BOOK Agus T, Eko Danang C Komunikasi Pembangunan

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN KAMPUNG
SAYUR ORGANIK DI SURAKARTA
Agus Triyono dan Eko Danang Cahyanto
Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
� agus.triyono@ums.ac.id; ekodanang182@yahoo.co.id

Pendahuluan
Program pembangunan pada dasarnya melibatkan minimal tiga
komponen yaitu, pertama adalah komunikator pembangunan, bisa
pemerintah atau masyarakat yang bertujuan membangun. Kedua
yaitu pesan pembangunan, ide-ide ataupun program pembangunan.
Ketiga berupa komunikan pembangunan, yakni masyarakat secara
luas (Dilla, 2007). Konsep komunikasi pembangunan pada dasarnya
melibatkan partisipasi masyarakat yang berperan sebagai komunikan
dan diharapkan dapat menemukan gagasan atas permasalahan sosial
yang ada.
Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum
komunikasi dalam konteks negara-negara yang sedang berkembang,
terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana
(Harun & Ardianto, 2011). Program atau kebijakan dalam komunikasi
sosial pembangunan secara tidak langsung dapat menciptakan suatu

perubahan sosial yang cenderung positif dan membangun. Program
pembangunan direncanakan dengan pembaruan ataupun inovasi
untuk pengelolaan sumber daya alam dan manusia ataupun kebijakan
yang mencakup khalayak luas. Hal tersebut diharapkan dapat merubah
masyarakat sesuai dengan visi misi program pemberdayaan yang telah
direncanakan.
Cakupan komunikasi sosial pembangunan dapat meliputi beberapa
aspek yang berkaitan dengan masyarakat, yaitu aspek sosial ekonomi,
aspek pendidikan, serta aspek kesehatan dan lingkungan. Kesehatan

51

Kolase Komunikasi di Indonesia

dan lingkungan merupakan salah satu aspek yang perlu dicermati
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seperti penjelasan
Sulaeman (2012) bahwa kesejahteraan masyarakat saat ini menurut
UNDP diukur oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
Development Index (HDI) yang merupakan indikator komposit yang
terdiri atas tiga indikator sektor pembangunan. Pertama pendidikan

(sebagai ukuran knowledge), kesehatan (sebagai ukuran longevity) dan
ekonomi yaitu tingkat pendapatan riil (sebagai ukuran living standars).
Aspek kesehatan juga dipengaruhi oleh baik buruknya status gizi
masyarakat.
Makan buah dan sayur setiap hari menjadi salah satu indikator
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sebanyak 19,6% di Indonesia
masih ada gizi kurang (Riskesdas, 2013). Dalam meningkatkan
status gizi yang baik diperlukan program pemberdayaan masyarakat
yang berkesinambungan. Program pemberdayaan kesehatan dan
gizi masyarakat dapat dimulai dari hal yang sederhana dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Pengelolaan sumber daya yang
ada diharapkan dapat menciptakan produktivitas bagi masyarakat,
dan yang utama mampu menciptakan kemandirian serta mewujudkan
masyarakat yang sehat.
Pembangunan dalam aspek kesehatan dan gizi dapat diterapkan
melalui program pengeloaan sumber daya alam yang berbasis ramah
lingkungan. Program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang
cenderung dijalankan saat ini adalah kebun gizi mandiri.Di Indonesia
sendiri sudah ada beberapa wilayah yang sukses menjalankan program
kebun gizi mandiri. Di Sukoharjo misalnya, terdapat kebun gizi mandiri

tingkat RT yang dijalankan berkesinambungan oleh Kelompok Wanita
Tani Manunggal Mandiri. Contoh lain yang berhasil adalah kebun
gizi di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul yang telah mendapatkan
penghargaan MDGs award 1 pada tahun 2013 (bantulkab.go.id, 2014).
Sementara itu pada tahun 2013 giliran kebun gizi di Makassar yang
dikelola Rumah Zakat mendapatkan MDGs Award untuk kategori nutrisi
(Rumahzakat.org, 2014). Kebanyakan kebun gizi mandiri telah berhasil
dalam meningkatkan indikator gizi keluarga di Indonesia.
Dalam penelitian ini penulis memilih objek kebun gizi mandiri
yang digalakkan oleh Rumah Zakat cabang Surakarta di Ngemplak

52

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

Sutan, Mojosongo, Surakarta. Rumah Zakat mengusulkan program
pemberdayaan melalui kebun gizi mandiri, setelah melakukan survey
lahan yang ternyata memiliki potensi untuk dikembangkan. Gagasan
tersebut kemudian dilanjutkan oleh masyarakat Ngemplak Sutan yang
tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyrakat (KSM) Kahuripan

Sejahtera dengan program kampung sayur organik. Pemilihan objek
penelitian didasarkan pada proximity yaitu kedekatan geograis
sehingga memudahkan penulis untuk melakukan observasi. Selain itu
program yang dijalankan oleh KSM Kahuripan Sejahtera tersebut telah
dikenal secara luas di wilayah Surakarta dibuktikan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Dwi Endah dan Joko Adianto mengenai
keberhasilan program inovasi kebun gizi Solo.
Penelitian Grade Imoh (2013) menekankan pada partisipasi
masyarakat pedesaan di Afrika dalam program pembangunan
yang dikonsep oleh pemerintah. Penelitian ini mengusulkan
adanya desentralisasi dan pendekatan interpersonal dan kelompok
agar masyarakat dapat memiliki akses pada informasi dan media
massa. Penelitian ini membahas tentang dampak dari komunikasi
pembangunan di masyarakat pedesaan Afrika dan mengamati bahwa
sebagian besar program pemerintah tidak mencapai tujuan yang
diinginkan. Karena itu, konsep bottom-up yang dimaksudkan adalah
pendekatan komunikasi horizontal dan partisipatif yang secara
aktif melibatkan masyarakat pedesaan di konseptualisasi masalah,
menetapkan tujuan dan merancang strategi dan menyampaikan pesan
yang mampu dijangkau semua masyarakat. Pemahaman yang seragam

dapat melancarkan penerimaan pesan pembangunan (Imoh, 2013).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah strategi komunikasi
pembangunan yang digunakan KSM Kahuripan Sejahtera dalam
memberdayakan masyarakat melalui program kampung sayur organik?

