Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Bab XI Kesehatan
BAB XI
KESEHATAN.
A. Umum.
Dalam R.P.L.T. tertjantum bahwa sebagai inti dari Rentjana
Kesehatan, dapat ditentukan pakok-pokoknja sebagai berikut:
1. Rentjana Usaha Perawatan (rumah-rumah sakit, poliklinik dan
sebagainja.)
2. Rentjana Pemberantasan Penjakit Rakjat.
3. Rentjana Pemberantasan Penjakit Menular.
4. Rentjana Kesehatan Desa.
5. Rentjana Kesehatan Sekolah.
6. Rentjana Pendidikan.
7. Rentjana Laboratorium.
8. Rentjana lain-lain.
Sesudah MUNAP pads tahun 1957, pokok-pokok telah bergeser,
disesuaikan dengan kebidjaksanaan jang diambil oleh Kementerian
Kesehatan pada waktu itu, ialah menitik beratkan Kesehatan prepentip dan usaha menambah pengertian tentang Kesehatan.
Disamping itu, kekurangan tenaga kesehatan terasa sekali dalam
pelaksanaan semua rentjana-rentjana Kesehatan sehingga pokokpokok dalam Rentjana Lima Tahun mendjadi:
1. Rentjana Pendidikan.
2. Rentjana Penambahan Poliklinik/Rentjana Perawatan & Pengobatan.
3. Rentjana Pemberantasan Penjakit Epidemis dan Endemis.
4. Rentjana Kesehatan Masjarakat Desa.
5. Rentjana Pendidikan Kesehatan kepada Rakjat.
6. Rentjana Hygiene Lingkungan Hidup.
7. Rentjana Kesehatan Ibu dan Anak.
8. Rentjana Kesehatan Sekolah.
9. Rentjana Perbaikan Makanan Rakjat.
10. Rentjana Laboratorium Kesehatan.
Alokasi jang disediakan untuk Sektor Kesehatan ini adalah sebesar Rp. 250 djuta selama 5 tahun jang meliputi 11% dari seluruh
alokasi Sektor Sosial. Djadi tiap tahun rata-rata Rp. 50 djuta.
369
528/8 (24)
Dibawah ink diberikan angka-angka jang tertjantum dalam Anggaran Belandja dari projek-projek kesehatan dalam rangka
R.P.L.T.
PELAKSANAAN ANGGARAN BELANDJA PROJEKPROJEK KESEHATAN.
(Dalam Rp. 1.000.000).
Tabel 181.
Tahun
1956
1957
1958
Anggaran Belandja
Otorisasi
Realisasi
Rp. 246,9 (A)
Rp. 194,8 (A)
Rp. 46,7
„ 146,5 (M)
„ 64,6 (M)
„ 231,8 (A)
„ 204,6 (A)
„ 143,3 (M)
„ 80,0 (M)
„ 179,9 (A)
„ 365,9 (A)
„
„ 94,8 (M)
85,3 (M)
Rp. 50,1
Rp. 40,2
Sumber: Kementerian Kesehatan.
(M) adalah djumlah belandja modal dari seluruh kementerian.
(A) adalah djumlah belandja pegawai belandja barang dari projek-projek
jang termasuk R.P.L.T.
370
1. Pendidikan.
DJUMLAH PENDIDIKAN DIBAWAH KEMENTERIAN
KESEHATAN
Tabel 182.
371
a) Laporan belum lengkap
b) Baru dimulai pada tahun 1958
c) Kursus diadakan pada tiap
bulan
d) Pernah ditutup, dibuka kembali pada th. 1957
Sumber: Kementerian Kesehatan.
e)
f)
g)
h)
Baru dibuka pada th. 1957
Belum ada udjian
Tidak ada udjian
Udjian ditunda sampai permulaan tahun 1955.
