Penyelidikan Pendahuluan Geologi Dan Geokimia Daerah Panas Bumi Kabupaten Bone Dan Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA
DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN BONE DAN KABUPATEN SOPPENG,
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Eddy Mulyadi, Arif Munandar
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi
SARI
Potensi panas bumi di Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi
Selatan, dikelompokan menjadi dua daerah potensi energi panas bumi, yaitu di Desa
Salampe, Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone dan di Kampung Lejja, Desa Bulue,
Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng
Daerah Salampe tersusun oleh empat satuan batuan, yaitu satuan basalt, satuan Diorit,
satuan andesit, dan satuan tufa pasiran.
Daerah Lejja tersusun oleh empat satuan batuan yaitu; satuan batuan sedimen berupa
batu pasir tufaan dan batupasir coklat kehitaman, satuan lava andesit, satuan andesit
piroksen – diorit (Qtla), dan endapan permukaan (aluvium).
Manifestasi panas bumi berupa dua mata air hangat yang terletak di Dusun Saweng,
Desa Salampe, Kecamatan Ponre Kabupaten Bone berupa air mengalir dengan
temperatur air sekitar 38,2 °C bertipe air sulfat dan dengan konsentrasi SO4 cukup tinggi
dan terletak pada immature water. Dua mata air panas lainnya terletak di daerah Lejja,
Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng dengan temperatur 57,4°C,
termasuk tipe air bikarbonat dan berada pada partial equilibrium.

Temperatur reservoir atau temperatur bawah permukaan terutama untuk daerah Saweng
dan Lejja Giggenbach) adalah 96 – 106 oC ( metoda SiO2 dan NaK) yang menunjukkan
entalphi rendah
Hasil analisis konsentrasi Isotop 18O dan 2H (D) cenderung mendekati meteoric water line
hal ini mencerminkan bahwa mata air panas Saweng dan Lejja di daerah Bone dan
Soppeng kemungkinan telah terjadi pengenceran dengan air meteorik di permukaan.
Distribusi nilai Hg tanah daerah Saweng memperlihatkan anomali relatif tinggi >30 ppb
terletak di sekitar air panas sementara distribusi nilai CO2 udara tanah memperlihatkan
anomali tinggi di antara daerah Saweng- Salampe ke arah selatan
Sebaran nilai Hg tanah Lejja memperlihatkan anomali relatif tinggi >30 ppb terletak di
sekitar air panas Lejja sementra nilai CO2 udara tanah memperlihatkan anomali tinggi
>2,00 % berada di antara daerah Lejja – Bulue kearah barat.
Kata kunci: panas bumi, potensi, Bone, Soppeng.

1

PENDAHULUAN

Manifestasi panas bumi di Kabupaten


Panas bumi sebagai salah satu energi

Bone dan Kabupaten Soppeng berupa

alternatif

pemunculan 4 (empat) mata air panas.

memiliki

banyak

kelebihan

untuk dikembangkan. Selain cadangan

Mata air panas yang berada di daerah

yang sangat besar di Indonesia panas


Dusun

bumi merupakan energi yang ramah

Kecamatan

lingkungan dan relatif kompetitif untuk

tinggi

Ponre

Salampe,

Kabupaten

Bone

mempunyai karakteristik fisik berupa air


terutama bagi daerah yang memiliki
energi

Desa

terdiri dari mata air panas Saweng-1

dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
kebutuhan

Saweng,

mengalir dengan temperatur air sekitar

untuk

38.2 °C pada temperatur udara 27,4 °C ,

pemenuhan kebutuhan listrik.


pH netral 7,04, debit 2,0 L/detik dan daya

Salah satu daerah yang memiliki potensi

hantar listrik 673 µS/cm serta mata air

panas bumi adalah Kabupaten Bone dan

panas Saweng-2 berupa air mengalir

Kabupaten Soppeng (Gambar 1).

dengan temperatur sekitar 38.1 °C pada

Keberadaan panas bumi di daerah ini

temperatur udara

ditandai oleh kemunculan manifestasi


7,13, debit 4,0 L/detik dan daya hantar

permukaan panas bumi berupa mata air

listrik 676 µS/cm,

panas. Untuk mengetahui potensi panas

25,6 °C, pH netral

Mata air panas yang berada di daerah

bumi di daerah tersebut maka dilakukan

Desa

survei pendahuluan.