Telaah Pustaka
Pemberdayaan
Pembangunan

Masyarakat:

Paradigma

Baru

Komunikasi

Komunikasi pembangunan dalam arti yang luas meliputi peran
dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan


53

Kolase Komunikasi di Indonesia

secara timbal balik) diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha
pembangunan antara masyarakat dengan pemerintah. Kegiatan
dimulai sejak proses perencanaan, pelaksanaan, kemudian penilaian
pembangunan. Sedangkan arti sempitnya, komunikasi pembangunan
merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian pesan
gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak
yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat
(Nasution, 2012).
Komunikasi pembangunan bersifat timbal balik dan
mementingkan adanya dialog antara kedua belah pihak. Tujuannya
untuk memberikan informasi atau menyampaikan pesan dengan
pihak yang menerima pesan atau informasi, dan antara khalayak itu
sendiri. Dengan demikian, komunikasi sosial dilaksanankan secara
bebas, terbuka, terarah, jujur, dan bertanggung jawab. Keberhasilannya
sangat bergantung dari adanya iklim yang diliputi rasa saling percaya

antara pemerintah dan masyarakat serta adanya itikad baik atas dasar
kepentingan nasional (Harun & Ardianto, 2011).
Menurut Rogers dalam Choudhury (2011) komunikasi pembangunan mengacu pada penggunaan komunikasi yang digunakan
untuk pengembangan berkelanjutan. Dengan demikian dapat dikatakan
pendekatan komunikasi yang ditujukan kepada masyarakat menunjukkan
bahwa informasi sebagai suatu hal yang dapat memperbaiki kehidupan
mereka (Choudhury, 2011). Informasi berperan penting dalam
kelangsungan strategi komunikasi pembangunan yang melibatkan
komunikasi antar anggota masyarakat. Komunikasi yang dilakukan
menunjukkan adanya pendekatan partisipatif.
Pendekatan
komunikasi
yang
dikembangkan
dengan
paradigma partisipatif harus mendorong proses berbasis kerangka
kerja untuk menciptakan ruang berbagi informasi dan bertujuan
untuk memberikan orang alat untuk merancang, membahas dan
melaksanakan pembangunan mereka sendiri (Reeves, 2015). Dalam
penelitian ini masyarakat Ngemplak Sutan telah dibekali sosialisasi

mengenai pengelolaan kampung sayur oleh Rumah Zakat.
Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar
meningkatkan pembangunan manusiawi. Hal itu berarti komunikasi
dilakukan untuk menghapuskan kemiskinan, pengangguran, dan
54

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

ketidakadilan. Komunikasi pembangunan merupakan salah satu
terobosan di lingkungan ilmu sosial. Seperti mana terobosan lainnya,
komunikasi pembangunan pada dasarnya merupakan gagasan dan
konsep yang tidak mudah untuk diapresiasi atau dipahami sampai
kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk tindakan. Komunikasi
pembangunan merupakan inovasi yang harus diusahakan agar
diketahui orang dan diterima, sebelum digunakan (Harun &
Ardianto, 2011). Melihat penjelasan dari Harun & Ardianto dapat
disimpulkan bahwa komunikasi pembangunan merupakan kegiatan
berencana yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam
penentuan gagasan dan konsep komunikasi pembangunan diperlukan
pemahaman dan antusias dari masyarakat dalam mengapresiasi

program pembangunan. Hal tersebut diperlukan dalam memuluskan
program komunikasi pembangunan.
Dalam komunikasi pembangunan, penggunaan pesan yang
berbeda untuk mengubah kondisi sosial-ekonomi masyarakat sangat
diperlukan. Pesan ini dirancang untuk mengubah perilaku masyarakat
atau untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Oleh karena itu,
komunikasi pembangunan dapat dideinisikan sebagai cara masyarakat
untuk mempromosikan pembangunan mereka sendiri(Choudhury,
2011).
Dalam penelitian ini masyarakat kampung Ngemplak Sutan,
Mojosongo, Surakarta yang tergabung dalam KSM Kahuripan Sejahtera
mencoba memanfaatkan sumber daya alam disertai keterampilan yang
telah disosialisasikan oleh Rumah Zakat. Sumber daya dan keterampilan
berupa pengelolaan kampung sayur sejatinya tidak familiar dengan
masyarakat Ngemplak Sutan. Masyarakat yang menjalankan program
kampung sayur organik memerlukan dorongan dan motivasi dari luar
agar program dapat berjalan secara berkelanjutan.
Pembangunan hakikatnya adalah perubahan yang direncanakan
ke arah yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan manusia. Pemberdayaan yang dilakukan oleh agen

pembaharuan merupakan upaya perubahan yang direncanakan sesuai
dengan potensi dan kebutuhan sasaran yang dituju. Untuk melakukan
suatu perubahan diperlukan upaya perencanaan yang matang pada
sasaran secara terencana (Anwas, 2014).

55

Kolase Komunikasi di Indonesia

Pemberdayaan masyarakat mempunyai tujuan untuk mengubah
individu atau kelompok masyarakat menuju kemandirian (Mustafa
& Asyiek, 2015). Hal tersebut karena komunikasi sosial pembangunan
mencakup tentang bagaimana sebuah komunikasi dilakukan dalam
upaya mendukung atau melaksanakan perencanaan program sosial
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan bentuk dari
pembangunan yang berpusat pada manusia. Pemberdayaan masyarakat
juga merupakan bentuk pembangunan yang direncanakan, sesuai
dengan potensi, masalah, dan kebutuhan masyarakat. Pemberdayaan
ditujukan agar masyarakat mampu berdaya, memiliki daya saing,
menuju kemandirian. Oleh karena itu, dalam proses pembangunan di

era globalisasi, pemberdayaan merupakan bentuk pembangunan yang
sangat penting (Anwas, 2014).
Pemberdayaan adalah upaya berkelanjutan yang dilakukan dengan
menciptakan suatu proses yang dapat membantu masyarakat miskin
menuju masyarakat mandiri (Nengsih, Dwina, Sari, Maulida, & Nazirun,
2015).Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan dicapai dengan
mengembangkan atau mengubah struktur dan lembaganya untuk
mewujudkan akses yang lebih adil kepada sumber daya. Atau melalui
berbagai layanan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat. Berbagai kebijakan aksi airmatif atau diskriminasi positif
mengakui keberadaan kelompok-kelompok yang dirugikan (kadangkadang dinyatakan secara spesiik dalam istilah-istilah struktural),
dan berupaya untuk memperbaiki keadaan ini dengan ‘mengubah
aturan-aturan’ untuk menguntungkan kelompok yang dirugikan (Ife &
Tesoriero, 2014). Secara sederhana apa yang dikatakan oleh Ife menyetujui
pemberdayaan masyarakat sejatinya kembali pada masyarakat itu sendiri
yang mengalami permasalahan atau dirugikan. Partisipasi masyarakat
Ngemplak Sutan sebelumnya diprakarsai oleh lembaga dari luar yang
melihat potensi lahan yang bagus. Munculnya KSM Kahuripan Sejahtera
membuktikan bahwa masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan
yang sejatinya akan berdampak positif.
Pemberdayaan menurut kerangka ekologi dapat mengarah ke
pemahaman tentang pentingnya pemberdayaan pada pengaturan
organisasi, yaitu penciptaan struktur organisasi yang memungkinkan
anggota masyarakat untuk memainkan peran yang berbeda dan
bermakna dalam proses pembangunan masyarakat. Hal tersebut
56

