Kualitas Elemen Arsitektur sebagai Penunjang Kemudahan Wayfinding dan Orientasi di Gedung Universitas Kristen Petra - Scientific Repository

  

Kualitas Elemen Arsitektur sebagai Penunjang Kemudahan W ayfinding

dan Orientasi di Gedung Universitas Kristen Petra

  1

  2

  3 Agus Dwi Hariyant o , Gunaw an Tanuw idjaja , Rebecca M ilka Nat alia Basuki

Abstrak

  Salah sat u paramet er desain Arsitekt ur yang Berempati ialah memberikan kemudahan bagi pengguna

unt uk menemukan t ujuan (wayfinding) dan berorient asi di dalam bangunan. Tujuan riset ini ialah menguji apakah

Sist em Wayfinding dan Orient asi di Gedung P Universit as Krist en Pet ra sudah berfungsi optimal dengan elemen-

elemen arsitekt ur yang menunjangnya. M et ode Visual Research (Sanoff, H., 1991) digunakan untuk menemukan

kesulit an kesulit an wayfinding dan elemen – elemen wayfinding terkait. Serat us tujuh puluh enam responden dari

mahasisw a Jurusan Arsitekt ur dan Desain Komunikasi Visual (DKV) dipilih untuk mengikut i riset ini. Sampel ini

t erbagi atas M ahasisw a Tahun I dan III. Dit emukan terdapat kesulit an menemukan jalan di Gedung P UK Pet ra

karena aspek arsit ektural dan grafis. Tet api di sisi lain, Gedung P ini memiliki beberapa Landmark dan Node yang

mudah diingat dan memiliki ciri khas sedangkan Pat hw ay, Node, dan Zoning dinilai kurang memiliki kekhasan. Untuk

mencapai desain bangunan yang berempat i pada pengguna perlu dirancang Sist em Wayfinding dan Orient asi yang

t erint egrasi.

  Kata Kunci: Elemen Arsit ektur, Sist em Wayfinding Pendahuluan

  Salah sat u param et er disain arsit ekt ur yang berem pati ialah kem udahan penggunaan bangunan t ersebut. Kem udahan penggunaan ruang – ruang ini t erut am a dit unjang oleh kem udahan unt uk m enem ukan jalan dalam bangunan tersebut (wayfinding) dan kem udahan pengguna dalam berorient asi dalam bangunan (spat ial orientat ion) (Passini, 1984). Kedua hal ini akhirnya akan m em pengaruhi efekt ivit as sirkulasi dalam bangunan.

  Pada st udi aw al di Gedung P UK Pet ra ditemukan bahw a pengguna - pengguna bangunan yang baru (t erut am a m ahasisw a tingkat pert am a) mengalami kesulit an unt uk menem ukan jalan dan orient asi di Gedung P, Universit as Krist en Petra. Hal ini m ungkin disebabkan karena sist em w ayfinding dan

1 Jurusan Arsit ektur, Universit as Krist en Pet ra, adw i@pet ra.ac.id

  2 orient asi Gedung P yang belum berfungsi opt im al. Kurang jelasnya Landmark, Pat hw ays, Nodes dan Zoning di Gedung P juga diduga t urut m enjadi penyebabnya. Unt uk it u diperlukan evaluasi t erhadap sist em yang ada.

  Kedua, pola sirkulasi vertikal yang kurang jelas juga dit emukan di Gedung P UK Petra. Hal ini disebabkan oleh pem isahan lift untuk lant ai – lant ai t ertentu. Pengguna bangunan Gedung P Lant ai 6, 7 dan 8 m ungkin kebingungan dan akhirnya menggunakan t angga karena Lift di Tengah Bangunan m elayani Lt 1, 2, 4, 6, 8 dan 9 sedangkan Lift di sisi Timur Bangunan m elayani lant ai 1, 3, 5, dan 7. Karena it u diperlukan evaluasi lebih lanjut dan penelit ian elem en – elem en arsit ekt ural yang m enunjangnya.

  Sistem W ayfinding dan Orientasi Wayfinding dapat dididefinisikan sebagai kem am puan untuk m enem ukan jalan menuju suat u

  lokasi. Sedangkan Spat ial Orient ation adalah kem am puan seorang individu unt uk memahami ruang di sekit arnya dan posisinya t erhadap ruang dan arah hadapnya. M enurut Passini (1984) individu t ersebut t et ap disebut berorient asi pada lingkungannya jika ia dapat m enem ukan jalan ke sebuah lokasi w alau ia t idak dapat menent ukan posisinya dalam lingkungan. Proses berorient asi dan menem ukan jalan juga t erkait dengan beberapa fakt or yang m em pengaruhi di ant aranya ialah:

   Kem am puan individu m anusia;

   Proses kognisi dan pet a kognisi yang t erbangun dalam pikiran individu;

 Environm ent al Inform at ion (Inform asi Lingkungan) yang m encakup: Archit ect ural Wayfinding

Elem ent , Signage Syst em , Ot her Sensory Inform at ion.

  Fakt or – fakt or di at as sebenarnya sangat terkait dengan proses Wayfinding. Passini (1984) m enjelaskan bahw a proses w ayfinding ini terdiri dari 3 bagian pent ing diant aranya ialah pemrosesan inform asi, pengambilan keput usan, dan t indakan aksi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Seorang individu m emiliki sebuah Expect ed Im age (im age/ citra yang diharapkan) dan Behaviour (t ingkah laku yang direncanakan). Expect ed Im age merupakan bayangan tem pat tujuan at au perjalanan it u sedangkan M ent al M ap merupakan kondisi lingkungan yang diamat inya dari lingkungan. Proses wayfinding dilakukan dengan m encocokkan Expect ed Im age (I ) dengan M ent al M ap (I ). Jika Expect ed Im age (I )

  ex re ex

  dengan M ent al M ap (I ) m aka individu akan m encapai t ujuan. Sebaliknya jika t idak, ia akan

  re

  m erencanakan t indakan lainnya unt uk m encapai tujuan akhirnya. Sehingga int eraksi ant ara manusia, proses persepsi dan elem en lingkungan sekit arnya sangat erat .

  

Gambar 1. Kerangka Teori Proses Wayfinding and Orient ation

Sumber: Passini, 1984, pp.74.

  Elemen Arsitektur Penunjang Sistem W ayfinding dan Orientasi

  Boulding (1956) dan Lynch (1960) menyam paikan bahw a kem am puan individu unt uk m engingat bangunan yang menarik juga disebabkan oleh sifat legibilit y dan imageabilit y bangunan it u. Sifat legibilit y mencakup kem udahan unt uk dipahami dari bangunan sedangkan im ageabilit y berkait an dengan ciri khusus bangunan yang m engingat kan individu t erhadapnya.

  Lynch (1960) m enemukan adanya 5 elem en yang dapat m em perkuat 2 sifat di at as yait u Pat hw ay, Node, Landm ark, Dist rict dan Edge pada skala urban. Passini (1984) m enem ukan 5 elem en ini juga pada bangunan komersial di M ontreal, sebagai berikut :

   Landmark dalam bangunan m erupakan t oko, bioskop, m eja inform asi, pat ung, lansekap, elem en st rukt ur dan elem en dekorat if. Seringkali landm ark dapat berupa ruangan kosong yang m em iliki fungsi sebagai tit ik referensi.

   Pat hw ay dalam skala bangunan berupa koridor, prom enade, koridor di dalam galeri, t angga, eskalat or, elevat or. Terdapat 2 jenis Pat hw ay yait u: Horizont al Pat hw ay dan Vertical Pat hw ay yang seharusnya t erint egrasi.

   Node dalam skala bangunan merupakan pert em uan sirkulasi dan aula pert em uan. Sehingga hanya berbeda dalam skala t erhadap node dalam skala kot a.

   Edge dalam skala bangunan m erupakan dinding pembat as terut am a dinding luar bangunan.

   Dist rict dalam skala bangunan [Zoning] m erupakan berupa zona yang berukuran luas yang m em iliki fungsi serupa seperti pert okoan. At au pada gedung pendidikan dapat berupa zona laborat orium , zona kelas dan zona kant or.

  M etode dan Tahapan Penelitian

  M et ode direct observat ion dilakukan pada saat pengum pulan dat a m engenai elem en

  

w ayfinding dari aspek arsit ekt ural di Gedung P ini. Observasi juga dilakukan unt uk m enget ahui

  pergerakan m ahasisw a [t racking st udy] dengan M et ode visual research (Sanoff, H., 1991). Sedangkan Int erview digantikan dengan pengum pulan dat a melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan dengan m engikuti rekom endasi Beaum ont , P.B., Gray, J., M oore, G.T., Robinson, B., (1984), Art hur dan Passini (1992), Sanoff, H., Palasar, C., Hashas, M ., (1999), dan M . Lut fi Hidayet oglu, et.all. (2010). Kuesioner disusun unt uk menanyakan subyek t ent ang kesulit an wayfinding dan elem en – elem en wayfinding t erkait. Kuesioner ini juga dilengkapi dengan fot o dan pet a unt uk m em berikan hasil yang lebih akurat . Ini dit ujukan unt uk mem berikan gam baran det ail t ent ang sifat legibilit y dan im ageabilit y benda – benda t ersebut. Pengam bilan sampel dilaksanakan dengan menggunakan met ode purposive sam pling (Nasut ion, 2003). Sam pel m ahasisw a t ahun I dan III yang berasal dari 2 Jurusan yang berbeda di Gedung P, UK Pet ra direkrut unt uk m enjadi responden penelitian ini.

  Serat us t ujuh puluh enam responden (yang t erdiri dari 108 m ahasisw a t ingkat I dan 68 m ahasisw a tingkat III) diikut sert akan dalam pengisian Kuesioner Tahap I. Sam pel ini t erdiri dari m ahasisw a Jurusan Arsit ekt ur (85 orang) dan Desain Komunikasi Visual (91 orang). Kuesioner Tahap I (Kuesioner A) bert ujuan untuk m enanyakan t entang lat ar belakang responden dan kesulit an w ayfinding. Jum lah responden Tahap I ini m ewakili 10% dari M ahasisw a Tingkat I dan III pengguna Gedung P [1574 orang]. Kem udian, 39 responden dari sampel yang sam a dilibat kan dalam pengisian Kuesioner Tahap II (Kuesioner B – E) unt uk m enem ukan em pat jenis Architect ural Wayfinding Elem ent s.

  Observasi juga dilakukan unt uk m enem ukan w ayfinding t ask dari m ahasisw a Jurusan Arsit ekt ur kesulit an wayfinding aspek arsit ekt ural, em pat jenis archit ect ural w ayfinding elem ent s di Gedung P dan kualit as arsit ekt ural elem en – elemen tersebut.

  Dari analisa aw al Kuesioner Tahap Pert am a, dit em ukan Archit ect ural Wayfinding Elem ent s di Gedung P UK Pet ra seperti yang disam paikan Boulding (1956), Lynch (1960), dan Passini (1984). Elem en

  • – elem en t ersebut ialah:

   Landmark adalah bagian bangunan yang yang m enonjol dari lingkungan sepert i: kant in, kant or t at a usaha, kolom , dinding, pint u, lant ai, langit-langit , lift , dll.

  

 Pat hw ay adalah jalur sirkulasi bangunan seperti: koridor, jalan, t angga, elevat or dan eskalat or, dll.

   Node adalah t em pat pert em uan jalur sirkulasi sepert i hall, aula at au ruang pam er, dll.

  

 Zoning (pengganti District) adalah kelom pok ruangan yang m em iliki fungsi serupa sepert i: ruang

dosen, kelas, st udio, dan laborat orium kom puter.

  

Hasil dan Pembahasan

  Dari 176 m ahasisw a Jurusan Arsitekt ur dan Desain Komunikasi Visual, t ernyat a ditem ukan bahw a 89 responden (51%) t idak mengalami kesulit an, 74 responden (42%) m engalam i sat u kali kesulit an dan t erakhir 13 responden (7%) m engalami beberapa kali kesulit an (Gam bar 2). Sehingga disimpulkan t erdapat kesulit an m enemukan jalan pada responden di Gedung P yang berakibat pada berkurangnya efekt ivit as sirkulasi dan kerugian w akt u.

  Didapati bahw a set iap lant ai Gedung P t idak digunakan secara m erat a oleh responden. Lant ai 1 dan Lant ai 6 adalah lant ai yang paling banyak digunakan responden. Kemudian, dit em ukan 3 - 48 pengguna per lant ai mengalam i kesulit an m enem ukan jalan (2% - 27% dari jum lah responden pengguna lant ai). Dat a – dat a pendukung tem uan ini disajikan pada Tabel 1. Pada Gam bar 3 dan 4 menunjukkan perbedaan bent uk denah Lant ai di Gedung P yang m em iliki tingkat kesulit an yang berbeda.

  

Tabel 1.Tabel Jumlah & Persent ase Responden yang M enemukan Kesulit an di Lant ai Tert ent u

Lant ai Responden yang mengalami Kesulit an

  M enemukan Jalan Jumlah Responden Pengguna Lant ai Persent ase dari

  Jumlah Responden Pengguna Lant ai Tersebut di Lant ai 1

  3 176 2% di Lant ai 2 17 172 10% di Lant ai 3

  9 111 8% di Lant ai 4 21 112 19% di Lant ai 5

  9 118 8% di Lant ai 6 48 176 27% di Lant ai 7 40 163 25% di Lant ai 8

  9 143 6% di Lant ai 9 9 115 8% di Lant ai 10 8 59 14%

  Terlihat bahw a Lant ai 6 dan Lant ai 7 merupakan lant ai yang m em iliki t ingkat kesulit an w ayfinding yang paling t inggi karena bent uk layout -nya yang cukup rum it menurut pengguna.

  

Gambar 3. Denah Lant ai 6 Gedung P Gambar 4. Denah Lant ai 7 Gedung P Selain it u dit em ukan berbagai alasan kesulit an w ayfinding dan berorient asi pada responden yang t ergabung dalam aspek arsitekt ural, yait u karena pengelom pokkan ruang (zoning) yang kurang jelas (28%), karena ruangan t idak t erlihat dengan jelas (27%) dan karena bent uk ruangan yang bent uknya sam a/ sim et ris (26%). Hal ini m enunjukkan pent ingnya kebut uhan pengelom pokkan ruang (zoning), visibilit as ruangan dalam desain Sist em Wayfinding dan Orient asi yang baik. Selain it u perlu dihindari kesalahan sepert i bent uk ruangan yang terlalu sim etris, jum lah pint u yang t erlalu banyak, desain landm ark yang kurang jelas dan bent uk koridor yang m em bingungkan. Pada gedung pendidikan, hal ini biasanya kurang diperhat ikan karena t unt ut an ekonom is, sehingga diperlukan solusi yang t epat dan efekt if.

  

Elemen Arsitektur Penunjang Di Gedung P UK Petra

  Kualit as dari Architect ural Wayfinding Element s di Gedung P UK Pet ra t ernyat a juga berkait an dengan legibilit y dan im agebility dari elemen – elem en wayfinding Lynch dengan m enggunakan Skala Sem ant ik. Beberapa kualit as yang diperhatikan ialah sebagai berikut :

   sent ralit as posisi elem en arsitekt ur

   ket erlihat an elem en arsitekt ur oleh pengguna  keunikan bent uk elem en arsitekt ur

   keunikan w arna elem en arsit ekt ur

   keunikan m at erial elem en arsitekt ur

   keunikan pencahayaan pada elemen arsit ektur

   fungsi elemen arsit ekt ur

   kem udahan untuk dimengert i dari elemen arsit ektur (biasanya pada pat hw ay).

  Selain it u didapati beberapa cont oh landm ark, node, pat hw ay, dan zoning (dist rict) yang m em bant u menem ukan jalan dan sangat diingat oleh responden di Gedung P sebagai berikut :

LANDM ARK YANG DITEM UKAN

  Gambar 5. Lift Lant ai Ganjil (dikenal sebagai Landmark oleh 77% Responden dalam Kuesioner Bagian C) Gambar 6. Void Lant ai 2 - 7 (dikenal sebagai Landmark oleh 74% Responden dalam Kuesioner Bagian C) sebagai cont oh

  Landmark yang t er baik di Gedung P.

  

PATHW AY DAN N ODE YANG DITEM UKAN

Gambar 7. Lift Ganjil (dikenal sebagai Vert ical Pat hw ay oleh 56% Responden dalam Kuesioner Bagian C)

  Gambar 8. Selasar di Lant ai 5 (dikenal sebagai Pat hw ay & Node oleh 48% Responden dalam Kuesioner Bagian C)

ZONING YANG DITEM UKAN

  Gambar 12. Zoning Kelas di sebelah Void (dikenal sebagai Gambar 13. Zoning Ruang AV di Lant ai 7 (dikenal sebagai

  Terlihat bahw a m em ang elemen – elemen yang tersebut m em iliki ciri khas seperti sentralit as posisinya, sangat t erlihat , bent uknya unik, w arnanya m enonjol, mat erialnya m enonjol sert a pencahayaannya yang juga menonjol. Terakhir benda it u juga akan m udah diingat jika sering digunakan. Ini t erlihat pada korelasi t abel sem antik dari beberapa landm ark Gedung P.

  

Tabel 2. Tabel Korelasi Kualit as Landmark (Skala Semantik) dengan Persent ase Responden yang mengingat nya

Persentase Responden yang Architectural W ayfinding Element Skala Semantik Rat a – Rat a mengingat Elemen tersebut

  

Landmark (r = 0.65)

Lift Lant ai Ganjil sebagai Landmark 5.60 97% Lift Lant ai Genap sebagai Landmark

  5.07 97% Kolom dengan Panel Karya M ahasisw a sebagai Landmark 4.77 77% di Lant ai 6

  Dinding DKV dan DI sebagai Landmark di Lant ai 3 5.36 74% Kolom sebagai Landmark di Ruang AV Lant ai 7 3.82 69%

  Sebuah cont oh Landm ark yang m enarik dan penting unt uk w ayfinding ialah Void ant ara Lant ai 2 – Lant ai 7. Void ini diingat sebagai Landm ark oleh 74% dari Responden karena posisinya di t engah ruangan (67%), sangat t erlihat (74%), pencahayaan yang m enonjol (59%), bent uknya unik (28%), w arnanya m enonjol (10%), m at erialnya m enonjol (28%), pencahayaan yang m enonjol (59%), dan berfungsi bagi M ahasisw a (41%). Tabel 3 menjelaskan kualitas landm ark ini secara sem ant ik.

  

Tabel 3. Tabel Kualit as Landmark (Skala Semantik) dari Void Lant ai 2 – Lant ai 7

Aspek Semantik Skala Semantik

  Sent ralit as posisinya

  5.67 Ket erlihat an

  6.10 Keunikan bent uknya

  4.77 Keunikan w arnanya

  3.59 Keunikan mat erialnya

  3.59 Keunikan pencahayaannya

  5.59 Pent ing f ungsinya bagi Pengguna

  4.56 Kemudahan unt uk dim engert i

  5.15 Rerat a Skala Semant ik

  4.88 Terlihat bahw a Gedung P UK Pet ra m em iliki berbagai elemen landm ark yang kuat. Sedangkan

  Pat hw ay, Node, dan Zoning ada yang diingat t et api perlu dit ingkat kan kualit asnya. Karena dit em ukan sejum lah 74 responden (42%) mengalami sat u kali kesulit an dan 13 responden (7%) m engalam i beberapa kali kesulit an. Hal ini memerlukan redesain int erior dan signage.

  Kesimpulan

  Dit em ukan bahw a dari sejum lah responden m ahasiswa Jurusan Arsit ekt ur dan Desain Kom unikasi Visual, t ernyat a 42% m engalam i sat u kali kesulit an 7% m engalam i beberapa kali kesulit an . Sehingga disim pulkan t erdapat kesulit an m enem ukan jalan pada responden di Gedung P.

  w ayfinding

  Di sisi lain, t erdapat berbagai elem en arsitekt ur seperti Void ant ara Lant ai 2 – Lant ai 7 yang diingat sebagai Landm ark yang seharusnya m em udahkan proses di at as. Karena it u diperlukan perbaikan Sist em Wayfinding dan Orient asi t erut am a pada elem en Grafis dan Int erior. Dan sebagai rekomendasi di m asa depan unt uk gedung Pendidikan Tinggi serupa m aka perlu disusun Sist em Wayfinding dan Orient asi yang t erint egrasi sebagai berikut :

   Landmark harus didisain dengan posisi yang sent ral at au st rat egis; t erlihat unik bent uk, w arna dan m at erialnya; didukung pencahayaan yang m enarik sert a berfungsi secara opt im al bagi penggunanya.

  

 Sist em Sirkulasi yang t erdiri Pat hw ay dan Node dapat dibuat sederhana tet api berciri khas serta

  t erkait dengan Landm ark agar dapat diingat oleh pengguna;

   Zoning juga sebaiknya disusun dengan jelas dan terat ur untuk membant u pengguna;

  Ucapan Terimakasih

  Terim akasih kami ucapkan kepada Lem baga Penelit ian dan Pengabdian M asyarakat UK Pet ra; Unit Perencana Fasilit as Kam pus; Ir. Joyce M . Laurens, M .Arch.; Lo Leonardo, sert a segenap responden m ahasisw a.

  Daftar Pustaka

  Art hur, P., dan Passini, R., (1992), Wayfinding: People, Signs, and Archit ect ure, Ont ario: M cGraw - Hill Ryerson Lt d. Reissued as a collect or’s edition in 2002 by Focus St rat egic Comm unications, Inc. Beaumont , P.B., Gray, J., M oore, G.T., dan Robinson, B., (1984), Orient ation and Wayfinding in the

  Taurang Depart ment al Building: A Focused Post Occupancy Evaluat ion, M inist ry of Works and Boulding, K., (1956), The Im age, University of M ichigan Press, Ann Arbor. Hidayet oglu, M .L, Yildirim , K., Cagat ay,K. (2010), The effect s of t raining and spat ial experience on t he percept ion of t he int erior of buildings w it h a high level of com plexit y, in Scientific Research and

  Essays Vol. 5 (5), pp. 428-439,

  4 M arch, 2010 Available online at ht t p:/ / w w w .academ icjournals.org/ SRE ISSN 1992-2248 © 2010 Academ ic Journals Lynch, K., (1960), The Im age of t he Cit y, Cam bridge, M assachuset t s: M IT Press. Nasut ion, R., (2003), Teknik Sam pling, Fakult as Kesehat an M asyarakat , Universit as Sum at era Ut ara, ht t p:/ / library.usu.ac.id/ dow nload/ fkm / fkm-rozaini.pdf Passini, R. (1984), Wayfinding in Architect ure, Environm ent al Design Series Volum e 4, Van Nost rand Reinhold Com pany, New York. Sanoff, H., (1991), Visual Research M et hods in Design, Depart ment of Archit ect ure, School of Design and Environm ent , Nort h Carolina Universit y, Van Nost rand Reinhold, New York. Sanoff, H., Palasar, C., dan Hashas, M ., (1999), School Building Assessm ent M et hods, School of

  Architect ure, College of Design, Nort h Carolina St ate Universit y wit h support from t he National Clearinghouse for Educat ional Facilit ies