Adalah sukar untuk mengadakan penilaian tentang hasil jang
telah tertjapai jang meliputi tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958,
karena target rentjana pendidikan Kementerian Kesehatan untuk
tiap-tiup djenis pendidikan berlainan dan tak dapat dipegang teguh
berhubungan dengan kesukaran-kesukaran teknis.
Tetapi boleh dikemukakan bahwa Kementerian Kesehatan berusaha sekuat-tenaga untuk menghasilkan sebanjak mungkin tenagatenaga kesehatan dalam djangka waktu sependek-pendeknja.
Pendidikan dokter adalah kompetensi Kementerian P.P. dan K.
Dr. Leimena telah memperhitungkan sebanjak minimum 2.800
dokter pada tahun 1960, jang djuga mendjadi target Pemerintah.
Pada tahun 1958 ada sebanjak 1.330 dokter Umum/Spesialis (Pemerintah dan partikulir), jang tertjatat di I.D.I., ini merupakan 90%
dari semua djumlah dokter jang ada. Sedangkan selama tahuntahun 1956, 1957 dan 1958, telah dihasilkan sebanjak 249 dokterdokter (P.P. dan K.).
372
2. Rentjana Penambahan Poliklinik/Rentjana Perawatan dan
Pengobatan.
Walaupun sesudah MUNAP, usaha-usaha preventip (mentjegah
penjakit jang berat dengan mendjalankan pengobatan pada permulaan timbulnja penjakit), mendapat prioriteit, usaha-usaha
pengobatan sebagai "medical relief" tidak boleh diabaikan.
Dalam hubungan ini maka perlu diadakan tempat-tempat pengobatan sampai keplosok-plosok.
Target jang hendak ditjapai pada achir R.P.L.T. adalah 4.500
buah poliklinik, dengan diperhitungkan penambahan 200 buah
setahun. Pada tahun 1958, baru ada sebanjak 3.572 buah poliklinik.
Djumlah Rumah Sakit Umum/Istimewa kepunjaan Pemerintah/
Partikulir diseluruh Indonesia adalah sebagai berikut:
1955, 674 buah dengan kapasitet 66.548
1956, 710 buah dengan kapasitet 66.865
1957, 710 buah dengan kapasitet 67.321.
Keterangan-keterangan mengenai tahun 1958 tidak ada.
3. Pemberantasan penjakit epidemis dan endemis.
a. M a l a r i a .
Sudah diketahui bahwa penjakit malaria merupakan persoalan
besar dinegara kita.
Pada tahun 1955, telah dimulai suatu Rentjana Pemberantasan
Malaria dengan bantuan I.C.A. berupa penjemprotan ratjun
serangga.
Djumlah penduduk jang dilindungi dengan penjemprotan ratjun
serangga di Indonesia adalah sebagai berikut:
Tahun 1955 ....................... 5.494.886 djiwa
„
1956 ....................... 10.227.227
„
„
1957 ....................... 17.837.317
„
„
1958 ....................... 5.342.163
„
Hasil jang ditjapai dalam tahun 1957, sudah melebihi djumlah
jang telah direntjanakan ialah sebanjak Rp. 17.000.000.
Untuk tahun 1958, rentjana Lembaga Malaria seharusnja meliputi
20 djuta penduduk jang harus dilindungi, tetapi ini tak dapat
ditjapai berhubung dengan adanja rentjana baru oleh Pemerintah,
jaitu Malaria Eradication Programme.
Berhubung dengan itu, kepada semua daerah-daerah telah diperintahkan untuk menghentikan penjemprotan rumah-rumah mulai
1 Oktober 1958. Jang dikerdjakan sekarang ialah mengadakan
373
reorganisasi dan pemindahan-pemindahan personalia. Disamping
itu, para-medisch personnel, mantri-mantri malaria dan anggautaauggauta penjemprotan mendapat latihan-latihan dalam teknik baru
atas andjuran-andjuran WHO, sesuai dengan programme jang hendak dilaksanakan itu.
b. T. B. C.