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

penting untuk memberikan dan menerima dukungan sosial,
membangun modal sosial dan mengambil tindakan sosial (Christens,
2012). Program pemberdayaan diharapkan membawa perubahan
pada masyarakat konvensional yang diharapkan berubah menjadi
masyarakat yang lebih dinamis dan terlibat aktif dalam program
pemberdayaan, menjadi mandiri dalam menemukan potensi yang ada
di masyarakat itu sendiri (Mustafa & Asyiek, 2015).
Tantangan yang ada dalam pemberdayaan adalah membentuk
kemitraan antara pemerintah di semua tingkatan, organisasi
masyarakat sipil, sektor swasta, lembaga adat, kelompok perempuan
dan pemuda untuk memastikan bahwa rencana dari program dan
kebijakan pembangunan telah menargetkan orang-orang pedesaan
yang sensitif, inklusif, endogen dan partisipatif (Imoh, 2013). Partisipasi
masyarakat menjadikan mereka menyadari eksistensi dan memberikan
kesempatan untuk mendapat keterampilan yang bisa dimanfaatkan
secara berkesinambungan.
Pemberdayaan ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat
agar mampu berdaya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan. Namun keberhasilannya tidak hanya menekankan pada
hasil, tetapi juga pada prosesnya melalui tingkat partisipasi yang tinggi,
berbasis pada kebutuhan dan potensi masyarakat (Anwas, 2014).
Menurut Suharto (2005) dalam Anwas (2014), penerapan pendekatan
pemberdayaan dapat dilakukan melalui 5P yaitu: pemungkinan,
penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan.
Penjelasannya sebagai berikut:
Pemungkinan; menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.
Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok lemah
agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari persaingan,
mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok
lemah.
Penyokongan; memberikan bimbingan dan dukungan agar
masyarakat mampu menjalankan peran dan tugas kehidupannya.
57

Kolase Komunikasi di Indonesia

Pemeliharaan; memelihara situasi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat.
Penelitian ini menggunakan poin 5P tentang penerapan pendekatan
pemberdayaan untuk melihat bagaimana proses komunikasi
pembangunan yang dijalankan oleh KSM Kahuripan Sejahtera.
Strategi Komunikasi Pembangunan: Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Partisipasi
Strategi dalam komunikasi pembanguan sangat penting untuk
dapat menentukan sebuah langkah efektif dan dilakukan dengan
tindakan yang benar.Strategi merupakan hal utama yang harus
dipikirkan untuk penentuan rencana komunikasi pembangunan. Hal
tersebut penting karena masing-masing wilayah memiliki karakteristik
yang berbeda-beda dan harus dengan pendekatan yang berbeda (Dilla,
2007). Perencanaan pembangunan pada suatu daerah atau pedesaan
harus diperlukan konsep strategi pembangunan yang matang sehingga
dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang ada.
Strategi adalah suatu rencana umum yang bersifat menyeluruh dan
mengandung arahan tentang tindakan-tindakan utama, yang apabila
terlaksana dengan baik akan berpengaruh pada tercapainya berbagai
tujuan jangka panjang. Strategi pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan adalah cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan
norma yang membuat masyarakat mampu berperilaku hidup bersih
dan sehat (Sulaeman, 2012). Salah satu strategi untuk membangkitkan
partisipasi aktif individu anggota masyarakat adalah melalui pendekatan
kelompok. Pembangunan yang ditujukan kepada pengembangan
masyarakat, akan mudah dipahami apabila melibatkan agen-agen lokal
melalui suatu wadah yang dinamakan kelompok (Tampubolon, 2013).
Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan
model pembangunan yang berpusat pada rakyat.Sebagai konsep yang
bertumpu pada aspek sosial budaya, pembangunan berbasis partisipasi
diartikan sebagai strategi pemberdayaan masyarakat yang berorientasi
pada nilai sosial budaya yang hidup dan berkembang.Maksudnya,
proses pembangunan tidak hanya mengembangkan nilai tambah
ekonomis, tetapi juga nilai tambah sosial secara adil (equity), setara
(equality) dan partisipatif (Dilla, 2007).
58

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

Masyarakat harus kompeten untuk membuat keputusan yang
bermakna dan otentik serta berpartisipasi secara setara dalam proses
pembangunan. Mereka harus diberdayakan sehingga mereka dapat
menerima dan memberikan informasi yang setara dalam proses
bersama. Tujuannya adalah untuk membangun kapasitas komunikasi
dari masyarakat pedesaan sehingga mereka dapat memiliki
keterampilan dan kesempatan untuk berpartisipasi (Imoh, 2013).
Adanya pemberdayaan dapat dilihat pada kemampuan masyarakat
untuk mandiri, membuat keputusan dan keinginan untuk keluar dari
tekanan (Mustafa & Asyiek, 2015).
Pada dasarnya sebuah konsep pemberdayaan masyarakat selalu
mencakup partisipasi masyarakat (Christens, 2012). Partisipasi masyarakat
dalam program pembangunan diharapkan dapat memanfaatkan potensi
daerah yang telah dikenal sehingga capaian atau hasil lebih maksimal dan
berkesinambungan. Salah satu bukti suksesnya program pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada.
Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk
pemberdayaan masyarakat yang berorietasi pada pencapaian hasil
pelaksanaan yang dilakukan masyarakat (Triyono, 2014).
Aspek gizi merupakan hal yang sangat penting pada masyarakat
pedesaan pada negara yang sedang berkembang.Pemberdayaan di
bidang kesehatan sebagai salah satu sub sistem dalam SKN (2009)
merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan, baik perorangan, kelompok, maupun masyarakat secara
terencana, terpadu dan berkesinambungaan guna tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Sulaeman, 2012).
Dalam penelitian ini aspek kesehatan fokus pada pemberdayaan
masyarakat tentang pengelolaan kampung sayur organik.
Menurut Departemen Kesehatan (2000), menformulasikan
strategi pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan
bagian dari promosi kesehatan yang meliputi advokasi kesehatan,
kemitraan untuk memperoleh dukungan masyarakat, serta kegiatan
pemberdayaan masyarakat (Sulaeman, 2012). Kegiatan komunikasi
yang dilakukan dapat berpengaruh sebagai strategi atau promosi untuk
mengedukasikan kegiatan pemberdayaan yang akan dilakukan.

