Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
Landasan teori ini menjelaskan teori-teori yang mendukung hipotesis serta
sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan
teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntuan dalam memecahkan masalah
penelitian serta perumusan hipotesis

2.1.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan
dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur
modal antara modal utang dan modal sendiri. (Harmono, 2011:137)
Pengertian struktur modal itu sendiri adalah bauran (mix) pembelanjaan
jangka panjang perusahaan. Struktur modal mempunya pengertian yang berbeda
dengan struktur keuangan (financial structure). Struktur modal hanya merupakan
bagian dari struktur keuangan. Struktur keuangan merupakan kombinasi atau
bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan
perusahaan (sisi passiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari
segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan.
(Warsono, 2003:235).

Menurut Halim (2007:58) Struktur modal menunjukkan perimbangan
jumlah utang jangka pendek yang bersifat tetap, utang jangka panjang, saham
preferen, dan saham biasa. Struktur keuangan menunjukkan cara bagaimana

13
Universitas Sumatera Utara

perusahaan membiayai asetnya. Struktur keuangan dapat dilihat pada sisi kanan
(pasiva) pada neraca, yang meliputi utang jangka pendek, utang jangka panjang,
dan ekuitas. (Halim, 2007:85)
Pemenuhan kebutuhan dana dapat diperoleh melalui internal perusahaan
maupun secara eksternal. Bentuk pendanaan secara internal (internal financing)
adalah laba ditahan dan depresiasi. Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan secara
eksternal dapat dibedakan menjadi pembiayaan hutang (debt financing) dan
pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan hutang dapat diperoleh
dengan melalui pinjaman, sedangkan modal sendiri melalui penerbitan saham
baru.
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan (yang tercermin dari harga saham perusahaan)
seandainya perusahaaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang (atau

sebaliknya). apakah harga saham akan berubah apabila perusahaan tidak merubah
keputusan-keputusan keuangan lainnya. Dengan kata lain, kalau perubahan
struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal
yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau
harga saham adalah struktur modal yang terbaik. Nilai perusahaan dapat diukur
melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya harga saham
perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh public terhadap
kinerja perusahaan secara riil. (Harmono, 2011:50).
Teori mengenai struktur modal telah banyak dibicarakan oleh para
peneliti. Berikut ini akan diuraikan mengenai teori-teori tersebut :

14
Universitas Sumatera Utara

2.1.2.1 Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961,
sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun
1984. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa
perusahaan akan menentukan hieraki sumber dana yang paling disukai.
Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa (Halim, 2007:100):

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan).
2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang
ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden
secara drastis.
3. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan
fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga,
mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi
kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain,
mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan
investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual
sekuritas yang dimiliki.
4. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih
dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh
sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru
akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.

15
Universitas Sumatera Utara


Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan
yang profitable (menguntungkan) umumnya meminjam dalam jumlah yang
sedikit. Hal tersebut bukan karena perusahaan mempunyai target debt ratio
yang rendah, tetapi karena memerlukan external financing yang sedikit.
Sedangkan perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang
yang lebih besar karena dana internal tidak cukup dan hutang merupakan
sumber eksternal yang lebih disukai. Penggunaan dana eksternal dalam
bentuk hutang lebih disukai daripada modal sendiri karena dua alasan;
pertama, pertimbangan biaya emisi dimana biaya emisi obligasi akan lebih
murah daripada biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena
penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer
khawatir penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh
para pemodal, dan membuat harga saham akan turun, hal ini disebabkan
antara lain oleh kemungkinan adanya ketidaksamaan informasi antara pihak
manajemen dengan pihak pemodal.

2.1.2.2 Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H.
Meckling pada tahun 1976. Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun

sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok
kepentingan (Horne, 2005:6). Manajemen merupakan agen dari pemegang
saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen
akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang
kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen

16
Universitas Sumatera Utara

harus diberikan imbalan dan pengawasan. Pengawasan dapat dilakukan
melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan,
dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen.
Kegiatan pengawasan membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi.
Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemem bertindak konsisten sesuai
dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang
saham.
Teori keagenan (agency theory)

dapat menjelaskan kesenjangan


antara manajemen sebagai agen dan para pemegang saham sebagai principal
atau pendelegator. (Harmono, 2011:3).
Jensen dan Meckling 1976 dalam Horne (2007:8) menyatakan bahwa
masalah keagenan berhubungan dengan penggunaan ekuitas eksternal.
Misalnya sebuah perusahaan yang semula dimiliki seluruhnya oleh satu
orang, maka semua tindakannya hanya memperngaruhi posisinya sendiri. Jika
pemilik yang juga manajer perusahaan itu menjual sebagian dari sahamnya
kepada orang lain, maka akan timbul konflik kepentingan. Keuntungan
sampingan

yang

dibayarkan

kepada

pemilik-manajer

yang


semula

sepenuhnya dinikmati sendiri, sekarang dibayar sebagian kepada pemilik
baru.