T.B.C. adalah termasuk golongan "penjakit sosial", oleh karena
itu pemberantasan T.B.C. dengan demikian bukan sadja perlu
ditudjukan kearah perbaikan sosial-hygienis sadja, tetapi djuga
sosial-ekonomis, umpama perbaikan perumahan, keadaan pekerdjaan, keadaan makanan dan lain sebagainya, pendeknja meninggikan
taraf penghidupan rakjat.
Angka kematian karma penjakit T.B.C. tidak ada jang terbaru.
Dilapangan kuratip sanatoria dun rumah-rumah sakit T.B.C. adalah suatu usaha jang memakan banjak biaja. Djika hendak menampung penderita-penderita jang ditaksir paling sedikit 750.000
(Dr. Leimena 1955), Indonesia memerlukan 1.500 Sanatoria à 500
tempat tidur.
Pada tahun 1956, hanja ada sebanjak 19 buah dengan 1.748 tempat
tidur dan 10 konsultasi-biro. Penambahan dalam tahun-tahun 1957
dan 1958 belum diketahui, tetapi sudah njata bahwa pada achir
1960, target dari pada djumlah Sanatoria dan rumah-rumah-sakit
T.B.C. tak dapat ditjapai.
Dilapangan prepentip, direntjanakan vaksinasi B.C.G. setjara
besar-besaran.
Pada achir 1956, 10.158.055 orang telah diperiksa dan 2.722.407
divaksinasi. Angka-angka untuk tahun-tahun 1957 dan 1958, tak ada.
Kampanje B.C.G. mendapat bantuan dari UNICEF berupa alat-alat
dan vaksin B.C.G.
c. Framboesia.
Pemberantasan penjakit framboesia adalah suatu usaha preventip
jang disertai dengan tindakan-tindakan kuratip.
Pemberantasan dilakukan dengan tjara jang dinamakan T.C.P.S.
(Treponematoses Control Project Simplified).
Tudjuan dari T.C.P.S. ini ialah menurunkan prevalens framboesia ditiap-tiap daerah T.C.P.S. sampai 2% atau kurang, dengan
setingkat demi setingkat, termasuk frekwensi framboesia menular
sampai tidak lebih dari 0,5%.
Pemeriksaan dilakukan dengan suntikan penicillin sekaligus.
Angka-angka jang didapat dari Bagian Pemberantasan Penjakit
Framboesia Kementerian Kesehatan adalah mulai pertengahan tahun 1950 sampai achir tahun 1957:
374
Djumlah penduduk daerah T.C.P.S. 43.709.000 orang
Dari djumlah penduduk daerah
telah diperiksa dan disuntik ............... 36.532.706 orang = 83,58%
Diantara 36.532.706 orang jang diperiksa terdapat djumlah penderita
(prevalens) ............................................ 5.513.086 orang = 15.09%
Djika rentjana sekarang didjalankan terus setjara teratur dan
effisien, penjakit ini akan dapat diberantas sama sekali kira-kira
pada tahun 1965.
d. P e s .
Penjakit pes sampai sekarang tidak terdapat dikepulauan Indonesia, ketjuali dipulau Djawa.
Rentjana pemberantasan penjakit pes meliputi baik tindakantindakan kuratip, preventip, research dan pendidikan sosial-hygienis kepada penduduk desa.
Dalam tahun 1956, penderita pes hanja ada sebanjak 113, dengan
angka kematian 28, termasuk 25 pes paru-paru. Angka-angka jang
meliputi tahun-tahun 1957 dan 1958 tidak ada.
e. P e n j a k i t m a t a .
Pada tahun 1955/1956, didirikan pilot-projects trachoma dengan
bantuan WHO/UNICEF di Tangerang, Tjikampek/Krawang, Semarang dan Surabaja. Pilot-project 1957/1958 diselenggarakan didaerah
Lampung Selatan, Bandung, Tjirebon, Semarang, Madiun, Surabaja,
Denpasar.