59

Kolase Komunikasi di Indonesia

Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Pendekatan kualitatif dapat membantu peneliti dalam
memahami fenomena yang dialami oleh subjek, seperti perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan yang dideskripsikan melalui kata-kata (Moleong, 2010).
Secara sederhana penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat
interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode
dalam menelaah masalah penelitiannya. Penggunaan berbagai metode ini
dimaksudkan agar peneliti memperoleh pemahaman yang komprehensif
mengenai fenomena yang diteliti (Mulyana et al., 2007).
Dalam penelitian, penentuan subjek dan objek diperlukan untuk
memudahkan penulis mengkategorikan masalah atau informasi apa
yang akan dicari dan penentuan informan dalam pengumpulan data.
Subjek dalam penelitian ini adalah KSM Kahuripan Sejahtera yang
beranggotakan warga RW 37 kampung Ngemplak Sutan, Mojosongo,
Jebres, Surakarta. Sedangkan objek penelitiannya adalah strategi
komunikasi pembangunan melalui kampung sayur organik yang
dijalankan oleh KSM Kahuripan Sejahtera.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan observasi di lapangan.
Data dokumentasi juga diperoleh melalui sumber pustaka baik jurnal
maupun buku referensi lain. Sedangkan observasi dilakukan peneliti
dengan cara mengamati secara langsung program kampung sayur
organik yang dijalankan oleh warga Ngemplak Sutan.
Penentuan informan menggunakan teknik snowball. Dalam
teknik ini penentuan sampel berawal dengan jumlah kecil, kemudian
berkembang semakin banyak. Sampel pertama diminta menunjuk
orang lain untuk dijadikan sampel lagi (Kriyantono, 2010). Informan
pertama adalah Mulyadi selaku ketua KSM Kahuripan Sejahtera yang
dianggap mampu menjawab pertanyaan penelitian. Informan pertama
merekomendasikan Suradi yang menjabat sebagai ketua RW 37 dan
Paryanto selaku ketua RT 1 sebagai informan selanjutnya.
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara semistruktur
sebagai metode pengumpulan data dengan cara mempersiapkan
pertanyaan yang leksibel untuk diajukan kepada informan namun tetap
60

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

berada pada pokok permasalahan yang akan ditanyakan (Kriyantono,
2010). Selama proses wawancara peneliti melakukan proses perekaman
dengan recorder, mulai dari awal hingga akhir proses wawancara. Selain
itu, pencatatan juga harus dilakukan untuk melengkapi data dari tape
recorder (Asmara & Kusuma, 2016). Perekaman menggunakan tape
recorder dapat membantu peneliti untuk proses reduksi data.
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan model Miles dan
Huberman yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan serta veriikasi (Moleong, 2010).
Tahap pertama peneliti mengumpulkan data dari hasil wawancara
dan melakukan reduksi untuk memilih dan merangkum data untuk
dikategorikan sesuai dengan konsep permasalahan. Kemudian
dilakukan penyajian data dengan memasukkan hasil wawancara
dan observasi melalui sebuah uraian dan narasi. Selanjutnya adalah
penarikan kesimpulan yang sebelumnya telah dianalisis menggunakan
teori yang telah dipaparkan.
Untuk keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi
sumber. Triangulasi sumber adalah teknik untuk membandingkan
den mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang didapat
melalui sumber yang berbeda (Kriyantono, 2010). Salah satu cara
yang dilakukan adalah membandingkan hasil pengamatan langsung
melalui dokumentasi dengan hasil wawancara oleh informan, serta
membandingkan dengan pendapat umum yang berasal dari non
informan. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2016 dan proses
pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai
Januari 2017.

Hasil Dan Pembahasan
KSM Kahuripan Sejahtera dan Program Kampung Sayur Organik
Kegiatan komunikasi pembangunan bisa diterapkan melalui
beberapa pendekatan pemberdayaan. Sejarah program kampung
sayur organik dimulai pada awal tahun 2013, ketika Rumah Zakat
melakukan kunjungan ke RW 37 kampung Ngemplak Sutan. Tujuan
diadakannya kunjungan adalah untuk survei lahan pekarangan warga.
Tujuan lain berupa rencana penerapan program masyarakat di bidang
peningkatan gizi dan kesehatan lingkungan, khususnya PHBS (Perilaku
61

Kolase Komunikasi di Indonesia

Hidup Bersih dan Sehat). Bentuk nyata kunjungan tersebut adalah
pembentukan kebun gizi mandiri yang dikelola secara kelompok. KSM
Kahuripan Sejahtera berperan dalam pengelolaan kebun gizi mandiri
yang digalakkan oleh Rumah Zakat. Dalam pembahasan, penulis
mengkategorikan penerapan pendekatan pemberdayaan menurut
Soeharto (2005) berupa 5P, yaitu:
a. Pemungkinan
Untuk menjalankan program pemberdayaan diperlukan adanya
pengembangan ide yang berasal dari potensi masyarakat yang menjadi
objek pembangunan. Rumah Zakat menyadari adanya potensi yang
dimiliki oleh kampung Ngemplak Sutan dalam penerapan program
dengan dasar lahan pekarangan warga yang kurang dimanfaatkan. Hal
tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh informan, yaitu:
“Untuk inisiator program dari Rumah Zakat.Awalnya sebelum
ada program kampung sayur, Rumah Zakat memberikan program
di bidang kesehatan ada pemeriksaan jentik, posyandu, senam
sehat dsb. Mungkin untuk peningkatan gizi masyarakat kan kalo
bisa diadakan kebun gizi mandiri. Makanya kita bentuk kebun
gizi yang dikelola oleh kelompok.” (wawancara dengan Paryanto,
tanggal 18 Januari 2017)
“Sebelum ada program kampung sayur ini sebenarnya Ngemplak
Sutan termasuk wilayah gersang, pihak RZ mungkin menyadari
potensi lahan sempit dari warga yang kurang dimanfaatkan.
Nantinya kan bisa mengurangi imej gersang di kampung ini kalo
programnya jalan.” (wawancara dengan Mulyadi, tanggal 7 Januari
2017)
Apa yang dikatakan informan diatas menegaskan bahwa munculnya
program kampung sayur organik berawal dari gagasan pihak luar.
Rumah Zakat berperan dalam menciptakan iklim yang baik terkait
potensi masyarakat Ngemplak Sutan dalam menjalankan program
pemberdayaan. Sesuai dengan poin pemungkinan yang disampaikan
Soeharto (2000) melalui Anwas (2014). Dalam hal ini, program
kampung sayur organik telah menunjukkan bagaimana potensi atau
kemungkinan pemberdayaan dapat dilihat dan dikembangkan oleh
pihak luar yaitu Rumah Zakat.
Dalam penyampaian ide program, peran serta masyarakat juga
berpengaruh dalam kelanjutan program tersebut. Program dapat
62