2.1.2.3 Signaling Theory
Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang
positif karena manajemen akan menginformasikan prospek masa depan yang

17
Universitas Sumatera Utara

baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya.Halim
(2007:100) Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil
manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Peusahaan dengan
prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham
dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain,
termasuk penggunaan hutang yang melebihi target strkutur modal yang

normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk
berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan
umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang
prospek peusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan
penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan
menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negative
yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan
cerah.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

Empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal menurut
Brigham (2010 : 16) , yaitu:
1. Risiko bisnis, atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan
apabila ia tidak menggunakan utang.
2. Posisi Pajak perusahaan. Alasan utama menggunakan utang adalah karena
biaya bunga dapat dikurangkan dalam penghitungan pajak, sehingga

18

Universitas Sumatera Utara

menurunkan biaya utang yang sesungguhnya. Akan tetapi, jika sebagian
besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak,karena
penghitungan penyusutan, bunga yang beredar saat ini, atau kerugian pajak
yang dikompensasi kemuka, maka tambahan utang tidakbanyak memeberi
manfaat sebagaimana yang dirasakan perusahaan dengan tarif pajak efektif
yang lebih tinggi.
3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal dengan
persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana
perusahaan mengetahui bahwa penyediaan modal yang mantap diperlukan
untuk operasi yang stabil, yangmerupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan jangka panjang. Dalam keadaaan perekonomian yang sulit,
atau bila perusahaan menghadapi kesuitan operasi, para pemilik modal lebih
suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang
baik .
4. Konservatisme atau agresivitas manajemen. Sebagian manajer lebih agresif
dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan
utang untuk meningkatkan laba.
Berdasarkan penjelasan tersebut, empat faktor yang mempengaruhi

keputusan struktur modal akan membantu perusahaan menentukan komposisi
yang baik dalam pemilihan sumber dana untuk memaksimumkan nilai harga
saham. Sementara itu, dalam penelitian (Rudi, 2011) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan
yang akan dijelaskan oleh peneliti yang antara lain:
1. Stabilitas Penjualan

19
Universitas Sumatera Utara

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil,
secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan
daripada perusahaan industri. Penjelasan tersebut memperlihatkan
stabilitas penjualan sangat berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan. Jika perusahaan telah stabil maka pemilihan sumber
pendanaan melalui utang akan menjadi lebih baik.
2. Struktur Aktiva

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit
cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna
yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan
yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan
tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Karena itu,
perusahaan real estate biasanya mempunyai leverage yang tinggi,
sedangkan perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi tidak
demikian.

Penjelasan

tersebut

memperlihatkan

struktur

aktiva

mempengaruhi struktur modal yang dimiliki perusahaan.
3. Tingkat Pertumbuhan
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat
harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh
lagi,biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar
daripada biaya untuk penerbitan surat utang, yang mendorong
perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat

20
Universitas Sumatera Utara

yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi
ketidakpastian

yang lebih besar,

yang cenderung mengurangi

keinginannya untuk menggunakan utang. Tingkat pertumbuhan yang
tinggi cenderung memperlihatkan pemilihan bagaimana modal yang ada
di perusahaan di diperoleh.
4. Leverage Operasi
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang
lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage
keuangan karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.
5. Profitabilitas
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang
Relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini,
namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan
yang menguntungkan, seperti Intel, Microsoft dan Coca Cola memang
tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang
dihasilkan secara internal. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan
memperlihatkan pemilihan struktur modal dengan modal sendiri
menjadi lebih baik daripada menggunakan sumber dana melalui hutang.
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangi untuk tujuan perpajakan
dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena
tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan,

