BOOK Eko Hero Strategi Baru Opinion Leader

Strategi Baru Opinion Leader (OL)
dalam Komunikasi Kesehatan Reproduksi
di Media Baru
Eko Hero
Dosen Fak. Ilmu Komunikasi – Universitas Islam Riau - Pekanbaru – Riau
� ekohero@comm.uir.ac.id

Latarbelakang Masalah
Perkembangan teknologi Komunikasi telah memudarkan prinsip
Tabu dalam perbincangan seksual. Karena setiap orang memiliki
peluang untuk membincangkannya di media sosial.Sensitivitas isu
rerproduksi ini dapat menimbulkan keresahan di masyarakat awam
bahkan mampu menyebabkan kepanikan moral (Critcher, 2008)
Meskipun demikian isu ini penting untuk dibincangkan secara
tepat. Menurut Faluso & Odu (2010) isu-isu seks yang dibincangkan
secara tidak baik akan mampu mempengaruhi prilaku sosial. Akhirnya
berdampak pada kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan atas prilaku
seks yang tidak bertanggung jawab, penggunaan alat kontrasepsi dan
pengurangan rekan seks.
Untuk dapat membincangkan isu seks secara baik tentu perlu
dilakukan oleh lembaga pendidikan dan dilakukan oleh orang yang

memiliki kompetensi. Menurut (Lee, 2011) negara-negara budaya konteks
rendah seperti USA dan Inggris pemerintah negara melakukan pembatasan
untuk membincangkan isu seks di lembaga-lembaga pendidikan. Apalagi
di Indonesia, negara belum memberikan peluang yang luas agar isu ini
dimasukkan kedalam kurikulum atau sebatas materi dalam pembelajaran
dan pengajaran di sekolah (Wamoyi, et.al, 2010).
Ironisnya lagi, orangtua sebagai pendidik yang memiliki dominasi
besar dalam pembentukan watak dan karakter anak juga masih sering
mengelak ketika diminta membahas isu reproduksi ini (Ismali dan
Abdul, 2016). Berbagai alasan muncul dari para orang tua, mulai dari

169

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

anggapan tidak sesuai dengan nilai dan norma, usia yang belum pantas
dan sebagainya. Padahal secara usia dan perkembangan biologis,
kognitif dan sosial (Steinberg, 1993), remaja mengalami desakan naluri
untuk mengetahui hal-hal tersebut.
Kemudian untuk mengatasi desakan tersebut, remaja kemudian

memanfaat kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi yaitu
melalui media sosial. Namun jika media sosial dengan beragam itur
yang tersedia tidak dimanfaatkan secara baik maka akan terjadilah
perubahan nilai-nilai pada diri seseorang sesuai dengan informasi yang
dikonsumsinya (Antono & Zahroh, 2006).
Wajar jika saat ini, igur orang tua mulai tergantikan oleh media
sosial (Boyd, 2008 ; Alyusi, 2011 : Subrahmanyam et.al, 2008). Orangtua
bukan lagi menjadi pihak yang dijadikan tempat untuk berkonsultasi
terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi remaja. Perkembangan
teknologi komunikasi telah menyebabkan transformasi dimana igur
orang tua telah beralih kepada rekan-rekan dalam kelompok media
sosial sebagai igur penting dalam kehidupan sosial remaja.
Transformasi tersebut menimbulkan beberapa persoalan, terutama
pada pembahasan terhadap isu-isu yang berkaitan dengan seks
dan reproduksi. Keterbatasan pengetahuan, pemikiran dan ketidak
mampuan remaja dalam memberikan solusi positif terhadap persoalan
rekannya menyebabkan nasihat dan saran yang diberikan cenderung
menyimpang. Nasihat dan saran tersebut justru diterima oleh remajaremaja yang sedang menghadapi persoalan tersebut. Karena pada
dasarnya remaja cenderung mengikuti apa dan akan semakin senang
dengan hal apa saja yang dapat mendukung keinginan mereka.