Perluasan projek masih menunggu hasil-hasil penilaian pilotproject tahun 1957/1958.
f. P e n j a k i t K u s t a .
DAFTAR PENDERITA PENJAKIT KUSTA.
Tabel
183.
Tahun
Banjaknja penjakit
jang terdaftar
Banjak penderita
dileprosaria dan
kampung-kampung
kusta
1952
1953
1954
1955
1956
1957
16.062
17.497
19.035
19.932
24.054
26.669
4.474
4.474
4.848
5.109
5.324
5.624
Sumber: Bag. Pemberantasan Penjakit Kusta, Kem. Kesehatan.
375
Kenaikan djumlah penjakit jang terdaftar dalam tahun 1954-1957
bisa diartikan bahwa aktivitet dalam usaha ini diperbesar sehingga
lebih banjak "cases" jang dapat diketemukan. Sedangkan penambahan penderita dikampung-kampung kusta berarti bertmnbahnja
djumlah leprosaria dan kampung-kampung kusta.
DJUMLAH DARI KAPASITET LEPROSARIA DAN
KAMPUNG KUSTA 1955 — 1957. Tabel 184.
D.I. Djakarta
Djawa Barat
„ Tengah
„ Timur
Sumatera Utara
„
Tengah
„
Selatan
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Nusa Tenggara
1
1
5
2
12
—
1
6
11
5
11
25
23
350
360
486
358
230 208
1278 1018
—
—
300 147
337 299
1574 1948
266 246
783
512
INDONESIA
55 5584 5109
1
20
20
1
350 335
5
509 346
2
230 185
13 1276 1062
1
—
47
1 250
147
6
345 305
11 1584 1991
9
362
371
12 679
546
62
5605 5355
Dirawat
Kapasitet
Djum.
Lepr.
1957
Dirawat
Djum.
Lepr.
Kapasitet
1956
Dirawat
Djum.
Lepr.
Kapasitet
1955
1
1
5
2
13
1
1
6
11
9
12
20
21
350 407
509 364
230
177
1276 1062
—
47
250
160
345
384
1584 2074
362
379
729 567
62
5655 5655
Sumber: Bagian Pemberantasan Penjakit Kusta Kementerian, Kesehatan.
Banjaknja Balai-balai Pengobatan Kusta diseluruh Indonesia pada
achir 1957 adalah 182, dimana telah berobat 21.045 penderita jang
diluar.
Sebagai usaha mentjegah penjakit tersebut, maka sedjak beberapa lama telah diadakan penjuntikan BCG, disamping obat-obat
baru seperti Promin, Diasone, DDS dan sulphetrone.
Disamping usaha-usaha pengobatan dan pentjegahan, sesudah
perang dunia ke-II telah berkembang djuga usaha-usaha dilapangan
sosial.
Dengan Kementerian Sosial dan Kementerian Perburuhan diadakan hubungan dengan maksud untuk merehabiliteer penderita-penderita kusta jang telah dinjatakan klinis sembuh oleh dokter.
376
Pada tahun 1957 telah diadakan Pilot-project di Bekasi dan
Blora dan pada tahun 1958 telah diresmikan Pilot-project di Surabaja dan Djakarta. Keempat Pilot-project tersebut diselenggarakan
oleh Lembaga Kusta dengan bantuan WHO dan UNICEF dan bertudjuan untuk mentjari methode jang semurah-murahnja dan seefektip-efektipnja untuk didjadikan suatu kebidjaksanaan nasional.
Hasil-hasil dari pilot-projects ini belum dapat diberikan.
g. P e m b e r a n t a s a n P e n j a k i t K e l a m i n .
Pada tahun 1953, di Surabaja telah didirikan suatu Lembaga Pusat
Penjelidikan Pemberantasan Penjakit Kelamin jang dikepalai oleh
Prof. M. Soetopo. Lembaga tersebut mendjadi suatu badan penasehat dalam persoalan penjakit kelamin dan menjelidiki keadaan
penjakit tersebut diseluruh Indonesia.
