B1J010160 11.
III. METODE PENELITIAN
A. Bagan Alir Penelitian
Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian
Strata I
(100-199 m dpl)
Strata VII
(700-799 m dpl)
Strata II
(200-299 m dpl)
Strata VI
(600-699 m dpl)
Strata III
(300-399 m dpl)
Strata IV
(400-499 m dpl)
Strata V
(500-599 m dpl)
Karakter morfologi
bambu tali dicatat
(lampiran 2).
Parameter lapangan
diukur (lampiran 3).
Bagian tumbuhan
bambu diambil dan
dibuat herbarium
Analisis data
Analisis varians
(ANOVA)
Analisis Regresi
bio.unsoed.ac.id
Hasil
Simpulan
Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian
6
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan di pinggiran sungai Pelus
pada ketinggian 100-199 m dpl (lokasi I), 200-299 m dpl (lokasi II), 300-399 m
dpl (lokasi III), 400-499 m dpl (lokasi IV), 500-599 m dpl (lokasi V), 600-699 m
dpl (lokasi VI), dan 700-799 m dpl (lokasi VII) (Tabel 3.1). Sungai Pelus secara
geografis terletak antara 7o18,378’ LS sampai 7o25,546’ LS dan 109o14,529’ BT
sampai 109o16,189’ BT, dan berada pada ketinggian 24-810 m dpl, serta
memiliki panjang kurang lebih 28 km. Pembuatan herbarium dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan
Juli 2014 sampai September 2014.
Gambar 3.2. Peta Lokasi Penelitian (sumber: Google Earth, 2014)
bio.unsoed.ac.id
7
Tabel 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel
No
1
Strata
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
7
VII
Lokasi
Letak Geografis
Desa Ledug kecamatan Kembaran dengan kondisi 7°25'33,02" LS-7o24'12,15" LS dan 109°16'11,04" BTlingkungan sekitar berupa pemakaman umum
109o15'24,97" BT dengan ketinggian 100-199 m dpl
Desa Karanggintung kecamatan Sumbang dengan kondisi 7°22'37,49" LS-7°22'08,54" LS dan 109°14'41,10"
lingkungan sekitar berupa pekarangan
BT-109°14'37,79" BT dengan ketinggian 200-299 m
dpl
Desa Banjarsari Kulon kecamatan Sumbang dengan 7°21'38,35" LS-7°21'11,27" LS dan 109°14'26,66"
kondisi lingkungan sekitar berupa pekarangan
BT-109°14'31,93" BT dengan ketinggian 300-399 m
dpl
Desa Kotayasa kecamatan Sumbang dengan kondisi 7°20'6,24" LS-7°19'47,27" LS dan 109°14'31,64" BTlingkungan sekitar berupa pekarangan
109°14'41,41" BT dengan ketinggian 400-499 m dpl
Desa Karangsalam kecamatan Baturraden dengan kondisi 7°19'16,94" LS-7°19'07,39" LS dan 109°14'31,89"
lingkungan sekitar berupa pemakaman umum
BT-109°14'34,35" BT dengan ketinggian 500-599 m
dpl
Desa Karangsalam kecamatan Baturraden dengan kondisi 7°18'45,92" LS-7°18'31,35" LS dan 109°14'33,66"
lingkungan sekitar berupa sawah
BT-109°14'33,82" BT dengan ketinggian 600-699 m
dpl
Desa Karangsalam kecamatan Baturraden dengan kondisi 7°18'28,12" LS-7°18'29,11" LS dan 109°14'34,47"
lingkungan sekitar berupa hutan
BT-109°14'35,15" BT dengan ketinggian 700-799 m
dpl
bio.unsoed.ac.id
8
C. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode survei. Teknik pengambilan sampel
dilakukan
secara
stratified
random
sampling,
dimana
Sungai
Pelus
dikelompokkan ke dalam 7 strata ketinggian tempat, yakni ketinggian 100-199
m dpl (lokasi I), 200-299 m dpl (lokasi II), 300-399 m dpl (lokasi III), 400-499
m dpl (lokasi IV), 500-599 m dpl (lokasi V), 600-699 m dpl (lokasi VI), dan
700-799 m dpl (lokasi VII).