Maka hasilnya banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
persoalan kesehatan reproduksi mengalamai peningkatan yang negatif.
Misalnya kasus seks bebas, 16 persen – 20 persen remaja Indonesia telah
melakukan seks bebas sebelum menikah (Risnawati, 2016). bahkan
kasus seks bebas juga dilakukan oleh para kaum ibu-ibu (Hashimoto
& Yanagasiwa, 2016). Belum lagi kasus aborsi baik ilegal maupun legal
yang mencapai 1,5 juta – 2.3 juta kasus (Puspitasari, 2015 ; Sarwono,
2016, Lee et.al, 2006.
Kenyataan ini semakin memperjelas keadaan bahwa, negara
melalui lembaga-lembaga yang dimilikinya, sekolah dan orangtua
170

Eko Hero, Strategi Baru Opinion..

tidak mampu menjadi opinion leader yang sebagaimana diharapkan
para remaja. Keadaan ini yang menyebabkan remaja mencari alternatif
opinion leader lainnya. Perihal persoalan ini tentu sebagai kalangan
akademis perlu melakukan evaluasi terhadap persoalan yang muncul.
Untuk itu melalui makalah ini diberi judul “Strategi Baru Opinion
Leader Dalam Komunikasi Kesehatan Reproduksi Di Media Baru”.

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja
Berbagai literatur menyatakan bahwa kesehatan reproduksi
merupakan keadaan sehat isik, mental dan kesejahteraan sosial yang
berkaitan dengan fungsi dan proses pengembang biakan disemua level
kehidupan (PBB, 2008 ; Kemenkes RI, 2000 ; UNPF, 1994). Melalui
pemahaman dan pengertian diatas, menunjukkan bahwa kesehatan
reproduksi seseorang perlu dibangun, dibina dan dikelola oleh semua
pihak agar kehidupan sosial masyarakat menjadi teratur dan berimbang.
Ketika hal ini dianggap sebagai boomerang dalam kehidupan sosial,
justru akan memberikan potensi masalah bagi lingkungan sosial itu
sendiri. Sudah banyak fakta dan hasil penelitian yang dilakukan bahwa
persoalan kesehatan reproduksi merupakan persoalan seperti bola
salju. Kian hari semakin menjadi endemic dilingkungan masyarakat.
Meskipun negara sudah melakukan upaya bersama negara-negara
lainnya, melalui program Millenium Development Goals (MDGs)
(Lisbet, 2013), hingga saat ini masih belum menunjukkan perubahan
yang signiikan. Menurut Survey Demograi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2012, lebih dari 50 persen (53,9 persen remaja lakilaki dan 54,3 persen remaja perempuan) tidak mengetahui tentang
keberadaan saluran informasi kesehatan reproduksi.
Tingginya frekuensi ketidak pahaman dan rendahnya pengetahuan

remaja tentang isu-isu kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa
informasi yang tersedia tidak disampaikan dan diterima secara baik oleh
remaja. Institusi dan lembaga-lembaga yang ada seperti Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), BKKBN dan lebaga non formal
lainnya yang ada hingga tingkat kabupaten/kota bahkan ada petugas di
setiap desa belum mampu untuk memberikan pemahaman yang lebih.
Bahkan ironisnya lagi dibeberapa negara informasi ini hanya
disampaikan pada gender tertentu saja. Misalnya di Mesir, Jordan,
Maroko, Yaman, Bangladesh, India Pakistan, Srilangka, Kamboja,
171

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Filipina, Vietnam, Nepal bahkan di Indonesia (Soubbotine et.al, 2004).
Pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh negara tentunya perlu
disikapi dengan arif dan bijaksana. Salah satunya adalah pemanfaatan
media sosial sebagai saluran komunikasi kepada khalayak.
Tingginya angka penurunan tingkat kesehatan reproduksi yang
diikuti dengan beberapa pembatasan distribusi pesan, maka diperlukan
kegiatan komunikasi yang baik. Kegiatan tersebut dikenal dengan

