PERMASALAHAN PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL DI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI.

(1)

PERMASALAHAN PENGEMBANGAN USAHA

INDUSTRI KECIL DI KECAMATAN

BINJAI BARAT KOTA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : JULIANI 071233310013

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

vi ABSTRAK

Juliani, NIM. 071233310013. Permasalahan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Karakteristik usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai dilihat dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan. (2) Permasalahan pada pengembangan usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai dilihat dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Agustus 2013. Populasi pada penelitian ini adalah 17 unit usaha industri kecil yang ada di Kecamatan Binjai Barat, dan sampel yang diambil adalah 10 unit usaha industri kecil. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi langsung dan data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Modal awal yang digunakan usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat bervariasi, modal operasional paling rendah adalah Rp 665.000/produksi (Opak Lastri), paling tinggi Rp 3.540.000/produksi (Tahu Pong Karmi). Bahan baku yang digunakan 80% dibeli di Pasar Tavip Kota Binjai dan 20% dari Kabupaten Langkat, dengan jumlah tertinggi Rp 2.890.000/produksi (Tahu Pong Karmi) dan terendah Rp 380.000/produksi (Kerupuk Evi). Jumlah produksi paling banyak 20.000 potong tahu yaitu Rp 180/potong (Tahu Pong Karmi), paling sedikit 40 buah plengki yaitu Rp 35.000/buah (anyaman bambu Anik). Jumlah tenaga kerja industri kecil 77 orang berasal dari wilayah Kecamatan Binjai Barat, upah tenaga kerja tertinggi Rp 50.000/hari dan terendah Rp 30.000/hari. Transportasi yang digunakan adalah koldiesel, pick up, becak, dan motor (sewa). Daerah pemasaran hasil industri kecil berada di Binjai, Medan, Langkat, dan Aceh dengan harga jual Rp 180 – Rp 35.000/buah. Pendapatan tertinggi Rp 155.000/produksi (Tahu Kuning Sulis) dan terendah Rp 22.000/produksi (Tempe Yuni). (2) Permasalahan yang paling dominan usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat adalah sedikitnya jumlah pendapatan Rp 22.000 – Rp 155.000/produksi dibanding dengan jumlah harga bahan baku Rp 380.000 – Rp 2.890.000/produksi, peralatan produksi untuk penjemuran kerupuk dan opak masih sederhana, persaingan harga jual akibat banyaknya jumlah hasil produksi yang sama di pasar, dan ketidakhadiran tenaga kerja mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul Permasalahan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Adapun tujuan skripsi ini dibuat adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan bagi mahasiswa S1 guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, oleh karena itu penulis memperoleh banyak bantuan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan 2. Bapak Dr. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi.

4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi, dan dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis.

5. Ibu Dra. Minah Sinuhaji, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Bapak Hajat Siagian yang sangat membantu dalam mengurus segala keperluan penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

iv

7. Bapak / Ibu dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu berharga untuk penulis,

8. Teristimewa kepada kedua Ibunda tercinta Sumarmi dan Suyatik dan kedua alm. Ayahanda tersayang alm.Hasan Lubis dan alm.Abdul Rahman yang telah mendidik, membesarkan, memberikan doa, serta motivasi kepada penulis selama menuntut ilmu hingga saat ini.

9. Kembaran tersayang Juliyanti, S.Kom yang telah memberikan motivasi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi sebagai Sarjana Pendidikan Geografi.

10.Kakanda terkasih Narotama Hutabalian yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat seperjuangan Ridha Asmi Lestari, Artha Simanjuntak, R. Nice Marpaung, Wenny Hutauruk, Melda Sari.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih.

Medan, Januari 2014 Penulis

Juliani


(7)

vii DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……….………...i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN………..ii

KATA PENGANTAR………..iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………...v

ABSTRAK………...vi

DAFTAR ISI……….vii

DAFTAR TABEL………...ix

DAFTAR GAMBAR………xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.………..…….1

B. Identifikasi Masalah…...………...…....5

C. Pembatasan Masalah...……….….………...6

D. Perumusan Masalah……….………...……...6

E. Tujuan Penelitian……….………...…...7

F. Manfaat Penelitian……….………...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis……….……….……8

B. Penelitian Relevan.………..22

C. Kerangka Berpikir.………..24

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian……….………....26

B. Populasi dan Sampel…….………..26

C. Variabel dan Defenisi Operasional.………....27

D. Teknik Pengumpulan Data….………...……….30


(8)

viii

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

A. Kondisi Fisik..……….……….31 B. Kondisi NonFisik...………...35 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………..……….45 B. Pembahasan………....75 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..………...84