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

berjalan lancar ketika masyarakat sebagai objek mau dan terbuka
dalam menerapkan ide dari program. Munculnya program kampung
sayur organik didukung oleh inisiatif beberapa tokoh masyarakat RW
37 Ngemplak Sutan, seperti yang dikatakan oleh informan 1 selaku
ketua KSM, yaitu:
“Kesadaran masyarakat akan kesehatan pada awalnya memang
sangat kurang sekali, sehingga dari sana kita sebagai tokoh
masyarakat memunculkan suatu gagasan bagaimana agar kampung
Ngemplak Sutan ini menjadi kampung yang lebih bersih, lebih
sehat dengan lingkungan yang terjaga sehingga nantinya kesehatan
lingkungan ataupun kesehatan masyarakat itu dengan sendirinya
bisa tercapai dengan aktivitas program kampung sayur organik.”
(wawancara dengan Mulyadi, tanggal 7 Januari 2017)
Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan Dilla (2007)
bahwa komunikasi pembangunan berisi kajian yang tidak lepas dari
usaha penyampaian berupa ide, gagasan, dan inovasi kepada sejumlah
besar orang. Dalam kasus ini Rumah Zakat mengeluarkan ide program
peningkatan gizi yang direspon oleh beberapa tokoh masyarakat yang
mempunyai inisiatif melakukan pemberdayaan.
Respon masyarakat berupa pembentukan kelompok untuk
mengelola program. Pembentukan kelompok sesuai dengan apa
yang dikatakan Ife & Tesoriero (2014) bahwa pemberdayaan melalui
kebijakan dan perencanaan dicapai dengan mengembangkan atau
mengubah struktur dan lembaganya. Untuk mewujudkan akses yang
lebih adil kepada sumber daya atau berbagai layanan, dan kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.Untuk menncapai
pembangunan, KSM mengusulkan program pemberdayaan yang
menyeluruh dan mencakup partisipasi semua masyarakat. Seperti yang
dikatakan informan 1 sebagai berikut:
“Awal mula program adalah menciptakan kebun gizisebagai sarana
untuk pencapaian program selanjutnya dimana sasaran kita adalah
untuk menciptakan taman sayur organik di setiap pekarangan
rumah masing-masing warga. Sasaran utama kita adalah semua
warga RW 37. Maka dari situ kita buat kampung sayur organik.”
(wawancara dengan Mulyadi, tanggal 7 Januari 2017)
Bisa dilihat bahwa inisiatif warga Ngemplak Sutan muncul setelah
adanya gagasan kebun gizi yang berperan sebagai lahan percontohan.
63

Kolase Komunikasi di Indonesia

Kebun gizi dibuat di kawasan RW 37 yang mencakup RT 1, 2 dan 3.
Lahan percontohan tersebut yang kemudian dikembangkan menjadi
kampung sayur organik yang ditujukan kepada seluruh warga.
Pembuatan KSM merupakan inisiatif dari beberapa tokoh masyarakat
yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
akan kesehatan keluarga. Selain peningkatan kesehatan, program
tersebut diharapkan dapat menjadi sarana untuk memberdayakan
masyarakat sehingga menjadi lebih mandiri.
b. Penguatan
Dalam menjalankan program, KSM menerima pengetahuan
dari studi banding dan pelatihan yang telah diterima. Pengetahuan
tersebut digunakan untuk sosialisasi kepada masyarakat RW 37 yang
belum mengerti tentang teknik penanaman sayuran. Bentuk pelatihan
sebagaimana dikatakan oleh informan 2 sebagai berikut:
“KSM dulu pernah mendapat pelatihan dan studi banding.
Rumah Zakat mengirim beberapa orang dari pengurus kelompok
untuk melakukan studi banding ke lembaga Oiska yang berada
di Karanganyar. Oiska merupakan lembaga tentang pengelolaan
pertanian yang berasal dari Jepang. Disana kita belajar tentang
teknik penanaman hingga panen, bahkan pengelolaan bibit juga
diajarkan.” (wawancara dengan Paryanto, 18 Januari 2017)
Penulis melihat bahwa langkah studi banding tersebut tepat
dalam kelanjutan program. Untuk menjadi pelopor, KSM diharuskan
mengusai teknik penanaman sayuran yang akan disosialisasikan kepada
masyarakat awam di Ngemplak Sutan. Pelatihan juga berpengaruh
bagi KSM dalam mengembangkan teknik penanaman karena sejatinya
mereka telah memahami tentang teknik tersebut. Pengetahuan yang
diberikan fasilitator adalah modal yang penting bagi KSM dalam
melakukukan sosialisasi kepada warga lain. Hal tersebut menjadikan
KSM sebagai agent of change bagi warga lain yang belum mengenal
dasar program dan teknik penanaman. Kegiatan studi banding sesuai
dengan poin penguatan yang dikatakan Soeharto (2005) dalam Anwas
(2014) yaitu memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya.

64

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

c. Perlindungan
Kampung sayur organik merupakan program yang dijalankan
KSM Kahuripan Sejahtera secara mandiri. Dalam menjalankan sebuah
program pembangunan tentunya diperlukan sebuah lembaga yang
berfungsi untuk melindungi orginasasi dari ancaman pihak luar.
Seperti yang dijelaskan Soeharto (2005) melalui poin perlindungan
yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok lemah agar tidak
tertindas oleh kelompok kuat, menghindari persaingan, mencegah
terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pihak
yang berperan memberikan perlindungan bagi KSM dikatakan oleh
informan 2 sebagai berikut:
“Program kita itu setelah berjalan kan mendapat perhatian dari
pihak luar. Kemudian dari pihak kelurahan merangkul dan
setelahnya menjadi badan yang bertanggung jawab melindungi
program kita kampung sayur organik.”(wawancara dengan Suradi,
7 Januari 2017)
Dalam pelaksanaannya, program kampung sayur organik tidak
mendapat ancaman ataupan hambatan dari pihak lain. Perlindungan
dalam program ini hanya berfungsi menjadi pihak yang bertanggung
jawab secara hukum. Program pemberdayaan di Ngemplak Sutan
merupakan inisiatif dari beberapa pihak dan hampir semua masyarakat
merespon secara positif sehingga meminimalkan hambatan ataupun
ancaman. Hal tersebut dikemukakan oleh informan 3, yaitu:
“Untuk fungsi perlindungan itu sebenarnya kita tidak ada ancaman
dari luar, disini kan program kita membangun. Kelurahan
melindungi kita sebenarnya juga merupakan bentuk apresiasi
terhadap kampung sayur organik. Selebihnya tidak ada ancaman
dari pihak luar.” (wawancara dengan Paryanto, 18 Januari 2017)
Kampung sayur organik mendapat perlindungan oleh pemerintah
sebagai bentuk apresiasi atas penerapan program pemberdayaan.
Kelurahan Mojosongo sebagai wilayah yang menaungi RW 37 berperan
untuk menjaga situasi kondusif pada kelangsungan program kampung
sayur organik.
d. Penyokongan
Sebelum menjalankan program kampung sayur organik, KSM
telah mendapatkan sosialisasi dan pelatihan dari Rumah Zakat.Inisiatif
65