istilah komunikasi kesehatan reproduksi. Komunikasi kesehatan
reproduksi diartikan sebagai upaya pertukaran pesan dan makna
tentang informasi-informasi terkait upaya peningkatan taraf kesehatan
reproduksi melalui beragam media yang dianggap proporsional
agar tingkat kefahaman dan pertisipasi masyarakat dalam menjaga
kesehatan reproduksinya semakin meningkat.
Sebagai sebuah bidang keilmuan dalam ilmu komunikasi, komunikasi
kesehatan reproduksi disampaikan secara cermat dan bijak. Untuk itu tidak
semua orang lantas mampu menyampaikannya dengan baik. Kemajuan
teknologi informasi saat ini sudah tidak lagi menjadi kendala, namun
teknik dan strategi dalam penyampaiannya yang perlu diperhatikan.
Banyaknya itur dan jumlah pengguna memberikan ruang yang
cukup luas bagi pihak-pihak untuk menyampaikan pesan-pesan
mengenai kesehatan reproduksi. Pihak-pihak ini kemudian kita sebut
dengan Opinion Leaders atau disingkat OL.
Opinion Leader atau yang dikenal dengan pemimpin pendapat
merupakan orang-orang yang mendapat kepercayaan dari khalayak
karena memiliki dan dianggap memiliki keunggulan. Idealnya seorang
OL memiliki kemampuan komunikasi dan mempengaruhi khalayak
dengan sangat baik sehingga dengan mudah dapat menyesuaikan diri

dengan khalaykanya. Bahkan seorang OL memiliki kemampuan dalam
memelihara norma menjadi salah satu konsekuensi logis bentuk
pelayanan atau suri teladan yang diberikan atau ditunjukkan kepada
masyarakatnya. Menurut Homanas (1961),”Seseorang yang memiliki
status sosial tinggi (pemimpin pendapat) akan senantiasa memelihara
nilai-nilai serta norma kelompoknya sebagai syarat minimal dalam
mempertahankan statusnya.” (Depari dan Andrew, 1982).
Jadi,  Opinion leaders  dapat dikatakan sebagai orang-orang
berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi
172

Eko Hero, Strategi Baru Opinion..

sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam
kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung
inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan
sebagai model dimana perilakunya (baik mendukung atau menentang)
diikuti oleh para pengikutnya.

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan studi kasus.
Pendekatan studi kasus menurut Creswell adalah suatu eksplorasi dari
sebuah sistem yang terikat atau sebuah kasus (berbagai macam kasus)
yang detil. Pengumpulan data-data yang akurat melibatkan berbagai
macam sumber dari informasi. Sistem yang terikat diatur oleh waktu
dan tempat dan kasus itu dipelajari – sebuah program, sebuah kegiatan
individu. Contohnya beberapa program (multi-side study) atau
program single (within-side study) dapat dipilih sebagai studi kasus.
Sumber informasi meliputi: observasi, wawancara, data-data audio
visual dan dokumen-dokumen serta laporan.
Konteks Dari sebuah kasus melibatkan situasi kasus dengan lokasi
yang mungkin sebuah lokasi isik atau lingkungan sosial, sejarah dan
mungkin ekonomi sebagai suatu kasus. Fokus pada kasus tersebut,
karena keunikannya membutuhkan studi (intrinsic Case Study) atau
menjadi sebuah isu. Ketika lebih dari satu kasus yang dipelajari maka
kasus itu mengacu pada sebuah studi kasus kolektif. Penelitian ini
menjadi menarik merujuk pada kenyataan, akun pemerintah yang nota
benenya memiliki kekuatan sumber daya manusia dan inansial tetapi
justru memiliki jumlah pengikut yang berbanding jauh dengan akun
yang dimiliki individu atau perorangan.


Hasil Penelitian dan Pembahasan
Opinion Leader di Media Sosial
Menjadi seorang pemimpin pendapat di media sosial bukanlah
perkara mudah. Perlu kemampuan pengetauan dalam isu yang
dibahas, perlu memiliki personaliti dan kewibawaan serta dihormati
(Nuurianti, 2016). Perlu menjadi orang pertama yang mendedahkan
diri dalam perbincangan melalui proses identiikasi situasi dan reaksi
pengikut (Lazarsfels et.al, 1994 ; Black, 1982). Bahkan seorang OL

173

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

perlu memiliki serta mampu menanamkan nilai-nilai dan sifat-sifat
kepemimpinan, kecekapan serta memiliki kedudukan sosial yang lebih
tinggi (Holiday et.al, 2015) agar setiap informasi dapat diterima dan
diyakini kebenarannya oleh pengguna.
Menurut Park (2003) menjadi seorang OL perlu memenuhi
beberapa kriteria berikut :

