support.pajak.go.id - Rinci Aturan

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR

74/PMK.03/2012
TENTANG

TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK
DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN
PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 17C ayat (7)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 dan

ketentuan Pasal 27 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan
Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak;
Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketent -uan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
2.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268);

3.

Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK
DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN
PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK.

Ct

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
yang selanjutnya disebut Undang-Undang KUP adalah UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
2. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang selanjutnya
disebut Undang-Undang PPN adalah Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
42 Tahun 2009.
3. Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu adalah Wajib Pajak yang
memenuhi kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17C ayat (2) Undang-Undang KUP.
BAB II
PERSYARATAN DAN PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN
KRITERIA TERTENTU
Pasal 2
Untuk dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu, Wajib Pajak harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:
a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin
mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terakhir.

C3.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-3Pasal 3
(1) Yang dimaksud dengan tepat waktu dalam penyampaian

Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a meliputi:
a. penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan selama
3 (tiga) Tahun Pajak terakhir yang wajib disampaikan
sampai dengan akhir tahun sebelum tahun penetapan
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu dilakukan tepat
waktu;
b. penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat
dalam tahun terakhir sebelum tahun penetapan Wajib
Pajak Dengan Kriteria Tertentu untuk Masa Pajak Januari
sampai November tidak lebih dari 3 (tiga) Masa Pajak
untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;
c. seluruh Surat Pemberitahuan Masa dalam tahun terakhir
sebelum tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu untuk Masa Pajak Januari sampai November
telah disampaikan; dan
d. Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat sebagaima.na
dimaksud pada huruf b telah disampaikan tidak lewat
dari batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Masa Masa Pajak berikutnya.

(2)

Yang dimaksud dengan tidak mempunyai tunggakan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b adalah keadaan
Wajib Pajak pada tanggal 31 Desember tahun sebelum
penetapan sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

(3 ) Yang dimaksud dengan laporan keuangan yang diaudit oleh
akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan
pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c
adalah laporan keuangan yang dilampirkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang wajib
disampaikan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sampai
dengan akhir tahun sebelum tahun penetapan Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu.

Pasal 4
(1) Penetapan sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan:
a. berdasarkan permohonan dari Wajib Pajak; atau

b. berdasarkan kewenangan Direktur Jenderal Pajak secara

jabatan.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-4(2) Batas waktu pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, diajukan paling lambat tanggal 10
Januari pada tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu.
(3)

Berdasarkan hasil penelitian atas pemenuhan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, Direktur
Jenderal Pajak:
a. menerbitkan keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu, dalam hal permohonan Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi
persyaratan; atau

b. memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak
mengenai penolakan permohonan, dalam hal permohonan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memenuhi persyaratan.

(4) Penerbitan keputusan atas Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu dan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b, dilakukan paling lambat
tanggal 20 Februari pada tahun penetapan Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu.
(5)

Apabila sampai dengan tanggal 20 Februari pada tahun
penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Direktur
Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, permohonan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap
disetujui dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu.


(6) Keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diterbitkan
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah berakhirnya batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
(7)

Keputusan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a berlaku untuk jangka wa.ktu 2 (dua)
tahun kalender, terhitung sejak tanggal 1 Januari pada
tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

(8) Keputusan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a sesuai dengan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(9 )

Surat pemberitahuan penolakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b sesuai dengan contoh format


sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-5BAB III
PENGAJUAN DAN PENELITIAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 5
(1)

Terhadap Wajib Pajak yang telah ditetapka.n sebagai Wajib
Pajak Dengan Kriteria Tertentu, pengajuan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan
dengan menyampaikan permohonan secara tertulis.

(2)

Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dengan cara memberi tanda pada Surat
Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar restitusi atau
dengan cara mengajukan surat tersendiri.
Pasal 6

(1)

Terhadap Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai Wajib
Pajak Dengan Kriteria Tertentu berdasarkan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a,
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diproses berdasarkan
ketentuan Pasal 17C Undang-Undang KUP.

(2)

Terhadap Wajib Pajak yang ditetapkan sebagai Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu berdasarkan kewenangan Direktur
Jenderal Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf b, permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 diproses berdasarkan ketentuan Pasal 17C UndangUndang KUP, kecuali Wajib Pajak mengajukan permohonan
untuk diproses berdasarkan ketentuan Pasal 17B UndangUnda_ng KUP.

(3)

Dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah
yang juga ditetapkan sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu, pengembalian kelebihan pembayaran pajak
diproses berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang PPN.