Hasil jang telah ditjapai dalam tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958
tak dapat diberikan disini, karena usaha-usaha ini masih merupakan research.
Angka-angka statistik jang dapat dipertjajai tentang banjaknja
penjakit kelamin, belum ada sampai sekarang tetapi dari beberapa
penjelidikan dapat dikatakan bahwa penjakit ini terutama terdapat
dikota-kota besar.
h. P e m b e r a n t a s a n P e n j a k i t T j a t j a r .
Penjakit tjatjar tiap-tiap tahun masih timbul setjara sporadis atau
sebagai wabah jang ketjil, sebab-sebabnja ialah:
1) Masih adanja "reservoir" didaerah-daerah jang sukar dikundjungi oleh penjuntik tjatjar karena rintangan-rintangan keamanan dan kesukaran perdjalanan.
2) Dinas pentjatjaran tidak dapat bekerdja lantjar berhubung
dengan tidak tjukupnja dan keseretan ongkos djalan bagi para
djuru tjatjar.
3) Berhubung dengan banjaknja djuru tjatjar berpengalaman jang
dipensiun.
Sekarang sedang diusahakan agar dapat diselenggarakan Rentjana
WHO dalam "smallpox eradication programme".
i.
Usaha Karantina.
Soal karantina ini mendjadi suatu soal jang amat penting oleh
karena kepulauan Indonesia tiap hari berhubungan dengan dunia
luar, baik dengan djalan melalui laut maupun udara.
Keadaan dilapangan usaha karantina pada waktu sekarang menurut sjarat-sjarat internasional masih djauh dari sempurna. Ini terutama disebabkan oleh kekurangan alat-alat dan pegawai-pegawai
ahli.
377
Usaha-usaha jang menudju perbaikan adalah:
1) mendidik pegawai-pegawai teknis;
2) membikin Tandjung Priok dan Kemajoran sebagai model Dinas
Kesehatan Pelabuhan jang memenuhi sjarat-sjarat internasional
untuk didjadikan pertjontohan dan pendidikan.
Di Belawan-Deli dan Teluk Bajur telah didirikan stasiun-stasiun
karantina sedjak tahun 1957.
3) merentjanakan Undang-undang karantina nasional.
Pada tahun 1956 timbul epidemi tjatjar di Sulawesi, tetapi berkat aktivitet-aktivitet karantina, penjakit ini dapat dilokalisir.
Keterangan-keterangan mengenai tahun 1958, tak dapat diberikan.
4. Rentjana Kesehatan Masjarakat Desa.
Usaha Kesehatan Masjarakat Desa bertudjuan untuk mendapatkan integrasi dari semua usaha-usaha kesehatan, kerdja-sama jang
erat dengan instansi-instansi lain dan turut sertanja rakjat pada
penjelenggaraan usaha-usaha kesehatan.
Selandjutnja diichtiarkan untuk mendirikan poliklinik-poliklinik
dan rumah-rumah sakit dan mengadakan usaha-usaha kesehatan
seperti pendidikan kesehatan kepada rakjat, hygiene lingkungan
hidup, kesedjahteraan Ibu dan Anak dan sebagainja sampai kepelosok-pelosok. Rentjana masing-masing akan diuraikan tersendiri.
Bekasi adalah daerah pertjontohan K.M.D. dimana soal integrasi
ini dilaksanakan dan akan didjadikan tempat latihan K.M.D. taraf
nasional.
Target jang mau ditjapai ialah mendirikan ditiap-tiap propinsi
satu daerah pertjontohan K.M.D., ialah sebanjak 20 dalam 5 tahun,
dimulai dari tahun 1958 sampai 1963.
Disamping ini direntjanakan supaja tiap-tiap kabupaten sudah
mempunjai projek K.M.D. dengan mempersatukan usaha-usaha jang
sudah ada. Kalau ini sudah ada, maka tinggal meluaskan tjara kerdja
ini diseluruh kabupaten.