Bulue


Kecamatan

Marioriawa,

Kabupaten Soppeng terdiri dari Lejja-1
berupa air panas dengan temperatur

METODOLOGI
Metodologi

57.1°C, pada temperatur udara 29.7°C

yang

penyelidikan

ini

digunakan
adalah


dalam

pH netral 8,29, debit 12,0 L/detik, dan

penyelidikan

daya hantar listrik 402 µS/cm serta mata

geologi dan geokimia panas bumi yang

air panas Lejja-2 berupa air panas

meliputi pemetaan geologi, deskripsi sifat
fisik

manifestasi,

dengan


pengukuran

temperatur udara

manifestasi, pengambilan sampel (batu,

pemetaan
temperatur

petrografi,
Hg

dan

bawah

penghitungan

analisis
CO,


pada

27.6°C, pH netral

listrik 417 µS/cm,

kimia,

pendugaan

permukaan

potensi

57.4°C,

8,33, debit 8,0 L/detik dan daya hantar

air, isotop, gas, tanah, dan udara tanah),

analisis

temperatur

energi

GEOLOGI

serta

Daerah Salampe, Kecamatan Ponre

panas

Geomorfologi daerah ini didominasi oleh

bumi.

deretan
MANIFESTASI

perbukitan

bergelombang

sedang dan perbukitan terjal.

2

Stratigrafi dapat dikelompokan menjadi

selatan tenggara. Sesar Lejja mengontrol

empat

satuan

munculnya mata air panas Lejja yang

basalt, satuan Diorit, satuan andesit, dan

merupakan potensi panasbumi. Total

satuan tufa pasiran (Gambar 2). Urutan

energi panas yang hilang (heat loss)

satuan batuan/stratigrafi dari tua ke

adalah sebesar ± 40 kWth.

satuan

batuan,

yaitu

muda adalah satuan basalt (Tebs),
GEOKIMIA

Satuan diorit (Tods), Satuan andesit
(Tmas) dan Satuan tufa pasiran (Tmts).

Kimia Air

Struktur Geologi berupa sesar naik arah

Air panas Saweng

barat baratdaya – timur tenggara yang

Komposisi fluida air panas Saweng-1

diikuti oleh sesar yang lebih muda

didominasi oleh ion sulfat (381,33 mg/l

berupa sesar

SO4.), sedangkan konsentrasi senyawa

normal berarah utara

timurlaut-selatan

tenggara

kimia

lainnya

cenderung

rendah

mengakibatkan hadirnya mata air panas

dibanding

Salampe.

Saweng-2 didominasi oleh ion sulfat

Total energi panas yang hilang (heat

(402,19 mg/l) dan konsentrasi senyawa

loss) adalah sebesar ± 6 kWth

kimia lainnya cenderung rendah.

Daerah Lejja, Kecamatan Marioriawa

Air Panas Lejja

Geomorfologi didominasi oleh perbukitan

Komposisi

terjal,

didominasi oleh HCO3 (99,94 mg/l).

perbukitan

bergelombang

dan

Konsentrasi

pedataran.

satuan

batuan

(Gambar

fluida

air

sulfat

panas

senyawa

kimia

dan

Lejja-1
lainnya

cenderung rendah dan dan komposisi

Stratigrafi dapat dikelompokan menjadi
empat

konsentrasi

fluida air panas Lejja-2 didominasi oleh

3).

HCO3

Urutan dari tua ke muda yaitu; satuan

senyawa

batuan sedimen berupa batu pasir tufaan

(103,53
kimia

mg/l).

Konsentrasi

lainnya

cenderung

rendah dibanding konsentrasi HCO3.

dan batupasir coklat kehitaman, satuan
lava andesit, satuan andesit piroksen –

Karakteristik Kimia Air Panas

diorit (Qtla), dan endapan permukaan

Diagram Cl - SO4 -HCO3 (Gambar 4)

(aluvium).

menunjukkan bahwa mata air panas

Struktur yang berkembang berupa sesar

Saweng -1 dan Saweng -2 terletak pada

normal Lejja yang mempunyai arah utara

posisi sulfat sedangkan mata air panas

baratlaut – selatan tenggara. Sesar ini

Lejja-1 dan Lejja-2 terletak pada posisi

berada di zona sesar bagian dari sesar

bikarbonat. Tipe air panas bikarbonat ini

geser sinistral arah utara baratlaut –

diduga

3

berasosiasi

dengan

naiknya

fluida panas bumi yang mengandung gas

percampuran dan didominasi oleh air

terutama

permukaan.

CO2

kemudian

mengalami

kondensasi di dalam akuifer dangkal.

Isotop

sedangkan mata air panas Saweng
Hasil analisis konsentrasi Isotop

bertipe air sulfat terjadi karena beberapa

18

O dan

2

H (D) dari beberapa sampel air panas

proses diantaranya terjadinya air sulfat

cenderung mendekati meteoric water line

pada kedalaman tertentu dan dekat

seperti ditunjukkan dari mata air panas

permukaan adanya oksidasi dari H2S

Saweng-1, Saweng-2, Lejja-1 dan Lejja-

dalam air dan kondensasi dari gas

2 (gambar 7) yang mencerminkan bahwa

vulkanik dalam air meteorik.

telah terjadi pengenceran mata air panas
Berdasarkan diagram segitiga Na–K– Mg

oleh air meteorik.

(Gambar 5), menunjukkan mata air
Geotermometri

panas di daerah Bone dan Soppeng

Data

seperti Saweng-1 dan Saweng-2 berada

bawah

mengindikasikan adanya pengaruh air

Mata air panas Lejja-1 dan Lejja-2

Kimia Tanah Dan Udara Tanah

terletak pada zona partial equilibrium

Peta distribusi nilai Hg tanah daerah

yang mengindikasikan bahwa air panas

Saweng (gambar 8), memperlihatkan

ini kemungkinan berasal dari kedalaman
air

yang

anomali relatif tinggi >30 ppb terletak di

dalam

sekitar air panas membuka ke arah

keadaan setimbang (equilibrium) dengan

selatan dan ke arah timur dari air panas

reservoir darimana air tersebut berasal.

Saweng, nilai Hg 10-30 ppb tersebar
merata ke arah barat, timur dan selatan

Diagram Cl – Li – B (Gambar 6)

daerah penyelidikan. Disamping itu peta

menunjukkan mata air panas di daerah

distribusi nilai CO2 Udara tanah (gambar

Bone dan Soppeng seperti Saweng dan

9), memperlihatkan anomali tinggi >4,00

terlihat hampir semua sampel

%

berada pada daerah Li less or Cl

CO2

berasal dari sistem hidrothermal primer,
telah

terletak di antara daerah Saweng-

Salampe kearah selatan,

absorption yang tidak mencerminkan
tersebut

untuk

dalam entalphi rendah

dalam keadaan panas.

air

terutama

(metoda SiO2 dan NaK) dan termasuk

interaksi antara fluida dengan batuan

atau

permukaan

adalah 96 – 106 oC

dominan disamping dipengaruhi oleh

Lejja

pendugaan

daerah Saweng dan Lejja (Giggenbach)

meteorik atau air permukaan yang cukup

merupakan

perhitungan

temperatur reservoir atau temperatur

pada daerah immature water, yang

yang

hasil

mengalami

4

konsentrasi

antara 1,87-4,47 %, terdistribusi

pada bagian tengah melebar ke bagian

terjadinya

barat dan timur daerah penyelidikan.

piroksen (Kala Pliosen Atas). Proses
tektonik

Peta sebaran nilai Hg tanah daerah Lejja

Aktivitas

air panas Lejja membuka ke arah barat

ppb tersebar merata ke arah baratnilai

CO2

yang

baru

Mata air panas Saweng -1 dan Saweng -

Peta

udara

tektonik

sebagai sumber panas (heat source).

sebagian ke arah utara, nilai Hg 7,0 – 30

distribusi

pengangkatan

menghasilkan andesit piroksen diduga

dan selatan dari air panas Lejja dan

penyelidikan.

menyebabkan

andesitik

depresi (graben) berupa sesar normal.

relatif tinggi >30 ppb terletak di sekitar

daerah

(dome)

menjadi daratan, yang menghasilkan

(gambar 10), memperlihatkan anomali

selatan

kubah

2 terletak pada posisi sulfat sedangkan

tanah

mata air panas Lejja-1 dan Lejja-2

memperlihatkan anomali tinggi >2,00 %

terletak pada posisi bikarbonat. Tipe air

berada di antara daerah Lejja – Bulue

panas bikarbonat ini diduga berasosiasi

kearah barat (gambar 11), Konsentrasi

dengan naiknya fluida panas bumi yang

CO2 antara 0,10 - 4,02 %, terdistribusi

mengandung

pada bagian tengah melebar ke bagian

kemudian

timur daerah penyelidikan.

gas

terutama

mengalami

CO2

kondensasi

di

dalam akuifer dangkal, sedangkan mata
air panas Saweng bertipe air sulfat

DISKUSI

terjadi

Aktivitas di daerah Salampe dimulai

kedalaman

Eosen (Tersier Bawah) berupa diorit
membentuk

andesitik

(Kala

retas

Miosen

Miosen

pasiran.

Selanjutnya

dan

dekat

dalam air dan kondensasi dari gas

Bawah),

vulkanik dalam air meteorik.
Mata air panas di daerah Bone dan

proses

Soppeng seperti Saweng-1 dan Saweng-

menyebabkan

2 berada pada daerah immature water,

pengangkatan (uplift) menjadi daratan

yang mengindikasikan adanya pengaruh

yang

dan

air meteorik atau air permukaan yang

depresi (graben) berupa sesar normal.

cukup dominan dan indikasi adanya

Batuan andesit diduga sebagai sumber

manifestasi yang muncul ke permukaan

panas (heat source).

selain dipengaruhi oleh interaksi antara

yang
menghasilkan

berupa

tertentu

tufa

tektonik

Atas

proses

permukaan adanya oksidasi dari H2S

(dike)

selanjutnya tertutupi batuan piroklastik
berumur

beberapa

diantaranya terjadinya air sulfat pada

dengan aktivitas magmatik pada Kala
(plutonik)

karena

terjadi

deformasi

fluida dengan batuan dalam keadaan

Aktivitas didaerah Lejja, dimulai oleh

panas, juga

aktivitas magmatik (Kala Pliosen Bawah)
membentuk

lava

andesit

terjadinya percampuran

dengan air permukaan (meteoric water),

hingga

5

mata air panas Lejja-1 dan Lejja-2

Nilai

terletak pada zona partial equilibrium

memperlihatkan anomali relatif tinggi >30

yang mengindikasikan bahwa air panas

ppb

ini kemungkinan berasal dari kedalaman

membuka ke arah selatan dan ke arah

yang

dalam

timur dari air panas Saweng, Disamping

keadaan setimbang (equilibrium) dengan

itu peta distribusi nilai CO2 Udara tanah,

reservoir darimana air tersebut berasal.

memperlihatkan anomali tinggi >4,00 %

Diagram Cl – Li – B menunjukkan mata

terletak

merupakan

air

yang

dari

daerah

Saweng

terletak di sekitar air panas

Peta

daerah Li less or Cl absorption, dan tidak
berasal

tanah

di

antara

daerah

Saweng-

Salampe kearah selatan,

air panas Saweng dan Lejja berada pada
mencerminkan

Hg

sebaran

nilai

Hg

tanah,

memperlihatkan anomali relatif tinggi >30

sistem

ppb

hidrothermal primer, air tersebut telah

terletak di sekitar air panas Lejja

membuka ke arah barat dan selatan dari

mengalami percampuran dan didominasi

air panas Lejja dan sebagian ke arah

oleh air tanah permukaan.

utara, Peta distribusi nilai CO2 Udara
tanah, memperlihatkan anomali tinggi

KESIMPULAN

>2,00 % berada di antara daerah Lejja –

Daerah Salampe, Kecamatan Ponre,
Kabupaten
deretan

Bone

didominasi

perbukitan

Bulue kearah barat.

oleh

bergelombang
DAFTAR PUSTAKA

sedang dan perbukitan terjal, batuan
penyusunnya

adalah

satuan



basalt,

Fournier, R.O., 1981, Application of

satuan Diorit, satuan andesit, dan satuan

Water

tufa pasiran

Exploration

Daerah Lejja didominasi oleh perbukitan

Engineering, “Geothermal System:

terjal,

Principles and Case Histories”, John

perbukitan

bergelombang

dan

pedataran. disusun oleh satuan batuan


batupasir coklat kehitaman, satuan lava
endapan

Reservoir

Giggenbach, W.F., and Goguel,
analysis of geothermal and volcanic

permukaan

water and gas samples, Petone New

(aluvium).

Zealand.

Mata air panas Saweng berupa air



mengalir dengan temperatur air sekitar

Giggenbach,

38.2 °C dan 38.1 °C. Mata air panas

Geothermal

Lejja

Deviation

berupa

and

1988, Methods for tthe collection and

andesit, satuan andesit piroksen – diorit
dan

Geothermal

Willey & Sons, New York.

sedimen berupa batu pasir tufaan dan

(Qtla),

Geochemistry

air

panas

dengan

temperatur 57.1°C dan 57.4°C,

6

W.F.,
Solute

of

1988,
Equilibria

Na-K-Mg-Ca

Geo-

Indicators, Geochemica Acta 52. pp.


2749 – 2765.
Lawless, J., 1995, Guidebook: An
Introduction to Geothermal System.



Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Sukamto, RAB, dkk 1982, Peta
Geologi Lembar Pangkajene dan
Watampone Bagian Barat Sulawesi,
Pusat

Penelitian

dan

Pengembangan Geologi, Bandung.

7

Gambar 1. Lokasi penyelidikan terletak di Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng

Gambar 2. Peta geologi daerah Salampe, Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone

8

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Panas Bumi Lejja, Desa Bulue,
Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng
Tabel 1. Hasil Analisis Air Daerah Panas Bumi Bone dan Soppeng
No.Analisa

3068

3069

3070

3071

3072

3073a

3073b

3073 c

MAP SWN -1

MAP SWN -2

ADSLM

ADWTO

ADAM,L

MAP LJA -1

MAP LJA -2

ADLJA

T( C) air

38,2

38,1

26,1

27,1

26,7

57,1

57,4

25,8

pH

7,04

7,13

6,36

7,19

6,45

8,29

8,33

7,89

EC(μS/cm)

673

676

219

187

568

402

417

386

SiO2(mg/L)

43,45

42,95

30,32

55,50

3,19

41,94

42,39

40,77

Al

0,53

0,53

0,02

0,02

0,02

0,85

3,01

0,02

Fe

0,06

0,03

0,02

0,21

0,02

0,02

0,02

0,02

Ca

111,04

123,99

7,18

13,61

94,89

1,98

2,21

43,97

Mg

3,84

3,57

16,71

9,49

2,54

0,00

0,21

17,01

Na

85,34

84,18

8,02

9,75

2,57

69,75

68,44

19,47

K

0,58

0,58

1,87

5,11

1,08

0,70

0,83

3,52

Li

0,01

0,01

0,01

0,01

0,01

0,01

0,01

0,01

As

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

NH4

0,00

0,00

0,31

0,12

0,00

0,06

0,00

0,02

B

0,53

0,53

0,02

0,02

0,02

0,85

3,01

0,02

F

0,01

0,00

0,03

0,06

0,01

2,34

2,22

0,04

Cl

4,67

4,31

2,79

4,36

1,50

21,29

22,38

3,42

SO4

381,33

402,19

4,27

1,52

1,87

26,97

27,45

0,17

HCO3

70,59

60,81

117,74

109,50

295,52

99,94

103,53

267,67

Meq cation

9,59

10,16

2,15

2,04

5,09

3,16

3,13

4,54

Meq anion

9,23

9,49

2,10

1,95

4,92

2,92

3,02

4,49

Ion Balance

1,93

3,42

1,26

2,12

1,64

3,91

1,89

0,53

LOKASI
o

9

Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3
Mata air panas Bone dan WatanSoppeng
Cl

Ma
tu
re

80

wa

KETERANGAN:

te

MAP Saweng -1
MAP Saweng -2
MAP Lejja -1
MAP Lejja -2

t er

wa

HCO3/Cl

nic

% Cl

s

rs

60

er

Vo
l

ca

Cl

Ph

40

iph
er

HCO3

al

SO4

20

wa
te
rs

Ste a m hea ted wate rs
SO4

20

40

% SO4

60

80

HCO3

Gambar 4 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3

Gambar
Diagram segitiga Na-K-Mg
Mata air panas daerah Bone dan Watan Soppeng
Na/1000

KETERANGAN:

80

MAP Saweng -1
MAP Saweng -2
MAP Lejja -1
MAP Lejja -2

% Na K

60

Full equilibrium
160°

T Km
T Kn

220

°

10


Partial equilibrium

we
ir

bo
x

40

20

Immature waters
ROCK

K/100

20

40

60 % Mg

80

Mg

Gambar 5 Diagram segitiga Na-K-Mg

10

D ia g r a m s e g it ig a C l-L i-B
M a t a a ir p a n a s B o n e d a n W a t a n S o p p e n g

Cl/100

Absorption of

Low B/Cl steam

80

KETERANGAN:

MAP. Saweng-1
MAP. Saweng-2
MAP. Lejja-1
MAP. Lejja-2

60

Rh

yo
lite

40

Li

ss
le

o

l
rC

s
ab

on
pti
or

lt
sa
Ba

Ab
so
L o rptio
wB n
/C l of
ste
am

20

Li

20

40

60

80

B/4

Gambar 6 Diagram segitiga Cl-Li-B

Gambar 7
Grafik isotop δ O terhadap δ2H (Deuterium)
18

11

Gambar 8 Peta distribusi Hg tanah daerah Saweng, Desa Salampe,Kecamatan Ponre –
kabupaten Bone

Gambar 9 Peta distribusi CO2 udara tanah tanah daerah Saweng, Desa
Salampe,Kecamatan Ponre – kabupaten Bone

12

Gambar 10 Peta distribusi Hg tanah daerah Lejja, Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa,
kabupaten Soppeng

Gambar 11 Peta distribusi CO2 udara tanah tanah daerah Lejja Desa Bulue, Kecamatan
Marioriawa, kabupaten Soppeng

13