Kolase Komunikasi di Indonesia

menuju mandiri menjadi pemicu bagi KSM sebagai pelopor program
untuk bersedia belajar. Hal tersebut pentinguntuk bekal dalam
penyampaian program pemberdayaan kepada warga lain yang menjadi
sasaran program. Seperti yang dikatakan oleh informan 2 sebagai
berikut:
“Kita tidak lepas dari pembina yaitu Rumah Zakat yang selalu
memantau dari nol sampai sekarang.Dulu waktu sosialisasi
itu dengan adanya Rumah Zakat yang ikut membimbing, kita
dicarikan ilmu melalui studi banding ke daerah tertentu. Akhirnya
dari beberapa warga yang ikut pelatihan dan tergabung dalam KSM
itu menjadi pembimbing bagi warga lain.” (wawancara dengan
Suradi, tanggal 7 Januari 2017)
Apa yang dikatakan informan diatas diperkuat dengan data
dokumentasi berupa deskripsi program yang dipublikasikan oleh Rumah
Zakat. Bisa dipastikan bahwa Rumah Zakat selain menjadi perintis program
juga menjadi pembina dan penyokong dalam pelaksanaan program yang
dijalankan oleh KSM Kahuripan Sejahtera. Seperti penyokongan yang
disebutkan oleh Suharto (2005) dalam Anwas (2014) mengenai penerapan
pendekatan pemberdayaan.Poin penyokongan memaparkan tentang
pihak yang melakukan bimbingan maupun dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan program pemberdayaan secara baik.
e. Pemeliharaan
Kampung sayur organik dijalankan oleh masyarakat Ngemplak
Sutan sebagai lanjutan program kebun gizi mandiri yang diusulkan oleh
Rumah Zakat. KSM Kahuripan Sejahtera sebagai pemrakarsa sekaligus
pengurus program kampung sayur organik selalu melakukan sosialisasi
kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan agar program dapat berjalan
secara berkesinambungan, karena hal tersebut merupakan tujuan
KSM mengenai kampung sayur organik.Untuk mencapainya, KSM
Kahuripan Sejahtera selalu mengadakan sosialisasi agar masyarakat
tidak jenuh dalam melaksanakan program. Hal tersebut sesuai dengan
apa yang dikatakan oleh imforman 3, yaitu:
“Kita sosialisasi lewat forum RT, jadi kita ada pertemuan RT selalu
kita himbau dari seksi pemberdayaan masyarakat agar selalu
melaksanakan program.Kita selalu ingin membuat masyarakat
lebih kreatif dan lebih berdaya.” (wawancara dengan Paryanto,
tanggal 18 Januari 2017)
66

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

Pernyataan informan diperkuat dengan data observasi dari penulis
yang melihat secara langsung kegiatan sosialisasi dari warga Ngemplak
Sutan melalui pertemuan RT. Budaya gotong royong yang tinggi di
kawasan RW 37 memudahkan KSM dalam mensosialisasikan program
kampung sayur organik kepada masyarakat.Budaya tersebut juga dapat
sebagai modal pemeliharaan program yang sangat membantu KSM
dalam menjalankan kampung sayur organik. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan informan 2, yaitu:
“Untuk sosialisasi program kampung sayur organik relatif mudah.
Budaya gotong royong menjadikan warga terbuka akan informasi
tentang apa saja kegiatan yang bersifat membangun.” (wawancara
dengan Suradi, tanggal 7 Januari 2017)
Konsep gotong royong tersebut memudahkan KSM mengelola
program dan dapat menciptakan iklim komunikasi yang kondusif.
Langkah tersebut sesuai dengan konsep pemeliharaan yang dikatakan
Soeharto (2005) dalam Anwas (2014) yaitu memelihara situasi yang
kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara
berbagai kelompok dalam masyarakat.Dalam melakukan sosialisasi,
KSM menekankan tentang pentingnya pemberdayaan masyarakat.
Serta meningkatkan kesadaran untuk mencintai lingkungan dengan
memanfaatkan lahan pekarangan untuk hal yang positif, kemudian KSM
melakukan pembekalan pengetahuan mengenai teknik penanaman.
Upaya lain yang dilakukan KSM berupa pemberian bibit dan media
tanam secara gratis. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
antusias warga untuk menanam sayuran. Upaya sosialisasi merupakan
langkah efektif KSM dalam mewujudkan masyarakat mandiri. Bekal
pengetahuan dapat dimanfaatkan warga sehingga mereka mampu
mengelola tanaman sayur secara mandiri.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kampung Sayur Organik
Konsep yang dibawa oleh KSM Kahuripan Sejahtera menunjukkan
bahwa partisipasi masyarakat merupakan hal yang menjadi tujuan
dari program pemberdayaan. Dengan adanya program kampung
sayur organik, KSM berharap masyarakat dapat berpartisipasi
dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan keluarga. Pada awal
pelaksanaan program, KSM tidak menetapkan proit sebagai target
utama. Partisipasi masyarakat dan tindakan untuk memanfaatkan
67

Kolase Komunikasi di Indonesia

suatu hal sederhana menjadi berharga merupakan target utama.
Metode pembangunan melalui pendekatan top-down secara umum
telah dinyatakan gagal. Akademisi dan praktisi pembangunan telah
menemukan solusi melalui bottom-up dengan pendekatan berbasis
masyarakat yang berpartisipasi langsung dalam program pembangunan
(Tremblay, 2013).
Melihat informasi yang diterima dari beberapa informan, penulis
menyimpulkan bahwa konsep pembangunan yang dilaksanakan
melalui kampung sayur organik adalah berbasis partisipasi.Dalam kasus
ini KSM merumuskan tujuan program dengan menargetkan partisipasi
masyarakat. Program
dijalankan sebagai upaya meningkatkan
kesadaran individu akan kesehatan keluarga.
Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan memang
mutlak diperlukan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
penting karena pada akhirnya masyarakatlah yang akan menikmati
hasil pembangunan tersebut (Muslim, 2007). Sejalan dengan konsep
program kampung sayur organik menurut informan 3, yaitu:
“Untuk konsep program KSM ini memang semua dijalankan oleh
masyarakat dan hasilnya itupun untuk kepentingan masyarakat
.Kita fokus pada partisipasinya.” (wawancara dengan Paryanto,
tanggal 18 Januari 2017)
Kegiatan program dimulai dengan penanaman secara mandiri oleh
warga di pekarangan rumah. Berbagai jenis sayuran dan buah ditanam
sesuai dengan musim ataupun minat warga itu sendiri. Data observasi
menunjukkan jenis sayuran yang ditanam berupa sawi, kangkung, kubis,
terong, bayam, cabai, dll. Secara umum program kampung sayur organik
telah menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesehatan keluarga.
Indikator kesehatan keluarga yang dimaksud bisa dilihat melalui penerapan
program yang berbasis rumah tangga, dengan penerapan tanaman sayur di
pekaranagan rumah. Temuan observasi menunjukkan bahwa masyarakat
mengkonsumsi sayuran setiap hari, sehingga indikator kesehatan keluarga
telah terpenuhi dengan konsumsi buah dan sayur setiap hari. Program
dijalankan secara individu oleh warga dengan hasil yang bisa dimanfaatkan
sendiri. Seperti yang dikatakan oleh informan 1, yaitu:
“Kampung sayur organik dijalankan individu oleh warga.Untuk
saat ini hasil masih untuk dimanfaatkan sendiri untuk konsumsi.
68