(4)

Dalam hal Wajib Pajak yang ditetapkan sebagai Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu tidak menyampaikan permohonan
secara tertulis sebagaimana dimakstid dalam Pasal 5, Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak menjadi Surat
Pemberitahuan Lebih Bayar yang tidak disertai dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan

ditindaklanjuti berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur
dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang KUP.

Cit-

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6Pasal 7

(1)

Direktur Jenderal Pajak melakukan penelitian terhadap
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu yang .diproses
berdasarkan ketentuan Pasal 17C Undang-Undang KUP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

(2)

Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
atas:
a. kelengkapan Surat Pemberitahuan
lampirannya;

dan

lampiran-

b. kebenaran penulisan dan penghitungan pajak;
c. kebenaran Kredit Pajak atau Pajak Masukan berdasarkan
hasil konfirmasi dalam sistem aplikasi Direktorat
Jenderal Pajak atau konfirmasi dengan menggunakan
surat; dan
d. kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh
Wajib Pajak.
BAB IV
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK DAN PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN
PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK (SKPPKP)
Pasal 8
(1)

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1), menerbitkan Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3
(tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk
Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak
Pertambahan Nilai.

(2)

Apabila setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan
keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak dianggap dikabulkan.

(3)

Dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak dianggap dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 7
(tujuh) hari kerj a setelah jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berakhir.
Q

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-7-

(4) Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan contoh
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 9
(1) Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 tidak diterbitkan dalam
hal berdasarkan hasil penelitian atas permohona.n
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu menunjukkan:
a. tidak terdapat kelebihan pembayaran pajak;
b. Surat Pemberitahuan beserta lampirannya tidak lengkap;
c. penulisan dan penghitungan pajak tidak benar;
d. Kredit Pajak atau Pajak Masukan berdasarkan hasil
konfirmasi dalam sistem aplikasi Direktorat Jenderal Pajak
atau konfirmasi dengan menggunakan surat tidak benar;
atau
e. pembayaran pajak tidak benar.
(2) Dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak tidak diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Wajib Pajak dianggap tidak mengajukan permohonan.
Pasal 10
(1)

Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang
dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak meliputi Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak
atau Tahun Pajak yang tercakup dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun kalender sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (7).

(2)

Termasuk yang diberikan. pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. kelebihan pembayaran pajak berdasarkan Surat
Pemberitahuan pembetulan untuk Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang tercakup dalam
jangka waktu 2 (dua) tahun kalender sebagaimana
dimaksud Pasal 4 ayat (7); dan
b. Surat Pemberitahuan pembetulan sebagaimana dimaksud
huruf a disampaikan dalam periode Wajib Pajak masih
berstatus sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.
.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-8( 3)

Pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat diberikan
setelah berakhirnya jangka waktu 2 (dua) tahun kalender
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (7), dalam hal
Wajib Pajak:
a. dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka
atau dilakukan tindakan Penyidikan Tindak Pidana di
Bidan.g Perpajakan;
b. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
untuk suatu jenis pajak tertentu 2 (dua) Masa Pajak
berturut-turut;
c. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
untuk suatu jenis pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam
1 (satu) tahun kalender; atau
d. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.

BAB V
PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK
DENGAN KRITERIA TERTENTU
Pasal 11
(1) Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai Wajib Pajak Dengan
Kriteria Tertentu dicabut penetapannya dalam hal Wajib
Pajak:
a. dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka
atau dilakukan tindakan Penyidikan Tindak Pidana di
Bidang Perpajakan;
b. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
untuk suatu jenis pajak tertentu 2 (dua) Masa Pajak

berturut-turut;
c. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
untuk suatu jenis pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam
1 (satu) tahun kalender; atau
d. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.
(2) Direktur • Jenderal Pajak menerbitkan keputusan mengenai
pencabutan penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan memberitahukan
secara tertulis kepada Wajib Pajak.
(3 )

Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu yang telah dicabut
penetapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak

dap at diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak.

0,

MENTER I KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-9-

(4) Keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai pencabutan
penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 12
(1)

Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (2), dalam hal terdapat kondisi yang
menyebabkan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak tidak dapat diberikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) atau Pasal 11 ayat (3).

(2)

Dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak tidak diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) atau
Pasal 11 ayat (3), Wajib Pajak dianggap tidak mengajukan
permohonan.
Pasal 13

(1)

Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu yang dicabut
penetapannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dapat
ditetapkan sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu pada
periode penetapan berikutnya berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4.