1. Lebih mengutamakan keahlian dibidangnya dan ntidak
mengandalkan status sosial
2. Harus sering terlibat dalam proses multilangkah, karena pesan di media
sosial cenderung disebarkan melalaui berbagai saluaran pengantara
3. Memiliki interaksi dengan pengikutnya secara berterusan dan aktif.
Namun pada kenyataannya hal ini sangat jarang dilakukan oleh
OL-OL pada lembaga pemerintah maupun NGO yang berkecimpung
dalam persoalan-persoalan kesehatan reproduksi. Misalnya :
Beberapa akaun resmi yang dimiliki Kemeterian Kesihatan Republik
Indonesia
No

Nama Lembaga
Pemerintah

1

BKKBN

2


Dinas Kesihatan

Jenis Akaun Media Sosial / Jumlah Pengikut
Facebook

Instagram

Twitter

BKKBN

#BKKBN_pusat

@BKKBNoicial

(1.123 pengikut)

(721 pengikut)

(3.734 pengikut)

Duta Anti HIV/
AIDS

#dutaantihivaids

-

73
(690)
3

PKBI

Kespro

#kespro

@kesprokita

(411)

(36)

(655)

Sedangkan, beberapa akaun media sosial yang dimiliki oleh pihakpihak yang tidak dapat dipastikan siapa pemiliknya :
Pemilik Akaun

Jenis Akaun Media Sosial / Jumlah Pengikut
Facebook

Instagram

Twitter

No
1

Tidak diketahui
secara pasti

Bokep Tante
Cantik
(131.030 pengikut)

174

#tante_puput

@alinpenggoda

(6.92 K pengikut)

(112 K pengikut)

Eko Hero, Strategi Baru Opinion..

2

Tidak diketahui
secara pasti

Ela Pemandu
Karaoke Malam

#zonawanitacantik

@nittarahayu2

(60 K pengikut)

(105 K pengikut)

(6.224 pengikut)
3

Tidak diketahui
secara pasti

@naiilaAyu
(116 K pengikut)

Berdasarkan hasil pantauan dan analisa, peneliti menemukan beberapa
perbedaan yang ditemukan diantara akun resmi milik pemerintah dan
akun resmi yang identitas pemiliknya tidak dapat dikesan :
No

Perbedaan

Akun Resmi Pemerintah
Jelas

Akun Individu

1

Makna Kata

Tidak jelas dan membuat
pengikut berimajinasi

2

Kekerapan Penye- Purata 1 – 2 Hari
baran Maklumat

Rata-rata 5 – 10 Menit
sekali

3

Gambar Proil

Logo lembaga

Gambar Perempuan Seksi

4

Penggunaan
Bahasa

Kaku dan edukatif

Bebas nilai

5

Orientasi Informasi

Pendidikan dan pembangu- Negatif dan merusak moral
nan manusia

6

Sasaran Komunikasi

Umum dan lebih sempit Umum dan lebih luas
(penderita)
(seluruh remaja)

7

Jenis Perkataan

Membangkitkan
dan Pengetahuan

Motivasi Membangkitkan
dan Birahi

Hasrat

Bila diteliti secara seksama, akun resmi yang dimiliki pemerintah
dibangun lebih formal. Kemudian pesan-pesan dibangun tanpa
berupaya mengikuti trend remaja baik dari sisi materi maupun
penggunaan bahasa dan pesan yang dibangun. Dan yang paling
mencolok adalah kontinuitas pengunggahan pesan yang memiliki
rentang waktu sangat lama. Hal ini berbanding terbalik dengan akun
individu yang tidak diketahui pemiliknya tersebut.
Merujuk pada data analisis berdasarkan kasus yang ada, maka
peneliti mengusulkan kepada seluruh pihak yang konsentrasi persoalan
kesehatan reproduksi agar memperhatikan hal-hal berikut :
1. Struktur linguistik dan sosiolinguistik perlu disederhanakan (Stehr.,
P. Rossler., P. 2015)