B. Saran…..………...85

DAFTAR PUSTAKA……….87 LAMPIRAN……….88


(9)

ix

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Luas Wilayah dan Jumlah Lingkungan ………34

2. Penggunaan Lahan………..………..35

3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk………..…..36 4. Komposisi Penduduk Menurut Umur…….………..37

5. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin………..………38

6. Komposisi Penduduk Matapencaharian………….………...39

7. Komposisi Penduduk Menurut Agama……….40

8. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan…..………...41 9. Sarana Pendidikan……….………42

10. Sarana .Kesehatan……….………....42

11. Sarana Olahraga……….……43

12. Sarana Peribadatan…...……….……44

13. Identitas Responden…………...………...46

14. Jumlah dan Sumber Modal………....48

15. Modal Operasional……...………..………..….50

16. Jumlah Produksi………....55

17. Jumlah Tenaga Kerja……….…....61

18. Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan………...63

19. Alat Transportasi Yang Digunakan………….………..65


(10)

x


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1. Skema Kerangka Berpikir………..……….….25

2. Peta Administrasi Kecamatan Binjai Barat………..……….….…..32

3. Peta Administrasi Kota Binjai………..33

4. Tepung Kanji, Cuka Tahu, Kedelai Bahan Baku Tahu Kuning…..……….53 5. Ubi Kayu Bahan Baku Opak………54

6. Tenaga Kerja Melakukan Penggilingan Kedelai………..56

7. Tenaga Kerja Melakukan Proses Penggorengan Tahu Pong………57

8. Tenaga Kerja Mewarnai Tahu Kuning……….58

9. Tenaga Kerja Mencetak Tahu Putih……….59

10. Proses Penjemuran Kerupuk..………...59

11. Proses Penjemuran Opak………..60 12. Tenaga Kerja Industri Anyaman Bambu………..64 13. Tenaga Kerja Industri Tahu Pong……….………64


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Besarnya jumlah penduduk tersebut apabila tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan tentunya akan menyebabkan banyaknya pengangguran. Oleh karena itu, peran industri perlu dikembangkan secara menyeluruh dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif dan optimal serta seluruh potensi yang ada untuk mencapai sasaran tujuan pembangunan nasional.

Menurut ketetapan MPR No. II/MPR1993 sebagai berikut : Industri kecil dan menengah termasuk industri kerajinan dan indusri rumah tangga perlu dibina menjadi usaha yang efisien dan mampu berkembang mandiri, meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan kerja dan makin mampu meningkatkan perannya dalam menyediakan barang dan jasa, serta berbagai keperluan baik untuk keperluan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan industri kecil perlu diberikan kemudahan dalam permodalan, perijinan maupun pemasaran serta ditingkatkan keterkaitanya dengan industri yang yang berskala besar secara efisien dan saling menguntungkan melalui pola kemitraan.

Industri merupakan suatu kegiatan pengolahan bahan mentah mejadi barang setengah jadi ataupun barang jadi yang memiliki nilai untuk mendapatkan keuntungan. Dalam masyarakat yang sedang berkembang, dimana pembangunan


(13)

2

ekonomi telah mulai berjalan, pemanfaatan pasar tradisional sebagai pemenuhanan kebutuhan masyarakat dalam proses ekonomi menjadi sangat penting guna meningkatan keuntungan industri kecil dalam menumbuh kembangkan kelangsungan hidup para pelaku industri kecil tersebut.

Usaha untuk mengembangkan industri kecil dan industri menengah merupakan langkah yang tepat sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi Indonesia pada saat ini.

Dalam kenyataannya kelompok industri kecil dan rumah tangga masih mengalami kesulitan yang mendasar dan selalu akan mereka hadapi selama kondisi internal dan eksternal tidak mendukung. Kesulitan-kesulitan itu antara lain, (1) kesulitan pemasaran dalam hal ini disebabkan oleh permintaan menurun, tidak mampu bersaing dalam harga, kualitas dan pelayanan, (2) kesulitan bahan baku, dalam hal ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku yang tinggi menyebabkan kurangnya pasokan barang, (3) kesulitan permodalan, dalam hal ini tidak adanya kepercayaan perbankan, tidak adanya sumber modal yang mendukung (BPS, 1996).