21
Universitas Sumatera Utara

makin besar manfaat penggunaan utang. Semakin tinggi sumber
penggunaan dana melalui hutang maka pajak yang dibayar oleh
perusahaan akan semakin kecil sehingga beban pajak menjadi lebih
rendah. Hal tersebut jelas akan sangat menguntungkan bagi perusahaan
7. Pengendalian
Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen
dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila manajemen saat ini
mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan (mempunyai
lebih dari 50 persen) tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk
membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk
pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan
untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat
lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada
risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut,para
manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Penjelasan tersebut
mempertegas bagaimana pengendalian menentukan struktur modal
yang akan digunakan oleh perusahaan sehingga dapat membantu
perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya dengan lebih baik.
8. Sikap Manajemen
Karena tak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur pendanaan
yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada struktur
pendanaan lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri
terhadap struktur pendanaan yang tepat. Sejumlah manajemen
cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga

22
Universitas Sumatera Utara

menggunakan jumlah utang yang lebih kecil daripada rata-rata
perusahaan dalam industry yang bersangkutan,sementara manajemen
lainnya lebih cenderung menggunakan banyak utang dalam usaha
mengejar laba yang lebih tinggi. Sikap manajemen yang berbeda akan
membentuk struktur modal yang berbeda juga
9. Kondisi Pasar
Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka
panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur
pendanaan perusahaan yang optimal. Misalnya, selama situasi kacaunya
kredit di A.S, pasar obligasi bernilai rendah (junk bonds) kosong, dan
tidak adanya pasar dengan tingkat suku bunga yang “wajar” untuk
obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah 3B.
penjelasan memperlihatkan bahwa perusahaan berperingkat rendah
yang membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar saham atau pasar
utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur pendanaan yang
ditargetkan. Tetapi,setelah keadaan membaik, perusahaan ini dapat
menjual obligasi untuk mengembalikan struktur pendanaan yang
ditargetkan semula. Kondisi pasar perusahaan yang berubah-ubah harus
selalui diikuti dengan perubahan struktur modalnya
10. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur
pendanaan yang ditargetkan. Misalnya, andaikan suatu perusahaan
baru saja menyelesaikan program litbangnya dan perusahaan tersebut
meramalkan laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat.Namun,

23
Universitas Sumatera Utara

kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh investor, karena belum
tercermin dalam harga saham. Ia lebih menyukai pembiayaan dengan
utang sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan tercermin pada
harga saham. Kemudian, pada saat itu perusahaan akan menerbitkan
saham biasa, melunasi utang, dan kembali pada struktur pendanaan
yang ditargetkan. Seperti halnya kondisi pasar, perusahaan juga harus
mengikuti kondisi internal perusahaan mereka tersebut.
12. Fleksibilitas Keuangan
Jika dipandang dari sudut pandang operasional, mempertahankan
fleksibilitas keuangan berarti mempertahankan kapasitas cadangan
yang memadai.Menentukan kapasitas yang memadai tersebut bersifat
pertimbangan tetapi hal itu jelas bergantung pada beberapa faktor
termasuk ramalan kebutuhan dana perusahaan, ramalan kondisi pasar
modal, keyakinan manajemen atas ramalannya,dan berbagai akibat
dari kekurangan modal. Penjelasan tersebut memperlihatkan faktorfaktor yang ada harus selalu diperhatikan dalam menjaga fleksibilitas
keuangan sehingga struktur modal yang dimilikinya tetap sesuai
dengan keadaan dan menjadi lebih baik serta menguntungkan bagi
perusahaan tersebut.

2.1.4 Pengukuran Struktur Modal
Ada beberapa cara untuk mengukur struktur modal suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini, struktur modal diukur tehadap 3 rasio, yaitu :

24
Universitas Sumatera Utara

2.1.4.1 Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut mulyadi dan sisca, (2010:9), “Debt to equity ratio
menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas
perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha.
Debt to equity ratio mengungkapkan bagaimana penggunaan
pendanaan perusahaan dari struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan
yang berasal dari utang jangka panjang dan modal yang berasal dari
ekuitas.” Semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha lebih
banyak

memanfaatkan

utang-utang

relatif

terhadap

ekuitas

dan

mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi. Kreditur jangka
panjang lebih menyukai rasio DER yang kecil karena menunjukkan bahwa
semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik modal sehingga
semakin

kecil resiko kreditur yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi peningkatan harga saham bagi pemilik modal. Rasio ini
menunjukkan hubungan antara jumlah hutang yang diberikan oleh para
kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. Rumusan untuk mencari DER dapat digunakan perbandingan
antara total utang dengan total equitas berikut ( Wild, 2007:41).
Debt to Equity Rasio =

