Makalah Kemacetan
Makalah Kemacetan
19 Votes
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara sedang berkembang, permasalahan yang ada di negara berkembang
lebih kompleks dibandingkan dengan negara-negara maju, mulai dari pertumbuhan penduduk
yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang
pembangunan itu sendiri. Diantara banyak permasalahan itu adalah kemacetan atau kongesti.
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang
disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak
terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau
memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk,
misalnya Jakarta dan Bangkok. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di
Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Kemacetan sering dijumpai di kota-kota besar di negara berkembang seperti Bangkok dan
Jakarta. Kemacetan juga sering dijumpai pada daerah-daerah perdagangan (CBD) di kota-kota
seluruh dunia.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan adalah:
1. Apa yang menyebabkan kemacetan lalu lintas
2. Apa dampak negatif dari kemacetan lalu lintas
3. Bagaimana upaya mengurangi kemacetan lalu lintas
C. Teori Pendukung
1. Komponen lalu lintas
Sebelum kita membahas komponen lalu lintas, sebaiknya harus diketahui dulu apa itu lalu lintas,
menurut undang-undang No. 22 tahun 2009 lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan
orang di ruang lalu lintas jalan, sedangkan yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah
prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang dan atau barang yang berupa
jalan dan fasilitas pendukung.
Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat,
aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan
rekayasa lalu lintas.
Seperti terlihat di bagan, komponen lalu lintas terdiri atas manusia, kendaraan dan jalan yang
saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan untuk
dikemudikan oleh pengemudi yang mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang
memenuhi persyaratan.
2. Manajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas. Manajemen lalu lintas meliputi:
a. Kegiatan perencanaan lalu lintas
Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan. Maksud
inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan
ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor
kecepatan dan keselamatan.
b. Kegiatan pengaturan lalu lintas
Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi: penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan
minimum dan maximum, larangan atau perintah penggunaan jalan bagi pemakai jalan.
c. Kegiatan pengawasan lalu lintas
Kegiatan pengawasan lalu lintas meliputi:
1. Pemantauan dan penilaian terhadap kebijaksanaan lalu lintas, dimaksudkan untuk mengetahui
efektifitas dari kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut untuk mendukung ketercapaian tingkat
pelayanan yang telah ditentukan. Kegiatan pemantauan meliputi, inventarisasi kebijaksanaankebijaksanaan lalu lintas yang berlaku pada ruas jalan, jumlah pelanggaran dan tindakantindakan koreksi yang telah dilakukan atas setiap pelanggaran tersebut. Kegiatan penilaian
meliputi, penentuan kriteria penilaian, analisis pelanggaran dan usulan tindakan perbaikan.
2. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas, dimaksudkan untuk
menjamin tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang sudah ditentukan. Tindakan korektif
diantaranya: peninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila didalam pelaksanaannya
menimbulkan masalah.
d. Kegiatan pengendalian lalu lintas
Kegiatan pengendalian lalu lintas meliputi:
1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas, dengan maksud
agar diperoleh keseragaman dalam pelaksanaannya serta dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan.
2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban
masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
D. Pembahasan
1. Penyebab Kemacetan lalu lintas
Kemacetan lalu lintas bisa terjadi karena beberapa hal:
a. Arus kendaraan yang melewati jalan tersebut telah melampaui kapasitas jalan tersebut. Dapat
dilihat dari tabel bahwasanya tiap tahun jumlah kendaraaan dari berbagai jenis selalu meningkat,
sedangkan panjang jalan dan pertambahan panjang dan luasnya tidak sebanding dengan
pertambahan jumlah kendaraan tiap tahunnya.
Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenisnya, Indonesia 1987-2005
Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenisnya, Indonesia 19872005
Tahun
Mobil
Penumpang
Bis
Truk
Sepeda
Motor
Jumlah
1987
1 170 103
303 378
953 694
5 554 305
7 981 480
1988
1 073 106
385 731
892 651
5 419 531
7 771 019
1989
1 182 253
434 903
952 391
5 722 291
8 291 838
1990
1 313 210
468 550
1 024 296
6 082 966
8 889 022
1991
1 494 607
504 720
1 087 940
6 494 871
9 582 138
1992
1 590 750
539 943
1 126 262
6 941 000
10 197 955
1993
1 700 454
568 490
1 160 539
7 355 114
10 784 597
1994
1 890 340
651 608
1 251 986
8 134 903
11 928 837
1995
2 107 299
688 525
1 336 177
9 076 831
13 208 832
1996
2 409 088
595 419
1 434 783
10 090 805 14 530 095
1997
2 639 523
611 402
1 548 397
11 735 797 16 535 119
1998
2 769 375
626 680
1 586 721
12 628 991 17 611 767
1999*)
2 897 803
644 667
1 628 531
13 053 148 18 224 149
2000
3 038 913
666 280
1 707 134
13 563 017 18 975 344
2001
3 261 807
687 770
1 759 547
15 492 148 21 201 272
2002
3 403 433
714 222
1 865 398
17 002 140 22 985 193
2003
3 885 228
798 079
2 047 022
19 976 376 26 706 705
2004
4 464 281
933 199
2 315 779
23 055 834 30 769 093
2005
5 494 034
1 184 918 2 920 828
28 556 498 38 156 278
Sumber : Kepolisian Republik
Indonesia
*) sejak 1999 tidak termasuk Timor
Timur
Panjang Jalan menurut Level Kewenangan, Indonesia 1987 – Jumlah kendaraan tentu
berbanding lurus dengan
2005 (Km)
pertumbuhan penduduk, karena
Tahun
Negara
Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah
semakin banyak penduduk tentu
1987
13 863
40 277
168 784
222 924 kebutuhan akan kendaraan terus
meningkat.
1988
14 590
40 299
195 425
250 314 Laju Pertumbuhan Penduduk
1989
17 185
40 704
208 437
266 326 menurut Provinsi
Laju Pertumbuhan
1990
19 806 Penduduk
38 099 menurut
225 611
283 516
Provinsi
1991
21 858
42 504
249 535
313 897
Provinsi
Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun
1992
21 858
42 625
255 275
319 758
1971-1980
1980-1990
1990-2000
1993
23 483
46 231
275 178
344 892
Nanggroe Aceh
2,93
2,72
1,46
1994
26
351
49
693
280
834
356
878
Darussalam
1995
23 857
Sumatera Utara
38 170
2,6
265 200 2,06
327 227 1,32
1996
26 850
Sumatera Barat
39 747
2,21
269 780 1,62
336 377 0,63
1997
Riau
27 127
42 205
3,11
272 135 4,3
341 467 4,35
1998
Jambi
27 977
47 863
4,07
279 523 3,4
355 363 1,84
1999*)
26 206
Sumatera Selatan
46 538
3,32
283 207 3,15
355 951 2,39
2000
B e n g k u 26
l u 272
46 781
4,39
282 898 4,38
355 951 2,97
2001
L a m p u n26
g 328
47 877
5,77
287 577 2,67
361 782 1,17
2002
27616
Kep. Bangka
Belitung 48 905
291 841
368 362 0,97
2003
DKI Jakarta29318
48 424
3,93
292 774 2,42
370 516 0,17
2004
Jawa Barat 34629
40 125
2,66
298 175 2,57
372 929 2,03
2005
34629
Jawa Tengah
40 125
1,64
316 255 1,18
391 009 0,94
Sumber
: Kantor Dep. Pekerjaan
DI Yogyakarta
1,1 Umum Provinsi
0,57 dan
Kabupaten/Kota
Jawa Timur
1,49
1,08
Catatan : 1987 – 1992 tidak termasuk DKI Jakarta
Banten
*) sejak 1999 tidak termasuk Timor Timur
Bali
1,69
1,18
0,72
0,7
3,21
1,31
Nusa Tenggara Barat
2,36
2,15
1,82
Nusa Tenggara Timur
1,95
1,79
1,64
Kalimantan Barat
2,31
2,65
2,29
Kalimantan Tengah
3,43
3,88
2,99
Kalimantan Selatan
2,16
2,32
1,45
Kalimantan Timur
5,73
4,42
2,81
Sulawesi Utara
2,31
1,6
1,33
Sulawesi Tengah
3,86
2,87
2,57
Sulawesi Selatan
1,74
1,42
1,49
Sulawesi Tenggara
3,09
3,66
3,15
Gorontalo
1,59
Maluku
2,88
2,79
0,08
Maluku Utara
0,48
Papua
2,67
3,46
3,22
INDONESIA
2,31
1,98
1,49
Catatan : Tidak Termasuk Timor Timur
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , dan Sensus Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) 1995
b. Terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut sehingga menimbulkan rasa ingin tahu
warga yang menyebabkan warga berkerumun memadati jalan atau kendaraan yang terlibat
kecelakaan yang belum dibersihkan atau disingkirkan dari badan jalan.
Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas, Korban Mati, Korban Luka Berat,
Luka Ringan, dan Perkiraan Kerugian Materi Indonesia, 1992-2005
Tahun
Kecelakaan Korban Korban
Korban
Lalu Lintas Mati
luka Berat Luka
Ringan
Kerugian
Materi
(Juta Rp)
1992
19 920
9 819
13 363
14 846
15 077
1993
17 323
10 038
11 453
13 037
14 714
1994
17 469
11 004
11 055
12 215
16 544
1995
16 510
10 990
9 952
11 873
17 745
1996
15 291
10 869
8 968
10 374
18 411
1997
17 101
12 308
9 913
12 699
20 848
1998
14 858
11 694
8 878
10 609
26 941
1999*)
12 675
9 917
7 329
9 385
32 755
2000
12 649
9 536
7 100
9 518
36 281
2001
12 791
9 522
6 656
9 181
37 617
2002
12 267
8 762
6 012
8 929
41 030
2003
13 399
9 856
6 142
8 694
45 778
2004
17 732
11 204
8 983
12 084
53 044
2005
18 116
11 451
9 253
11 168
51 355
Sumber : Kepolisian Republik Indonesia
*) sejak 1999 tidak termasuk Timor Timur
c. Terjadinya banjir yang merendam badan jalan sehingga para pengendara kendaraan
memperlambat laju kendaraannya.
d. Adanya perbaikan jalan.
e. Kepanikan yang melanda akibat adanya sirene tsunami atau kepanikan untuk mengevakuasi
diri ke tempat yang lebih aman.
f. Adanya bagian jalan yang rusak atau longsor.
2. Dampak negatif kemacetan lalu lintas
Kemacetan lalu lintas menyebabkan dampak negatif yang besar antara lain:
a. Kerugian waktu, karena kecepatan yang rendah.
b. Pemborosan energi
c. Meningkatkan polusi udara, karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan
mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal.
d. Meningkatkan stress pengguna jalan.
e. Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti: ambulans, pemadam kebakaran dalam
menjalankan tugasnya.
3. Upaya mengurangi kemacetan lalu lintas
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas yang harus
direncanakan secara komperhensif, diantaranya:
a. Peningkatan kapasitas jalan.
Salah satu langkah mengurangi kemacetan jalan adalah dengan meningkatkan kapasitas jalan,
misalnya: memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas jika memungkinkan, mengurangi
konflik di persimpangan dengan membatasi arus belok kanan.
b. Keberpihakan kepada angkutan umum
Untuk meningkatkan daya dukung jaringan jalan dengan mengoptimalkan kepada angkutan yang
efisien dalam penggunaan ruang jalan. Misal: pengembangan jaringan pelayanan angkutan
umum, pengembangan jalur khusus bus, seperti busway di Jakarta, pengembangan kereta api
kota yang dikenal dengan metro di Perancis, Subway di Amerika Serikat, MRT di Singapura.
