kode etik media massa tempat wartawan bekerja.

  Pada kasus-kasus tertentu, wartawan harus melakukan liputan investigasi untuk mengetahui kebenaran informasi suatu berita sebelum disiarkan kepada masyarakat. Wardhana (dalam Setiati, 2006) mendefinisikan liputan investigasi sebagai reportase yang dilakukan wartawan atau sekelompok wartawan terhadap masalah yang menyangkut kepentingan dan penting untuk diketahui masyarakat umum, tetapi ingin ditutupi oleh satu pihak luar. Unsur utama liputan investigasi adalah adanya ketidakberesan, pelanggaran, atau penyelewengan yang merugikan masyarakat, misalnya manipulasi, korupsi dan nepotisme.

  Dalam melaksanakan kegiatan jurnalistiknya, wartawan tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan wawancara. Wawancara sangat penting dalam tugas jurnalistik wartawan karena merupakan sarana atau teknik pengumpulan data dan informasi. Setiap peliputan hampir selalu membutuhkan wawancara dengan sumber informasi. Wawancara adalah teknik meliput, selain terjun langsung ke lapangan atau tempat kejadian peristiwa dan studi literatur (kepustakaan). Sebelum melakukan wawancara, wartawan harus bersikap obyektif. Wartawan juga dituntut untuk bisa mendalami permasalahan yang ingin diketahui, mempelajari latar belakang tokoh yang akan diwawancarai, serta melemparkan pertanyaan yang tajam dalam melumpuhkan narasumbernya (Setiati, 2006).

  Setiati (2006) menambahkan, untuk meningkatkan keahlian dalam mewawancarai narasumber, wartawan harus menambahkan pengetahuan umum tentang berbagai masalah yang menyangkut kepentingan masayarakat luas. Pertanyaan-pertanyaan yang berlandaskan pengetahuan akan membuat narasumber semakin terbawa untuk mengungkapkan informasi penting.

4. Risiko Wartawan

   Zaenuddin (2007), mengemukakan bahwa wartawan harus mampu bekerja di bawah tekanan. Hal ini berhubungan dengan masalah waktu. wartawan baik dalam statusnya sebagai reporter ataupun redaktur pasti selalu dibatasi oleh waktu. Dalam istilah jurnalistik disebut dengan deadline. Untuk wartawan batas waktu ini berkaitan dengan penyerahan berita ke redaktur. Reporter, koordinator liputan, redaktur, bahkan pemimpin redaksi senantiasa dikejar-kejar waktu. Wartawan yang sedang manulis berita biasanya diingatkan oleh redakturnya agar segera diselesaikan, bahkan tidak jarang sampai didesak- desak, dibentak dan dimarahi supaya cepat menyelesaikan beritanya tersebut.

  Pelanggaran terhadap deadline berakibat menghambat proses kerja redaksi dan bisa merusak produk. Penentuan deadline ini juga berpengaruh pada proses percetakan sampai proses pendistribusian surat kabar. Kelalaian dalam proses ini bisa berakibat fatal. Untuk itu, para wartawan harus bisa mengatur waktu agar tidak melanggar deadline. Zaenuddin (2007) juga menyebutkan bahwa para reporter seringkali merasa tertekan manakala waktu deadline hampir tiba, sementara berita belum selesai dibuat atau diliput. Inilah situasi yang disebut bekerja di bawah tekanan. Situasi ini berlangsung nyaris setiap hari.

  Dalam kesehariannya, wartawan harus siap bekerja setiap saat. Kapan saja wartawan harus siaga meliput berbagai peristiwa untuk ditulis atau disiarkan sebagai berita. Misalnya ada di tengah malam terjadi pengeboman atau di pagi hari terjadi peristiwa kebakaran, wartawan harus siap meliputnya. Kecuali sedang mengambil cuti atau berhalangan karena sakit, wartawan harus siap ditugaskan kapan saja untuk meliput suatu berita (Zaenuddin, 2007).

  Berdasarkan hasil wawancara terhadap Marga Raharja (2007), mudah dilakukan oleh seorang wartawan. Ada beberapa hal yang dapat memepengaruhi tugas jurnalistik dari wartawan. Salah satunya adalah faktor

  kooperatif dari narasumber. Apalagi jika berita yang hendak diliput berkaitan dengan isu-isu tidak sedap yang sedang marak dibicarakan oleh masyarakat.

  Para narasumber yang terkait biasanya akan berusaha menghindar, mengelak ataupun memberikan jawaban yang berbelit-belit.

  Tugas sebagai wartawan penuh dengan bahaya. Berbagai bentuk kekerasan baik secara fisik maupun non fisik terhadap wartawan juga kerap terjadi. Masduki (2005) mengungkapkan bahwa salah satu cara pengusaha dalam rangka pengendalian pers adalah dengan melakukan tekanan fisik melalui penyerbuan kantor media pers, penganiayaan hingga penculikan wartawan atau pimpinan redaksinya. Salah satu contohnya adalah penyerbuan kantor majalah Tempo pada tahun 2003 oleh kelompok massa asuhan Tommy Winata yang merupakan kasus paling aktual yang pernah terjadi.

  Resiko kecelakaan di lapangan adakalanya terjadi. Untuk mendapatkan berita para wartawan seringkali kurang memikirkan keselamatannya sendiri. Tragedi tenggelamnya KM Levina I di Tanjung Priok yang menewaskan kameramen Guntur, Suherman dan anggota penyidik dari Pusat Laboratorium dan Forensik (Puslabfor) Polri menjadi tragedi kecelakaan kerja yang menjelaskan resiko menjadi seorang wartawan (Moses, 2007).