X 100

dimana :
DER = Debt to Equity Ratio
TL = Total Liabilities
Equity = Total Equity

25
Universitas Sumatera Utara

2.1.4.2 Debt to Asset Ratio (DAR)
DAR digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah keseluruhan
kebutuhan dana perusahaan dibiayai dengan total hutang (Retno, 2010:8).
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. DAR yang rendah menunjukkan bahwa dana perusahaan sedikit
dibiayai oleh hutang, hal ini dapat mempengaruhi peningkatan harga saham.
Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
kreditur.
Rumusan untuk mencari DAR dapat digunakan perbandingan antara total
utang dengan total ekuitas sebagai berikut (John Wild, 2007:41).

dimana:
DAR = Debt to Total Asset Ratio
TL = Total Liabilitie
TA = Total Asset

2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas

merupakan

salah

satu

indikator

keberhasilan

perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi
profitabilitas

maka

menghasilkan

laba

semakin
bagi

tinggi

kemampuan

perusahaannya.

perusahaan

Perusahaan

yang

untuk

memiliki

profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan

26
Universitas Sumatera Utara

tersebut mengandung berita baik dan perusahaan yang mengalami berita baik
akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini juga
berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal ini mengandung berita
buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu menyerahkan laporan
keuangannya

(Hilmi

dan

Ali,

2008).

Menurut

Houston

(2009:107)

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan.
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang di gunakan adalah: Return
on equity . Menurut Van Horne dan Wachowicz (2009:361), “Rasio ROE
menggambarkan tingkat kekuatan pendapatan yang akan diperoleh oleh para
pemegang saham atas investasi yang dilakukan dan rasio ini pula dapat digunakan
untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dalam satu industri. Bentuk
modal yang digunakan oleh pemegang saham dalam rasio ini bisa digunakan untuk
menggambarkan pasar.” ROE yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut
memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi pemilik saham.
Kondisi perusahaan yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi sehingga
kemungkinan menghasilkan tingkat pengembalian saham besar.

Rumusan untuk mencari ROE dapat digunakan perbandingan antara
total laba bersih dengan total ekuitas sebagai berikut:

2.1.6 Harga Saham
Berdasarkan undang-undang perseroan yang berlaku di Indonesia, saham
adalah surat berharga sebagai bukti pernyertaan atau pemilikan individu maupun

27
Universitas Sumatera Utara

institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) (Sunariyah, 2008:127)
Harga saham adalah sejumlah nilai dalam mata uang rupiah yang terbentuk
berdasarkan penjumpaan penawaran jual dan permintaaan beli saham yang dilakukan
oleh Anggota Bursa Efek di Bursa (idx.co.id). Harga saham juga dapat didefinisikan
sebagai harga yang dibentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli saham yang
dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan.

Saham menurut Fakhruddin (2009: 6) ialah “tanda penyertaan atau
pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan”. Penjelasan tersebut
memperlihatkan saham sebagai suatu bukti kepemilikan terhadap suatu
perusahaan. Sedangkan saham menurut Manahan (2008 : 138) ialah “sumber
keuangan korporasi yang berasal dari pemilik korporasi (Stockholders) dan
merupakan bukti kepemilikan atas korporasi oleh pemegangnya serta surat
berharga yang dapat diperdagangkan di pasar bursa “Penjelasan tersebut juga
memperlihatkan saham sebagai sumber keuangan yang dimiliki oleh perusahaan
serta sebagai bukti kepemilikan terhadap perusahaan Berdasarkan penjelasan
tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa saham adalah bukti kepemilikan
terhadap suatu perusahaan dalam bentuk surat berharga yang menjadi sumber
keuangan perusahaan.

28
Universitas Sumatera Utara

2.1.6.1 Jenis-Jenis Saham
Berdasarkan hak kepemilikannya, menurut Fakhruddin (2009 : 12) dapat
dibagi 2 jenis, yaitu:
1) Saham Biasa (common stocks)
Saham Biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior
dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaantersebut dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang paling
banyakdikenal dan diperdagangkan di pasar., Sebagai pemilik perusahaan
pemegang saham biasanya memiliki hak yaitu:
a) Hak Kontrol - Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk
memilih dewan direksi. Hal ini berarti bahwa pemegang saham
mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja yang akan memimpin
perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya
dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan
pemegang saham atau tindakan-tindakan yang membutuhkan
persetujuan pemegang saham.
b) Hak menerima Pembagian Keuntungan - Sebagai pemilik
perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian
dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi
sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan.
Laba yang ditahan ini (retained earning) merupakan sumber dana
intern perusahaan sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan
kepada pemilik saham dalam bentuk dividen.

29
Universitas Sumatera Utara

c) Hak Preemtive - Hak preemtive (preetive right) merupakan hak
untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika
perusahaan

mengeluarkan

tambahan

lembar

saham.

Jika

perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar
akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham
yang lama akan turun. Hak preemtive memberi prioritas kepada
pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru,
sehingga persentase kepemilikan tidak berubah.
2) Saham Preferen (preferred stocks)
Saham Preferen mempunyai karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap,
tetapi bisa juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
Ada dua hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa
yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal
jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan
membayar dividen.

2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu
mengenai struktur modal.
Muhammad Ircham (2013) yang berjudul “ pengaruh struktur modal dan
profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan food and beverage di BEI
periode 2009-2014. Penelitian ini Menunjukkan bahwa Variabel DER, DAR, EPS,

30
Universitas Sumatera Utara

dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap Harga Saham. Variabel EPS
berpengaruh dominan terhadap Harga Saham.

Rudi Sitepu dalam penelitiannya (2010) yang berjudul “Pengaruh Struktur
Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia”. Penelitian ini menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm,
Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) sebagai
variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen . Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa variable struktur modal Debt to Asset Ratio (DAR),
Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio
(EAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham perusahaan manufaktur. Secara parsial, variable DER adalah variable yang
paling dominan.
Penelitian yang dilakukan oleh Juventus (2008) menguji pengaruh ROA,
ROE, DER, dan DAR terhadap harga saham perbankan di BEJ periode 20042006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, semua variabel
independen yang diteliti memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Secara
parsial, hanya variabel ROE dan DAR yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham.
Sumiati dalam penelitiannya (2007) yang berJudul “Pengaruh Struktur
Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek
Jakarta”. Variabel independennya adalah Debt to Equity Ratio (DER), Debt to
Asset Ratio (DAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Longterm Debt to
Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR) dan variabel dependen

31
Universitas Sumatera Utara

adalah perubahan harga saham. Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi. Hasil penelitian ini adalah variabel struktur modal Debt to Equity Ratio
(DER), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), dan Longterm Debt to Asset
Ratio (LDAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan
harga saham perbankan. Secara parsial, variabel LDAR adalah variabel yang
dominan.
Ulupui dalam penelitiannya (2005) yang berjudul “Analisis pengaruh
risiko likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap Harga saham
(studi pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industry barang
konsumsi di BEJ)” menghasilkan kesimpulan DER berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap Harga saham dan total Asset Turnover.

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
N
o

Nama
Peneliti

Judul Penelitian

Variabel

Hasil

1.

Muhamm
ad Ircham
(2013)

Debt to Equity
rasio, Debt to Asset
rasio, Return on
Equity Rasio,
Earning per share,
Harga Saham

Secara simultan semua
variabel
independen
memiliki pengaruh terhadap
harga saham, Variabel DER,
DAR, EPS berpengaruh
positif
terhadaf
harga
saham,
dan
ROE
berpengaruh
negatif
terhadap harga saham

2.

Rudi
Sitepu
(2010)

Pengaruh Struktur
Modal
dan
Profitabilitas
terhadap
harga
saham perusahaan
makanan
dan
minumam
yang
terdaftar di bursa
efek
Indonesia
periode 2009-2012
Pengaruh Struktur
Modal
Terhadap
Perubahan Harga
SahamPerusahaan
Manufaktur
di
BursaEfe Indonesia

- Debt to Asset
Ratio (DAR),
- Longterm Debt to
Asset Ratio
(LDAR)
- Equity to Asset
Ratio (EAR)
- Harga saham

DAR Longterm, Longterm
Debt to Asset
Ratio
(LDAR), dan Equity to
Asset Ratio (EAR) secara
bersama-sama berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan harga saham.
Secara parsial, variable
DER adalah variable yang
paling dominan.

32
Universitas Sumatera Utara

3

Juventus
(2008)

pengaruh
ROA,
ROE, DER, dan
DAR
terhadap
harga
saham
perbankan di BEJ
periode 2004-2006.