Juga dengan keringanan pajak dan bea masuk untuk kendaraan angkutan umum.
c. Pembatasan kendaraan pribadi
Kebijakan ini memang tidak populer, namun jika kemacetan semakin parah maka harus
dilakukan manajemen lalu lintas yang lebih ekstrim sebagai berikut:
1) Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi menuju suatu kawasan tertentu yang akan dibatasi
lalu lintasnya, bentuk lainnya adalah dengan penerapan tarif parkir yang tinggi di kawasan
tersebut, sistem ini berhasil di Singapura, London dan Stokholm.
2) Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya kepemilikan, pajak bahan
bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi.
3) Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu dengan menerapkan
kawasan 3 in 1, atau bentuk lain pembatasan sepeda motor masuk tol, pembatasan mobil pribadi
masuk jalur busway.
d. Menerapkan jam kerja berbeda
Walaupun terkesan hanya memindahkan jam macet tetapi solusi ini memberikan kontribusi
mengurai kemacetan lalu lintas.
E. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemacetan disebabkan oleh:
1. Arus kendaraan yang melewati jalan tersebut telah melampaui kapasitas jalan tersebut.
2. Kecelakaan lalu lintas.
3. Bencana
4. Perbaikan
5. Kepanikan
F. Saran
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya mematuhi peraturan dan
kebijaksanaan berlalu lintas demi kenyamanan dan keselamatan juga menghindari kemacetan.
2. Memberikan prioritas kepada transortasi masal atau angkutan kota guna mengurangi
kepadatan kendaraan di jalan namun dengan memperhatikan kenyamanan transportasi massal
tersebut sehingga pemilik kendaraan mau beralih menggunakan transportasi ini.
G. Daftar pustaka
//http: wikipedia.com
//http: bps.go.id
Morlok, Edward K. 1978. Introduction to Transportation Engineering and
Planning. Mc Graw-Hill.Inc. Pennsylvania.
Khisty, Jotin C dan B. Kent Lall. 2003. Transportation Engineering: An
Introduction, 3rd Edition. Pearson Education. Prentice Hall.
Lampiran:
Ambulance terganggu kelancarannya
Banjir juga mengakibatkan kemacetan
http://imranjamaluddin.wordpress.com/2010/07/05/makalah-kemacetan/
19 Votes
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara sedang berkembang, permasalahan yang ada di negara berkembang
lebih kompleks dibandingkan dengan negara-negara maju, mulai dari pertumbuhan penduduk
yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang
pembangunan itu sendiri. Diantara banyak permasalahan itu adalah kemacetan atau kongesti.
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang
disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak
terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau
memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk,
misalnya Jakarta dan Bangkok. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di
Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Kemacetan sering dijumpai di kota-kota besar di negara berkembang seperti Bangkok dan
Jakarta. Kemacetan juga sering dijumpai pada daerah-daerah perdagangan (CBD) di kota-kota
seluruh dunia.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan adalah:
1. Apa yang menyebabkan kemacetan lalu lintas
2. Apa dampak negatif dari kemacetan lalu lintas
3. Bagaimana upaya mengurangi kemacetan lalu lintas
C. Teori Pendukung
1. Komponen lalu lintas
Sebelum kita membahas komponen lalu lintas, sebaiknya harus diketahui dulu apa itu lalu lintas,
menurut undang-undang No. 22 tahun 2009 lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan
orang di ruang lalu lintas jalan, sedangkan yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah
prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang dan atau barang yang berupa
jalan dan fasilitas pendukung.
Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat,
aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan
rekayasa lalu lintas.
Seperti terlihat di bagan, komponen lalu lintas terdiri atas manusia, kendaraan dan jalan yang
saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan untuk
dikemudikan oleh pengemudi yang mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang
memenuhi persyaratan.
2. Manajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas. Manajemen lalu lintas meliputi:
a. Kegiatan perencanaan lalu lintas
Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan. Maksud
inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan
ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor
kecepatan dan keselamatan.
b. Kegiatan pengaturan lalu lintas
Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi: penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan
minimum dan maximum, larangan atau perintah penggunaan jalan bagi pemakai jalan.
c. Kegiatan pengawasan lalu lintas
Kegiatan pengawasan lalu lintas meliputi:
1. Pemantauan dan penilaian terhadap kebijaksanaan lalu lintas, dimaksudkan untuk mengetahui
efektifitas dari kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut untuk mendukung ketercapaian tingkat
pelayanan yang telah ditentukan. Kegiatan pemantauan meliputi, inventarisasi kebijaksanaankebijaksanaan lalu lintas yang berlaku pada ruas jalan, jumlah pelanggaran dan tindakantindakan koreksi yang telah dilakukan atas setiap pelanggaran tersebut. Kegiatan penilaian
meliputi, penentuan kriteria penilaian, analisis pelanggaran dan usulan tindakan perbaikan.
2. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas, dimaksudkan untuk
menjamin tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang sudah ditentukan. Tindakan korektif
diantaranya: peninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila didalam pelaksanaannya
menimbulkan masalah.
d. Kegiatan pengendalian lalu lintas
Kegiatan pengendalian lalu lintas meliputi:
1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas, dengan maksud
agar diperoleh keseragaman dalam pelaksanaannya serta dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan.
2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban
masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
D. Pembahasan
1. Penyebab Kemacetan lalu lintas
Kemacetan lalu lintas bisa terjadi karena beberapa hal:
a. Arus kendaraan yang melewati jalan tersebut telah melampaui kapasitas jalan tersebut. Dapat
dilihat dari tabel bahwasanya tiap tahun jumlah kendaraaan dari berbagai jenis selalu meningkat,
sedangkan panjang jalan dan pertambahan panjang dan luasnya tidak sebanding dengan
pertambahan jumlah kendaraan tiap tahunnya.
Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenisnya, Indonesia 1987-2005
Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenisnya, Indonesia 19872005
Tahun
Mobil
Penumpang
Bis
Truk
Sepeda
Motor
Jumlah
1987
1 170 103
303 378
953 694
5 554 305
7 981 480
1988
1 073 106
385 731
892 651
5 419 531
7 771 019
1989
1 182 253
434 903
952 391
5 722 291
8 291 838
1990
1 313 210
468 550
1 024 296
6 082 966
8 889 022
1991
1 494 607
504 720
1 087 940
6 494 871
9 582 138
1992
1 590 750
539 943
1 126 262
6 941 000
10 197 955
1993
1 700 454
568 490
1 160 539
7 355 114
10 784 597
1994
1 890 340
651 608
1 251 986
8 134 903
11 928 837
1995
2 107 299
688 525
1 336 177
9 076 831
13 208 832
1996
2 409 088
595 419
1 434 783
10 090 805 14 530 095
1997
2 639 523
611 402
1 548 397
11 735 797 16 535 119
1998
2 769 375
626 680
1 586 721
12 628 991 17 611 767
1999*)
2 897 803
644 667
1 628 531
13 053 148 18 224 149
2000
3 038 913
666 280
1 707 134
13 563 017 18 975 344
2001
3 261 807
687 770
1 759 547
15 492 148 21 201 272
2002
3 403 433
714 222
1 865 398
17 002 140 22 985 193
2003
3 885 228
798 079
2 047 022
19 976 376 26 706 705
2004
4 464 281
933 199
2 315 779
23 055 834 30 769 093
2005
5 494 034
1 184 918 2 920 828
28 556 498 38 156 278
Sumber : Kepolisian Republik
Indonesia
*) sejak 1999 tidak termasuk Timor
Timur
Panjang Jalan menurut Level Kewenangan, Indonesia 1987 – Jumlah kendaraan tentu
berbanding lurus dengan
2005 (Km)
pertumbuhan penduduk, karena
Tahun
Negara
Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah
semakin banyak penduduk tentu
1987
13 863
40 277
168 784
222 924 kebutuhan akan kendaraan terus
meningkat.
1988
14 590
40 299
195 425
250 314 Laju Pertumbuhan Penduduk
1989
17 185
40 704
208 437
266 326 menurut Provinsi
Laju Pertumbuhan
1990
19 806 Penduduk
38 099 menurut
225 611
283 516
Provinsi
1991
21 858
42 504
249 535
313 897
Provinsi
Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun
1992
21 858
42 625
255 275
319 758
1971-1980
1980-1990
1990-2000
1993
23 483
46 231
275 178
344 892
Nanggroe Aceh
2,93
2,72
1,46
1994
26
351
49
693
280
834
356
878
Darussalam
1995
23 857
Sumatera Utara
38 170
2,6
265 200 2,06
327 227 1,32
1996
26 850
Sumatera Barat
39 747
2,21
269 780 1,62
336 377 0,63
1997
Riau
27 127
42 205
3,11
272 135 4,3
341 467 4,35
1998
Jambi
27 977
47 863
4,07
279 523 3,4
355 363 1,84
1999*)
26 206
Sumatera Selatan
46 538
3,32
283 207 3,15
355 951 2,39
2000
B e n g k u 26
l u 272
46 781
4,39
282 898 4,38
355 951 2,97
2001
L a m p u n26
g 328
47 877
5,77
287 577 2,67
361 782 1,17
2002
27616
Kep. Bangka
Belitung 48 905
291 841
368 362 0,97
2003
DKI Jakarta29318
48 424
3,93
292 774 2,42
370 516 0,17
2004
Jawa Barat 34629
40 125
2,66
298 175 2,57
372 929 2,03
2005
34629
Jawa Tengah
40 125
1,64
316 255 1,18
391 009 0,94
Sumber
: Kantor Dep. Pekerjaan
DI Yogyakarta
1,1 Umum Provinsi
0,57 dan
Kabupaten/Kota
Jawa Timur
1,49
1,08
Catatan : 1987 – 1992 tidak termasuk DKI Jakarta
Banten
*) sejak 1999 tidak termasuk Timor Timur
Bali
1,69
1,18
0,72
0,7
3,21
1,31
Nusa Tenggara Barat
2,36
2,15
1,82
Nusa Tenggara Timur
1,95
1,79
1,64
Kalimantan Barat
2,31
2,65
2,29
Kalimantan Tengah
3,43
3,88
2,99
Kalimantan Selatan
2,16
2,32
1,45
Kalimantan Timur
5,73
4,42
2,81
Sulawesi Utara
2,31
1,6
1,33
Sulawesi Tengah
3,86
2,87
2,57
Sulawesi Selatan
1,74
1,42
1,49
Sulawesi Tenggara
3,09
3,66
3,15
Gorontalo
1,59
Maluku
2,88
2,79
0,08
Maluku Utara
0,48
Papua
2,67
3,46
3,22
INDONESIA
2,31
1,98
1,49
Catatan : Tidak Termasuk Timor Timur
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , dan Sensus Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) 1995
b. Terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut sehingga menimbulkan rasa ingin tahu
warga yang menyebabkan warga berkerumun memadati jalan atau kendaraan yang terlibat
kecelakaan yang belum dibersihkan atau disingkirkan dari badan jalan.
Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas, Korban Mati, Korban Luka Berat,
Luka Ringan, dan Perkiraan Kerugian Materi Indonesia, 1992-2005
Tahun
Kecelakaan Korban Korban
Korban
Lalu Lintas Mati
luka Berat Luka
Ringan
Kerugian
Materi
(Juta Rp)
1992
19 920
9 819
13 363
14 846
15 077
1993
17 323
10 038
11 453
13 037
14 714
1994
17 469
11 004
11 055
12 215
16 544
1995
16 510
10 990
9 952
11 873
17 745
1996
15 291
10 869
8 968
10 374
18 411
1997
17 101
12 308
9 913
12 699
20 848
1998
14 858
11 694
8 878
10 609
26 941
1999*)
12 675
9 917
7 329
9 385
32 755
2000
12 649
9 536
7 100
9 518
36 281
2001
12 791
9 522
6 656
9 181
37 617
2002
12 267
8 762
6 012
8 929
41 030
2003
13 399
9 856
6 142
8 694
45 778
2004
17 732
11 204
8 983
12 084
53 044
2005
18 116
11 451
9 253
11 168
51 355
Sumber : Kepolisian Republik Indonesia
*) sejak 1999 tidak termasuk Timor Timur
c. Terjadinya banjir yang merendam badan jalan sehingga para pengendara kendaraan
memperlambat laju kendaraannya.
d. Adanya perbaikan jalan.
e. Kepanikan yang melanda akibat adanya sirene tsunami atau kepanikan untuk mengevakuasi
diri ke tempat yang lebih aman.
f. Adanya bagian jalan yang rusak atau longsor.
2. Dampak negatif kemacetan lalu lintas
Kemacetan lalu lintas menyebabkan dampak negatif yang besar antara lain:
a. Kerugian waktu, karena kecepatan yang rendah.
b. Pemborosan energi
c. Meningkatkan polusi udara, karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan
mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal.
d. Meningkatkan stress pengguna jalan.
e. Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti: ambulans, pemadam kebakaran dalam
menjalankan tugasnya.
3. Upaya mengurangi kemacetan lalu lintas
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas yang harus
direncanakan secara komperhensif, diantaranya:
a. Peningkatan kapasitas jalan.
Salah satu langkah mengurangi kemacetan jalan adalah dengan meningkatkan kapasitas jalan,
misalnya: memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas jika memungkinkan, mengurangi
konflik di persimpangan dengan membatasi arus belok kanan.
b. Keberpihakan kepada angkutan umum
Untuk meningkatkan daya dukung jaringan jalan dengan mengoptimalkan kepada angkutan yang
efisien dalam penggunaan ruang jalan. Misal: pengembangan jaringan pelayanan angkutan
umum, pengembangan jalur khusus bus, seperti busway di Jakarta, pengembangan kereta api
kota yang dikenal dengan metro di Perancis, Subway di Amerika Serikat, MRT di Singapura.
Juga dengan keringanan pajak dan bea masuk untuk kendaraan angkutan umum.
c. Pembatasan kendaraan pribadi
Kebijakan ini memang tidak populer, namun jika kemacetan semakin parah maka harus
dilakukan manajemen lalu lintas yang lebih ekstrim sebagai berikut:
1) Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi menuju suatu kawasan tertentu yang akan dibatasi
lalu lintasnya, bentuk lainnya adalah dengan penerapan tarif parkir yang tinggi di kawasan
tersebut, sistem ini berhasil di Singapura, London dan Stokholm.
2) Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya kepemilikan, pajak bahan
bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi.
3) Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu dengan menerapkan
kawasan 3 in 1, atau bentuk lain pembatasan sepeda motor masuk tol, pembatasan mobil pribadi
masuk jalur busway.
d. Menerapkan jam kerja berbeda
Walaupun terkesan hanya memindahkan jam macet tetapi solusi ini memberikan kontribusi
mengurai kemacetan lalu lintas.
E. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemacetan disebabkan oleh:
1. Arus kendaraan yang melewati jalan tersebut telah melampaui kapasitas jalan tersebut.
2. Kecelakaan lalu lintas.
3. Bencana
4. Perbaikan
5. Kepanikan
F. Saran
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya mematuhi peraturan dan
kebijaksanaan berlalu lintas demi kenyamanan dan keselamatan juga menghindari kemacetan.
2. Memberikan prioritas kepada transortasi masal atau angkutan kota guna mengurangi
kepadatan kendaraan di jalan namun dengan memperhatikan kenyamanan transportasi massal
tersebut sehingga pemilik kendaraan mau beralih menggunakan transportasi ini.
G. Daftar pustaka
//http: wikipedia.com
//http: bps.go.id
Morlok, Edward K. 1978. Introduction to Transportation Engineering and
Planning. Mc Graw-Hill.Inc. Pennsylvania.
Khisty, Jotin C dan B. Kent Lall. 2003. Transportation Engineering: An
Introduction, 3rd Edition. Pearson Education. Prentice Hall.
Lampiran:
Ambulance terganggu kelancarannya
Banjir juga mengakibatkan kemacetan
http://imranjamaluddin.wordpress.com/2010/07/05/makalah-kemacetan/