Melihat kenyataan tersebut maka industri kecil dalam hal ini usaha kecil harus mendapat perhatian dalam hal pembinaan dan pengembangan sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pertumbuhan perekonomian nasional daerah dan masyarakat, dan menyerap tenaga kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran.


(14)

3

Sejak terjadinya krisis perekonomian yang melanda dunia termasuk di dalamnya Indonesia, mengakibatkan berbagai dampak terhadap aktifitas ekonomi, tidak terkecuali industri kecil dan industri rumah tangga. Ada yang mengalami kemunduran karena tidak mampu mengatasi akibat dampak krisis ekonomi dan ada juga yang justru mengalami peningkatan.

Banyak faktor yang menimbulkan berkembang tidaknya suatu industri di suatu daerah atau negara tertentu, ini tentu berkaitan dengan ketersediaan faktor-faktor industri diantaranya yakni faktor-faktor modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan kebijakan pemerintah (Prawiro, 1980)

Demikian juga dengan industri yang terdapat di Kecamatan Binjai Barat sebagai salah satu dari 5 Kecamatan yang termasuk dalam wilayah Pemerintahan Kota Binjai, ternyata keberadaan industri dalam hal ini industri kecil sudah sejak lama berdiri di Kecamatan ini sekitar tahun 80 an (hasil wawancara dengan salah satu pengusaha industri kecil, 2012). Awalnya di daerah ini perusahaan industri kecil hanya ada satu industri kecil pembuatan tempe saja kemudian dalam beberapa tahun berdirilah industri kecil lainnya dengan jenis produk yang berbeda yaitu industri pembuatan tahu pong, pembuatan tahu putih, tahu kuning, kerupuk, dan roti.

Sektor-sektor usaha industri kecil tersebut diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja dari masyarakat setempat khususnya masyarakat Kecamatan Binjai Barat. Selain itu, jika dilihat dari pertambahan jumlah penduduk yang signifikan peningkatannya di Kota Medan sebagai daerah tujuan pemasaran dan Kota Binjai selain sebagai daerah tujuan pemasaran juga sebagai daerah penghasil


(15)

4

produksi, dimungkinkan hal tersebut dapat meningkatkan jumlah usaha produksi industri kecil di Kecamatan Binjai Barat

Pada tahun 2010 jumlah penduduk kota Medan berkisar 2.097.610 jiwa, kemudian pada tahun 2011 terjadi peningkatan 0.93% menjadi 2.117.224 jiwa dan pada tahun 2012 jumlah penduduk kota Medan meningkat lagi sebanyak 2.08% berkisar 2.602.612 jiwa. Demikian pula yang terjadi di kota Binjai, pada tahun 2010 jumlah penduduk kota Binjai sekitar 246.154 jiwa, selanjutnya pada tahun 2011 mengalami peningkatan berkisar 0.1% yaitu sekitar 248.456 jiwa, kemudian jumlah penduduk kota Binjai mengalami peningkatan kembali sekitar 1.3% pada tahun 2012 yakni berkisar 282.415 jiwa. Dengan peningkatan tersebut seharusnya turut diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi usaha industri kecil, karena semakin bertambahnya jumlah permintaan akan suatu produk.

Namun kenyataan yang penulis temukan, sektor-sektor usaha industri kecil yang terdapat di Kecamatan Binjai Barat mengalami penurunan dalam segi jumlah unit industrinya. Ini berbanding terbalik dengan harapan yang penulis jabarkan di atas, dimana dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan dan Binjai (konsumen produk industri) seharusnya dapat menjadi pemicu perkembangan sektor-sektor industri kecil di Kota Binjai khususnya di Kecamatan Binjai Barat. Pada tahun 2009 industri kecil di Kecamatan Binjai Barat berjumlah 27 unit usaha kecil yaitu terdiri dari usaha pembuatan tahu pong, kerupuk, opak, roti, anyaman bambu, tahu kuning, tahu putih, tempe. kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 29 unit usaha kecil (bertambah 1 unit usaha kerupuk dan 1 unit usaha tahu pong). Pada tahun 2011 menurun menjadi 26 unit usaha kecil, penurunan


(16)

5

tersebut terjadi pada usaha pembuatan tahu pong sebanyak 1 unit, usaha roti 1 unit dan 1 unit usaha anyaman bambu. Serta pada tahun 2012 jumlah usaha kecil di Kecamatan Binjai Barat berkisar 23 unit, usaha kecil yang mengalami kemandekan atau kemunduran tersebut adalah 2 unit usaha tahu pong, dan 1 unit usaha tahu kunig. (hasil tinjauan langsung di lapangan dan hasil wawancara dengan Sekretaris Camat Binjai Barat, 2012). Pada akhir tahun 2012, berdasarkan hasil tinjauan langsung penulis terjadi penurunan atau kemandekan pada usaha pembuatan tahu putih berkisar 1 unit, 1 unit usaha kerupuk, 1 unit usaha opak, 1 unit usaha roti, dan 2 unit usaha anyaman bambu, sehingga jumlah usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat secara keseluruhan pada akhir tahun 2012 menjelang tahun 2013 adalah 17 unit usaha kecil yang masih beroperasi.

Kenyataaan ini menunjukkan bahwa ada permasalahan yang dialami pengusaha dalam pengembangan usaha mereka, karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah mengenai Permasalahan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai yang dilihat melalui faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi pada penelitian ini adalah :

1. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi oleh ketersediaan lapangan kerja (tenaga kerja pada industri kecil), menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah pengangguran.


(17)

6

2. Usaha industri kecil belum banyank mendapatkan bimbingan dan pembinaan oleh pemerintah, sehingga usaha ini masih sulit untuk berkembang.

3. Terjadinya krisis ekonomi telah memukul banyak industri kecil di Indonesia, sehingga banyak industri kecil yang gulung tikar.

4. Kelompok industri kecil masih banyan mengalami masalah karena berbagai faktor yang tidak mendukung baik faktor internal dan faktor eksternal, sehingga industri ini tidak bias berkembang. Salah satu faktor yang dapat dilihat pada permasalahan pengembangan industri kecil, yaitu melalui faktor-faktor industri kecil (modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan).

C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah permasalahan pengembangan usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat kota Binjai dilihat dari faktor-faktor industri yaitu faktor-faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatannya.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah karakteristik usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai dilihat dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan?


(18)

7

2. Permasalahan apakah yang dialami pengusaha industri kecil dalam pengembangan usaha industrinya ditinjau dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Karakteristik usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai dilihat dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan.

2. Permasalahan yang dialami pengusaha industri kecil dalam pengembangan usaha industrinya ditinjau dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharakan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah Daerah Kota Binjai dalam mengambil keputusan mengenai Rencana Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Kecamatan Binjai Barat.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi industri kecil di Kecamatan Binjai Barat.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat meneliti masalah pengembangan Industri Kecil.


(19)

84

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai karakteristik industri dan permasalahan pengembangan usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat :

 Modal awal usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat bervariasi, modal operasional paling rendah adalah Rp 665.000/produksi (Opak Lastri), paling tinggi Rp 3.540.000/produksi (Tahu Pong Karmi).

 80% bahan baku dibeli di Pasar Tavip Kota Binjai dan 20% dari Kabupaten Langkat, harga tertinggi Rp 2.890.000/produksi (Tahu Pong Karmi) dan terendah Rp 380.000/produksi (Kerupuk Evi).

 Jumlah produksi paling banyak 20.000 potong yaitu Rp 180/potong (Tahu Pong Karmi), paling sedikit 40 plengki yaitu Rp 35.000/buah (anyaman bambu Anik).

 Jumlah tenaga kerja industri kecil 77 orang berasal dari daerah Kecamatan Binjai Barat, upah tenaga kerja tertinggi Rp 50.000/hari dan terendah Rp 30.000/hari.

 Transportasi yang digunakan adalah koldiesel, pick up, becak, dan motor (sewa).


(20)

85

 Daerah pemasaran hasil industri kecil berada di Binjai, Medan, Langkat, dan Aceh dengan harga jual Rp 180 – Rp 35.000/buah.

 Pendapatan tertinggi Rp 155.000/produksi (Tahu Kuning Sulis) dan terendah Rp 22.000/produksi (Tempe Yuni).

2. Permasalahan yang dialami pengusaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat :

 Sedikitnya jumlah pendapatan Rp 22.000 – Rp 155.000/produksi dibanding dengan tingginya jumlah harga bahan baku Rp 380.000 – Rp 2.890.000/produksi.

 Tingginya harga bahan baku kedelai dan jauhnya lokasi pemasok ubi kayu dan bamboo memepengaruhi pendapatan pengusaha.

 Persaingan harga jual akibat banyaknya jumlah hasil produksi yang sama di pasar.

 Peralatan produksi untuk penjemuran kerupuk dan opak masih sederhana,

 Ketidakhadiran tenaga kerja mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa saran antara lain sebagai berikut :

1. Pemerintah beserta pengusaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat hendaknya membuat organisasi untuk pengusaha tahu tempe, sehingga ada keputusan bersama dalam menetapkan harga jual tahu tempe, serta


(21)

86

memotivasi masyarakat untuk memperluas lahan pertanian agar pengusaha opak dan anyaman bambu menggunakan bahan baku dari daerah sendiri. 2. Pemerintah kota Binjai hendaknya meningkatkan kualitas dan kuantitas

mutu kacang kedelai lokal, agar pengusaha tahu dan tempe dapat menggunakan kedelai lokal, serta memberikan bantuan dana berupa modal tambahan sehingga pengusaha industri kecil dapat mengambangkan usahanya sekaligus melengkapi peralatan produksi yang lebih modern.


(22)

87

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto. 1997. Geografi Sosial. Jakarta: Ghalia.

Bale, Jhon. 1991. Geografi Sosial. Jakarta: U.P. Gajah Mada BPS. 1996. Indicator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Press BPS. 2005. Profil Industri Kecil dan Menengah. Jakarta: Press

BPS. 2008. Porofil Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga. Jakarta: Press Kamaluddin. 1986. Ekonomi Transportasi. Jakarta: Bina Aksara

Kartasapoetra. 1987. Sosiologi Industri. Jakarta: Rineka Cipta Kotler, Philip. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Farah, Lyli. 2006. Karakteristik Industri Kecil di Kecamatan Medan Polonia Kota Medan skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi UNIMED

Poerwadarminta, WJS. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Prawiro. 1980. Ekonomi Sumberdaya. Bandung: Alumni Bandung

Prawiro. 1983. Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Samosir, Lidya Afrida. 2011. Analisis Faktor-Faktor Industri Kecil Batu Bata di Desa Sukadamai Kecamatan Seibamban Kabupaten Serdang Bedagai. Skipsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED

Sofyan. 1993. Pembangunan industri kecil. Jakarta: Bina Aksara

http://books.google.co.kd/books.ensiklopedi ekonomi. Diakses 20 April 2013 jam 20.00 WIB

http://id shvoong.com/writing and speaking/presenting/pengertian bahan baku dan jenis bahan baku. Diakses pada 20 april 2013 jam 20.00 WIB

http://pasarinternasional.blogspot.com/bisnis dan manajemen. Diakses 20 april 2013 jam 20.00 WIB

http://santoso.blogspot.com/2009/10/permasalahan industri kecil rumah tangga. Diakses 10 Mei 2013 jam 20.00 WIB


(1)

2. Usaha industri kecil belum banyank mendapatkan bimbingan dan pembinaan oleh pemerintah, sehingga usaha ini masih sulit untuk berkembang.

3. Terjadinya krisis ekonomi telah memukul banyak industri kecil di Indonesia, sehingga banyak industri kecil yang gulung tikar.

4. Kelompok industri kecil masih banyan mengalami masalah karena berbagai faktor yang tidak mendukung baik faktor internal dan faktor eksternal, sehingga industri ini tidak bias berkembang. Salah satu faktor yang dapat dilihat pada permasalahan pengembangan industri kecil, yaitu melalui faktor-faktor industri kecil (modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan).

C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah permasalahan pengembangan usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat kota Binjai dilihat dari faktor-faktor industri yaitu faktor-faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatannya.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah karakteristik usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai dilihat dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan?


(2)

2. Permasalahan apakah yang dialami pengusaha industri kecil dalam pengembangan usaha industrinya ditinjau dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Karakteristik usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai dilihat dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan.

2. Permasalahan yang dialami pengusaha industri kecil dalam pengembangan usaha industrinya ditinjau dari faktor modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, dan pendapatan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharakan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah Daerah Kota Binjai dalam mengambil keputusan mengenai Rencana Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Kecamatan Binjai Barat.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi industri kecil di Kecamatan Binjai Barat.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat meneliti masalah pengembangan Industri Kecil.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai karakteristik industri dan permasalahan pengembangan usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat :

 Modal awal usaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat bervariasi, modal operasional paling rendah adalah Rp 665.000/produksi (Opak Lastri), paling tinggi Rp 3.540.000/produksi (Tahu Pong Karmi).

 80% bahan baku dibeli di Pasar Tavip Kota Binjai dan 20% dari Kabupaten Langkat, harga tertinggi Rp 2.890.000/produksi (Tahu Pong Karmi) dan terendah Rp 380.000/produksi (Kerupuk Evi).

 Jumlah produksi paling banyak 20.000 potong yaitu Rp 180/potong (Tahu Pong Karmi), paling sedikit 40 plengki yaitu Rp 35.000/buah (anyaman bambu Anik).

 Jumlah tenaga kerja industri kecil 77 orang berasal dari daerah Kecamatan Binjai Barat, upah tenaga kerja tertinggi Rp 50.000/hari dan terendah Rp 30.000/hari.

 Transportasi yang digunakan adalah koldiesel, pick up, becak, dan motor (sewa).


(4)

 Daerah pemasaran hasil industri kecil berada di Binjai, Medan, Langkat, dan Aceh dengan harga jual Rp 180 – Rp 35.000/buah.

 Pendapatan tertinggi Rp 155.000/produksi (Tahu Kuning Sulis) dan terendah Rp 22.000/produksi (Tempe Yuni).

2. Permasalahan yang dialami pengusaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat :

 Sedikitnya jumlah pendapatan Rp 22.000 – Rp 155.000/produksi dibanding dengan tingginya jumlah harga bahan baku Rp 380.000 – Rp 2.890.000/produksi.

 Tingginya harga bahan baku kedelai dan jauhnya lokasi pemasok ubi kayu dan bamboo memepengaruhi pendapatan pengusaha.

 Persaingan harga jual akibat banyaknya jumlah hasil produksi yang sama di pasar.

 Peralatan produksi untuk penjemuran kerupuk dan opak masih sederhana,  Ketidakhadiran tenaga kerja mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga

kerja yang dibutuhkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa saran antara lain sebagai berikut :

1. Pemerintah beserta pengusaha industri kecil di Kecamatan Binjai Barat hendaknya membuat organisasi untuk pengusaha tahu tempe, sehingga ada keputusan bersama dalam menetapkan harga jual tahu tempe, serta


(5)

memotivasi masyarakat untuk memperluas lahan pertanian agar pengusaha opak dan anyaman bambu menggunakan bahan baku dari daerah sendiri. 2. Pemerintah kota Binjai hendaknya meningkatkan kualitas dan kuantitas

mutu kacang kedelai lokal, agar pengusaha tahu dan tempe dapat menggunakan kedelai lokal, serta memberikan bantuan dana berupa modal tambahan sehingga pengusaha industri kecil dapat mengambangkan usahanya sekaligus melengkapi peralatan produksi yang lebih modern.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto. 1997. Geografi Sosial. Jakarta: Ghalia.

Bale, Jhon. 1991. Geografi Sosial. Jakarta: U.P. Gajah Mada BPS. 1996. Indicator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Press BPS. 2005. Profil Industri Kecil dan Menengah. Jakarta: Press

BPS. 2008. Porofil Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga. Jakarta: Press Kamaluddin. 1986. Ekonomi Transportasi. Jakarta: Bina Aksara

Kartasapoetra. 1987. Sosiologi Industri. Jakarta: Rineka Cipta Kotler, Philip. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Farah, Lyli. 2006. Karakteristik Industri Kecil di Kecamatan Medan Polonia Kota Medan skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi UNIMED

Poerwadarminta, WJS. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Prawiro. 1980. Ekonomi Sumberdaya. Bandung: Alumni Bandung

Prawiro. 1983. Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Samosir, Lidya Afrida. 2011. Analisis Faktor-Faktor Industri Kecil Batu Bata di Desa Sukadamai Kecamatan Seibamban Kabupaten Serdang Bedagai. Skipsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED

Sofyan. 1993. Pembangunan industri kecil. Jakarta: Bina Aksara

http://books.google.co.kd/books.ensiklopedi ekonomi. Diakses 20 April 2013 jam 20.00 WIB

http://id shvoong.com/writing and speaking/presenting/pengertian bahan baku dan jenis bahan baku. Diakses pada 20 april 2013 jam 20.00 WIB

http://pasarinternasional.blogspot.com/bisnis dan manajemen. Diakses 20 april 2013 jam 20.00 WIB

http://santoso.blogspot.com/2009/10/permasalahan industri kecil rumah tangga. Diakses 10 Mei 2013 jam 20.00 WIB