LPSE Mahkamah Agung RI SPEK PN Tebo

Spesifikasi teknis

BAB XII
SPESIFIKASI PELAKSANAAN TEKNIS
1.

URAIAN PEKERJAAN
Program
:
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Mahkamah Agung
Pekerjaan :
Rehab Gedung Kantor Pengadilan Negeri Tebo seluas 250 M2
Lokasi
:
Pengadilan Negeri Tebo Kab. Tebo

2.

JENIS DAN MUTU BAHAN
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan Keppres No.
54 Tahun 2010 dan Keppres No.70 Tahun 2012.


3.

GAMBAR-GAMBAR
Gambar—gambar dijilid terpisah dari RKS ini, yang terdiri dari :
a. Gambar Denah,Tampak dan Potongan.
b. Gambar Rencana -rencana
c. Gambar Detail

4.

PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syaratsyarat (RKS)ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini, termasuk segala
perubahan dan tambahannya.
a. KEPPRES No. 54 Tahun 2010. Dan KEPPRES No.70 Tahun 2012.
b. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan Diindonesia atau allegemen
Voorwarden Voor de uitvoering bij aaneming van openbare werken ( AV ) 1941
c. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknis dari Dewan Teknis
Pembangunan Indonesia.
d. Peraturan Muatan Indonesia.

e. Peraturan Umum dari dinas keselamatan kerja Departemen Tenaga Kerja
f. Peraturan Umum tentang pelaksanaan Instalasi Listrik ( PUIL ) 1979 dan PLN setempat.
g. Peraturan Umum tentang pelaksanaan instalasi air minum serta instalasi pembuatan
dari perusahaan air minum
h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1961)
i. Peraturan Batu Merah sebagai bahan bangunan
j. Peraturan semen Portland Indonesia NI No. 08
k. Peraturan beton bertulang Indonesia 1971 (SNI 1971)
l. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/instansi pemerintah
setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan pembangunan.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dlm pasal 1 tersebut diatas berlaku & mengikat pula :
a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh pemberi
tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang dilaksanakan oleh Kontraktor dan
sudah disahkan/disetujui Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS )
.XII - 1

Spesifikasi teknis

c.

d.
e.
f.
g.
h.

Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
Berita Acara Penunjukan Pemenang
Surat Keputusan Pemimpin Pelaksana Kegiatan tentang Penunjukan kontraktor
Surat Perintah Kerja ( SPK )
Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
Jadwal Pelaksanaan ( Tentative Time Schedule) yang telah disetujui Direksi

5. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan rencana kerja dan syarat-syarat ( RKS) termasuk
tambahan dan perubahannya dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (
Aanwijzing)
2. Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syara-syarat ( RKS ), maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka
yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku.

3. Bila perbedaan-perbedaan itu menimmbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada konsultan pengawas dan
kontraktor mengkikuti keputusannya.
6. PERSIAPAN DI LAPANGAN
1. Kontraktor harus membuat Direksikeet/Barak Kerja/Gudang dengan menggunakan bahan-bahan
sederhana, pintu-pintu dapat dikunci dengan baik, lantai semen,dinding papan/GRC, atap
GRC/seng.
2. Perlengkapan Direksikeet :
a. Meja Tulis dan Kursi
b. Papan untuk menempelkan gambar
c. Buku Tamu, Buku Direksikeet/Pengawas
d. Dan hal lain yang dianggap perlu
3. Kontraktor harus membuat barak kerja untuk para pekerja dan gudang penyimpanan barangbarang yang dapat dikunci, tempatnya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
4. Direksikeet/Barak Kerja dan Perlengkapan di atas setelah pekerjaan selesai, pemanfaatan akan
ditentukan Kepala Pemimpin Kegiatan.
7. JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum mulai pekerjaan nyata dilapangan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat Rencana Kerja
Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-chart dan S curve bahan/tenaga
2. Rencana Kerja tersebut sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari konsultan pengawas,
paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah Surat Keputusan Penunjuk

(SKP ) diterima Kontraktor
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan
Pengawas, Satu salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding di Direksikeet di lapangan
yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan ( prestasi kerja ).
4. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan Rencana Kerja
tersebut.
8. KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

.XII - 2

Spesifikasi teknis

1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjukan seorang kuasa kontraktor atau biasa
disebut pelaksana yang ahli untuk memimpin pelaksanaan dilapangan dan mendapat kuasa
penuh dari kontraktor, berpendidikan minimum sarjana muda teknik sipil atau sederajat dengan
pengalaman minimum 3 (tiga) tahun atau STM jurusan bangunan dengan pengalaman minimum
7 (tujuh) tahun.
2. Dengan adanya pelaksana, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung jawab sebagian
maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis kepada Tim Pengelola Kegiatan dan Konsultan

pengawas, nama dan jabatan pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari, menurut pendapat Tim Pengelola Kegiatan dan Konsultan Pengawas, Nama
dan Jabatan pelaksana secara tertulis untuk mengganti pelaksana.
5. dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, kontraktor harus sudah
menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri ( penanggung jawab/direksi perusahaan ) yang
akan memimpin pelaksanaan.
9. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN PELAKSANA
1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal-hal
mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat dan nomor
telepon yang dapat dihubungi kepada Tim Pengelola Kegiatan dan Konsultan Pengawas.
2. Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak sering berubah – ubah selama pekerjaan,
Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.
10. PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik Kegiatan,
konsultan pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada dilapangan.
2. Untuk maksud-maksud tersebut Kontraktor harus membuat pagar pengaman dari kayu atau
bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan Kontraktor.
3. Bila terjadi Kehilangan bahan—bahan bangunan yang telah disetujui Konsultan Pengawas, baik
yang telah dipasang maupun yang belum, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

4. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang berupa
barang-barang maupun keselamatan jiwa, Untuk itu kontraktor diwajibkan menyediakan alat—
alat pemadam kebakaran yang siap dipakai kemudian oleh Konsultan Pengawas.
11. JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan ( PPPK ) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan, untuk
mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja lapangan.
2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat
kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada dibawah kekuasaan Kontraktor.
3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi
semua petugas dan pekerja, kecuali ada dilokasi, harus seizin Pemilik Kegiatan.
4. Kontraktor wajib memberikan jaminan social dan keselamatan kerja dalam bentuk ASTEK
kepada seluruh pekerja, sesuai dengan Surat Keputusan bersama antara Menteri Pekerjaan
Umum dengan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 07/Men/1987 tanggal 27 Januari 1984. Jumlah
ASTEK yang harus disetor Kontraktor akan ditentukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
.XII - 3

Spesifikasi teknis

12. ALAT-ALAT PELAKSANA

1. Semua alat-alat untuk pelaksana pekerjaan harus disediakan oleh kontraktor, sebelum
pekerjaan secara fisik dimulai dan dalam keadaan baik dan siap dipakai antara lain :
a. Beton molen yang jumlahnya akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas.
b. Theodolit dan Waterpass (Ijin Konsultan Pengawas).
c. Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur
d. Pompa Air untuk system pengeringan, jika diperlukan
e. Penggetar beton, yang jumlah dan tipenya akan ditentukan kemudian oleh Konsultan
Pengawas
f. Mesin Pemadat
g. Alat-alat berat sesuai dengan besaran (magnitude) pekerjaan tanah apabila diperlukan.
h. Alat Ukur lainnya.

13. SITUASI DAN UKURAN
1. Situasi
a. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama tanah bangunan sifat dan luasnya
pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.
b. Kelalaian atau kekurangan telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan
untuk mengajukan Claim/Tuntutan.
2. Ukuran
a. Ukuran sesuai yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm (centimeter) atau

m ( meter), ukuran-ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam millimeter (mm).
b. Duga Elevasi (permukaan atas bawah) ditentukan sesuai dengan ketentuan gambar
siteplan atau gambar detail.
c. Jika diperlukan, dibawah pengawasan Konsultan Pengawas, Kontraktor diwajibkan
membuat satu titik duga diatas tanah bangunan dengan tiang kayu kelas 1, titik duga
dijaga kedudukannya serta tak terganggu selama pekerjaan berlangsung dan tidak boleh
dibongkar sebelum mendapat ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
d. Memasang Papan Bangunan ( Bouwplank).
 Papan Bouwplank diipasang dengan jarak 2 m dari dinding ( atau kolom)
terluar bangunan.
 Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengawasan Konsultan Pengawas
dan Unsur Teknis setempat dengan Piket/patok yang dipancang kuat-kuat dan
papan tebal 2 terentang rata (waterpass) pada Sisi atasnya.
 Kontraktor harus menyediakan pembantu yang ahli dalam cara—cara
pengukuruan, alat-alat penyipat datar (teodolit, waterpass) prisma silang
pengukuran menurut situasi dan kondisi tanah bangunan.
14. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
1. Semua bahan bangunan yang didatanngkan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam Rencana Kerja dan Syarat ( RKS )
2. Konsultan Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan Kontraktor wajib

memberitahukan.
.XII - 4

Spesifikasi teknis

3. Semua bahan banguan yang akan digunakan harus diperiksakan dulu kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bahan Bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan pekerjaan, jika ditolak
oleh konsultan pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambatlambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dalam jam penolakan.
5. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ternyata ditolak
Konsultan Pengawas, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor
dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
6. Apabila Konsultan Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, Konsultan
Pengawas berhak mengirimkan bahan tersebut kepada Balai Penelitian Bahan-bahan (
Laboratorium ) yang terdekat untuk diteliti.
7. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan Kontraktor, apapun hasil penelitian bahan
tersebut.

15. PEMERIKSAAN PEKERJAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi

belum diperiksa oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor diwajibkan memintakan persetujuan
kepada Konsultan Pengawa,
Baru apabila Konsultan Pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaannya.
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam, (dihitung dari jam diterimanya surat
permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari raya), tidak dipenuhi oleh Konsultan
Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa
dianggap telah disetujui Konsultan Pengawas. Hal ini dikecualikan bila Konsultan Pengawas
minta perpanjangan waktu.
3. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Konsultan Pengawas berhak menyuruh membongkar
bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki, Biaya pembongkaran dan
pemasangan kembali menjadi tanggungan Kontraktor.
16. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Jalan masuk dan konstruksi jalan
Jalan masuk kehalaman komplek bangunan ini melalui jalam umum, kontraktor harus
memeliharanya selama pekerjaan berlangsung.
2. Papan Nama Kegiatan
Kontraktor wajib memasang Papan Nama Kegiatan pada tempat yang terlihat umum dengan
ukuran ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.
17. PEKERJAAN TANAH
1. Ketentuan Umum
a. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, pelaksana harus membersihkan daerah yang akan
dikerjakan dari sisa-sisa akan pohon meaupun semak-semak serta segala perintah yang
ada dalam daerah kerja kecuali ditentukan oleh pangawas
b. Pelaksanaan harus menjamin terjaganya keutuhan barang/benda atau bangunan yang
sudah selesai dikerjan dari segala macam kerusakan dan berhati-hari untuk tidak
mengganggu pato pengukuran atau tanda-tanda lain.
c. Perbaikan kerusakan pada barang. Benda atau bangunan yang harus dijaga akibat
pelaksanaan pekerjaan akan menjadi tanggung jawab pelaksana.
.XII - 5

Spesifikasi teknis

d. Pelaksana harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu melaporkan
nya kepada pengawas, serta meminta ijin untuk memulai pekerjaan.
e. Pemindahan material akibar pembonkaran puinr-puing dan semua yang merintangi
pekerjaan harus dilakukan menurut peraturan-peraturan Pemerintah Daerah Setempat.
2. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan persiapan, penggalian pondasi dan saluran, penggalian ( cut ) dan
penimbunan (fill) serta pemadatan untuk peninggian lantai bangunan sesuai dengan peil/elevasi
yang telah ditentukan.
3. Pekerjaan Penggalian
a. Semua galian harus mencapai kedalaman yang disyaratkan dalam gambar rencana
kecuali ditentukan lain oleh pengawasn sehubungan dengan keadaan lapangan dari peil
tanah.
b. Lebar dasar galian untuk pondasi harus mempunyai lebar minimum 20 cm lebih besar
dari dasar pondasi dengan tebing galian yang cukup llandai sehingga tidak mudah
longor, sedangkan untuk galian saluran, kedalaman dasar saluran harus dibuat sesuai
dengan EDS ( Elevasi Dasar Saluran)
c. Pelaksanaan harus merawat tebing galian dan menghindarkan dari kelongsoran. Untuk
itu pelaksana harus membuat penyangga/penahan tanah yang diperlukan selama masa
penggalian, karena stabilitas dari permukaan tanah selama penggalian merupakan
tanggung jawab pelaksana.
d. Semua akar-akar, batang-batang pohon yang terpendam maupun beton atau
tembok/pondasi, pipa—pipa yang tidak terpakai atau halangan-halangan lain yang
dijumpai pada saat penggalian harus dikeluarkan dan dibuang.
e. Pada saat penggalian, pipa-pipa drainase, gas, air bersih dan kabel-kabel yang masih
berfungsi harus diamankan dan dijaga agar jangan sampai rusak atau cacat, apabila hal
tersebut dijumpai, maka pelaksana harus segera memberitahukan kepada pengawas
atau Pemimpin Kegiatan untuk mendapatkan intruksi lebih lanjut.
f. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada barang-barang tersebut diatas, maka
pelaksana harus segera memberitahukan kepada pengawas atau Pemimpin Kegiatan
dan Pihak yang berwenang dan segera mengganti semua kerusakan-kerusakan tersebut
atas biaya sendiri.
g. Semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh pengawas sebelum melaksanakan
pekerjaan selanjutnya, Pelaksana harus mendapat ijin / persetujuan tertulis dari
pengawas.
h. Apabila penggalian dilakukan sampai dibawah level yang tercantum dalam gambar
rencana tanpa instruksi tertulis dari pengawas, maka bagian yang telah tergali tersebut
harus diisi dengan adukan beton 1:3 :5
4. Penggalian dibawah muka air tanah.
a. Penggallian harus dilakukan dalam keadaan kering, pelaksana bertanggung jawab untuk
merencanakan system pemompaan air tanah dan sudah diperhitungkan biaya.
b.

Pemompaan dapat dilakukan dengan memompa sumur-sumur bor atau cara lain yang
disetujui oleh Pengawas dgn memenuhi persyaratan-persyaratan berikut :
.XII - 6

Spesifikasi teknis
 Permukaan air tanah yang diturunkan harus dalam keadaan terkontrol penuh
setiap waktu untuk menghindari fluktuasi yang dapat mempengaruhi
kestabilan penggalian tanah.
 Sistem yang digunaka tidak boleh mengakibatkan penaikan/penurunan tanah
( heaving ) dasar galian secara berlebihan.
 Harus menyedian Filter-filter secukupnya yang dipasang disekeliling sumur
dipompa untuk mencegah kehilangan butir-butir tanah akibat pemompaan.
 Air yang dipompa harus dibuang sehingga tidak mengganggu penggalian atau
disekitarnya.
 Sistem pemompaan harus memperhitungkan rencana detail dalam
menghadapi bahaya longsor pada pekerjaan dan daerah sekitanya pada saat
hujan besar.
5. Pekerjaan pengurugan dan pemadatan.
a. Pelaksana harus mengajukan contoh bahan pengisi yang akan digunakan, untuk
disetujui oleh pengawas, bahan pengisi untuk daerah perkerasan dapat diambil dari
lapangan atau diluar lapangan dan merupakan tanah laterik, tanah kapur atau tanah
pasir yang bebas dari akar-akar pohon yang besarnya lebih dari 1 cm dan mempunyai
CBR lab. Minimal 4.
b. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan secara lapis perlapis dengan tebal
hamparan maksimal 25 cm dan kemudian dipadatkan.
c. Lapisan tanah urug harus dipadatkan sampai mencapai 95 % dari kepadatan kering
maksimum. Pemeriksaan kepadatan dilapangan harus dilaksanakan untuk setiap hasil
pemadatan seluas 100 M2 pada setiap lapis pemadatan.
d. Pelaksana bertanggung jawab atas stabilitas timbunan tanah dan pelaksana harus
mengganti bagian- bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian pelaksana atau
akibat dari aliran air.
6. Pekerjaan Penyelesaian
a. Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus merupakan daerah
betul-betul seragam dan bebas dari permukaan yang tidak merata.
b. Seluruh lapisan akhir (finish grade) harus benar-benar memenuhi peil yang dinyatakan
dalam gambar, Bila diakibarkan oleh penurunan, timbunan memerlukan tambahan
material yang tidak lebih dari 30 cm, maka bagian atas timbunan tersebut harus digaruk
terlebih dahulu sebelum material timbunan tambahan dihamparkan, untuk
selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi dan sesuai dengan persyaratan teknis
lainnya.
c. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan pengisi/timbunan,
seluruh puing-puing, reruntuhan dan sampah—smpah harus segera disingkirkan dari
dalam lokasi.

.XII - 7

Spesifikasi teknis

18. PEKERJAAN BETON
MATERIAL
1. Semen
a. Semen-semen yang digunakan adalah jenis portlad semen sesuai dengan persyaratan
Standar Indonesia NI – 8 / 1972 atau Britis Standard No. 12 1965 dan Produksi dari satu
merk.
b. Pelaksana harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan type dan
kualitas dari semen yang digu aka da
Ma ufa ture’s test ertifi ate
a g
e ataka
e e uhi se ua pers arata terse ut dala huruf a diatas.
c. Pelaksana harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan
kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera
dikeluarkan dari .
d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat ( Pasir, Kerikil atau Batu Pecah )
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai
menurut ASTM C – 33 dan mempunyai ukuran terbesar 2.5 cm
b. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasan, keras tidak berpori dan berbentuk
kubus, Bila ada butir yang ipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari Value
dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50.5 kehilangan berat
menutur test mesin los angeles.
c. Bahan harus bersih dari zat –zat organic, zat-zat reaktif alkali atau subtansi yang
merusak beton dan mempunyai gradasi seperti berikut :

Saringan
1
3/8
3/8
No. 4

Ukuran
25.00 mm
20.00 mm
95.00 mm
4.76

% Lewat Saringan
100
90 – 100
20 – 55
0–1

3. Agregat Halus
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan
harus bersih dari bahan organic, Lumpur, zat—zat alkali an tidak mengandung lebih dari
150% subtansi – subtansi yang merusak beton.
b. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikelpartikel yang tajam dank eras serta mempunyai gradari seperti tabel berikut :

.XII - 8

Spesifikasi teknis

Saringan
3/8
No. 4
No. 8
No. 16
No. 30
No. 50
No. 100
No. 200

Ukuran
9.50 mm
4.76 mm
2.38 mm
1.19 mm
0.19 mm
0.297 mm
0.149 mm
0.074 mm

% Lewat Saringan
100
91 – 100
80 – 100
50 – 85
25 – 65
10 – 30
5 – 10
0– 5

4. Air
Air yang digunaka harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat
yang dapat merusak beton atau baja tulangan, dalam hal ini sebaiknya digunakan aie bersih
yang dapat diminum.
5. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI – 2. 1991 dengan tegangan
lelah karakteristik tau = 2.400 kg/cm 2 atau baja u 24.
Pemberi tugas atau pengawas akan melakukan pengujian test tarik putus dan bending untuk
setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya pelaksanaan.
6. Bahan Pencampur
a. Penggunaan Bahan pencampur ( admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis
dari pengawas dan perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pelaksana harus mengadakan percobaanpercobaan perbandingan berat dan CW ratio dari penambahan bahan pencampur
(admixture) tersebut, Hasil Crussing test dari laboratorium yang berwenang, terhadap
kubus-kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada pengawas
untuk dimintakan persetujuannya.
7. Cetakan Beton
Dapat menggunakan kayu kelas II, Multipleks dengan tebal minimal 9 mm atau palat baja,
dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam PBI NI -2 1971
MUTU BETON
a. Mutu beton harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan karakteristik Tbk + 225
Kg/Cm2 (K225) dengan ketentuan jumlah minimum dalam 40 kg/zak 5Kg/Zak, Nilai
Faktor air semen (cement water ratio ) maksimum 0.52 dalam berat.
b. Slump ( Kekuatan Beton ) untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan standar
ASTM C – 143 adalah sebagai berikut :

.XII - 9

Spesifikasi teknis

Jenis Konstruksi
Kaki dan dinding pondasi
Plat Balok dan Dinding
Kolom
Plat diatas Tanah

Slump Maks. ( mm )

Slump Min. ( mm )

75
100
100
100

25
25
25
50

c. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka harga
tersebut diatas dapat dinaikan sebesar 50% dengan catatan tidak boleh melebihi
150
mm.
PENGADUKAN DAN PERALATAN
a. Pelaksanaan harus menyediakan peralatan dan perlengkapan uang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-masing
bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari pengawas.
b. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari materialmaterial harus dengan persetujuan pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan
diawasi terus menerus oleh seorang inspector yang berpengalaman dan bertanggung
jawab.
c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesing pengaduk beton ( Batch Mixer Pertable
Continous Mixer ), Mesin Pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahanbahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
d. Bahan – bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1.5 menit sesudah
semua bahan ada dalam mixer.
e. Mesin pengaduk tidak boleh dobebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air
harus dituang dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan.
f. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
g. Pelaksa a oleh e e patka satu Mi i g Pla t atau e peroleh eto dari satu
Read Mi ed Pla t asal dapat e uktika
ahwa utu eto terse ut sesuai
dengan semua ketentuan dalam persyaratan ini.
Pelaksana harus menyerahkan spesifikasi beton Ready Mixed yang akan digunakan
sesuai dengan mutu beton yang diinginkan sebelum memulai pekerjaan.
PERSIAPAN PENGECORAN
a. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan
bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton lepas, Bagian-bagian yang akan ditanam
dalam beton sudah harus terpasang ( pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing, dan
perlengkapan-perlengkapan lain).
b. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi
dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik.
Sambungan pada diusahakan lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal
terutama untuk permukaan beton yang tidak di finish (exposed concrete)
c. Tiang-Tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya Overstress atau perpindahan tempat
.XII - 10

Spesifikasi teknis

pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani, struktur dari tiang penyangga harus
cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada
diatasnya selama pelaksanaannya.
d. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya
kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituangi permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran diberi form oil
untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan, pelaksanaannya harus berhati-hari agar
tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton
dengan tulangan.
e. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau jika
umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
 Bagian sisi balok
48 Jam
 Balok tanpa beban konstruksi
7 Hari
 Balok dengan beban konstruksi
21 Hari
 Pelat Lantai / Atap/ Tangga
21 Hari
f.

Dengan persetujuan pengawas, cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila hasil
pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah
mencapai 75 % dari kekuatan beton pada umur 28 hari.
Segala ijin yang diberikan oleh pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan
tanggung jawab pelaksana terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan.
g. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton.
Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, pelaksana
wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
h. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpencam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan
sebelum pengurugan dilakukan.

PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN
a. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dangan cermat, sehingga waktu antara
pengadukan dan pegecoran tidak lebih dari 1 ( satu ) jam dan tidak terjadi perbedaan
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
b. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan
persetujuan pengawas.
c. Pelaksana harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (dua ) hari sebelum
pengecoran beton dilaksanakan.
d. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat telah melampaui 1.5 jam dan waktu ini dapat berkurang, bila pengawas
menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
e. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.

.XII - 11

Spesifikasi teknis

Cara Penuangan dengan alat-alat pembentu seperti talang, pipa, chute, dan sebagainya
harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan
bebas dari sisa-sisa beton yang megeras.
f. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1.5 meter, bila
memungkinkan sebaiknya digunakakan pipa yang terisi penuh adukan dengan
pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
g. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami initial set atau
yang telah mengeras dalam batas dimana yang baru dituang.
h. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai dasar setebeal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan
mencegah penyerapan air semen oleh tanah.
i. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjadi keras
dan tidak berunbah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air
semen (laitance ) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang
cukup, sehingga didapat beton yang padat, Segera setelah penghentian pengecoran,
adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
j. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran
dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak
dilaksanakan. Kecuali atas persetujuan pengawas dapat dilaksanakan pada malam hari
sengan ketentuan bahwa system penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.
PEMADATAN BETON
a. Pelaksanaan bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan dan
penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa
perlu penggetaran secara berlebihan.
b. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan Mechanical Vibrator dan
dioperasikan oleh orang yang berpengalaman.
c. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetaran
yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang
baik, alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan, terutama pada tulangan
yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras.

PENYELESAIAN BETON
a. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-bagian
yang keropos, melendut atau bagian-bagian yang membekas pada permukaan, ujungujung atau sudur-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
b. Bagian- bagian yang rapuh, kasar, berlubang dan tidak memenuhi persyaratan harus
segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan
beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan, bila
diperlukan seluruh permukaan beton diharuskan dengan ampelas, caborandum atau
gurinda.
c. Permukaan lantai beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan
pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1 cm dalam jarak 10 m, tidak dibenarkan
untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap
kelebihan air.
.XII - 12

Spesifikasi teknis

PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON.
a. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh
pengawas setelah pengecoran dan penyelesaian, permukaan beton yang tidak tertutup
oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus
menerus selama 7 ( tujuh ) hari.
b. Permukaan-permukaan beton yg dbongkar cetakannya sedang masa perawatan beton
belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tsebut pada ayat (1).
c. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar, selama
masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretan beton harus
selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya celah-celah pada
sambungan.
d. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut diatas, harus dirawat
dengan jalan membasahi atau menutupi dengan membrane yang basah.
PENGUJIAN BETON
a. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI NI – 2
1971 dan minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.
b. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam satu hari
dengan volume sampai sejumlah 5 m3
c. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 ( empat ) buah benda uji berbentuk kubus 15x15 1
15 cm, satu benda uji akan dites pada umum 7 hari dan hasilnya segera dilaporkan
kepada pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya akan dites pada umur 28 hari,
hasil tes merupakan hasil rata-rata dari ketiga specimen tersebut.
d. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang ditinggal dilapangan,
Dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenarnya.

SUHU
a. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32º C. Bila suhu dari beton yang
berasa antara 27 º dan 32 º C, maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan dan
langsung di cor.
b. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu
beton melebihi dari 32 º C. Maka pelaksana harus mengambil langkah-langkah yang
efektif, umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada waktu malam hari.
19. PEKERJAAN PASANGAN
A. PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan persiapan dan pelaksanaan pasangan batu bata untuk dinding, rolling dan
bagian-bagian lain bangunan sesuai dengan gambar rencana, termasuk pengadaan bahan dan
peralatan pembantu.
2. Bahan-bahan
a. Batu Bata
Digunakan batu bata ukuran 50 x 100 x 200 mm dari kualitas terbaik, terbakar matang,
cukup keras dan tidak keropos serta tidak pecah-pecah melebihi 10%.
.XII - 13

Spesifikasi teknis

b. Adukan
1:2, 1:3 dan 1:4
Pelaksana harus mengajukan contoh bahan terlebih dahulu kepada pengawas untuk
disetujui.
c. Cara Pelaksanaan :
Pemasangan batu bata harus mengikuti peraturan dengan tahapan yang lazim dilakukan
atas petunjuk pengawas, ( untuk pematokan/perpil, Penarikan benang dll), batu bata
yang akan digunakan harus direndam dulu sampai jenuh dan permukaan yang akan
dipasang harus dibasahi pula.
Pengikatan pada pasangan bata setengah baru harus dilakukan secara baik dan
sempurna, tidak dibenarkan menggunakan batu bata pecahan separuh panjang kecuali
sesuai dengan peraturan.
Semua pasangan harus lurus, rata secara horizontal maupunvertikal dan dilakukan
dengan menggunakan tarikan benang yang dipasang tidak lebih dari 30 cm diatas
pasangan sebelah bawahnya.
B. PEKERJAAN PLESTERAN
1. Lingkup Pekerjaan.
Meliputi pekerjaan persiapan bagian yang akan diplester, plester dinding, kolom, bagian
pondasi atau keperluan lain yan akan diselesaikan dengan cat atau bahan pelapis seperti
tertera dalam gambar rencana, termasuk pengadaan bahan dan peralatan pembantu.
2. Bahan – Bahan
a. Plesteran Kedap Air
Menggunakan Campuran 1 Pc : 2 Psr
b. Plesteran Biasa
Menggunakan campuran 1 Pc : 4 Psr
3. Cara Pelaksanaan
Semua pasangan bata harus diselesaikan dengan plesteran kecuali ditentukan lain
dalam gambar.
Seluruh bidang yang akan diplester harus dibersihkan lubang-lubang yang tidak
diperlukan harus ditutupi dengan rapi, siar atau spesi antara pasangan bata harus
dikerok dan kemudian dibasahi dengan air.
Bila tidak disebutkan lain dalam gambar, maka tebal plesteran untuk bidang yang akan
dicat, mempunyai ketebalan minimal 15 mm dan maksimal 20 mm
Permukaan plesteran harus lurus, rata dan rapi secara horizontal maupun vertical,
setiap lekukan harus dibuat rapi dan lurus sesuai dengan kebutuhan/gambar rencana.
Dinding bagian bawah harus diplester dengan adukan kedap air sampai setinggi 30 cm
diatas lantai dan untuk daerah kamar mandi sampai setinggi 180 cm.
Untuk bagian dinding yang akan diselesaikan dengan cat, pada plesteran yang telah
benar-benar kering dilakukan pengacian dengan semen sampai didapat permukaan yang
halur, rata, lurus dan tidak bergelombang.

.XII - 14

Spesifikasi teknis

20. PEKERJAAN LANTAI
A.
LANTAI BANGUNAN
Lantai Bangunan Mempergunakan Granit Ukuran 60 x 60 Cm,
B.
Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan penyiapan dan penyelesaian Cor Lantai pada permukaan-permukaan
yang ditunjuk
1. Bahan-bahan
Digunakan adukan dari campuran 1 pc : 3 psr: 5 Krl dengan persyaratan sebagai berikut
a. Semen
b. Pasir
c. Koral
d. Air
2. Cara Pelaksanaan
Sebelum memulai pekerjaan, pelaksanaan harus meneliti kembali ketinggian peil yang
diisyaratkan sesuai dengan gambar rencana serta menyiapkan bagian tersebut dengan
baik. Permukaan beton asal harud di kasarkan terlebih dahulu dan diberi bond coat
dengan air semen.
Adukan harus dibuat dengan menggunakan mesin pencampur (molen) atau dengan cara
lain yang disetujui pengawas, sampai didapat campuran yang homogen.
Ketebalan beton rabat minimal 5 cm dan harus dibuat dengan permukaan yang rata
atau mempunyai kemiringan sesuai dengan gambar rencana, Untuk selanjutnya
permukaan diselesaikan dengan acian.
Pada bidang/lantai yang luas, pengecoran harus dilakukan perbagian dan diberi nat/tali
air untuk menghindari keretakan.
C. LANTAI GRANIT
1. Lantai kerja bawah lantai
Adukan semen untuk lantai kerja ditentukan 1 pc : 3 psr : 5 krl
Tebal lantai kerja bawah lantai keramik tidak boleh kurang dari 5 cm atau sesuai dengan
petunjuk konsultan pengawas.
2. Granit
Granit dari buatan dalam Negeri, dari kualitas baik, warna ditentukan oleh pihak direksi
sesuai dengan gambar kerja dengan tebal tidak kurang dari 4 mm, keramik harus uniform
dalam ukuran, warna permukaannya harus rata dan sudut-sudutnya harus siku-siku betul
dan disetujui oleh konsultan pengawas.
3. Adukan pasangan
Adukan pasangan harus mempunyai bahan dasar PC, Pasir dan air sesuai dengan syaratsyarat pada pasal 21
4. Contoh Granit
Sebelum bahan-bahan didatangkan /disuplay kontraktor wajib memberikan contoh
secukupnya dan mendapatkan persetujuan dan Konsultan Pengawas.
5. Cincin Keramik
Tangga, Meja, Bak KM/WC serta pada lantai yang terdapat beda elevasi harus dipasang
cincin keramik.
6. Macam Pekerjaan

.XII - 15

Spesifikasi teknis

a. Pekerjaan lantai meliputi pemasangan rabat beton dan lantai keramik dan lain-lain,
pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan ini dipasang diruangan-ruangan
sesuai dengan gambar.
b. Pekerjaan memasang dinding keramik dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.
c. Pekerjaan lantai rabat dilaksanakan diluar bangunan atau tempat-tempat tertentu
yang ditentukan oleh pengawas
d. Pekerjaan pelapisan dinding meliputi pekerjaan pemasangan keramik dinding yang
disebut dalam pasal ini, serta memenuhi persyaratan dan spesifikasi khusus sesuai
dengan gambar dan petunjuk serta persetujuan Konsultan Pengawas.
7. Cara Melaksanakan
a. Lantai
 Untuk Lantai Granit yang dipasang diatas pasangan dipasangan lapisan
tersebut harus dipadatkan terlebih dahulu.
 Granit dipasang dengan adukan 1pc : 2ps tebal tak kurang dari 3 cm
 Celah antara Granit lebarnya lebih kurang 2 mm dan setelah pasangan telah
cukup kering disiram pasta semen ( sesuai dengan warna keramik ) kemudian
dibersihkan
b. Kerusakan lantai akibat penyambungan ruangan/bangunan harus dilakukan
penggantian sesuai dengan gambar.

21. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
A. PINTU DAN JENDELA
1. Kosen Kayu
Kosen terbuat dari Kayu Kelas I jenis bulian atau kulim kering yg berkualiatas baik.
2. Pintu
Pintu terbuat dari kayu kelas I jenis tembesu kering yang berkualitas Baik. Dan di
sesuaiakan dengan gambar kerja/rencana.
3. Kaca .
Digunakan minimal kaca tebal 5 mm produksi dalam negeri berkualitas baik.

B.

PERLENGKAN PINTU DAN JENDELA
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan dan pemasangan perlengkapan pintu seperti engsel, kunci handle
(pegangan), Grendel, hak angina dan perlengkapan lainnya yang diperlukan sesuai dengan
gambar rencana atau daftar pemakaian bahan termasuk penyediaan alat Bantu
2. Bahan-Bahan
a. Alat Pengunci.
Semua alat pengunci dan pegangan pintu harus dari satu merk dengan kualitas
setara produksi cisa dan mempunyai type pengunci 2 slaag (putaran).
b. Alat Penggantung
Digunakan engsel berkualitas baik.

.XII - 16

Spesifikasi teknis

3. Cara Pelaksanaan
Sebelum Pemasangan alat perlengkapan pintu atau jendela pelaksana harus meneliti
kembali mengenai ketepatan sudut siku dan kelurusan kosen atau partisi untuk selanjutnya
menyetel daun pintu/jendela sesuai dengan persyaratan.
Jarak antara kosen/lantai dengan daun pintu/jendela tidak boleh lebih dari 3 mm daun
harus terpasang siku dan tidak bersentuhan baik dengan kosen/jendela maupun sesama
daun pintu (untuk pintu ganda ). Alat penggantung yang harus dipasang pada pintu lapis
minimal sebanyak 3 (tiga ) buah, pada tempat sesuai gambar rencana, Alat penggantung
pintu harus dipasang pada jarak tidak lebih dari 28 cm (as) dibawah ambang kosen atas dan
35 cm (as) diatas lantai, sedang lainnya dipasang pada tengah engsel atas dan bawah.
Pemasangan harus kuat, rapi dan tidak menimbulkan cacat pada daum maupun
kosen.Pegangan (handle) pintu dipasang pada jarak 90 cm dari permukaan lantai dan
pemasangannya harus sedemikian rupa sehingga mudah digunakan, rapi dan kuat tidak
mudah rusak sesuai dengan fungsinya.Pada pertemuan kaca dengan kaca pada jendela
utama, harus diberi sealent yang khusus untuk hal itu, dengan baik dan rapi dan tidak
menimbulkan kebocoran.

22. PEKERJAAN KACA
A. BAHAN
1. Semua kaca yang digunakan adalah kaca bening kualitas baik dengan ketentuan
dapat menahan beban angin sebesar 122 kg/m2
2. Semua jenis kaca yg digunakan harus produksi pabrik yg disetujui oleh pengawas.
3. Tebal kaca 5 mm atau disesuaikan dengan gambar detail
4. Dempul yang digunakan untuk memasang kaca pada kosen, daun jendela dan pintu
agar tidak menimbulkan suara pada waktu menerima getaran. Harus dari kualitas
baik produksi dari pabrik yang disetujui oleh pengawas.
5. Dempul untuk memasang kaca, pada waktu diterima dikaleng tidak boleh kering
atau sudah mengeras.
6. Bahan untuk membersihkan kaca harus disetujui oleh konsultan pengawas.
B. MACAM PEKERJAAN
1. Lingkungan pekerjaan adalah mengadakan bahan, alat pemotong, pembersih,
penggosok tepid an tenaga kerja untuk jendela pemasangan kaca.
2. Pemasangan kaca pada jendela kaca dan daun pintu kaca harus digosok lebih dulu
sehingga tumpul.
C. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Alur kayu harus dibersihkan, diplamur dan dicat dengan lapis cat minyak sebelum
kaca dipasang.
2. Kaca dipotong menurut ukuran kosen dengan kelonggaran cukup sehingga pada
waktu kaca berkembang tidak pecah.
3. Kaca dipasang dan dikukuhkan dengan memakai dempul kaca dan list kaca dipaku
dengan paku halus.
4. Kaca yang dipasang harus dapat tertanam rapid an kokoh pada rangka terutama
pada sudut-sudutnya.
.XII - 17

Spesifikasi teknis

5. Kaca yang dipasang pada kosen dan semua sudutnya harus ditumpulkan dan sisi
tepi digosok hingga tidak tajam.
6. Setelah selesai dipasang kaca harus dibersihkan dan sudutnya yang retak/pecah
atau tergores harus diganti.
23. PEKERJAN LANGIT-LANGIT PLAFOND
A. LANGIT-LANGIT
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyiapan bagian yang akan dipasang, rangka penggantung plafond dan
hal-hal lain yang diperlukan, pemasangan penutup plafond sesuai dengan gambar
rencana serta penyediaan bahan dan peralatan pembantu.
2. Bahan-bahan
a. Penutup Plafond
Digunakan Gypsum minimal 9 mm dari kualitas terbaik dan tidak cacat ataupun
pecah-pecah.
b. Rangka Penggantung.
Digunakan besi hollo biru kualitas baik, lurus, tidak cacat dan bekarat ,ukuran
2/4 cm. bila diperlukan rangka utama digunakan kayu ukuran 4/4 .
c. Lis Profil
Digunakan lis profil dari list profil gypsum dengan kualitas baik tidak retak
ataupun pecah-pecah. Pelaksanaan harus mengajukan contoh bahan terebih
dahulu untuk disetujui Pemimpin Kegiatan atau pengawas dan bahan yang
digunakan harus sesuai contoh yang telah disetujui.
3. Pelaksanaan.
Sebelum memulai pemasangan, pelaksanaan harus menyediakan atau menentukan
benc mark sebagai pedoman ketinggian peil plafond sesuai dengan gambar rencana
dan disetujui oleh pengawas. Pelaksana bertanggung jawab atas ketepatan
pedoman tersebut. Rangka Plafond harus digantung pada beton diatasnya dengan
menggunakan ramset atau baja tulangan yang tertanam pada plat beton atau
tergantung pada rangka atap. Rangka harus diserut halus pada sisi yang
berhubungan dengan plafond dan harus dipasang lurus, rata serta saling siku sesuai
dengan gambar rencana. Cara penyusunan atau menggantung rangka haarus
mempertimbangkan adanya instalasi dan fixture yang terdapat pada plafond rangka
harus dimeni terlebih dahulu dan bagian rangka yang terlihat harus diberi cat
hitam. Pemasangan penutup plafond harus rata dan kuat dengan jarak paku tidak
melebihi 20 cm
Kepala Paku yang digunakan harus dibuat gepeng terlebih dahulu pemasangannya
harus dibuat agak terpendam lalu bekas lubang paku harus diplamir rata sehingga
tidak terlihat seperti sambungan. Bila tidak disebutkan lain dalam gambar maka
pertemuan antara plafond dengan dinding atau lisplank harus dibuatkan tali air
selebar 2 cm dan diberi cat hitam.

.XII - 18

Spesifikasi teknis

B. PLAFOND GYPSUM
1. Bahan
Langit-langit dari bahan Gypsum ek produksi dalam negeri dan berkualitas baik,
ukuran yang digunakan adalah 120 x 240 cm dengan sisi yang lurus dan siku—siku
dengan tebal tidak kurang dari 9 mm. mempunyai satu bidang yang datar dan halus,
seragam dimensinya, sisi tepinya lurus dan tidak cacat tidak melengkung dan cukup
keras, permukaannya yang halus harus bersih dari cacat/kotoran yang menempel
sebelum dicat.
2.

Macam Pekerjaan
a. Memasang langit-langit (plafond) pada ruangan—ruangan yang dinyatakan pada
gambar.
b. Memasang kerangka langit-langit dengan menggunakan besi hollo dimensi
sesuai dengan gambar bestek sehingga membentuk bidang datar.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum memasang lembaran-lembaran Gypsum Kontraktor wajib memeriksa
bahwa kerangka untuk bidang-bidang Gypsum itu telah sesuai dengan gambar
tentang letaknya pola dan ukurannya.
b. Seluruh struktur kerangka harus kuat hubungannya ditahan dengan baik oleh
struktur atap (kuda-kuda) dan dinding sesuai ukuran dalam gambar rencana.
c. Langit-langit Gypsum dipasang pada kerangka tersebut sehingga menghasilkan
permukaan yang rapi,.
d. Lembaran-lembaran Gypsum harus dipasang pada kerangka besi dengan paku
pada setiap jarak 15 cm ( 1.5 cm dari tepi ), dibagian tengah lembaran Gypsum
dan GRC dipaku secukupnya pada kerangka agar bidang-bidang tidak melendut
(lihat gambar rencana).

24. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1. Untuk pekerjaan ini sejauh tidak di tentukan lain di gunakan dasar atau pedoman dan
ketentuan/peraturan umum mengenai instalasi listrik atau tegangan( AVE & VDE ).Berlaku
pula standar/referensi sebagai berikut :
a. Peraturan umum Instalsi listrik( PUTL ) tahun1997
b. Peraturan Menteri PU dan tenag listrik No.023/PRI/1987 tentang peraturan instalasi listrik
c. Peraturan-peraturan yang di kelurkan oleh PLN distribusi setempat
d. Peraturan/persayaratan yang di kelurkan oleh dinas keselamatan kerja ( Depnaker )
e. Peraturan/Persyaratan dari pembuat peralatan yang di gunakan
f. Instalasi Sprinkler otomotif
g. Juga jadi pedoman standar yang di kelurkan oleh Asociation OF German standart,Japan
Industriat Standart( JIS ) dan International Electronical Commicion ( EIC ) sepanjang tidak
bertentanagan denagan PUIL 1987
2. Kecuali peraturan umum kontraktor/instulator wajib mentaati ketentua-ketentuan yang di
keluarkan oleh PLN setempat yang berlaku, termasuk segala perubahan maupun tambahanya
.XII - 19

Spesifikasi teknis

3. Untuk pekerjaan ini di perlukan instalasi listrik penerangan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua instalasi harus di hilangkankan dari pandangan (di tanam dalam tembok/di paasang
pada langit-langit )
b. Kabel-kabel yang terletak dalam tembok harus di masukan ke dalam pipa union /paralon
tak bercelah
c. Pasangan fixtures adalah sebagai berikut :
- Shaclar/switch di pasang setinggi 150 cm dari atas lantai
- Stop kontak/kontak tusuk di pasang setinggi 25 cm dari atas lantai atau selama tidak di
tentukan kemudian
4. Pengujian instalasi listrik
a. Sebelum serah terima, seluruh instalasi dan perlengkapan harus sudah diuji dengan hasil
yg baik,aman dan handal
b. Pemborong bertanggung jawab atas pengadaan alat dan tenaga untuk pengujian yang
di lakukan
c. Pengujian harus disaksikan dan disetujui oleh perencana
dan pengawas
pembertitahuan pelaksanaan pengujian kepada perencana dan pengawas paling lambat 2
(dua) hari sebelumnya
d. Perencana dan
pengawas berhak memerintahkan kepada pemborong untuk
melak-sanakan pengujian disetiap saat apa bila di perlukan atau pekerjaaan sudah dapat di
uji
e. Pengujian yang harus di laksanakan :
- Pengujian Tahanan isolasi
- Pengujian Instalsi secara keseluruhan
- Pengujian Tahanan pertahanan
f. Bilamana terdapat hasil pengujian yang tidak baik,pemborong harus segera memperbaiki
g. Bila mana pengujian mendapat hasil yang tidak baik setelah 3( tiga )
kaliperbaiakan,maka pemborong berkewajiban membongkarnya dan memulai pekerjaan
tersebut dari awal kemabali dengan biaya menjadi tanggung jawab pemborong
h. Pemborong / instalator harus mengadakan pengujian ( testing ) dari instalsi listrik pada
beban penuh selama 2x24 jam secara terus menerus, semua biaya yang timbul akibat
pengujian ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
i.

Bahan- Bahan :

a.





Saklar/Awitch, Terdiri dari
Type
: Broco
Bentuk
: Persegi ukuran 80x80 mm bahan ebonite warna putih
Ranting
: Minimum 16 Amper
Pemasangan
: Sistem tanam dalam tembok, dengan ketinggian sesuai gambar.

b. Outlet pada permukaan khusus
Kotak outlet dan tombol-tombol saklar yang dipasang pada keramik, blok, beton, kerangka
besi harus berbentuk persegi dan mempunyai sudut dan sisi yang tegak.

.XII - 20

Spesifikasi teknis

c. Pull Box
Kecuali dipersyaratkan lain semum pull box harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan
dan PUIL dan Lain-lain yang mempunyai persyaratan sama dengan kotak-kotak outlet.
d. Pendukung Kabel.
Setiap pull box termasuk kotak-kotak yang aada diataas swich board harus diberi cukup
banyak klem dan lain-lain, dimana kabel-kabel tersebut dipasang dengan cara yang rapi dan
teratur yang memungkinkan pengenalan, sehingga tidak ada kabel akan membentang tanpa
pendukung.
e. Zekring Box.

25. PEKERJAAN PENGECATAN
A.
MATERIAL
B.
Lingkup Pekerjaan
Meliputi Pekerjaan meliputi penyiapan bagian yang akan diselesaikan dengan cat.
Pelaksanaan pengecatan dasar dan pengecatan akhir sesuai dengan gambar-gambar
rencana termasuk penyediaan bahan peralatan pembantu.
1.

Bahan-bahan
a. Plamur
Digunakan jenis plamur yang berkulitas baik.
b. Cat Tembok/Plafond
Digunakan cat tembok setara dengan Metrolite atau berkulitas baik. Warna yang
digunakan ses