175

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

2. Bahasa yang digunakan mesti mampu menguraikan sifat-sifat
pengguna, mudah difahami, memiliki tujuan yang jelas serta
mampu memberikan rangsangan yang menarik bagi pengguna
untuk berpartisipasi kesihatan (KL. Graso & RA. Bell., 2015).
3. Mengandungi unsur-unsur budaya tempatan, baik dari sisi
penggunaan bahasa, simbol budaya ataupun karakter-karakter
budaya yang menarik lainnya (Holliday et al, 2015)
4. Pemimpin pendapat diupayakan dari kalangan yang merupakan
idola pengguna, karena ekspektasi dan kredibiliti sumber,
penggunaan media sosial dan faktor-faktor yang berorientasi pada
kedekatan hubungan dengan keperluan diri masyarakat sangat
diperlukan (Men & Sunny Tsai. 2013) dalam perbincangan isu-isu
sensitif.
5. Mengukur tingkat kekerapan pengguna dan keterlibatan pengguna
terhadap media sosial (Hargittai & Litt, 2011 ; Federick et.al, 2012).

176

Eko Hero, Strategi Baru Opinion..

Datar Pustaka
Adisasmito., W. 2008. Analisis Kemiskinan, MDGs dan Kebijakan
Nasional. Case Study : Analisis Kebijakan Kesehatan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Online paper. P. 5
Akanle f, folusoa, odu b.k. .2010. Efect Of Sexuality Education On he
Improvement Of Health Status Of Young People In he University
of ado-ekiti, Nigeria. Procedia - Social and Behavioral Sciences;(
5):1009-1016
Alyusi, S,D. 2011. Perilaku Sosial Internet (Online Social Behavior)(Studi
Deskriptif Tentang Interaksi Sosial Online di Kalangan Komunitas
Online “kaskus” regional surabaya. Surabaya : Universitas
Airlangga. Skripsi
Antono. S.F. Zahroh., S. 2006. Determinant of Youth Sexual Behaviour
and It’s Implication To Reproductive and Sexual Health Policies and
Services in Central Java. Journal of Health Promotion. 1(2). 60-71
Boyd, D. 2008. “Why Youth Social Network Sites: he Role of Networked
Publics in Teenage Social Life.” Youth, Identity, and Digital Media.
Cambridge: he MIT Press.
Brunick., K.L. Putnam., M.M. McGarry., L.E. Richard., M.N. Calvert.,
S.L. 2016. Children Future Parasocial Relationship with Media
Characters : he Age of Intellegent Characters. Journal of Children
and Media. 10(2). 181-190
Centeno., D.D.G. 2010. Celebriication in Philippine Politics : Exploring
he Relationship Betweem Celebrity Endorser Parasociability and
he Public’s Vooting Behaviour. Social Science DiliMan. 6(1). 66
- 85
Critcher., C. 2008. Moral Panic Analysis : Past, Present and Future.
Sociology Compas. 2(4).1127-1144
Federick., E.L. Lim., C.H., Clavio., G. Walsh., P. 2012. Why We Follow :
An Exemination of Parasocial Interaction and Fan Motivations for
Following Athlete Archetypes on Twitter. International Journal of
Sport Comunication. 5. 481-502
Giith.,R, Huergo., E, Mairesse., J & Peters., B. 2006. Inovations and
Productivity Across Four European Countries. Oxford Review of
Economic Policy. 22(4). 483-498