4

Satria
(2008)

pengaruh
CR,
DAR, TATO, ITO,
ROE, NPM, dan
PER terhadap harga
saham perusahaan
manufaktur

5

Sumiati
(2007)

Pengaruh Struktur
Modal
Terhadap
Perubahan Harga
Saham Perusahaan
Perbankan di Bursa
Efek Jakarta

-Return on Asset
(ROA)
-Return on Equity
(ROE)
-Debt to Equity
Rasio (DER)
-Debt to Asset
Rasio
- Harga Saham
-Current Rasio
(CR)
-Debt to Asset
Rasio (DAR)
-Return on Equity
(ROE)
-Harga Saham

Debt to Equity
Ratio,Debt to Asset
Ratio,Longterm
Debt to Equity
Ratio,Longterm
Debt to Asset Ratio,
Equity to Asset
Ratio(EAR),harga
saham

secara simultan, semua
variabel independen yang
diteliti memiliki pengaruh
positif
terhadap
harga
saham.
Secara
parsial,
hanya variabel ROE dan
DAR
yang
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap harga saham.
Secara simultan semua
variabel independen yang
diteliti memiliki pengaruh
signifikan terhadap harga
saham.
Secara
parsial,
hanya variabel NPM dan
ROE yang berpengaruh
signifikanterhadapharga
saham.
- Debt to Equity Ratio
(DER), Longterm Debt to
Equity Ratio (LDER), dan
Longterm Debt to Asset
Ratio
(LDAR)
secara
bersama-sama berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan harga saham

2.3 Kerangka Konseptual
2.3.1 Pengaruh Debt to Equity Rasio terhadap Harga Saham
Menurut Mulyadi dalam Sisca, (2010:9), “Debt to equity ratio
menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan
yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Debt to equity ratio
mengungkapkan bagaimana penggunaan pendanaan perusahaan dari struktur
modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dan
modal yang berasal dari ekuitas.” Semakin besar DER menandakan struktur
permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan utang-utang relatif terhadap
ekuitas dan mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi. Kreditur jangka
panjang lebih menyukai rasio DER yang kecil karena menunjukkan bahwa

33
Universitas Sumatera Utara

semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik modal sehingga semakin
kecil resiko kreditur yang secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan
harga saham bagi pemilik modal. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
H 1: Debt to Equity Rasio berpengaruh terhadap Harga Saham

2.3.2 Pengaruh Debt to Asset Rasio terhadap Harga Saham
DAR digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah keseluruhan
kebutuhan dana perusahaan dibiayai dengan total hutang (Retno, 2010:8).
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. DAR yang rendah menunjukkan bahwa dana perusahaan sedikit
dibiayai oleh hutang, hal ini dapat mempengaruhi peningkatan harga saham.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H 2: Debt to Asset Rasio berpengaruh terhadap Harga Saham

2.3.3 Pengaruh Return on Equity Rasio Terhadap Harga Saham
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2009:361), “Rasio ROE menggambarkan
tingkat kekuatan pendapatan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham atas
investasi yang dilakukan dan rasio ini pula dapat digunakan untuk membandingkan
dua perusahaan atau lebih dalam satu industri. Bentuk modal yang digunakan oleh
pemegang saham dalam rasio ini bisa digunakan untuk menggambarkan pasar.” ROE
yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang untuk
memberikan pendapatan yang besar bagi pemilik saham. Kondisi perusahaan yang
baik akan menghasilkan laba yang tinggi sehingga kemungkinan menghasilkan

34
Universitas Sumatera Utara

tingkat pengembalian saham besar. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik

hipotesis sebagai berikut:
H 3: Return on Equity Rasio berpengaruh terhadap Harga Saham

Debt to Equity Rasio (DER)
X1

Debt to Asset Rasio (DAR)
X2

Harga
Saham

Return on Asset Rasio (ROE)
X3

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan
singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan uraian sementara
dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis akan diterima jika
hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu
pula sebaliknya.
H 1 : Struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity Ratio mempunyai
pengaruh terhadap nilai harga saham suatu perusahaan
H 2 : Struktur modal yang diukur dengan Debt to Asset Rasio memiliki
pengaruh terhadap nilai harga saham suatu perusahaan
H3

: Profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity memiliki pengaruh
terhadap harga saham pada suatu perusahaan

35
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 8 89

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Aktivitas Dan Leverage Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 1 12

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Aktivitas Dan Leverage Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 2 15

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO MODAL SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 118

Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 10

Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 2

Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 12

Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 2

Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 7

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 23