Dalam tahun 1958, sudah mulai didirikan 8 daerah pertjontohan
K.M.D.
5. Rentjana Pendidikan Kesehatan kepada Rakjat.
Rentjananja mempunjai tudjuan supaja Kementerian Kesehatan
mendjadi pusat dari Pendidikan Kesehatan pada Rakjat, mengingat
pentingnja keinsjafan rakjat untuk turut serta dalam semua usahausaha memperbaiki kesehatan.
Untuk ini diperlukan 5 ahli Pendidik Kesehatan di Kementerian
Kesehatan. Pada waktu ini sudah ada 2 orang ahli tersebut sedangkan seorang lagi sedang dididik diluar negeri.
378
Dalam tahun 1959 telah disediakan 2 fellowships dari WHO untuk
beladjar dilapangan ini. Selain dari pada ahli pendidik kesehatan
untuk Kementerian Kesehatan diichtiarkan pula penempatan tenaga-tenaga tersebut di Kementerian P.P.K. dan dipropinsi, masingmasing sebanjak 2 orang.
Diharapkan djumlah jang dibutuhkan akan tertjapai dalam tahun
1960.
Pendidikan Kesehatan disalurkan melalui sekolah-sekolah, dan
dinas-dinas lain jang dapat membantu usaha tersebut, seperti antara
lain Home Economics Extention dari Kementerian Pertanian, Pendidikan Masjarakat di Kementerian P.P. dan K. Rentjana Kesehatan Sekolah dan lain sebagainja disamping melalui usaha-usaha
kesehatan sendiri.
Perluasan dari pada rentjana ini masih dalam persiapan, berhubung dengan belum meluasnja pengertian tentang usaha ini dikalangan tenaga kesehatan. Maka telah diadakan dua kali seminar,
masing-masing selama 2 minggu dan 1 bulan.
6. Usaha hygiene lingkungan hidup.
Usaha kearah ini didesa-desa masih dalam masa permulaan sekali
dan jang termasuk ini antara lain persediaan air, pembangunan
kotoran, perumahan sehat dan hygiene makanan.
Karena usaha-usaha tersebut merupakan pemberian pendorong
(insentive) kepada rakjat dan berhasil tidaknja tergantung pula
pada pengertian dan kemampuan rakjat, maka sukarlah untuk
menetapkan targetnja.
Sebagai tjontoh dapat dikemukakan bahwa di Magelang usaha
ini sedikit banjak berhasil, dimana dalam 2 tahun telah dibangun
1.000 angsatrine (latrine model leher angsa) oleh dan atas biaja
rakjat sendiri.
Di Wurjantoro (Wonogiri) rakjat telah membuat penjaluran air
sendiri dengan bambu.
7. Usaha Kesehatan Ibu dan Anak.
Tudjuan usaha ini ialah mengurangi kematian ibu hamil, baji
dan kanak-kanak, dan mempertinggi nilai kesehatan mereka dengan
jalan mendirikan B.K.I.A. didaerah-daerah.
Target dalam hubungan ini ialah mendirikan 100 buah setahun,
sedangkan sampai pertengahan tahun 1957 telah terjatat 1.630 balaibalai dalam djangka waktu 1951-1957, sedang pada tahun 1951
hanja tertjatat 350 buah. Boleh dikatakan disini, bahwa hasil jang
tertjapai sudah melebihi target.
Dalam usaha-usaha B.K.I.A., ternjata bahwa keinsjafan dari pihak
rakjat sendiri besar, sehingga dengan sendirinja menstimulir kemadjuannja.
379
8.
Kesehatan Sekolah.
Dalam tahun 1955 telah disusun suatu rentjana mengenai usaha
kesehatan sekolah oleh suatu panitya terdiri dari wakil-wakil Kementerian P.P. dan K., Kesehatan dan Dalam Negeri.