  Pekerjaan wartawan yang nyaris sepanjang waktu dan dengan tuntutan yang sangat tinggi bisa berdampak buruk pada kesehatan. Tuntutan bawah tekanan waktu, seringkali mengakibatkan wartawan beresiko stres tinggi. Banyak wartawan senior, yang terbiasa dengan hidup kacau terserang penyakit seperti ginjal, hati, paru-paru dan jantung. Wartawan-wartawan pemula juga paling sering terkena stres karena menghadapi tuntutan deadline dan rutunitas. Konsekuensi peling sering terjadi adalah dampak buruk akibat kurang tidur atau tidur tidak teratur. Misalnya, banyak wartawan harus

  

begadang untuk menyelesaikan laporan utama suatu tabloid (Zaenuddin,

2007).

  Masalah kesejahteraan juga termasuk faktor penghambat bagi wartawan dalam berkarya. Beban tanggung jawab dan segala resiko yang harus dihadapi oleh wartawan ternyata kurang mendapat penghargaan yang baik secara ekonomi. Hal ini sering kali dimanfaat pihak-pihak yang sedang menjadi incaran berita. Masduki (2005) mengungkapkan rendahnya gaji ini ikut merusak standar profesional yang mengacu pada kode etik terutama pelaksanaan sikap anti sogokan. Aceng Abdullah (dalam Masduki, 2005) bahkan menyebutkan bahwa salah satu mitos yang melekat pada wartawan adalah wartawan selalu komersial. Sosok wartawan selalu lekat dengan amplop. Ada persepsi buruk bahwa berhubungan dengan wartawan selalu membutuhkan dana.

B. Stres Kerja

1. Pengertian Stres

  Zautra (dalam Passer & Smith, 2004) mendefinisikan stres sebagai respon terhadap suatu peristiwa yang ditandai dengan munculnya emosi-emosi negatif.

  Looker & Gregson (2004) mendefinisikan stres sebagai sebuah keadaan yang dialami individu ketika terjadi sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya

  Sarafino (dalam Smet, 1994) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial seseorang.

  Stres didefinisikan sebagai sebuah pola dari penilaian kognitif, respon fisiologis dan kecenderungan perilaku yang muncul ketika menanggapi sebuah ketidakseimbangan yang dirasakan antara permintaan situasional dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengatasi hal tersebut (Passer&Smith, 2004).

  Menurut Santrock (2003), stres adalah respon individu terhadap

  stressor , keadaan atau peristiwa yang mengancam dan mempengaruhi kemampuan coping.

  Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stres adalah respon individu baik secara kognitif, fisiologis tuntutan-tuntutan yang diterima dengan sumber daya atau kemampuan yang ada.

2. Pengertian Stres Kerja

  Stres kerja pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang mengancam individu Ancaman ini dapat berasal dari tuntutan pekerjaan itu atau karena kurang terpenuhinya kebutuhan individu. Stres kerja ini muncul sebagai bentuk ketidakharmonisan individu dengan lingkungan kerjanya (Diahsari, 2001).

  Karasek’s (Landy&Conte, 2004) menyatakan bahwa kombinasi antara tuntutan pekerjaan yang tinggi dengan rendahnya kontrol terhadap pekerjaan akan menghasilkan tegangan pekerjaan yang tinggi dimana berpengaruh terhadap munculnya gangguan pada kesehatan.

  Beehr dan Newman (dalam Diahsari, 2001) mengatakan bahwa stres kerja adalah interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pekerja yang mengubah fungsi fisik maupun psikis yang normal. Definisi ini menunjukkan bahwa stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang tidak mampu diimbangi oleh kemampuan karyawan.

  Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah sebuah kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan / ketidakharmonisan antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari pekerjaan dengan kemampuan yang ada individu yang ditandai dengan munculnya perubahan

3. Sumber Stres Kerja

  Luthan (dalam Susiyatri, 2004), menyebutkan bahwa sumber stres berasal dari empat faktor yaitu: a. Sumber dari luar organisasi, yang meliputi perubahan sosial, teknologi, keluarga, kondisi ekonomi dan finansial, kelas dan ras, serta kondisi lingkungan.

  b. Sumber dari dalam organisasi, yang meliputi strategi dan kebijaksanaan administrasi, desain dan struktur organisasi, proses organisasi dan kondisi kerja.

  c. Sumber kelompok, yang dikategorikan menjadi tiga area, yaitu: kurangnya kohesifitas kelompok, kurangnya dukungan kelompok, dan inter-individual (interpersonal dan intergroup conflict).

  d. Sumber dari diri karyawan itu sendiri, misalnya peran yang ambigu, adanya konflik peran dan kepribadian individu yang mempengaruhi individu dalam bekerja.

  Margolis, Kroes & Quinn (dalam Shcultz&Shcultz, 1990) mengatakan bahwa para psikolog menggunakan kata overload dalam mengidentifikasi dua tipe penyebab stres kerja, yaitu:

  Quantitative Overload, ialah kondisi dimana tuntutan pekerjaan yang

  harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu sangat tinggi. Sebagai contoh, sebuah penelitian terhadap pasien serangan jantung usia muda menemukan bahwa tujuh puluh persen dari mereka bekerja lebih dari enam puluh jam per

  Qualitative Overload , ialah tingginya tingkat kesulitan pekerjaan

  yang harus diselesaikan oleh karyawan. Hal ini berkaitan dengan ketidakmampuan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan.

  Hardjana (1994) dalam bukunya menjelaskan bahwa terdapat dua sumber stres yaitu : sumber stres yang berasal dari dalam diri (internal