D. Variabel Penelitian
Variabel terikat yang diamati dalam penelitian ini adalah variasi morfologi
bambu tali yang terdiri atas tipe pertumbuhan buluh, warna rebung, kehadiran
rambut pada rebung, warna rambut pada rebung, bentuk buluh, warna buluh,
kehadiran rambut pada buluh, warna rambut pada penampang buluh, keadaan
pelepah buluh, warna pelepah buluh, kehadiran rambut pada pelepah buluh,
warna rambut pada pelepah buluh, bentuk daun pelepah buluh, posisi daun
pelepah buluh, ujung daun pelepah buluh, permukaan atas dan bawah daun,
warna daun, warna permukaan atas dan bawah daun, bentuk tepi daun, ujung
daun, warna tangkai daun, diameter buluh, panjang ruas buluh, ketebalan
dinding buluh, panjang pelepah buluh, lebar pelepah buluh, panjang daun
pelepah buluh, lebar daun pelepah buluh, panjang daun, lebar daun, dan tangkai
daun sedangkan variabel bebas yang diamati antara lain ketinggian tempat di
atas permukaan laut, suhu udara, kelembaban udara, pH tanah, dan intensitas
cahaya matahari.
E. Cara Kerja
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian disiapkan (lampiran 1).
2. Sampel tumbuhan bambu berupa daun, buluh, pelepah buluh, daun pelepah
bio.unsoed.ac.id
buluh dan bunga (jika ada) diamati, kemudian dicatat semua karakter
morfologinya dalam tabel pengamatan (lampiran 2).
3. Informasi lapangan berupa habitat bambu seperti ketinggian tempat di atas
permukaan laut, suhu udara, kelembaban udara, pH tanah, dan intensitas
cahaya matahari dicatat (lampiran 3).
4. Sampel bambu yang diperoleh dibuat herbarium. Tahapan pembuatan
herbarium adalah sebagai berikut:
9
- Daun, ranting, dan pelepah buluh tumbuhan bambu diambil dalam kondisi
yang baik.
- Bagian tersebut dipres diantara lembaran-lembaran kertas koran dengan
menggunakan sasak.
- Proses selanjutnya adalah pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari sampai benar-benar kering.
- Spesimen disemprot dengan alkohol 70% untuk mencegah kerusakan
akibat jamur dan serangga, kemudian dilanjutkan dengan pengeringan
kedua.
- Proses selanjutnya adalah proses penempelan (mounting) pada kertas
herbarium berukuran 40 cm x 30 cm dengan menggunakan lem atau pita
perekat.
- Herbarium diberi label yang ditempelkan di sebelah kanan bawah atau kiri
bawah.
- Herbarium ditutup dengan plastik agar tidak rusak, kemudian disimpan.
F. Metode Analisis
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif mengenai morfologi dan
habitat. Besarnya pengaruh ketinggian tempat terhadap variasi morfologi bambu
tali dianalisis menggunakan analisis varians (ANOVA) dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang dilanjutkan dengan uji Wilayah Berganda Duncan
(DMRT), sedangkan keeratan hubungan antara ketinggian tempat dengan
morfologi bambu dianalisis menggunakan regresi. Model regresi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
(3-1)
Untuk mengetahui model regresi terbaik maka model regresi linear tersebut
dibandingkan dengan model regresi kuadratik dan kubik dengan model
bio.unsoed.ac.id
persamaan regresi sbagai berikut:
Y = a + b1X + b2X2 dan Y = a + b1X + b2X2 + b3X3
Keterangan:
Y
: variasi morfologi bambu tali.
a
: konstanta regresi.
b
: koefisien peubah bebas.
X
: ketinggian tempat.
10
(3-2)
A. Bagan Alir Penelitian
Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian
Strata I
(100-199 m dpl)
Strata VII
(700-799 m dpl)
Strata II
(200-299 m dpl)
Strata VI
(600-699 m dpl)
Strata III
(300-399 m dpl)
Strata IV
(400-499 m dpl)
Strata V
(500-599 m dpl)
Karakter morfologi
bambu tali dicatat
(lampiran 2).
Parameter lapangan
diukur (lampiran 3).
Bagian tumbuhan
bambu diambil dan
dibuat herbarium
Analisis data
Analisis varians
(ANOVA)
Analisis Regresi
bio.unsoed.ac.id
Hasil
Simpulan
Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian
6
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan di pinggiran sungai Pelus
pada ketinggian 100-199 m dpl (lokasi I), 200-299 m dpl (lokasi II), 300-399 m
dpl (lokasi III), 400-499 m dpl (lokasi IV), 500-599 m dpl (lokasi V), 600-699 m
dpl (lokasi VI), dan 700-799 m dpl (lokasi VII) (Tabel 3.1). Sungai Pelus secara
geografis terletak antara 7o18,378’ LS sampai 7o25,546’ LS dan 109o14,529’ BT
sampai 109o16,189’ BT, dan berada pada ketinggian 24-810 m dpl, serta
memiliki panjang kurang lebih 28 km. Pembuatan herbarium dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan
Juli 2014 sampai September 2014.
Gambar 3.2. Peta Lokasi Penelitian (sumber: Google Earth, 2014)
bio.unsoed.ac.id
7
Tabel 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel
No
1
Strata
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
7
VII
Lokasi
Letak Geografis
Desa Ledug kecamatan Kembaran dengan kondisi 7°25'33,02" LS-7o24'12,15" LS dan 109°16'11,04" BTlingkungan sekitar berupa pemakaman umum
109o15'24,97" BT dengan ketinggian 100-199 m dpl
Desa Karanggintung kecamatan Sumbang dengan kondisi 7°22'37,49" LS-7°22'08,54" LS dan 109°14'41,10"
lingkungan sekitar berupa pekarangan
BT-109°14'37,79" BT dengan ketinggian 200-299 m
dpl
Desa Banjarsari Kulon kecamatan Sumbang dengan 7°21'38,35" LS-7°21'11,27" LS dan 109°14'26,66"
kondisi lingkungan sekitar berupa pekarangan
BT-109°14'31,93" BT dengan ketinggian 300-399 m
dpl
Desa Kotayasa kecamatan Sumbang dengan kondisi 7°20'6,24" LS-7°19'47,27" LS dan 109°14'31,64" BTlingkungan sekitar berupa pekarangan
109°14'41,41" BT dengan ketinggian 400-499 m dpl
Desa Karangsalam kecamatan Baturraden dengan kondisi 7°19'16,94" LS-7°19'07,39" LS dan 109°14'31,89"
lingkungan sekitar berupa pemakaman umum
BT-109°14'34,35" BT dengan ketinggian 500-599 m
dpl
Desa Karangsalam kecamatan Baturraden dengan kondisi 7°18'45,92" LS-7°18'31,35" LS dan 109°14'33,66"
lingkungan sekitar berupa sawah
BT-109°14'33,82" BT dengan ketinggian 600-699 m
dpl
Desa Karangsalam kecamatan Baturraden dengan kondisi 7°18'28,12" LS-7°18'29,11" LS dan 109°14'34,47"
lingkungan sekitar berupa hutan
BT-109°14'35,15" BT dengan ketinggian 700-799 m
dpl
bio.unsoed.ac.id
8
C. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode survei. Teknik pengambilan sampel
dilakukan
secara
stratified
random
sampling,
dimana
Sungai
Pelus
dikelompokkan ke dalam 7 strata ketinggian tempat, yakni ketinggian 100-199
m dpl (lokasi I), 200-299 m dpl (lokasi II), 300-399 m dpl (lokasi III), 400-499
m dpl (lokasi IV), 500-599 m dpl (lokasi V), 600-699 m dpl (lokasi VI), dan
700-799 m dpl (lokasi VII).
D. Variabel Penelitian
Variabel terikat yang diamati dalam penelitian ini adalah variasi morfologi
bambu tali yang terdiri atas tipe pertumbuhan buluh, warna rebung, kehadiran
rambut pada rebung, warna rambut pada rebung, bentuk buluh, warna buluh,
kehadiran rambut pada buluh, warna rambut pada penampang buluh, keadaan
pelepah buluh, warna pelepah buluh, kehadiran rambut pada pelepah buluh,
warna rambut pada pelepah buluh, bentuk daun pelepah buluh, posisi daun
pelepah buluh, ujung daun pelepah buluh, permukaan atas dan bawah daun,
warna daun, warna permukaan atas dan bawah daun, bentuk tepi daun, ujung
daun, warna tangkai daun, diameter buluh, panjang ruas buluh, ketebalan
dinding buluh, panjang pelepah buluh, lebar pelepah buluh, panjang daun
pelepah buluh, lebar daun pelepah buluh, panjang daun, lebar daun, dan tangkai
daun sedangkan variabel bebas yang diamati antara lain ketinggian tempat di
atas permukaan laut, suhu udara, kelembaban udara, pH tanah, dan intensitas
cahaya matahari.
E. Cara Kerja
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian disiapkan (lampiran 1).
2. Sampel tumbuhan bambu berupa daun, buluh, pelepah buluh, daun pelepah
bio.unsoed.ac.id
buluh dan bunga (jika ada) diamati, kemudian dicatat semua karakter
morfologinya dalam tabel pengamatan (lampiran 2).
3. Informasi lapangan berupa habitat bambu seperti ketinggian tempat di atas
permukaan laut, suhu udara, kelembaban udara, pH tanah, dan intensitas
cahaya matahari dicatat (lampiran 3).
4. Sampel bambu yang diperoleh dibuat herbarium. Tahapan pembuatan
herbarium adalah sebagai berikut:
9
- Daun, ranting, dan pelepah buluh tumbuhan bambu diambil dalam kondisi
yang baik.
- Bagian tersebut dipres diantara lembaran-lembaran kertas koran dengan
menggunakan sasak.
- Proses selanjutnya adalah pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari sampai benar-benar kering.
- Spesimen disemprot dengan alkohol 70% untuk mencegah kerusakan
akibat jamur dan serangga, kemudian dilanjutkan dengan pengeringan
kedua.
- Proses selanjutnya adalah proses penempelan (mounting) pada kertas
herbarium berukuran 40 cm x 30 cm dengan menggunakan lem atau pita
perekat.
- Herbarium diberi label yang ditempelkan di sebelah kanan bawah atau kiri
bawah.
- Herbarium ditutup dengan plastik agar tidak rusak, kemudian disimpan.
F. Metode Analisis
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif mengenai morfologi dan
habitat. Besarnya pengaruh ketinggian tempat terhadap variasi morfologi bambu
tali dianalisis menggunakan analisis varians (ANOVA) dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang dilanjutkan dengan uji Wilayah Berganda Duncan
(DMRT), sedangkan keeratan hubungan antara ketinggian tempat dengan
morfologi bambu dianalisis menggunakan regresi. Model regresi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
(3-1)
Untuk mengetahui model regresi terbaik maka model regresi linear tersebut
dibandingkan dengan model regresi kuadratik dan kubik dengan model
bio.unsoed.ac.id
persamaan regresi sbagai berikut:
Y = a + b1X + b2X2 dan Y = a + b1X + b2X2 + b3X3
Keterangan:
Y
: variasi morfologi bambu tali.
a
: konstanta regresi.
b
: koefisien peubah bebas.
X
: ketinggian tempat.
10
(3-2)