095642 AKJ 2009 09 15 Wisata Batik Tulis Giriloyo

Judul
Tempat
Rep
Tanggal

: wisata batik tulis giriloyo
: imogiri bantul
:
:

Setelah sempat kolaps akibat gempa 27 Mei 2006, gairah ekonomi masyarakat Dusun Giriloyo, Wukirsari, Imogiri,
Kabupaten Bantul, yang sebagian besar menggantungkan hidup pada membatik, mulai bangkit kembali. // Sebelumnya,
berbagai kalangan sempat meragukan kelangsungan batik Giriloyo. // Namun, berkat antusias dan keinginan kuat dari
masyarakat, mereka pun berhasil menjalani masa-masa sulit tersebut.//
Rasa putus asa juga sempat menghinggapi sekitar 510 perajin batik di Giriloyo. // pasca gempa, / aktivitas membatik
berhenti total karena fokus masyarakat ditujukan untuk memperbaiki rumah. // Baru setelah itu, satu-dua orang pun mulai
membatik. // kebanyakan warga mulai membatik setelah satu tahun pascagempa, //
Memang tidak semua perajin kembali membatik. // Mereka menganggap batik tulis sudah tidak prospektif lagi. // Apalagi
peralatan untuk membatik juga sudah rusak,” //
Meski sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian kecil generasi muda, / batik tulis tetap eksis di Giriloyo. // Faktor pendorong
utamanya adalah semangat generasi tua yang tetap mempertahankan tradisi leluhur. // Di dusun ini, ada perajin batik tulis

yang usianya 80 tahun.//
Kebangkitan industri batik tulis Giriloyo juga tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak. // Secara khusus, / mereka
mendesain program pengembangan industri rumah tangga batik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, // Desain
motif harus dibuat sekreatif mungkin. // Jangan membuat motif-motif yang sifatnya monoton. // Kemampuan desain ini
menjadi salah satu kendala pengembangan industri batik,”//
Menurut nur ahmadi / selaku ketua kelompok sekar arum / proses pembuatan batik diawali dengan pembuatan pola /
nggagangi / isen-isen / dan pewarnaan //
----state--nur ahmadi
ketua kelompok batik tulis sekar arum
nur ahmadi menjelaskan / untuk pemakaian warna / ada dua cara / yakni warna alami dan sintetis // untuk yang alami /
proses pewarnaan memakan waktu lebih lama //
----state--nur ahmadi
ketua kelompok batik tulis sekar arum
Bagi masyarakat Giriloyo, membatik sudah menjadi tradisi yang sifatnya turun-temurun. // Keterampilan tersebut diperoleh
dari nenek moyang mereka. // Dulu batik digunakan oleh kalangan keraton. Banyaknya keluarga keraton yang datang
berziarah membuat interaksi warga dengan mereka begitu intens. // Warga pun diajari membatik dan disuruh membuat kain
batik bagi keluarga keraton,//
Keterampilan membatik yang diajarkan kerabat keraton tersebut, / oleh warga pun ditularkan kepada warga lainnya, hingga
satu dusun bisa membatik semua. //
Di Giriloyo, membatik menjadi pekerjaan sampingan bagi kalangan ibu rumah tangga. // di giriloyo kelompok batik tulis

sudah ada empat / yakni Sekar Arum, Sekar Kedaton, Sido Mukti, dan Sungging Tumpuk.//
Tim melaporkan untuk akj rbtv ///

News reader : wisata batik tulis giriloyo
Makin gencarnya batik pabrikan yang diproduksi secara massal tanpa batas / memang membuat eksistensi batik tulis
makin terancam. // namun / bagi masyarakat Giriloyo,imogiri bantul / membatik sudah menjadi tradisi yang sifatnya turuntemurun. / sehingga membatik menjadi pekerjaan sampingan bagi kalangan / khususnya ibu rumah tangga. // Di Giriloyo
sendiri / sudah terbentuk 4 kelompok / yakni Sekar Arum, Sekar Kedaton, Sido Mukti, dan Sungging Tumpuk.///

Makin gencarnya batik pabrikan yang diproduksi secara massal tanpa batas memang membuat eksistensi batik tulis makin
terancam. // Jika dibiarkan, perajin batik tulis bisa kehilangan semangat melanjutkan tradisi leluhur itu karena kesulitan
menjual hasil karyanya.//
Ketua Paguyuban Sekar Jagad Suliantoro Sulaiman mengatakan serangan batik pabrikan mulai muncul sekitar tahun
1970. Sejak saat itu, jumlah perajin batik tulis terus berkurang. ”Perajin takut produknya tidak laku karena batik pabrikan
sudah membanjiri pasar. Alasan inilah yang membuat sebagian perajin di DIY menghentikan produksi,” katanya.
Pesatnya pertumbuhan batik pabrikan karena harga yang mereka tawarkan jauh lebih murah. Sikap masyarakat yang
kurang peduli terhadap kelangsungan batik tulis juga semakin mendorong batik pabrikan merajai pasar. ”Seharusnya, ada
perasaan bangga jika kita memakai batik tulis karena batik itu dibuat dengan keuletan dan ketelatenan para perajin batik,”
ucap Suliantoro.
Mahalnya harga batik tulis disebabkan rumitnya proses pembuatannya, terutama pewarnaan. Untuk menghasilkan
selembar kain batik, paling tidak dibutuhkan waktu satu minggu. Itu pun dengan pewarnaan sintetis. Untuk pewarnaan

alami, prosesnya lebih panjang lagi dan butuh waktu sekitar 15 hari.
”Untuk satu warna saja, kami harus mencelupkan sampai tiga kali. Tiap celup ditunggu dulu sampai kering hingga
warnanya muncul, baru kemudian dicelup lagi. Semakin cerah warna yang diinginkan, maka proses pencelupannya bisa
berulang-ulang, bahkan bisa sampai 50 kali,” kata Maryani (17), pembatik yang hanya lulus SD itu.
Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah DIY Syahbenol Hasibuan mengatakan, pemerintah tengah berusaha
mencari teknologi membatik untuk menekan biaya supaya lebih murah. ”Kalau prosesnya bisa disederhanakan, harga jual
batik tulis mungkin bisa lebih kompetitif,” katanya.
Ketangguhan perajin batik tulis di Giriloyo ini mungkin bisa menjadi contoh bagi daerah lain yang terkena bencana, untuk
bisa bangkit menata kembali kehidupan mereka.