Pada pertengahan tahun 1956 rentjana tersebut mulai dilaksanakan sebagai pilot-projects Bekasi dan Djakarta.
Tahun 1959 akan dipakai sebagai persiapan untuk meluaskan
program Kesehatan Sekolah oleh Kementerian/Djawatan jang
bersangkutan berdasarkan atas rentjana sebagai hasil dari kedua
tadi.
9. Perbaikan Makanan Rakjat.
Dalam tahun 1957 pekerdjaan Lembaga Makanan Rakjat dapat
dibagi dalam 3 bagian:
a. Laboratorium
b. Survey
c. Pendidikan.
a. L a b o r a t o r i u m .
Laboratorium Lembaga Makanan Rakjat telah mendjalankan pelbagai pemeriksaan seperti analisa-analisa bahan makanan, analisaanalisa klinis, penjelidikan chasiat makanan dengan pertjontohan
atas binatang, tjara-tjara pengawetan. Pun djuga menjelenggarakan
praktikum untuk pendidikan mahasiswa-mahasiswa Akademi Pendidikan Nutritionis.
b. S u r v e y .
3 survey panting telah didjalankan:
1) Makanan buruh-buruh Djakarta (Dr. Dradjat + Saudara
Djuznadin cs.) — tahun 1956.
2) Makanan rakjat didaerah trachoma Djawa Timur (trachoma
pilot-project — tahun 1957 — Dr. Blankhart).
3) Survey makanan rakjat didaerah Busung lapar — Gunung
Kidul — (Dr. Bailey dan Njonja Bailey).
Disamping ini djuga diadakan suatu survey kwalitatif pada
asrama-asrama, tangsi pelajaran Tandjnng Priok, dan beberapa
kapal-kapal dari Djawatan Pelajaran, dengan tudjuan perbaikan
djatah-djatah jang diberikan oleh Djawatan Pelajaran.
c. P e n d i d i k a n .
Lembaga Makanan Rakjat menjelenggarakan 2 matjam pendidikan:
1) Nutritionis/Ahli Dieet.
2) Djur Penerangan Makanan.
380
Pada tahun 1957 telah lulus 8 Nutritionis dan 1 ahli Dieet.
Djuru Penerangan Makanan angkatan tahun ini belum selesai.
Selain dari itu dapat disebut pula pendidikan landjutan dengan
bantuan F.A.O., W.H.O. dan U.S.I.S.
Ketjuali pada sekolah-sekolah tersebut diatas, pendidikan Gizi
diberikan djuga oleh staf Lembaga Makanan Rakjat:
1) Kepada kursus-kursus dan sekolah-sekolah dari Djawatan-djawatan dan Organisasi.
2) Kepada masjarakat berupa tjeramah-tjeramah, demonstrasi dan
pameran.
Hasil jang ditjapai tak dapat diberikan, karena ini merupakan
penerangan sadja.
Pada tahun 1957, diusahakan pendidikan Home Economics dalam
rentjana peladjaran dari Pendidikan Kementerian Kesehatan jang
direntjanakan oleh Lembaga Makanan Rakjat. Angka-angka hasilnja, belum dapat diberikan.
Suatu usaha untuk menstandarisir pendidikan Home Economics
dengan Kementerian-kementerian lainnja, pada bulan September
1957, telah diadakan Home Economic Seminar, dengan pesertapeserta jang terdiri dari wakil-wakil Kementerian, organisasi-organisasi dan Angkatan Perang. Seminar tersebut telah menghasilkan
pengertian jang lebih luas dalam lapangan Home Economics dan
kerdja sama jang lebih erat antara instansi-instansi jang bersangkutan.
10. Rentjana Laboratoria.
Dalam tahun 1957 diseluruh Indonesia ada 9 Laboratoria Kesehatan (Public Health Laboratories) dibawah Badan Koordinasi
Laboratorium-laboratorim Kesehatan dari Kementerian Kesehatan
jang bersifat sementara.
1. