8A2. MAKALAH DR. DESI MAMAHIT

POLICY PAPER
REKTOR UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA

TATA KELOLA KEAMANAN LAUT INDONESIA DALAM MENDUKUNG
PROGRAM PENGEMBANGAN POROS MARITIM DUNIA

Laksdya TNI Dr. Desi Albert Mamahit, M. Sc.

FORUM REKTOR INDONESIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, 24 JANUARI 2015

TATA KELOLA KEAMANAN LAUT INDONESIA DALAM MENDUKUNG
PROGRAM PENGEMBANGAN POROS MARITIM DUNIA1
Oleh: Laksdya TNI Dr. Desi Albert Mamahit, M. Sc.2

Pengantar
Secara faktual, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia di
antara lima negara kepulauan, antara lain: Filipina, Fiji, Bahama dan Papua Nugini.
Sebagai negara yang diteguhkan berdasarkan United Nations Convention Law of the
Sea (UNCLOS) 1982, Indonesia menjadi fokus perhatian dunia karena diantara

negara-negara kepulauan yang ada memiliki jumlah ribuan pulau dan alur laut yang
mengandung nilai geopolitik bagi negara-negara tertentu dalam percaturan ekonomi
dan keamanan internasional.
Laut Indonesia dipandang sebagai wilayah yang potensial dan mempunyai
prospek dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan. Setidaknya, Indonesia
kini telah menghasilkan budidaya perikanan terbesar ke-4 dan produksi perikanan
tangkap terbesar ke-2 di dunia3. Selain itu Indonesia juga merupakan jalur pelayaran
yang penting dalam perdagangan internasional.
Konsekuensi Indonesia sebagai negara kepulauan berkewajiban untuk ikut
serta dalam memberikan jaminan rasa aman di samping bertanggung jawab dalam
mendukung

kesinambungan

pembangunan

kelautan.

Berdasarkan


konvensi

UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi melalui undang-undang RI No. 17 tahun 1985,
Indonesia telah memfasilitasi masyarakat internasional untuk dapat menikmati tiga
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang senantiasa diupayakan oleh Indonesia
dapat dilalui secara aman dan bebas dari berbagai ancaman. Selain itu, Indonesia
ikut serta menegakkan konservasi sumber daya kehidupan kelautan termasuk di
dalam menjaga lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran di dan lewat laut. Hal
ini sejalan dengan agenda yang telah dicanangkan dalam forum Commission for the
Conservation of Antarctic Marine Living Resources (CCAMLR).
1

Paper ini dipaparkan pada Forum Rektor Indonesia, di Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan,
pada tanggal 24 Januari 2015.
2
Rektor Universitas Pertahanan Indonesia.
3
Laporan FAO pada tahun 2010 dan 2013.

1


Sejalan dengan visi pemerintahan baru Indonesia yang menekankan
pembangunan pada sektor maritim, terdapat berbagai pandangan bahwa kini
Indonesia yang notabene sebagai negara kepulauan dan usia kemerdekaanya yang
akan memasuki tahun ke-70, kini baru mengedepankan pentingnya Indonesia
menyandang predikat sebagai negara maritim. Artinya, Indonesia memiliki laut yang
demikian luas tidak serta merta dapat dikatakan sebagai negara maritim karena
selama ini masih berorientasi pada pendekatan pembangunan yang bersifat
kontinental. Data menunjukan bahwa, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPP)
sumber daya alam pendapatan perikanan sektor kelautan dan perikanan tahun 2011
sebesar

hanya

mencapai

Rp.183,56

miliar4


dibandingkan

dengan

sektor

pembangunan lain.
Selain itu, dalam dua dekade terakhir Indonesia juga dihadapkan pada
kebijakan maritim yang bersifat tambal sulam (incremental), sehingga dalam tata
kelola keamanan laut belum optimal. Salah satu kebijakan penting yang sering kali
diabaikan adalah berkaitan dengan sinergisitas dalam mengatasi keamanan laut.
Sebagai contoh, dalam memberikan jaminan keamanan laut tidak hanya dapat
dilaksanakan melalui pendekatan single agency tetapi harus melibatkan semua
stakeholders yang terkait. Karena itu, lahirnya undang-undang no. 32 tahun 2014
tentang kelautan memberikan harapan besar ke depan dalam menjamin keamanan
laut guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Posisi Strategis Indonesia
Indonesia ditinjau dari perspektif geopolitik dan geoekonomi, dapat dibedakan
dalam empat kategori posisi yang bersifat strategis, yakni sebagai strategic junction

pelayaran internasional, strategic fishing ground, strategic potential business, dan
strategic key partner bagi negara-negara besar.

a.

4

Strategic Junction Pelayaran Internasional

Laporan siaran pers BPK mengenai Audit IUU Fishing, 2013.

2

Indonesia menjadi pintu gerbang dan jembatan ekonomi di kawasan
Indo-Pasifik. Wacana Indo-Pasifik yang menghubungkan poros pelayaran
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang menjadi perhatian dalam tahuntahun terakhir memberi makna bahwa Indonesia diletakkan sebagai kawasan
persimpangan strategis bagi pelayaran internasional. Sehingga, secara
prospektif Indonesia memiliki peluang untuk menjadi wilayah primer di dalam
interaksi perdagangan internasional melalui laut. Meskipun Indonesia secara
realitas mempunyai nilai penting sebagai persimpangan strategis, namun

Indonesia mengandung kerawanan di dalam menjamin keamanan dan
keselamatan pelayaran internasional mengingat lautnya yang bersifat semienclosed.

b.

Strategic Fishing Grounds
Berdasarkan data FAO tahun 1996 terdapat 14 daerah penangkapan

ikan utama dunia (the world’s major fishing grounds) dan terdapat 9 daerah
diantaranya telah mengalami over-fishing sedangkan 5 fishing ground masih
dapat dikembangkan. Salah satu fishing ground yang termasuk dapat
dikembangkan adalah wilayah perairan laut Indonesia. Karena itu, tidak
mengherankan bila Indonesia menjadi objek bagi negara-negara tertentu
khususnya bagi nelayan internasional mengalihkan aktifitasnya untuk
melakukan penangkapan ikan di wilayah Indonesia baik secara legal maupun
ilegal.
c.

Strategic Potential Business
Masuknya negara Indonesia sebagai negara G-20 menunjukkan bahwa


Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan secara ekonomi dan sebagai
kantong bisnis yang potensial. Lajunya pertumbuhan ekonomi yang mencapai
5,01%5 dalam tahun terakhir dan diprediksi bahwa Indonesia akan masuk
sebagai negara ekonomi terbesar ke-5 pada tahun 20306, dapat dikatakan
sebagai strategic potential business masa depan di kawasan. Demikian juga,
hampir dipastikan bahwa 90% aktifitas perdagangan dunia sekarang dan yang
akan datang melalui laut melintasi dan menuju wilayah perairan Indonesia
5
6

Laporan Badan Pusat Stasitik pada triwulan III-2014.
Data dari IMF (2010), Standard Chartered Research.

3

akan semakin meningkat. Secara ilustratif dapat terlihat dari volume
perdagangan yang melalui Indonesia dari tahun ke tahun yang terus
meninigkat. Koridor perdagangan Asia mengalami kenaikan 96% dan
diperkirakan mencapai USD14 triliun pada 2025, dan sekaligus menjadi

pendorong

utama

pertumbuhan

perdagangan

dunia.

Empat

negara

berkembang di Asia, yakni Indonesia, India, Vietnam dan China masuk dalam
lima besar negara dengan tingkat pertumbuhan perdagangan tertinggi sampai
dengan 2025.7
d.

Strategic Key Partner bagi negara-negara besar

Dalam mengembangkan

rezim

internasional yang berhubungan

dengan keamanan maritim, Indonesia menjadi strategic key partner (mitra
kunci strategis) bagi negara-negara besar dalam mengatasi berbagai
ancaman keamanan yang terjadi di dan melalui laut. Merebaknya isu-isu
kekerasan di laut yang berkaitan dengan pembajakan terhadap kapal-kapal
kargo, tanker dan berbagai kekerasan yang berkaitan dengan kejahatan lintas
negara yang kerap kali terjadi di wilayah perairan Indonesia (Selat Malaka),
menjadikan negara-negara besar khususnya Amerika Serikat (AS) dan
sejumlah negara lainnya menaruh perhatian untuk membangun kerjasama
keamanan maritim. Data menunjukan bahwa kerjasama pertahanan Indonesia
dengan AS, Australia, Jepang, India, dan Tiongkok menempatkan isu
keamanan maritim sebagai prioritas dalam kerjasama pertahanan.

Kondisi Keamanan Laut dan Permasalahannya
Dalam memetakan kondisi keamanan laut Indonesia dapat digambarkan

melalui adanya kecenderungan maraknya aktifitas pencurian ikan (illegal fishing),
masih terdapatnya sejumlah kekerasan di laut, dan isu-isu keamanan laut di Selat
Malaka masih menjadi agenda pembicaraan dalam forum-forum strategik dan
keamanan internasional. Indikator kecenderungan gangguan keamanan laut dapat
tercermin dari jumlah korban kekerasan yang tercatat pada sejumlah lembagalembaga maritim internasional dengan tingginya kerugian negara sebagai akibat
7

HSBC Trade Connection Report 2011.

4

adanya eksploitasi sumber daya maritim secara ilegal. Merujuk data International
Maritime Bureau (IMB) di Malaysia, peristiwa tindak kekerasan yang terjadi di
perairan Indonesia selama 2013-2014 mengalami peningkatan8, sedangkan data
FAO terkait kerugian Indonesia sebagai akibat dari praktek illegal fishing mengalami
kerugian sebesar Rp 30 triliun/tahun9. Meskipun terdapat lembaga maritim yang
memberikan laporan tidak sesuai fakta seutuhnya, dan didasarkan pada semua jenis
kekerasan di laut, sesungguhnya telah menjadi referensi bagi masyarakat
internasional dalam menilai tingkat kerawanan laut Indonesia. Oleh karena itu,
kecenderungan data tersebut dapat merugikan dan memerlukan respon yang serius

dalam mengatasi isu-isu maritim.
Penanganan keamanan laut tidak terlepas dari kebijakan dan strategi nasional
yang melingkupi isu-isu penegakan hukum di laut, search and rescue (SAR),
perlindungan lingkungan, keselamatan navigasi, perlindungan perikanan dan
keimigrasian. Cakupan keamanan laut dan upaya untuk mengatasinya belum dapat
terintegrasi secara penuh dalam mengemban fungsi sesuai dengan kewenangankewenangan yang terkait dengan isu-isu di atas. Karena itu, dalam mengisi fungsi
penegakan hukum, pengamanan, dan keselamatan yang belum dilakukan oleh
instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan diharapkan dapat
diatasi melalui lembaga atau badan keamanan laut yang kini sudah terbentuk. Selain
itu, tumpang tindih kewenangan antara lembaga di wilayah laut perlu diatur secara
rinci sesuai kewenangan lembaga masing-masing dengan merumuskan peraturan
pemerintah yang dijabarkan dari undang-undang kelautan saat ini.
Keterbatasan dukungan anggaran pertahanan juga menjadi salah satu
permasalahan penting dalam meningkatkan kinerja keamanan laut. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan jumlah dan kesiapan dan unsur-unsur TNI Angkatan Laut dalam
menjalankan fungsi dan menjaga kedaulatan NKRI di wilayah perbatasan dan pulaupulau kecil terdepan, sepanjang tiga ALKI, maupun wilayah-wilayah konflik di
perbatasan, yang pada dasarnya memerlukan kemampuan sistem deteksi,
indentifikasi

dan

penindakan.

Oleh

karena

itu,

diharapkan

pengembangan

8

Baca selengkapnya pada artikel yang dipublikasikan oleh harian The Diplomat, http://thediplomat.
com, diakses 22 Januari 2015.
9
FAO Fisheries and Aquaculture. Report No. 885 Second Global Fisheries Enforcement Training
Workshop. Trondhein, Norwegia, 7‐11 Agustus 2008.

5

infrastruktur pertahanan dan keamanan dalam mengatasi isu-isu keamanan laut
diprioritaskan pada tiga elemen penting yakni: pertama, penambahan unsur-unsur
patroli yang berupa kapal dan pesawat pengintai/patroli maritim jarak sedang,
lengkap dengan logistik di pangkalan depan/aju. Kedua, pengintegrasian infrastruktur
sistem informasi dan komunikasi data keamanan laut. Ketiga, meningkatkan
pembangunan kapasitas sumber daya manusia dalam mendukung kegiatan
penegakan hukum di laut.

Kebijakan Maritim Berbasis Ekonomi dan Keamanan
Tata kelola keamanan laut Indonesia seyogyanya dapat dikembangkan
melalui pendekatan kebijakan yang berbasis ekonomi dan keamanan. Kebijakan
maritim tidak dapat hanya bertumpu pada isu-isu ekonomi saja tanpa ditopang pada
pembangunan

dan

penguatan

keamanan

maritim.

Dalam

mengembangkan

kebijakan tersebut terdapat empat faktor kunci yang harus dibangun yakni:
pembangunan infrastruktur hub-seaport connectivity, peningkatan industri jasa
maritim,

modernisasi kekuatan pertahanan laut dan penguatan kerjasama

keamanan maritim (capacity building).
Dalam konteks pembangunan infrastruktur konektivitas dan peningkatan
industri jasa maritim merupakan faktor kunci ekonomi yang dapat dikedepankan
dalam menjabarkan visi maritim nasional. Sedangkan dalam upaya modernisasi
kekuatan pertahanan laut dan penguatan kerjasama keamanan maritim menjadi
faktor kunci keamanan yang harus diwujudkan secara simultan, sehingga kebijakan
yang akan dibangun oleh pemerintah menuju pengembangan poros maritim di
kawasan mengharuskan kedua faktor tersebut sebagai keniscayaan.

Pengembangan Sumber Daya Manusia, Teknologi dan Riset Maritim
Dalam menjawab tantangan penanganan isu-isu keamanan maritim serta visi
maritim nasional, beberapa hal yang dapat menjadi perhatian khususnya dalam
mendorong sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam bidang
maritim, teknologi yang dapat digunakan dalam mengatasi kegiatan operasi
keamanan

di

laut,

dan

pentingnya

riset

maritim

untuk

mengembangkan
6

kemungkinan-kemungkinan peluang pengembangan bisnis keamanan maritim di
masa depan.
Langkah-langkah strategis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
a.

Penyiapan pusat-pusat pendidikan dan latihan kemaritiman
Pengembangan

pendidikan

dan

latihan

di

bidang

kemaritiman

merupakan sebuah elemen yang tidak bisa dikesampingkan ketika visi negara
ini diarahkan pada penguatan sektor maritim. Hal ini perlu untuk diperhatikan
mengingat

pendidikan

dan

latihan

adalah

tonggak

penopang

pada

keberlanjutan dan kesinambungan pada arah grand design kebijakan
pemerintah untuk jangka panjang. Formulasi pendidikan kemaritiman yang
bertaraf nasional dan internasional perlu direncanakan secara baik oleh pihakpihak terkait. Melalui kajian secara komprehensif dalam rangka penyiapan
kurikulum dari level pendidikan dasar hingga perguruan tinggi nantinya
diharapkan dapat mampu berjalan seiring dengan optimalisasi pembangunan
nasional. Pusat-pusat pendidikan ini diupayakan di seluruh daerah agar
nantinya mampu secara bersama-sama berkembang demi mencapai
pembangunan yang adil dan merata.

b.

Pembangunan

kapasitas

lembaga-lembaga

bagi

stakeholder

kemaritiman
Hubungan kerjasama para stakeholder kemaritiman yang ada saat ini
perlu untuk lebih ditingkatkan lagi dalam rangka kinerja yang optimal, efektif
dan efisien pada kerangka kemaritiman nasional. Hal ini mendorong pada
upaya pembangunan kapasitas lembaga-lembaga yang terkait dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tersedia. Multiagency
dalam sektor maritim ini terus berupaya menemukan solusi efektif pada pola
interaksi yang tepat di lapangan agar selaras dengan pola koordinasi
antarlembaga yang banyak diaplikasikan pada level internasional. Dengan
demikian interoperabilitas dan koordinasi internasional mampu berjalan
dengan baik dalam merespon tantangan yang mungkin dihadapi di masa
mendatang.
7

c.

Pengembangan jaringan dan teknologi sistem keamanan laut
Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, dimana diperlukan sistem

keamanan

laut

yang

seimbang

dan

memadai.

Salah

satu

elemen

pendukungnya adalah pengembangan jaringan dan teknologi keamanan laut.
Hal ini mampu diupayakan dengan meningkatkan kemampuan karya putra
bangsa melalui penguatan produksi teknologi dalam negeri. Keberpihakan
dukungan pemerintah pada kemandirian pembangunan teknologi dalam
negeri akan turut serta meningkatkan kepercayaan Indonesia sebagai negara
maritim. Tentunya turut disertai dengan penguasaan teknologi maju dari
negara modern melalui pola-pola kerjasama transfer of technology (ToT) di
bidang sistem monitoring, control and surveillance maritim.

d.

Peningkatan riset dalam dimensi keselamatan dan keamanan laut
Kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

maritim juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Proses kajian dan
penyelidikan terus dikembangkan melaui tahapan-tahapan yang sistematis
dan objektif untuk mendapatkan hasil temuan yang ilmiah. Selanjutnya, atas
dasar

riset

tersebut

dapat

dirumuskan

kebijakan

yang

mampu

diimplementasikan secara tepat sesuai tujuan yang ditentukan. Dimensi
keselamatan dan keamanan menjadi hal pokok yang perlu mendapat
perhatian khusus mengingat begitu pentingnya kelancaran penggunaan
wilayah laut, baik pelayaran komersial atau perdagangan, transportasi
penumpang maupun sektor pertahanan dan keamanan laut.

Penutup
Tantangan maritim tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur pertahanan
dan keamanan yang disiapkan oleh pemerintah. Selain itu, aspek pembangunan
sumber daya manusia yang berkaitan dengan pengembangan kesadaran domain
maritim dan pembangunan kapasitas lembaga maritim merupakan tuntutan yang

8

mendasar untuk dapat mewujudkan tata kelola maritim yang baik (good maritime
governance).
Sedangkan pencapaian tata kelola maritim dalam dimensi keamanan terdapat
dua hal penting yang dapat dikembangkan yakni: pertama, meningkatkan
kemampuan teknologi pertahanan nasional yang mencakup seluruh wilayah perairan
yurisdiksi nasional. Kedua, mengembangkan konsep maritime security belt
Nusantara yakni membangun gelar kekuatan keamanan laut termasuk TNI Angkatan
Laut di dalamnya, dan gelar di sepanjang wilayah batas maritim yang secara historis
merupakan wilayah yang sarat tindak kejahatan dan rawan konflik.

----------------

9