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

Kadang kalau ada permintaan banyak baru kita bicarakan secara
kelompok.” (wawancara dengan Mulyadi, tanggal 7 Januari 2017)
Keuntungan yang bisa langsung dimanfaatkan secara pribadi
merupakan faktor yang berpengaruh pada tingkat partisipasi
warga, karena hasil dari programbisa dinikmati secara individu dan
mendatangkan keuntungan tersendiri. Untuk program kampung sayur
organik yang bersifat kelompok, dijalankan oleh KSM dalam lingkup
RT dengan menerapkan sistem gotong royong.
KSM berperan penuh dalam kelangsungan program kampung sayur
organik.Dibuktikan dengan adanya inisiatif dari KSM untuk mendirikan
koperasi yang difungsikan untuk melancarkan program tersebut.Koperasi
menyediakan bibit sayur, pupuk maupun media tanam yang dibutuhkan
warga dalam penanaman sayur. Tujuan pembentukan koperasi agar warga
dapat membeli bibit maupun keperluan tanam lain dengan harga yang
lebih murah. KSM membeli dari toko pertanian dengan jumlah besar
dan menyediakan untuk masyarakat dalam takaran kecil. Seperti yang
dikatakan oleh informan 1, yaitu:
“Kita membeli bibit dari toko pertanian, ataupun kita mengadakan
sendiri baik itu bibit ataupun sarana untuk menanam yang lain.
Kita sediakan di koperasi kemudian warga bisa membeli dengan
harga yang lebih murah.Kalau kita membeli secara mandiri di toko
pertanian itu harganya lebih mahal karena toko hanya menyediakan
bibit dalam skala besar.” (wawancara dengan Mulyadi, tanggal 7
Januari 2017)
Apa yang dilakukan oleh KSM memperlihatkan adanya semangat
tinggi dalam menyukseskan program kampung sayur organik.
Semangat tersebut menjadikan KSM lebih dinamis dan kreatif.Sesuai
dengan yang dikatakan Mustafa & Asyiek (2015) bahwa program
pemberdayaan diharapkan membawa perubahan pada masyarakat
konvensional.Kemudian diharapkan berubah menjadi masyarakat yang
lebih dinamis dan terlibat aktif dalam program pemberdayaan,menjadi
mandiri dalam menemukan potensi yang ada di masyarakat itu sendiri.
Dalam kasus ini KSM mampu melihat potensi dengan mengembangkan
koperasi sehingga dapat meringankan masyarakat dalam melaksanakan
program. Menurut penulis, KSM berperan menjadi penghubung antara
masyarakat dan program kampung sayur organik sehingga tiga elemen
69

Kolase Komunikasi di Indonesia

tersebut bisa saling berkaitan. Keterkaitan tersebut sebagai simbiosis
mutualisme yang menguntungkan antara KSM dengan masyarakat.
Program kampung sayur organik yang dijalankan oleh KSM telah
menyadarkan warga Ngemplak Sutan tentang pentingnya kesehatan
keluarga. Dibuktikan dengan partisipasi warga yang telah mengikuti
program mencapai 80%. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh
informan 1, yaitu:
“Sejauh ini untuk tingkat partisipasi masyarakat di RW 37 telah
mencapai 80%. Itu terhitung dari awal program sampai sekarang.”
(wawancara dengan Mulyadi, 7 Januari 2017)
Pernyataan informan dikuatkan temuan peneliti yang melihat
tanaman sayur banyak ditanam di sebagian besar pekarangan rumah
warga RW 37. Untuk menyempurnakan program yaitu dengan tingkat
keberhasilan 100%, dibutuhkan komitmen kuat dari KSMdalam
melakukan sosialisasi kepada warga yang belum berpartisipasi.
Adanya warga yang tidak berpartisipasi menunjukkan bahwa program
kampung sayur organik masih mempunyai beberapa kendala. Dari
informasi yang didapat oleh informan, kendala program salah satunya
berupa dana ataupun modal yang masih sedikit. Dana program
terkumpul hanya melalui swadana anggota KSM yang melakukan iuran
setiap bulan demi kelangsungan program. Seperti yang dikatakan oleh
informan 2 sebagai berikut:
“Untuk kendalanya tuh dari dana sebenarnya, kalau dana banyak
kan kita bisa mengembangkan program ini secara cepat dengan
tambahan beberapa teknologi. Sedangkan dana program kan
selama ini kebanyakan dari swadana. Ya kita pengurus dan anggota
selalu mengadakan iuran tiap bulan dalam pertemuan rutin.”
(wawancara dengan Suradi, 7 Januari 2017)
Bisa dilihat bahwa KSM telah mempunyai komitmen yang kuat
dalam menjalankan program. Dibuktikan dengan dana sedikit namun
tetap mampu berjalan dan meningkatkan partisipasi masyarakat
untuk menanam sayuran. Dana program juga didapat dari hasil panen
sayur untuk dijual kepada pembeli yang telah memesan sayur dalam
jumlah banyak. Untuk sayur dari hasil penanaman, prioritas utama
adalah untuk konsumsi pribadi sehingga dapat mengurangi beban
biaya hidup. Namun dalam prakteknya seringkali ada pesanan sayur
70