(2)

Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dalam hal Wajib Pajak masih dilakukan pemeriksaan
bukti permulaan atau penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 14
(1)

Dalam hal Wajib Pajak dianggap tidak inengajukan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
dan Pasal 12 ayat (2), Direktur Jenderal Pajak
memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak dan Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak menjadi Surat
Pemberitahuan Lebih Bayar yang tidak disertai dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

(2)

Surat Pemberitahuan Lebih Bayar yang tidak disertai dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditindaklanjuti
berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 17
ayat (1) Undang-Undang KUP.
Q.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Pasal 15
(1)

Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu dan
menerbitkan surat ketetapan pajak, setelah memberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

(2)

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan
yang mengatur mengen.ai pemeriksaan.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 16
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini:
1. Terhadap keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak Dengan
Kriteria Tertentu yang telah diterbitkan sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan
berakhirnya jangka waktu penetapan Wajib Pajak Dengan
Kriteria Tertentu tersebut.
2. Terhadap Wajib Pajak yang ditetapkan dalam kepUtusan
mengenai penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu
sebagaimana dimaksud pada angka 1, berlaku ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, kecuali untuk
ketentuan yang terkait dengan penetapan Wajib Pajak Dengan
Kriteria Tertentu.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 192/PMK.03/ 2007 tentang Tata Cara Penetapan
Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 18
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
0 -

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Mei 2012
MENTERI KEUANGAN,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWA_RDO,J0
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Mei 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 525
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA
KEP

MENTERIAN
BIRO 10111.11`11

GI
NIP 1

-7*
*

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 74/PMK.03/2012
TENTANG
TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN
WAJIB PAJAK DENGAN 'CRITERIA TERTENTU DALAM
RANGICA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP(1)
TENTANG
PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang : a. bahwa Kepala Kantor Pelayanan Pajak
(2)
, telah
mengusulkan Wajib Pajak
untuk
ditetapkan
sebagai
(3)
Wajib Pajak Dengan Kriteria Terten.tu;
b. bahwa Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a telah
dilakukan penelitian dan berdasarkan hasil penelitian telah
memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74 /PMK.03 / 2012
tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib
Pajak dengan Kriteria Tertentu dalarn Rangka Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tentang Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran. Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Ta.mbahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162, Ta_mbahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74 / PMK.03 / 2012 tentang
Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Wajib Pajak dengan Kriteria
Tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pembayaran Pajak;

Q.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PENETAPAN
WAJIB PAJAK PATUH.
PERTAMA : Menetapkan Wajib Pajak di bawah ini:
Nama

(4)

NPWP

(5)
(6)

KPP Lokasi

sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu terhitung mulai
(8)
sampai dengan
(7)
KEDUA

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada Diktum PERTAMA dapat
diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak

KETIGA

Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu ini berlaku untuk
permohonan pengembalian pendahuluan atas Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, Tahun Pajak yang tercakup dalam jangka waktu
penetapan sebagaimana dimaksud pada Diktum PERTAMA.

KEEMPAT : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
Keputusan Direktur Jenderal ini, dilakukan perbaikan sebagaimana
me stinya.
KELIMA

Keputusan Direktur
ditetapkan.

Jenderal ini

mulai berlaku pada tanggal

Salinan Keputusan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada:
1. Direktur Jenderal Pajak;
2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasan Kantor
Pelayanan Pajak (lokasi);
3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak (domisili
terdaftar);
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib ,Pajak (lokasi
terdaftar);
5. Yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan.
Ditetapkan di
pada tanggal

(9)
(10)

a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
KEPALA KANTOR WILAYAH....(11)...

NIP

(12)
(13)

a

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-3-

PETUNJUK PENGISIAN
Nomor (1)

: diisi dengan nomor keputusan.

Nomor (2)

: diisi dengan Kantor Pelayanan Pajak Domisili yang
mengusulkan Wajib Pajak yang akan ditetapkan sebagai
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.
Nomor (3) dan : diisi dengan nama Wajib Pajak yang ditetapkan sebagai Wajib
Nomor (4)
Pajak Dengan Kriteria Tertentu.
Nomor (5)
diisi dengan NPWP Wajib Pajak.
Nomor (6)

diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak Lokasi.

Nornor (7)

diisi dengan tanggal, bulan dan tahun ditetapkan sebagai
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

Nomor (8)

diisi dengan tanggal, bulan dan tahun berakhirnya penetapan
sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

Nomor (9)

diisi dengan kota ditetapkan.

Nomor (10)

diisi dengan tanggal ditetapkan.

Nomor (11)

diist dengan Kantor Wilayah yang menerbitkan SK Wajib
Pajak Dengan Kriteria Tertentu.
: diisi dengan nama dan tanda tangan pejabat yang
menandatangani surat.

Nomor (12)
Nomor (13)

: diisi dengan NIP pejabat yang menandatangani surat.

Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM

MENTERI KEUANGAN,
ttd.

1-."'''"".'

KEP

4.t,W431A*$., . .,:::,t EMENTERIAN .

_
BiS
GIA
NIP

0 umutA

1.-.c
1

AGUS D.W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
74/PMK.03/2012
TENTANG
TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN
WAJIB PAJAK DENGAN 'CRITERIA TERTENTU DALAM
RANGICA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN' KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP
(1)

Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
Tanggal

(2)
(3)
(4)
: Pemberitahuan Penolakan Permohonan Sebagai Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu
(5)

Yth.

(6)

Sehubungan dengan surat permohonan Saudara Nomor
(7)
tanggal
(8)
hal
,
yang
diterima
secara
lengkap
(9)
tanggal (10) , dapat disampaikan bahwa berdasarkan hasil penelitian,
permohonan Saudara tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalarn
Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74 /PMK.03/2012
tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak Dengan
Kriteria Tertentu Dalam. Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pembayaran Pajak.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dengan ini diberitahukan bahwa
permohonan Saudara untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu ditolak.
Demikian disampaikan agar maklum.

Kepala Kantor Wilayah

NIP
Tembusan:
Kepala Kantor Pelayanan Pajak

(13)

(11)
(12)

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2-

PETUNJUK PENGISIAN
Nomor (1) : diisi dengan nama Kantor Wilayah DJP yang menerbitkan
surat.
Nomor (2) : diisi dengan nomor surat.
Nomor (3) : diisi dengan sifat surat.
Nomor (4) : diisi dengan jumlah lampiran.
Nomor (5) : diisi dengan tanggal surat.
Nomor (6) : diisi dengan nama dan alamat Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan.
Nomor (7) : diisi dengan nomor surat permohonan Wajib Pajak.
Nomor (8) : diisi dengan tanggal surat permohonan Wajib Pajak.
Nomor (9) : diisi dengan hal surat permohonan Wajib Pajak.
Nomor (10) : diisi dengan tanggal surat permohonan diterima lengkap oleh
Kantor Pelayanan Pajak.
Nomor (11) : diisi dengan nama dan tanda tangan Kepala Kantor Wilayah
DJP.
Nomor (12): diisi dengan NIP Kepala Kantor Wilayah DJP.
-

Nomor (13): diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak yan.g mengusulkan
Wajib Pajak untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak Dengan
Kriteria Tertentu.

Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM

MENTERI KEUANGAN,

KEP

AGUS D.W. MARTOWARDOJO

'• ••" EMENTERIAN
IRO UMUM

GIA
NIP 1

V■-•
\

01

ttd.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KELJANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 74/PMK.03/2012
TENTANG
TATA CARA PENETApAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN
WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTLI DALAM
RANGKA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN
FTIVIBAYARAN PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
(1)
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
. NOMOR KEP (2)
TENTANG
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang

a. bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap Surat Pemberitahuan.
Lebih Bayar
Masa/Tahun Pajak
(3)
(4)
sebesar Rp
dan/atau Surat
(5)
Permohonan Nomor
(6)
tanggal
(7)
atas narna (8) • NPWP (9)
mengenai pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak, Wajib Pajak berhak menerima pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak sesuai dengan ketentuan Pasal I7C UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umurn. dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
b. bahwa Wajib Pajak telah ditetapkan sebagai Wajib Pajak Dengan
Kriteria Tertentu berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor
(10).... tentang Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu;
c.

Mengingat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b, perlu men.etapkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tentang Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak;

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang 16 Tahun 2009;
b.

(11)

;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PENQEMBALIAN
PENDAHULUAN KELEBIHAN
PAJAK PENGHASILAN/PAJAK
(4)
KEPADA
PERTAMBAHAN NILAI1 MASA/TAHUN1 PAJAK
(9)
(8)
NPWP •
diberikan pengembalian
PERTAMA
(1) Kepada
NPWP
(9)
(8)
pendahuluan kelebihan Pajak Penghasilan/Pajak Pertambahan
Masa/Tahunl Pajak (4) sesuai ketentuan Pasal 17C
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Urnum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 sebesar Rp.
(12) ( (13) ) penghitungan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidal( terpisahkan dari Keputusan
Direktur Jenderal ini *).

(2) Pengembahan pendahuluan kelebihan pajak tersebut harus
diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pajak.

CI.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2KEDUA

KETIGA

: Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak ini
sebagai dasar diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak.
: Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada:
1. Direktur Jenderal Pajak;
2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasan Kantor
Pelayman Pajak (lokasi);
3. Kepala Kantor Pelayman Pajak tempat Wajib Pajak (domisili
terdaftar);
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak (lokasi terdaftar);
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi;
6. Yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan.
Ditetapkan di
pada tanggal

(14)
(15)

a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK
(16)
KEPALA KANTOR

NIP

(17)
(18)

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-3LAMPIRAN PENGHITUNGAN
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK
PAJAK PENGHASILAN
Narna
NPWP

:

(8)

(9)
Tahun Pajak
:
(4)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penghitungan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan
pernbayaran Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :
No.
i-

2
3
4
5
6

7
8

9
10
11
12
13
14
15
16
17

18

:

URAIAN
Peredaran Usaha
Harga Pokok Penjualan
Laba Bruto (1-2)
Biaya Usaha
Penghasilan neto dalam negeri (3-4)
Penghasilan neto dalarn negeri lainnya
a. Penghasilan dari luar usaha
b. Penghasilan jasa/pekerjaan bebas
c. Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
d. Lain-lain
e. Jumlah (a+b+c+d)
Fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto
Penyesuaian fiskal
a. Penyesuaian fiskal positif
b. Penyesuaian fiskal negatif
c. Jumlah (a-b)
Penghasilan neto luar negeri
Jumlah penghasilan neto (5+6.e-7+8.c+9)
Zakat
.
Kompensasi kerugian
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan yang seharusnya tidak terutang PPh
Penghasilan Kena Pajalc (10-11-12-13)
Pajak Penghasilan terutang ((tarif x 15) atau NIHIL)
Kredit Pajak :
a. PPh ditanggung pemerintah
b. Dipotong/Dipungut oleh pihak lain :
c. Dibayar sendiri :
c.l. PPh Pasal 22
c.2. PPh Pasal 25
c.3. PPh Pasal 29
c.4. STP (pokok kurang bayar)
c.5. Fiskal luar negeri
c.6. lain-lain
c.7. Jumlah (c.l+c.2+c.3+c.4+c.5+c.6)
d. Jumlah Pajak yang dapat dikreditkan (a+b+c.7)
Pengembalian pendahuluan kelebihan Pajalc Penghasilan (17.d-16)

JUMLAH RUPIAH MENURUT
WAJIB PAJAK
FISKUS



a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK
KEPALA KANTOR
(16)

NIP

(17)
(18)

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-4LAMPIRAN PENGHITUNGAN
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA
'

(8)
Nama
(9)
NPWP
(4)
Masa Pajak
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penghitungan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan
pemiSayaran Polak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa adalah sebagai berikut
JU1VILAH RUPIAH MENURUT
PENGUSAHA
ICENA
URAIAN
No..
FISKUS
PAJAK
:

:

:

:



Dasar Pengenaan Pajak
a. Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang terutang PPN
a.l. Ekspor
a.2. Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri
a.3. Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut
PPN
a.4. Penyerahan yang PPN-nya tidal< dipungut
a.5. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN
a.6. Jumlah (a.l+a.2+a.3+a.4+a.5)
b. Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang tidal( terutang
PPN
c. Jumlah seluruh Penyerahan (a.6+b)
Penghitungan PPN Lebih Bayar
a. PPN yang harus dipungut/dibayar sendiri
:

:

2

:

(tarif x 1.a.2. atau NIHIL)
b. Dikurangi
b.l. PPN yang disetor di muka dalam Masa Pajak yang
sama
b.2. Pajak masukan yang dapat diperhitungkan
b.3. STP (pokok kurang bayar)
b.4. Dibayar dengan NPWP sendiri
b.5. Lain-lain
b.6. Jumlah (b.l+b.2+b.3+b.4+b.5)
c. Jurnlah penghitungan PPN Lebih Bayar (b-a)
Kelebihan Pajak yang sudah
a. Dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya
(karena pembetulan)
b. Dikompensasikan ke Masa Pajak
:

3

4

:

.

c. Jumlah (a+b)
Pengembalian pendahultian kelebihan pembayaran PPN
(2.c-3.c)

a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KEPALA KANTOR

NIP

(16)

(17)
(18)

o.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDPNESIA

-5-

PETUNJUK PENGISIAN
Nomor (1)

diisi dengan Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan keputusan.

Nomor (2)

diisi dengan nomor keputusan.

Nomor (3)

diisi dengan Jenis Pajak.

Nomor (4)

diisi dengan Masa/Tahun Pajak yang
pendahuluan kelebihan pajak.

Nomor (5)

diisi dengan jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh atau
menurut spT Masa PPN.

Nomor (6)

diisi dengan nomor surat permohonan.

Nomor (7)

diisi dengan tanggal surat permohonan.

Nomor (8)

diisi dengan nama Wajib Pajak.

Nomor (9)

diisi dengan NPWP Wajib Pajak.

Nomor (10)

diisi sesuai dengan dasar penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu.

Nomor (11)

Nomor (12)

diisi sesuai dengan dasar hukum diterbitkannya pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran. pajak:
1. Dalam hal Pasal 17C terkait Pajak Penghasilan, diisi dengan:
b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7 4 / PMK.03/2012 tentang
Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak
dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak
2. Dalam hal Pasal 17C terkait Pajak Pertambahan Nilai, diisi
dengan:
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
• Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/ PMK.03/2012 tentang
Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapap Wajib Pajak
dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
diisi dengan j:umlah rupiah dalam angka.

Nomor (13)

diisi dengan jumlah rupiah dalam huruf.

Nomor (14)

diisi dengan nama kota tempat keputusan ditetapkan.

__

diberikan pengembalian

Nomor (15) : diisi dengan tanggal keputusan ditetapkan.
Nomor (16) : diisi dengan Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan keputusan.

Nomor (17)

diisi dengan nama dan tanda tangan pejabat yang menandatangani
keputusan.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6Nomor (18) : diisi dengan NIP pejabat yang menandatangani keputusan.
Coret yang tidak perlu

Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM
u.b.
KEPALA BAGIAN T.U. KEMENTERIAN

GIARTO
NIP 195904201984021001

MENTERI KEUANGAN,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 74/PMK.03/2012
TENTANG
TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN
WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM
RANGKA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN. KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP(1)
TENTANG
PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang : a. bahwa dalam masa penetapannya sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu, Wajib Pajak yang namanya tersebut dalam Keputusan ini
memenuhi ketentuan Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 74 / PMK.03/ 2012 tentang Tata Cara Penetapan dan
Pencabutan Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam
Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang
Pencabutan Penetapan Wajib Pajak Patuh;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara
Penetapan dan Pencabutan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam.
Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PENCABUTAN
PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2tanggal
(2)
PERTAMA : Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
tentang
Penetapan
Wajib
Pajak
Dengan
Kriteria
Tertentu,
atas
(3)
Wajib Pajak tersebut di bawah ini:
Nama

(4)

NPWP

(5)

KPP Lokasi

(6)

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KEDUA

: Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan
Direktur Jenderal ini, dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

KETIGA

: Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada:
1. Direktur Jenderal Pajak;
2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasan Kantor
Pelayanan Pajak (lokasi);
3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak (domisili terdaftar);
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak (lokasi terdaftar);
5. Yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan.

Ditetapka_n di
(7)
pada tanggal
(8)
a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
(9)...,
KEPALA KANTOR WILAYAH

NIP

(10)
(11)

Q.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-3-

PETUNJUK PENGISIAN
Nomor (1) :

diisi dengan nomor keputusan mengenai pencabutan penetapan
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

Nomor (2) :

diisi dengan nomor keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu.

Nomor (3) :

diisi dengan tanggal keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu.

Nomor (4) :

diisi dengan nama Wajib Pajak yang ditetapkan sebagai Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu.

Nomor (5) : diisi dengan NPWP Wajib Pajak.
Nomor (6) : diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak lokasi.
Nomor (7) : diisi dengan kota tempat keputusan ditetapkan.
Nomor (8)
: diisi dengan tanggal keputusan ditetapkan.
Nomor (9) : diisi dengan Kantor Wilayah yang menerbitkan Keputuan
Pencabutan Wajib Pajak Denga.n Kriteria Tertentu.
Nomor (10) : diisi dengan nama, dan tanda tangan pejabat yang menandatangani
surat.
Nomor (11)
diisi dengan NIP pejabat yang menandatangani surat.
Salinan sesuai dengan aslinya .
KEPALBIR
UM
,gtews,
KEP
MENTERIAN

MENTERI KEUANGAN,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO