Analisis Strategi Pengembangan Sektor Industri Kecil Keripik di Kota Binjai

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kebijaksanaan pembangunan yang dapat mempercepat peningkatan

kesejahteraan masyarakat adalah mengadakan industrialisasi dalam pembangunan
ekonomi. Pembangunan industri sudah saatnya dipacu mengingat struktur
perekonomian yang masih belum seimbang. Di samping struktur ekonomi yang
pincang, negara masih dihadapkan pada satu masalah pelik yaitu besarnya jumlah
penduduk

serta

tingkat

pertumbuhan

penduduk


yang

tinggi.

Hal

ini

membawakonsekuensi bahwa jumlah pencari kerja bertambah dengan pesat.
Menurut Arief Rahmana, Pengembangan UKM menjadi suatu hal yang
krusial mengingat UKM mempunyai peranan yang demikian penting untuk
pertumbuhan ekonomi sebuah negara termasuk di negara Indonesia (Husband and
Purnendu, 1999; Tambunan, 2005). Sebagai ilustrasi, UKM di Indonesia telah
memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 99,74% dari
total serapan nasional dan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp
1.013,5 triliun atau 56,73%. Besarnya kontribusi ini, menunjukkan bahwa UKM
mempunyai kemampuan untuk memperkuat struktur perekonomian nasional
(Prawirokusumo, 2001).
Meskipun secara ekonomi UKM mempunyai kontribusi yang signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi, namun dalam pengembangannya menghadapi
berbagai permasalahan.

1
Universitas Sumatera Utara

Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari
berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah
tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang
dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor
atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor
yang sama (Tambunan, 1999). Meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh
usaha mikro dan kecilmenurut (Tambunan, 1999) :
1. Kesulitan Pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
perkembangan usaha mikro dan kecil. Salah satu aspek yang terkait
dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan , baik
pasar domestik dari produk serupa buatan usaha impor , maupun
dipasar ekspor.
2. Keterbatasan Financial

Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua
masalah utama dalam aspek financial : mobilitas modal awal (star-up
capital) dan akses ke modal kerja, financial jangka panjang untuk
investasi yang sangat diperlukan demi perubahan output jangka
panjang.
3. Keterbatas SDM
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi
banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspekaspek enterpreunership, management, teknik produksi, pengembangan

2
Universitas Sumatera Utara

produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis,
akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar.
Keterbatasan ini menghambat usaha mikro dan kecil Indonesia untuk
dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar Internasional.
4. Masalah Bahan Baku
Keterbatasan bahan baku dan inpu-input lainnya juga sering menjadi
salah kendala serius pertumbuhan output atau kelangsungan produksi
bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Keterbatasan ini

dikarenakan harga bahan baku yang terlampau tinggi shingga tidak
terjangkau atau jumlahnya terbatas.
5. Keterbatasan Teknologi
Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologi lama atau tradisional yang sifatnya manual. Keterbelakagan
teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity
dan efisiensi didalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas
produk yang dibuat.
Permasalahan ini mengakibatkan lemahnya jaringan usaha, keterbatasan
kemampuan penetrasi pasar dan diversifikasi pasar, skala ekonomi terlalu kecil
sehingga sukar menekan biaya, margin keuntungan sangat kecil, dan lebih jauh
lagi UKM tidak memiliki keunggulan kompetitif.
Menurut (Tiktik Sartika dan Soejoedono, 2002) Strategi pengembangan
usaha kecil menengah bisa dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :

3
Universitas Sumatera Utara

1. Strategi Pengembangan UKM
Menurut Tiktik Sartika dan Soejoedono (2002) strategi pengembangan

UKM antara lain adalah:
a. Kemitraan Usaha
Kemitraan adalah hubungan kerja sama usaha di antara berbagai
pihak TEG sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling
membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan
disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar. Salah satu
bentuk kemitraan usaha yang melibatkan UKM dan usaha besar
adalah producton linkage. UKM sebagai pemasok bahan baku dan bahan
penolong dalam rangka mengurangi ketergantungan impor, di mana saat
ini harga produk impor cenderung sangat tinggi karena depresiasi rupiah.
b. Permodalan UKM
Pada umumnya permodalan UKM sangat lemah, baik ditinjau dari
mobilisasi modal awal (start-up capital) dan akses ke modal kerja
jangka panjang untuk investasi. Untuk memobilisasi modal awal perlu
dipadukan tiga aspek yaitu bantuan keuangan, bantuan teknis, dan
program

penjaminan,

sedangkan


untuk

meningkatkan

akses

permodalan perlu pengoptimalan peranan bank dan lembaga keuangan
mikro untuk UKM.
Sementara itu daya serap UKM terhadap kredit perbankan juga
masih sangat rendah lebih dari 80 persen kredit perbankan
terkonsentrasi ke segmen korporat, sedangkan porsi kredit untuk UKM

4
Universitas Sumatera Utara

hanya

berkisar


antara

15-21

persen

dari

total

kredit

perbankan (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Mei 2004). Untuk
mengoptimalkan jangkauan pemberian kredit kepada UKM telah
dikembangkan skim kredit dengan Program Kemitraan Terpadu,
misalnya Program Kemitraan BUMN dan Bina Lingkungan (PKBL),
Program Kemitraan dengan BPR, Koperasi dan Asosiasiserta kredit
program.
c. Modal Ventura
Pada umumnya UKM kurang paham atau tidak menyukai prosedur

atau persyaratan yang diwajibkan oleh lembaga perbankan, sebaliknya
lembaga perbakan terkadang-kadang juga memberikan persepsi
inferior mengenai potensi UKM. Hal ini menimbulkan terjadinya
distorsi dalam pembiayaan UKM. Oleh karena itu, modal ventura
dapat dijadikan sebagai alternatif sumber pembiayaan UKM. Menurut
Keppres No. 61 Tahun 1998, perusahaan modal ventura adalah badan
usaha yang melakukan usaha pengembangan dalam. bentuk penyertaan
modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan
untuk jangka waktu tertentu. Pembiyaan dengan modal ventura ini
berbeda dengan bank yang memberikan pembiayaan dalam bentuk
pinjaman atau kredit. Usaha modal ventura memberikan pembiayaan
dengan cara ikut melakukan penyertaan modal langsung ke dalam
perusahaan yang dibiayai.Perusahaan yang dibiayai disebut perusahaan
pasangan

usaha (investee

company),sedangkan

pemodal


5
Universitas Sumatera Utara

yangmembiayai

disebutperusahaan

pemodal(invesment

company atau venture capitalist).
2. Rekomendasi strategi Pengembangan UKM
Dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang
ekonomi, berikut beberapa pilihan strategi yang dilakukan dalampem
pemberdayaan UKM, yaitu:
a. Kemudahan dalam Akses Permodalan
Salah satu permasalahan yang dihadapi UKM adalah aspek
permodalan. Lambannya akumulasi kapital di kalangan pengusaha
mikro, kecil, dan menengah, merupakan salah satu penyebab
lambannya laju perkembangan usaha dan rendahnya surplus usaha di

sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Faktor modal juga menjadi
salah satu sebab tidak munculnya usaha-usaha baru di luar sektor
ekstraktif. Oleh sebab itu dalam pemberdayaan UKM pemecahan
dalam aspek modal ini penting dan memang harus dilakukan. Yang
perlu dicermati dalam usaha pemberdayaan UKM melalui aspek
permodalan ini adalah:
1. Bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak menimbulkan
ketergantungan.
2. Bagaimana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui
penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha kecil,
dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga
keuangan.

6
Universitas Sumatera Utara

3. Bagaimana skema penggunaan atau kebijakan pengalokasian
modal ini tidak terjebak pada perekonomian subsisten.
b. Bantuan Pembangunan Prasarana
Usaha mendorong produktivitas dan mendorong tumbuhnya usaha,

tidak akan memiliki arti penting bagi masyarakat, kalau hasil
produksinya tidak dapat dipasarkan, atau kalaupun dapat dijual tetapi
dengan harga yang amat rendah. Oleh sebab itu, komponen penting
dalam usaha pemberdayaan UKM adalah pembangunan prasarana
produksi dan pemasaran. Tersedianya prasarana pemasaran dan atau
transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai
pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani
dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah.
Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan
prasarana pendukung desa tertinggal, memang strategis.
c. Pengembangan Skala Usaha
Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah, pada mulanya
dilakukan melalui pendekatan individual. Pendekatan individual ini
tidak memberikan hasil yang memuaskan, oleh sebab itu, semenjak
tahun 80-an, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kelompok.
Alasannya adalah, akumulasi kapital akan sulit dicapai di kalangan
orang miskin, oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan
bersama-sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Demikian
pula dengan masalah distribusi, orang miskin mustahil dapat

7
Universitas Sumatera Utara

mengendalikan distribusi hasil produksi dan input produksi, secara
individual. Melalui kelompok, mereka dapat membangun kekuatan
untuk

ikut

menentukan

pengorganisasian

ekonomi

distribusi.
diarahkan

Pengelompokan
pada

kemudahan

atau
untuk

memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan
untuk membangun skala usaha yang ekonomis. Aspek kelembagaan
yang lain adalah dalam hal kemitraan antar skala usaha dan jenis
usaha, pasar barang, dan pasar input produksi. Aspek kelembagaan ini
penting untuk ditangani dalam rangka pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
d. Pengembangan Jaringan Usaha, Pemasaran dan Kemitraan Usaha
Upaya mengembangkan jaringan usaha ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam pola jaringan misalnya dalam bentuk jaringan sub
kontrak maupun pengembangan kluster. Pola-pola jaringan semacam ini
sudah terbentuk akan tetapi dalam realiatasnya masih belum berjalan
optimal. Pola jaringan usaha melalui sub kontrak dapat dijadikan sebagai
alternatif bagi eksistensi UKM di Indonesia. Meskipun dalam
kenyataannya banyak industri kecil yang justru tidak memiliki jaringan
sub kontrak dan keterkaitan dengan perusahaan-perusahaan besar
sehingga eksistensinya pun menjadi sangat rentan. Sedangkan pola
pengembangan

jaringan

melalui

pendekatan

kluster,

diharapkan

menghasilkan produk oleh produsen yang berada di dalam klaster bisnis

8
Universitas Sumatera Utara

sehingga mempunyai peluang untuk menjadi produk yang mempunyai
keunggulan kompetitif dan dapat bersaing di pasar global.
e. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor penting bagi setiap usaha
termasuk juga di sektor usaha kecil. Keberhasilan industri skala kecil
untuk menembus pasar global atau menghadapi produk-produk impor
di pasar domestik ditentukan oleh kemampuan pelaku-pelaku dalam
industri kecil tersebut untuk mengembangkan produk-produk usahanya
sehingga tetap dapat eksis. Kelemahan utama pengembangan usaha
kecil menengah di Indonesia adalah karena kurangnya ketrampilan
sumber daya manusia. Manajemen yang ada relatif masih tradisional.
Permasalahan ini mengakibatkan lemahnya jaringan usaha, keterbatasan
kemampuan penetrasi pasar dan diversifikasi pasar, skala ekonomi terlalu kecil
sehingga sukar menekan biaya, margin keuntungan sangat kecil, dan lebih jauh lagi
UKM tidak memiliki keunggulan kompetitif. Melihat berbagai permasalahan yang
dihadapi dalam pengembangan UKM, maka dibutuhkan suatu strategi pengembangan
UKM agar perkembangan UKM di Indonesia berjalan dengan cepat, permasalahan
yang dihadapi UKM dapat direduksi, dan UKM mempunyai keunggulan yang lebih
kompetitif (Hafsah, 2004). Dengan demikian, semua permasalahan yang dihadapi
UKM sebaiknya dijadikan input atau bahan pertimbangan dalam merumuskan
strategi pengembangannya agar strategi tersebut bersifat komprehensif dan dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Berbagai penelitian tentang strategi pengembangan
UKM di Indonesia telah dilakukan, di antaranya oleh Winarni (2006), Hafsah (2004),

9
Universitas Sumatera Utara

dan Situmorang (2008). Pada dasarnya strategi pengembangan UKM yang diusulkan
oleh para peneliti tersebut tidak berbasis keunggulan atau potensi lokal (potensi
UKM) dan peluang-peluang eksternal, serta strategi pengembangan yang diusulkan
masih didasarkan pada pendekatan kualitatif.
Industri kecil adalah salah satu golongan industri yang termasuk dalam
UKM yang telah dibahas sebelumnya, industri kecil memiliki peluang
berkembang yang lebih besar dari industri skala mikro maka dari itu penting
untuk diperhatikan perkembangannya. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun
2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Industri kecil adalah kegiatan
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan (519 orang ) atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasasi, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki
kekayaan bersih dari Rp. 50.000.000 paling banyak Rp. 500.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Posisi Kota Binjai cukup strategis untuk menjadikannya berkembang pesat
sebagai Kota perdagangan karena terletak di jalur lintas Sumatera. Jalur ini
menghubungkan Kota Binjai dengan Kota Medan atau di Kabupaten di Sumatera
Utara, seperti Kota Medan, Kabupaten Langkat, dan Provinsi Daerah Istimewa
Aceh.Kota Binjai terdiri dari 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Selatan,
Binjai Kota, Binjai Timur, Binjai Utara, dan Binjai Barat dengan 37 kelurahan dan
jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 219.145 jiwa. Binjai bagian Utara adalah
kecamatan yang paling tinggi aktivitas ekonominya, berbeda dengan Binjai

10
Universitas Sumatera Utara

Selatan dan Timur yang mengandalkan pertanian. Bahan baku produksi dalam
memproduksi keripik seperti ubi, singkong dan sejenisnya masih tersedia atau
melimpah di sekitar Kota Binjai. Ditambah lagi dengan tingginya angka konsumsi
cemilan seperti keripik belakangan ini akan berpengaruh positif terhadap
tingginya perkembangan usaha keripik. Keripik juga bisa dijadikan makanan khas
Kota yang menjadi produk andalan yang siap bersaing dengan makanan khas Kota
sekitar seperti Medan, Langkat dan Deli Serdang. Dengan masih tingginya angka
ketersediaan bahan baku keripik. Dan keripik adalah contoh produk yang bisa
menjadi produk bersaing dengan produk dengan skala yag lebih besar lainnya,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Strategi
Pengembangan Sektor Industri Kecil Keripik di Kota Binjai.
1.2

Perumusan Masalah
1. Bagaimana profil industri kecil keripik di Kota Binjai?
2. Bagaimana kondisi SDM dan permodalan pada industri kecil keripik di
Kota Binjai?
3. Bagaimana strategi pengembangan industri kecil keripik di Kota Binjai

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui profil industri kecil keripik di Kota Binjai
2. Untuk mengetahui kondisi SDM dan permodalan pada industri kecil
keripik di Kota Binjai.
3. Untuk mengetahui Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Kota
Binjai.

11
Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yaitu
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
padakhususnyabidang pemberdayaan industri kecil menengah.
b. Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

masukan

dalammengembangkan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan
denganstrategi pemberdayaan industri kecil.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yangterkait
dengan pemberdayaan industri kecil untuk meningkatkanperkembangan
usaha, serta meningkatkan pemberdayaan industri kecil.

12
Universitas Sumatera Utara