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

dari pihak luar. Permintaan sayur bisa dalam jumlah kecil maupun
besar. Untuk pemesanan sayur dalam jumlah besar, biasanya dikelola
oleh KSM dengan dibantu beberapa warga yang mampu untuk
menyediakan permintaan tersebut. Hal tersebut seperti yang dijelaskan
oleh informan 3, yaitu:
“Selama ini kan kita sudah banyak sekali permintaan dari luar.
Tapi menjualnya itu satu pohon, sekalian polybag sama potnya. Itu
menjualnya kelompok kalau permintaan besar. Untuk permintaan
kecil biasanya dikelola perorangan.” (wawancara dengan Paryanto,
tanggal 18 Januari 2017)
Penulis menemukan data dari ketiga informan yaitu pesanan yang
telah diterima oleh KSM berupa permintaan bibit sayur sebanyak 2100
benih yang telah tumbuh 10cm. KSM diminta oleh Dinas Ketahanan
Pangan untuk menyalurkan benih tersebut kepada KWT se-Surakarta.
Untuk hasil penjualan dibagi antara warga yang menyediakan pesanan
maupun KSM sebagai pengelola program.Sedangkan untuk hasil
panen petani yang dijual secara perorangan, sebagian kecil hasilnya
masuk ke kas KSM untuk pengelolaan program. Dana swadana dari
KSM berupa iuran tiap anggota sebesar Rp 5000 per bulan. Penulis
menyimpulkan program kampung sayur organik telah berjalan dengan
baik, dengan melihat pengelolaan dana swadana dan pemanfaatan
hasil panen antara warga dengan KSM. Sejalan dengan yang dikatakan
Harun & Ardianto (2011) bahwa komunikasi pembangunan meliputi
peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran
pesan secara timbal balik) diantara semua pihak yang terlibat dalam
usaha pembangunan antara masyarakat dengan pemerintah.Dalam
hal ini KSM dan masyarakatsaling berbagi peran dan fungsi dalam
melaksanakan pembangunan melalui kampung sayur organik.
Tantangan yang ada dalam pemberdayaan adalah membentuk
kemitraan antara pemerintah di semua tingkatan, organisasi masyarakat
sipil, sektor swasta, lembaga adat, kelompok perempuan dan pemuda
untuk memastikan bahwa rencana dari program dan kebijakan
pembangunan telah menargetkan orang-orang pedesaan yang sensitif,
inklusif, endogen dan partisipatif (Imoh, 2013) Penulis melihat bahwa
KSM telah melewati tantangan tersebut dengan menciptakan iklim
komunikasi yang baik dengan melibatkan partisipasi masyarakat

71

Kolase Komunikasi di Indonesia

dalam pelaksanaan program. Kendala dari kampung sayur organik
yang disampaikan oleh informan 3 berupa teknologi. Dalam hal ini
KSM harus berupaya mencari solusi untuk pertanian perkotaan yang
modern dan harus memiliki teknologi canggih. Berbeda dengan
pertanian konvensional yang cenderung menggunakan lahan yang
luas.Lahan pekarangan Ngemplak Sutan sejatinya sesuai dengan teknik
penanaman sayur yang sifatnya menggunakan lahan sempit dan waktu
sedikit. Hal tersebut bisa dilakukan dengan adanya penambahan
teknologi.
Program pemberdayaan yang dijalankan oleh KSM Kahuripan
Sejahtera telah berkembang sejak awal pembentukan kampung
sayur organik. Dibuktikan dengan adanya respon dari beberapa
pihak mengenai program tersebut. Respon nyata datang dari Badan
Ketahanan Pangan Semarang yang memberikan bantuan lain berupa
benih lele. Bantuan telah dimanfaatkan oleh KSM untuk membuat
program tambahan di bidang perikanan. Program tersebut berupa
kolam lele yang dikelola oleh KSM. Keterkaitan antara program
kolam lele dan kampung sayur organik bisa dilihat dari pemanfaatan
air kolam yang dapat digunakan sebagai air siraman untuk tanaman.
Untuk panen hasilnya bisa dilakukan secara bersamaan antara lele dan
sayuran setelah tiga bulan, terhitung dari awal masa pengelolaan bibit.
KSM menggunakan metode lain untuk menarik minat masyarakat
yang belum antusias melalui keterkaitan program tersebut.
Strategi dalam komunikasi pembanguan sangat penting untuk dapat
menentukan sebuah langkah yang efektif dan dilakukan dengan tindakan
yang benar.Strategi merupakan hal utama yang harus dipikirkan untuk
penentuan rencana komunikasi pembangunan (Dilla, 2007). Selain
menggunakan strategi dengan pendekatan berbasis partisipasi, KSM juga
mampu memanfaatkan program lain dalam kelangsungan kampung sayur
organik. Pemanfaatan program lain yang berkaitan dengan kampung
sayur organik adalah pengelolaan sampah. Sampah organik yang telah
dikumpulkan oleh KSM dikelola dengan alat pencacah untuk kemudian
dijadikan kompos.Seperti yang diungkapkan oleh informan 1, yaitu:
“Kita untuk pupuk bisa mengambil dari pemanfaatan sampah
organik. Sekarang kita kan punya alat pencacah itu yang fungsinya
mengolah sampah untuk dijadikan pupuk.” (wawancara dengan
Mulyadi, 7 Januari 2017)
72

Agus Triyono & Eko Danang Cahyanto, Komunikasi Pembangunan Kampung...

KSM menciptakan beberapa inovasi dalam mewujudkan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Upaya tersebut
merupakan langkah positif yang harus dikembangkan oleh KSM
dengan menemukan inovasi lainnya. Penulis menyimpulkan bahwa
strategi komunikasi pembangunan dilakukan dengan konsep
partisipasi. KSM sebagai pelopor melakukan sosialisasi dan upaya lain
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Upaya yang dilakukan
oleh KSM menjadikan mereka sebagai kelompok yang dinamis dan
mampu mengelola program dengan melihat kondisi masyarakatnya.

Simpulan
Dalam pelaksanaannya, program kampung sayur organik telah
mencapai poin 5P mengenai penerapan pendekatan pemberdayaan.
Poin pemungkinan berawal dari program kebun gizi yang digalakkan
oleh Rumah Zakat yang sekaligus menjadi penyokong atau pembina
program. Poin perlindungan merujuk pada peran kelurahan
Mojosongo sebagai bentuk apresiasi terhadap program dengan menjadi
penanggung jawab program. Kemudian penguatan dilakukan dengan
pembelajaran yang diterima oleh KSM mengenai teknik penanaman,
melalui kegiatan studi banding. Pemeliharaan dilakukan KSM dengan
memberikan sosialisasi secara rutin agar program dapat berjalan secara
berkesinambungan.
KSM tidak menetapkan proit sebagai tujuan utama program.
Melainkan partisipasi masyarakat dan kesadaran akan kesehatan sebagai
tujuan utama. Kesehatan keluarga dan PHBS dapat diterapkan melalui
kampung sayur organik. Kesehatan dapat diawali melalui hal sederhana,
yaitu memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanam sayur dan
buah. Selain berpengaruh dalam peningkatan gizi, penanaman sayur
juga dapat meringankan biaya konsumsi bagi masyarakat. Masyarakat
dapat memanfaatkan secara pribadi hasil panen dari tanaman sayur
tersebut. Berbagai jenis tanaman yang dikelola oleh KSM adalah
terong, kubis, kol, cabai, sawi, kangkung, tomat, bayam, dan