177

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Graso., K.L. Bell., R.A. 2015. Understanding Health Information Seeking
: A Test of the Risk Perception Attitude Framework. Journal of
Helath Communications 20(2).1406-1423.
Hargittai., E. And Litt., E. (2011). he Tweet Smell Of Celebrity Success:
Explaining Variation In Twitter Adoption Among A Diverse Group
Of Young Adults. New Media and Society. 13. 824-842
Hashimoto., H. Yanagisawa., S. 2016. Development of Health Literacy
Scale among Brazilian mothers in Japanese. Health Promotions
International. Oxfords Journals. Online ISSN 1460-2245
Hindin, M.J., & Fatusi , A.O. 2009. Adolescent Sexual and Reproductive
Health in Developing Countries : An Overviews of Trendand
Intervention. International Perspective on Sexual and
Reproductive Health. 35(2). 58-62
Holliday., J. Audrey., S. Campbell., R. Moore., L. 2015. Identifying WellConnected Opinion Leaders For Informal Health Promotion : he
Example of he ASSIST Smoking Prevention Program. Journal Of
Health Communication. 31(8).946-953
Institute for Public Health. 2008). he third National Health
Morbidity Survey (NHMS-III) 2006. Kuala Lumpur: Ministry of
Health,Malaysia. Vol 2.
Ismali., K. Abd Hamid., S.R. 2016. Communication about SexReproductive Health Issues waith Adolescent : A Taboo among
Malaysian Parents. European Journal of Social Sciences. 6(1). 2741
Langhaug., L.F. Cowan., F. M. Nyamurera.,T. Power. 2003. Improving
Young People’s Access To Reproductive Health Care in Rural
Zimbabwe. Journal of AIDS Care. 15(2).147-157
Lee., J.C.H. 2011. Policing Sexuality, Sex, Society. And he State. London
and New York Zed Book Ltd.
Lee., L. K. Chen., P. C. Lee., K. K. Kaur., J. 2006. Premarital sexual
Intercourse Among Adolescents in Malaysia: a Cross-Sectional
Malaysian School Survey. Singapore Medical Journal, 47(6), 476481
Purwadi. 2004. Proses Pembentukan Identitas Diri Remaja. Humanitas
: Indonesia Psychological Journal. 1(1). 43-52

178

Eko Hero, Strategi Baru Opinion..

Puspitasari., N. 2015. Tingkat pengetahuan Remaja Putri Tentang
Kesehatan Reproduktif di Kelas XI SMK Muhamadiyyah 2
Surakarta. Jurnal Sainstech. 1(3).1-8
Risnawati., I. 2016. he 3rd Universty Research Colloquium. ISSN
2407-9189
Rita Men, L., Sunny Tsai, W.H. 2013. Beyond liking or Following :
Understanding Public Engagement on Social Networking Sites in
China. Public Relation Review. 39. 13-22
Santrock., J.W. 2007. Remaja. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sarwono., S.W. Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia,
Kompas.com, Kamis (25/2/2016) dilayari pada 13 September
2016
Sekarpuri., A.D. 2014. Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jurnal Studi Pemuda. 3(2).133-139
Sekarpuri., Anindita Dyah., 2014. Inklusi Saluran Informasi Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jurnal Studi Pemuda;3(2); p.133-139
Soubbotine., P. Tatnaya., Sheram. Katherine., 2000. Beyond Economic
Growth : Meeting he Chalenges of Global Development.
Washington DC dalam Hardee. K., Pine. P., Wasson. L.T., 2004.
9 Policy Papers ; Adolescent and Youth Reproductive Health in
the Asia and Near East region Status, Issues, Poliies, Program. US.
Agency. P.16
Stehr., P. Rossler., P. 2015. Parasocial Opinion Leadership Media
Personalities Inluence whitin Parasocial Relations : heoritical
Conceptualization and Preliminary Results. International Journal
of Communication. 9. 982-1001
Steinberg., L. 1993. Adolescence. hird Edition, McGraw-Hill, Inc., New
York
Subrahmanyam, K, Reich, S.M, Waechter, N & Guadalupe E.2008.
Online and Oline Social Networks : Use Of Social Networking
Sites By Merging Adults. Journal of Applied Developmental
Psychology, (online), 29, 420-433.
Wamoyi., J. Fenwick., A. Urassa., M. Zaba., B. Stones., W. 2010. Parent–
Child Communication About Sexual And Reproductive Health In
Rural Tanzania : Implications For Young People’s Sexual Health
Interventions. Reproductive Health, 7(6), 154-169.
179

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Zarcadoolas, C., 2010. he Simplicity Complex : Exploring Health
Messages in a Complex World. Journal of Health Promotion
Internasional, 26(3). p. 338 - 350
Zarcadoolas, C., Plesant, A & Greer, D.S., 2005. Understanding Health
Literacy : An Expanded Model. Journal of Health Promotion
Internasional, 20(2). p. 195 - 203
Zhou, J.F., Mantell, J.E., Ru, X.M. 2009. Reproductive and Sexual Helath
of Chinese Migrant. Journal of Reproduction and Contraception.
20(3). 169-182

180