SE 74 PJ 2015 Pelaksanaan Putusan MA No 73 P HUM 2013 Uji Materiil thd PP 74 Tahun 2011

Sifat: Segera
Yth 1. Kepala Kantor Wilayah DJP
2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
3. Kepala Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
di seluruh Indonesia
SURAT EDARAN
Nomor SE-74/PJ/2015
TENTANG
PELAKSANAAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 73 P/HUM/2013 TENTANG UJI MATERIIL TERHADAP PASAL-PASAL
DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

A.Umum
Bahwa Mahkamah Agung Republik Indonesia telah menerbitkan Putusan Nomor 73
P/HUM/2013 tentang Uji Materiil Terhadap Pasal-Pasal dalam Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
yang diputus pada tanggal 30 Juni 2014 dan dikirimkan kepada para pihak pada tanggal 1 Juli
2015 yang menyatakan mengabulkan permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) atas pasal-pasal yang antara lain

mengatur ketentuan mengenai:
1. pelaksanaan verifikasi;
2. pemberian imbalan bunga terhadap Putusan Banding yang diajukan Peninjauan Kembali
ke Mahkamah Agung hanya dapat diberikan setelah Putusan Peninjauan Kembali telah
diterima;
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pasal 13A Undang-Undang KUP tidak
dapat diajukan upaya hukum berupa keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi, dan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak;
4. beberapa keputusan atau ketetapan yang tidak dapat diajukan gugatan ke Pengadilan Pajak;
dan
5. jangka waktu penyelesaian keberatan atas pelaksanaan Putusan Gugatan yang berkaitan
dengan surat dari Direktur Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa keberatan Wajib Pajak
tidak dapat dipertimbangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) UndangUndang KUP;
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011.

B. Maksud dan Tujuan

Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.co.id. Penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan ketik.

1. Maksud

Surat edaran ini disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman terkait dengan
implikasi atas Putusan Mahkamah Agung Nomor 73 P/HUM/2013 tersebut terhadap
ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
2. Tujuan
Surat edaran ini bertujuan untuk memberikan keseragaman dan kepastian hukum dalam
pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung Nomor 73 P/Hum/2013 tersebut, sehingga
diharapkan agar Kepala Kantor Wilayah DJP, Kepala Kantor Pelayanan Pajak, dan
Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan:
a. melaksanakan Putusan Mahkamah Agung yang berkaitan dengan pasal-pasal dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 yang dinyatakan tidak sah dan tidak
berlaku umum, sesuai dengan prinsip dalam negara hukum dengan iktikad baik; dan
b. melakukan sosialisasi mengenai implikasi perpajakan dari putusan tersebut kepada
para Wajib Pajak yang terdaftar di wilayah kerjanya.

C. Ruang Lingkup
Dalam surat edaran ini diatur ketentuan pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung Nomor 73
P/Hum/2013 yang berkaitan dengan pasal-pasal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2011 yang dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku umum, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.
2.

3.
4.

5.

6.
7.

8.

ketentuan umum;
saat berlakunya Putusan Mahkamah Agung;
pelaksanaan verifikasi;
pemberian imbalan bunga terhadap Putusan Banding yang diajukan Peninjauan Kembali
ke Mahkamah Agung hanya dapat diberikan setelah Putusan Peninjauan Kembali telah
diterima;
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pasal 13A Undang-Undang KUP tidak
dapat diajukan upaya hukum berupa keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi, dan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak;
beberapa keputusan atau ketetapan yang tidak dapat diajukan gugatan ke Pengadilan Pajak;

penghitungan jangka waktu penyelesaian keberatan atas pelaksanaan Putusan Gugatan
yang berkaitan dengan surat dari Direktur Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa
keberatan Wajib Pajak tidak dapat dipertimbangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 ayat (4) Undang-Undang KUP; dan
himbauan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP, Kepala Kantor Pelayanan Pajak, dan
Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan.

D.Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009.
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
4. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji
Materiil.
5. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 73 P/Hum/2013 Tentang Uji
Materiil Terhadap Pasal-Pasal Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.co.id. Penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan ketik.


Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

E. Materi
1.Ketentuan Umum
a. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang selanjutnya disebut
Undang-Undang KUP adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terahir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 yang selanjutnya disebut PP 74 Tahun
2011 adalah peraturan pemerintah yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan hak dan
pemenuhan kewajiban perpajakan sebagai petunjuk pelaksanaan Undang-Undang KUP.
c. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Putusan MA
adalah Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 73 P/HUM/2013 tentang
Uji Materiil terhadap Pasal-Pasal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
d. Pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 73 P/HUM/2013
yang selanjutnya disebut Pelaksanaan Putusan adalah seluruh tindakan yang dilakukan
oleh Pejabat Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Agung baik dalam bentuk

pengaturan dan/atau penetapan.
2.Saat Berlakunya Putusan Mahkamah Agung
a. Dalam Pasal 8 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak
Uji Materiil diatur bahwa dalam hal 90 (sembilan puluh) hari setelah putusan
Mahkamah Agung tersebut dikirim kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
mengeluarkan peraturan perundang-undangan tersebut, ternyata pejabat yang
bersangkutan tidak melaksanakan kewajibannya, demi hukum peraturan perundangundangan yang bersangkutan tidak mempunyai kekuatan hukum.
b. Berdasarkan laman (website) resmi Mahkamah Agung, diperoleh informasi bahwa
sengketa uji materiil yang diajukan oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia
(KADIN Indonesia) atas pasal-pasal dalam PP 74 Tahun 2011 dengan nomor perkara
73 P/HUM/2013 telah diputuskan dikabulkan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung
pada tanggal 30 Juni 2014 dan dikirimkan kepada para pihak pada tanggal 1 Juli 2015.
3.Pelaksanaan Verifikasi
a. Pasal-pasal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 berkaitan dengan
ketentuan verifikasi yang diajukan uji materiil dan dinyatakan tidak sah serta tidak
berlaku umum dalam Putusan MA sebagai berikut:
1) Pasal 1 angka 4 dan 5;
2) Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2);
3) Pasal 14 ayat (1) dan ayat (3);
4) Pasal 15;

5) Pasal 18 ayat (1) Huruf a;
6) Pasal 19;

Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.co.id. Penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan ketik.

7) Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2);
8) Pasal 21;
9) Pasal 30 ayat (2) huruf c;
10) Pasal 35 ayat (1) huruf d;
11) Pasal 38 ayat (2) dan ayat (3); dan
12) Pasal 48 ayat (3), ayat (4), ayat (7), ayat (8), ayat (9) dan ayat (10).
b. Sebagai akibatnya, ketentuan yang mengatur verifikasi dalam peraturan pelaksanaan
dari PP 74 Tahun 2011 tidak berlaku lagi, rinciannya antara lain adalah sebagai berikut:
1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.03/2012 tentang Tata Cara
Verifikasi.
2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pemeriksaan.
3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Jangka Waktu
Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran, Pemberian, dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak.
5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pengembalian atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang.
6) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha Dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.
7) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-48/PJ/2013 tentang Kebijakan
Pelaksanaan Verifikasi.
8) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang
Tata Cara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.

c. Sebagai tindak lanjut dari Putusan MA tersebut, Menteri Keuangan telah mengganti atau
mengubah beberapa peraturan sebagai berikut:
1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Jangka Waktu
Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran, Pemberian, dan
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.co.id. Penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan ketik.

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak telah diganti dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 182/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok
Wajib Pajak, Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 183/PMK.03/2015.
3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pengembalian atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang
telah diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Pengembalian atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara

Pemeriksaan telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015.
d. Dengan telah dilakukan penggantian atau perubahan terhadap beberapa Peraturan
Menteri Keuangan sebagaimana tersebut pada huruf c di atas, terdapat beberapa
perubahan prosedur yang terkait dengan verifikasi menjadi sebagai berikut:
1) Pelaksanaan verifikasi dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pajak diganti
dengan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang
mengatur tentang tata cara pemeriksaan dan peraturan pelaksanaannya.
2) Pelaksanaan verifikasi dalam rangka:
a) menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
b) menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan atau berdasarkan
permohonan Wajib Pajak;
c) mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan; dan
d) mencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan atau berdasarkan
permohonan Pengusaha Kena Pajak, diganti dengan pemeriksaan untuk tujuan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang mengatur tentang tata cara pemeriksaan, tata cara pendaftaran
nomor pokok wajib pajak, pengukuhan pengusaha kena pajak, penghapusan
nomor pokok wajib pajak, dan pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak,

serta peraturan pelaksanaannya.
3) Pelaksanaan verifikasi dalam rangka mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak
berdasarkan permohonan Wajib Pajak, diganti dengan meneliti dan memastikan
keberadaan tempat dan kegiatan usaha Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang mengatur tentang tata
cara pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan pencabutan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, serta peraturan pelaksanaannya.
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.co.id. Penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan ketik.

4) Pelaksanaan verifikasi dalam rangka mengembalikan kelebihan pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang, diganti dengan meneliti kebenaran pembayaran
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
yang mengatur tentang tata cara pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang dan peraturan pelaksanaannya.
4.Pemberian Imbalan Bunga dalam hal Putusan Banding Diajukan Peninjauan Kembali
a. Pasal 43 ayat (6) huruf c PP 74 Tahun 2011 yang pada intinya menyatakan bahwa
imbalan bunga tidak diberikan kepada Wajib Pajak apabila terhadap Putusan Banding
diajukan permohonan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung, telah diajukan uji
materiil dan dinyatakan tidak sah serta tidak berlaku umum dalam Putusan MA.
b.Sebagai tindak lanjut dari Putusan MA tersebut, Menteri Keuangan telah mengubah
beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 186/PMK.03/2015.
c. Dengan telah dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Keuangan sebagaimana
tersebut pada huruf b, terdapat beberapa perubahan prosedur yang terkait dengan
pemberian imbalan bunga sebagai berikut:
1) Pengajuan Peninjauan Kembali baik oleh Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal
Pajak terhadap Putusan Banding dari Pengadilan Pajak tidak menunda atau
menangguhkan pemberian imbalan bunga dalam hal Wajib Pajak telah memenuhi
ketentuan pemberian imbalan bunga sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan yang mengatur tentang tata cara penghitungan dan
pemberian imbalan bunga dan peraturan pelaksanaannya.
2) Dalam hal Putusan Peninjauan Kembali mengakibatkan adanya penagihan kembali
imbalan bunga yang telah diberikan pada saat pelaksanaan Putusan Banding, imbalan
bunga tersebut ditagih kembali bersamaan dengan pelaksanaan Putusan Peninjauan
Kembali.
5.Upaya Hukum atas SKPKB yang Diterbitkan Berdasarkan Pasal 13A Undang-Undang KUP
a. Pasal 29 ayat (3) huruf a PP 74 Tahun 2011 yang pada intinya menyatakan bahwa
Wajib Pajak tidak dapat mengajukan keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB) yang diterbitkan berdasarkan Pasal 13A Undang-Undang KUP, telah
diajukan uji materiil dan dinyatakan tidak sah serta tidak berlaku umum dalam Putusan
MA.
b. Sebagai tindak lanjut dari Putusan MA tersebut, Menteri Keuangan telah mengubah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan
Penyelesaian
Keberatan
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
202/PMK.03/2015, khususnya penghapusan atas ketentuan dalam Pasal 2 ayat (2) yang
mengatur perihal sebagaimana dimaksud pada butir a.
c. Dengan telah dilakukannya penghapusan atas ketentuan dalam Pasal 2 ayat (2)
sebagaimana tersebut pada huruf b di atas, SKPKB yang diterbitkan berdasarkan Pasal
13A Undang-Undang KUP dapat diajukan keberatan.
6.Beberapa Keputusan atau Ketetapan yang Tidak Dapat Diajukan Gugatan ke Pengadilan
Pajak
a. Pasal 37 PP 74 Tahun 2011 yang pada intinya menyatakan bahwa keputusan yang
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.co.id. Penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan ketik.

berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan yang diajukan gugatan kepada
badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c UndangUndang meliputi keputusan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak selain:
1) surat ketetapan pajak yang penerbitannya telah sesuai dengan prosedur atau tata cara
penerbitan;
2) Surat Keputusan Pembetulan;
3) Surat Keputusan Keberatan yang penerbitannya telah sesuai dengan prosedur atau
tata cara penerbitan;
4) Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;
5) Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;
6) Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
7) Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak; dan
8) Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, telah diajukan uji
materiil dan dinyatakan tidak sah serta tidak berlaku umum dalam Putusan MA.
b. Dengan telah dibatalkannya Pasal 37 PP 74 Tahun 2011, keputusan atau ketetapan
sebagaimana tersebut pada huruf a di atas dapat diajukan gugatan kepada Pengadilan
Pajak.
7.Penghitungan Jangka Waktu Penyelesaian Keberatan atas Pelaksanaan Putusan Gugatan
a. Pasal 41 ayat (2) dan ayat (3) PP 74 Tahun 2011 yang diajukan uji materiil dan
dinyatakan tidak sah serta tidak berlaku umum dalam Putusan MA menyatakan sebagai
berikut:
Ayat (2) : Dalam hal badan peradilan pajak mengabulkan gugatan Wajib Pajak atas
surat dari Direktur Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa keberatan Wajib
Pajak tidak dapat dipertimbangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (4) Undang-Undang, Direktur Jenderal Pajak menyelesaikan keberatan
yang diajukan oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua
belas) bulan.
Ayat (3) : Jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dihitung sejak Putusan Gugatan diterima oleh Direktur Jenderal
Pajak.
b.Sebagai tindak lanjut dari Putusan MA tersebut, Menteri Keuangan telah mengubah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan
Penyelesaian Keberatan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.03/2015,
khususnya perubahan terhadap ketentuan dalam Pasal 17 dengan menyisipkan satu ayat
yaitu ayat (4a).
c. Dengan telah disisipkannya ayat (4a) dalam Pasal 17 sebagaimana tersebut pada huruf b
di atas, dalam hal Wajib Pajak mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak atas surat dari
Direktur Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa keberatan Wajib Pajak tidak
dipertimbangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang KUP,
jangka waktu 12 (dua belas) bulan penyelesaian keberatan tertangguh, terhitung sejak
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.co.id. Penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan ketik.

tanggal dikirim surat dari Direktur Jenderal Pajak yang diajukan gugatan tersebut sampai
dengan Putusan Gugatan Pengadilan Pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
8.Himbauan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP, Kepala Kantor Pelayanan Pajak, dan Kepala
Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan Berdasarkan informasi dan
ketentuan diatas, Kepala Kantor Wilayah DJP, Kepala Kantor Pelayanan Pajak, dan Kepala
Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan, dalam pelaksanaan tugas dan
pekerjaan diharapkan untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. melakukan internalisasi kepada seluruh pegawai dalam lingkungan kerja masingmasing terkait implikasi perpajakan dari Putusan MA tersebut;
b. melakukan sosialisasi kepada seluruh Wajib Pajak yang terdaftar dan/atau Pengusaha
Kena Pajak yang dikukuhkan di wilayah kerjanya terkait adanya perubahan
mengenai tata cara pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak seiring dengan adanya perubahan atau pencabutan peraturan di bidang
perpajakan sebagai tindak lanjut dari Putusan MA; dan
c. seluruh pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang berkaitan dengan ketentuan dalam PP
74 Tahun 2011 yang dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Putusan MA, agar
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
dan peraturan pelaksanaannya, serta surat edaran ini.

F. Ketentuan Penutup
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 4 Desember 2015
Plt. Direktur Jenderal,
ttd.
KEN DWIJUGIASTEADI
NIP 195711081984081001

Tembusan:
1. Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak Kementerian Keuangan
2. Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak Kementerian Keuangan
3. Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak Kementerian Keuangan Sekretaris Direktorat Jenderal
Pajak;
4. Para Direktur dan Tenaga Pengkaji di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
5. Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan
6. Kepala Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan

Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.co.id. Penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan ketik.