4. FAQ Teori PPh Badan PP 46

SESI
1.3
PPH WP YANG MEMILIKI PEREDARAN
BRUTO
TERTENTU
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU
DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO
TERTENTU
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 107/PMK.011/2013 TENTANG
TATA CARA PENGHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU
DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU

PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2013
TENTANG TATA CARA PEMBEBASAN DARI PEMOTONGAN
DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB
PAJAK YANG DIKENAI PAJAK PENGHASILAN BERDASARKAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013
SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013
TENTANG

PERATURAN
PELAKSANAAN
PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013

Timika, 23 Januari 2017

Penerapan PPh terkait PP 46 sebesar 1%
WP badan atau lembaga nirlaba bidang pendidikan dan/atau bidang
penelitian dan pengembangan jika sisa lebihnya tidak ditanamkan
kembali untuk sarpras dan litbang selama 4 tahun
WP bank/bank perkreditan rakyat/koperasi simpan pinjam/lembaga
pemberi dana pinjaman.
pendapatan bunga, fee, komisi, dan seluruh penghasilan yang
1
terkait dengan pemberian kredit/pinjaman, tidak termasuk
pembayaran pokok kredit/pinjaman;
penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan atas
2
simpanan di bank lain, serta diskonto SBI

Bagi WP OP pengusaha dg peredaran bruto lebihi 4,8 miliar setahun
dan memenuhi kriteria sebagai WP OPPT, maka pengenaan PPh
berlaku umum dan angsuran pajaknya sesuai Pasal 25 ayat (7) UU
PPh yaitu 0.75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari
masing-masing tempat kegiatan usaha

Tarif
 Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun dikenai PPh final
dengan tarif sebesar 1% (satu persen) dari jumlah
peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat
usaha
 Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif
1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan
pajak, yaitu jumlah peredaran bruto setiap bulan
dari setiap tempat usaha

PPh Terutang = 1% x Peredaran
Bruto Setiap Bulan


Dasar Penentuan Dikenakan PPh
Final (1)
Pengenaan PPh didasarkan pada peredaran bruto dari usaha
dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun
Pajak yang bersangkutan yang tidak melebihi Rp4,8 Miliar.

2012
Omzet
perdagangan Rp4
miliar

2013

2013
 dikenai PPh Umum
s.d sebelum berlaku
PP 46 Tahun 2013
 PPh final 1% Juli
2014

s.d. Des 2013
meskipun total
omzet tahun
berjalan misalnya
Rp5 miliar

2014
Jika omzet 2013
Rp5 miliar maka
tahun 2014
dikenai dengan
2015
Tarif Umum
Ketentuan UU
PPh

Dalam hal pada tahun berjalan, peredaran bruto sudah melebihi Rp4,8 miliar,
tetap dikenai PPh final sampai dengan akhir Tahun Pajak dan tahun berikutnya
dikenai ketentuan PPh umum.


DIUBAH
MENJADI

Penentuan saat beroperasi secara komersial bagi
WP Badan (SE-32/PJ/2014 tgl 17-09-2014)

 Penentuan peredaran bruto untuk dikenakan PP 46 bagi WP
badan yang baru beroperasi secara komersial untuk pertama kali,
ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha dalam 1
(satu) Tahun Pajak setelah Tahun Pajak beroperasi secara
komersial.
 Wajib Pajak badan yang baru beroperasi secara komersial dikenai
PPh berdasarkan tarif umum sampai dengan jangka waktu 1
(satu) tahun sejak beroperasi secara komersial.
 Dalam hal jangka waktu 1 (satu) tahun sejak beroperasi secara
komersial sebagaimana dimaksud pada huruf c melewati Tahun
Pajak saat beroperasi secara komersial, ketentuan pengenaan
Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-Undang
Pajak Penghasilan dimaksud berlaku sampai dengan akhir Tahun
Pajak berikutnya setelah Tahun Pajak saat beroperasi secara

komersial

Contoh

Penentuan saat beroperasi secara komersial bagi
WP Badan (SE-32/PJ/2014 tgl 17-09-2014)

 WP badan dengan tahun buku = tahun takwim,
baru beroperasi secara komersial pada tanggal 2
Januari 2013. Karena baru beroperasi secara
komersial, maka WP dikenai PPh berdasarkan tarif
umum untuk Tahun Pajak 2013 dan Tahun Pajak
2014 (jangka waktu 1 tahun sejak beroperasi
secara komersial 2 Januari 2013 s.d. 1 Januari 2014
dan diteruskan sampai dengan 31 Desember 2014).
Untuk pengenaan PPh pada Tahun Pajak 2015
memperhatikan besarnya peredaran bruto Tahun
Pajak 2014

Dasar Penentuan Peredaran

Bruto

Peredaran bruto yang tidak melebihi Rp4,8 Miliar
ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha
seluruhnya, termasuk dari usaha cabang, tidak termasuk
peredaran bruto dari:
 Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;
 penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar
negeri;
 usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan
tersendiri; dan
 penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

CONTOH PENYUSUNAN L/K FISKAL SEBAGIAN OBJEK PPh TIDAK FINAL
SERTA SEBAGIAN DIKENAKAN PPh FINAL/BUKAN OBJEK PPh


PPh PP 46 =
1% x 4M

PER-17/PJ/2015 berlaku Tahun Pajak 2016

Penyetoran dan Pelaporan
 Penyetoran paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir KAP/KJS = 411128/420 uraian Penghasilan Usaha
WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
 SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika
SSP telah divalidasi dengan NTPN dianggap telah lapor SPT Masa PPh
Pasal 4 ayat (2).
 Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan paling lama
20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Kewajiban pelaporan ditiadakan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Penghasilan masa pajak Juli s.d Desember 2013

 SPT Tahunan :
o Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final
dan/atau bersifat final.

o peredaran usaha dihitung berdasarkan seluruh peredaran usaha selama
2013, tidak termasuk peredaran usaha Juli s.d. Desember 2013 yang
dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);
o bagi WP OP, untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak dikurangi
terlebih dahulu dengan PTKP setahun
o angsuran PPh Ps 25 Masa Pajak Januari 2013 s.d. Juni 2013
dikreditkan terhadap PPh terutang untuk Tahun Pajak ybs

Tentang Narasumber

Nama

Agus Puji Priyono, SE, Ak, M.Ak, BKP, CPMA, CFE, CA, CPA

Tempat/Tgl Lhr

Semarang, 21 Agustus 1978

Alamat


Jalan Semarang No 15, Bandung

Telepon / HP

0227203450 / 081321216115

e-mail

agus.priyono2@gmail.com

Pendidikan
2016
2015
2014-2015
2014-2015
2014
2013
2012
2011
2009-2010

2008
2007
2006

Sedang Menempuh Certified Advanced Diploma in International Taxation (ADIT) dari CIOT-United Kingdom
Sedang Menyelesaikan Sarjana Hukum di Universitas Langlangbuana
Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS) Level Intermediate
Pemegang Certified Public Accountant (CPA)
Magister Akuntansi Universitas Padjadajaran Bandung
Pemegang Chartered Accountant (CA)
Pemegang Certified Fraud Examiner (CFE) dari ACFE-USA
Pemegang Certified Professional Management Accountant (CPMA)
PPAk Universitas Diponegoro, Semarang
Pemegang Sertifikat Pajak Brevet B - IKPI
Pemegang Sertifikat Pajak Brevet A - IKPI
Sarjana Akuntansi Universitas Padjadjaran, Bandung

1997-2000

Program Diploma III Perpajakan – Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Jakarta

Pengalaman
Instruktur Pelatihan Pajak Terapan (Brevet A&B Terpadu) di Bandung;
Penulis Buku/Artikel/Penyusun Modul Perpajakan
Fasilitator Seminar/Workshop/In House Training Perpajakan Jawa dan Luar Jawa
Peneliti FORTRANS (Forum Studi Transparansi Pajak)
Tenaga Pendidik FE UNPAD & FE Unpar
Tenaga Penyuluh KPP Madya Bandung

10