Program Kerja Ditjen IKTA Tahun 2016

Hilirisasi Pembangunan Industri
Berbasis Migas dan Batubara
Direktorat Industri Kimia Hulu
Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
17 Februari 2016

LATAR BELAKANG

Dasar Hukum
 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015 – 2035
 Peraturan Pemerintah Nomor 41
Pembangunan Sumber Daya Industri

Tahun

2015

tentang


 Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
31.1/M-IND/PER/3/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Perindustrian 2015-2019
 Instruksi Presiden RI No. 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi Industri
Pupuk
 Instruksi Presiden RI No. 5 Tahun 2007 tentang Percepatan
Pembangunan Papua dan Papua Barat

Gambaran Umum
 Industri petrokimia merupakan industri strategis yang menghasilkan
bahan baku industri manufaktur.
 Indonesia memiliki Sumber Daya Alam yang cukup besar sebagai
bahan baku industri petrokimia.
 Saat ini, sebagian SDA dijadikan komoditi ekspor dimana nilai tambah
yang didapat jauh lebih kecil dibandingkan produk petrokimia.

 Pembangunan industri pupuk dan petrokimia berbasis SDA merupakan
langkah strategis dalam upaya menorong hilirisasi hasil tambang (SDA).
 Pembangunan industri melalui program hilirisasi serta kompleks industri
petrokimia akan berdampak terhadap pengembangan daerah,

meliputi infrastruktur, pendidikan, penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan kesejahteraan dalam rangka memperkokoh NKRI, serta
mendorong tumbuhnya berbagai industri turunan petrokimia yang maju
dan berkesinambungan

POTENSI SUMBER DAYA ALAM

POTENSI GAS BUMI

Total cadangan 150,39 TSCF
- Cadangan terbukti 101,54 TSCF
- Cadangan potensial 48,85 TSCF
Cadangan terbesar berada di Natuna dengan cadangan 50,48 TSCF kemudian Papua
Barat dengan total cadangan 23,9 TSCF dimana terdapat cadangan 6-8 TSCF belum
teralokasi.

POTENSI BATUBARA

SEBARAN BATUBARA


Sumber daya terbesar berada di Sumatera Selatan (51,90
milyar ton; 50%), Kalimantan Timur (47,01 milyar ton; 37,17%)
dan Kalimantan Selatan (14,46 milyar ton; 11,41%)

POTENSI POTENSI PASAR

Pohon Industri Petrokimia

SUPPLY DEMAND
Supply-demand 2014
Satuan dalam ton

Proyeksi Supply Demand 2020
No

Industri

Kebutuhan (ton)

1.


Ethylene *)

2,100,000

2.

Propylene *)

1,900,000

3.

Polyethylene

1,740,000

4.

Polypropylene


1,770,000

5.

Methanol **)

2,400,000

6.

Urea

8,900,000

7.

Ammonia (di luar industri pupuk)

1,500,000


Data Dit. Industri Kimia Hulu, Kemenperin
*) Dengan asumsi ada pengembangan Industri Polyethylene dan Polypropylene di Indonesia
**) Dengan adanya rencana pengembangan Industri Olefin berbasis Methanol

BENEFIT TERHADAP
PEREKONOMIAN

NILAI TAMBAH

LIFETIME

ARAH PENGEMBANGAN

RIPIN
Industri prioritas tahun 2015-2035

INDUSTRI PRIORITAS YANG
DIKEMBANGKAN


RENCANA PENGEMBANGAN

RENCANA INDUSTRI PETROKIMIA
Bintuni Papua Barat:
Industri petrokimia
berbasis gas bumi

Mesuji dan Muara Enim:
Industri petrokimia
berbasis batubara

TELUK BINTUNI
 Kabupaten Teluk Bintuni Papua Barat telah ditetapkan
sebagai
WPPI
berdasarkan
Rencana
Induk
Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
 Terdapat potensi gas sebesar 23,9 TSCF dimana

potensi 6-8 TSCF belum teralokasi.
 Dukungan
Pemerintah
Papua
Barat
dalam
pengembangan industri petrokimia di Kabupaten
Teluk Bintuni.

 Komitmen investor industri pupuk dan petrokimia untuk
membangun industri di Teluk Bintuni.

RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI DI
TELUK BINTUNI
1.

industri petrokimia yang direncanakan di kawasan industri Teluk Bintuni,
antara lain untuk:




Amoniak-urea



Metanol



Etilen



Propilen



Polietilen




Polipropilen

2.

PT Pupuk Indonesia (Persero) diberi tugas untuk mengelola Kawasan Industri
Teluk Bintuni seluas 2.112 ha.

3.

Sedang dilakukan studi bersama untuk penyediaan alokasi gas bumi untuk
industri pupuk sampai habis masa konsesi tahun 2035.

4.

Sedang dilakukan pembicaraan awal alokasi gas dari sumber lain untuk
industri petrokimia.

RENCANA PENGEMBANGAN
Pupuk

Natural Gas (180
MMSCFD)

Petrokimia

Ammonia and
urea plant

Urea 2.300 KTA
Ammonia 1.320 KTA

MUARA ENIM
 Kerjasama PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Bukit Asam dalam pembangunan
gasifikasi batubara sebagai bahan baku industri pupuk. Permbangunan
plant gasifikasi berada dekat mulut tambang (Mine Mouth)
 Proyek ini dapat menghemat konsumsi gas 25%. PT Bukit Asam akan
menyediakan batubara sebagai bahan baku gasifikasi selama 20 tahun.
 Dari hasil FS,


Jenis batubara yang digunakan adalah lignite



Terdapat tiga pilihan plant produksi yaitu urea plant, ammonia plant
atau gabungan antara ammonia dan urea plant

MUARA ENIM
 PT Lion Power Energy (Sugico Group) bekerjasama
dengan PERTAMINA di Muara Enim
mengembangkan industri petrokimia turunan
methanol berbasis batubara: Proses Feasibility Study

 PT Odira sedang mengembangkan industri kimia
berbasis batubara di dekat Tanjung Api-Api : Proses
Pre FS

HASIL

HAL-HAL YANG TELAH DICAPAI


Pemenuhan Gas untuk Pabrik Pupuk di Teluk Bintuni sebesar 180 MMSCFD telah
dialokasikan sesuai surat Plt. Kepala SKK Migas kepada BP Berau Ltd No. SRT0839/SKKO0000/2014/S2 tanggal 24 September 2014;



Status kawasan industri petrokimia di Teluk Bintuni telah ditetapkan sebagai Areal
Penggunaan Lain (APL) sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 783/MENHUT-II/2014
tanggal 22 September 2014;



Surat penetapan PT. Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebagai pengelola kawasan
di Teluk Bintuni telah dikeluarkan oleh Menteri BUMN dengan Surat No. S128/MBU/03/2015 tanggal 18 Maret 2015;



Telah ditandatangani MoU antara PT. Pupuk Indonesia dan BP Berau pada tanggal 25 Juni
2015.



Telah beroperasi prototype plant gasifikasi batubara di PT Pupuk Kujang pada April 2015
sebagai berikut:
Gasifier type

Fluidized bed –Dry ash

Feed Capacity

50 ton/day, (ar)

Syn-gas

1800 m3 N/hr-dry

Steam Production

4.5 t/hr, 500 oC

Area

100 x 80 m2

RENCANA KERJA

PUPUK DI TELUK BINTUNI

PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI
NO

RINCIAN

DOKUMEN

STATUS LAHAN KAWASAN
1
Pembahasan dengan pengelola kawasan
2
Pengukuran Lahan oleh pengelola kawasan
Pematangan lahan sesuai kebutuhan
3

STATUS

Target: Juni 2016

ALOKASI GAS
4
5
6

7
8
9
10

Penetapan alokasi gas untuk industri petrokimia di
Menunggu ketetapan dari Menteri
Teluk Bintuni
ESDM
Instruksi pemenuhan gas untuk industri petrokimia di
Teluk Bintuni
Pembahasan MoU KKS dengan Industri Petrokimia
tentang Studi Bersama untuk penyediaan alokasi gas
bumi untuk industri petrokimia 200 (+200) MMSCFD
Steering Committee Meeting Pembahasan Study
Bersama
Penyusunan laporan
Penyusunan laporan
Penyampaian Laporan Studi Bersama ke Menteri
ESDM

PENETAPAN HARGA GAS

TARGET: Desember 2015
TARGET: Desember 2015
TARGET: Awal 2016

TARGET: Awal 2016
Laporan Interim
Laporan Final

TARGET: Maret 2016
TARGET: April 2016
TARGET: Mei 2016
MENUNGGU KEBIJAKAN

NO

RINCIAN

DOKUMEN

PENETAPAN HARGA GAS
11 Pembahasan dan penandatanganan HoA
12 Penandatanganan PJBG
PEMBANGUNAN PABRIK
13
14
15
16
17
18
19
20

Penyiapan dokumen tender
Pelaksanaan Tender & Evaluasi Tender
Pengumuman Hasil Tender
Road Show cari pinjaman
EPC
Commisioning
Start Up
Pabrik Methanol dan Turunan Beroperasi

STATUS
MENUNGGU KEBIJAKAN
HARGA GAS DARI PEMERINTAH

Catatan: membutuhkan waktu 36 bulan

MENUNGGU KEPASTIAN
HARGA GAS

Target Awal 2020

PETA KAWASAN

PETROKIMIA BERBASIS
GASIFIKASI BATUBARA
PETROKIMIA DI MUARA ENIM

PETROKIMIA DI MESUJI

TINDAK LANJUT

USULAN KEBIJAKAN (Bintuni)
1.

Harga gas untuk industri pupuk perlu segera ditetapkan dengan
memperhatikan proses pembangunan pabrik harus dimulai paling
lambat pada pertengahan tahun 2016.

2.

Kepastian alokasi gas untuk industri petrokimia perlu segera
ditetapkan mengingat investasi baru akan jalan setelah ada
kepastian alokasi gas tersebut.

3.

Untuk butir 1 dan 2 diatas, diperlukan “payung hukum khusus”
untuk alokasi dan harga gas untuk pengembangan industri di
wilayah Papua Barat.

4.

Kementerian Perindustrian akan melakukan pembebasan lahan,
penyusunan AMDAL serta infrastruktur kawasan industri di Teluk
Bintuni pada tahun 2017 setelah dilakukan penetapan harga gas.

Usulan Kebijakan (Muara Enim)
 Revisi Peraturan Menteri Keuangan No. 159/PMK.010/2015 yang
memungkinkan industri petrokimia berbasis gasifikasi batubara
mendapatkan fasilitas tax holiday. Pada peraturan tersebut, industri
petrokimia berbasis gasifikasi batubara tidak termasuk.
 Revisi PP No. No.18 tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak penghasilan untuk
Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di
Daerah-Daerah Tertentu. Jenis industri hulu berbasis syngas hanya
mencakup methanol dan ammonia.
 Adanya jaminan ketersediaan batubara dengan harga yang paling
ekonomis
 Kebijakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (royalty, pajak daerah dll)
 Kemudahan perijinan terkait investasi, produksi
Perbedaan ijin pertambangan dan industri

dan

pemasaran.

Terima kasih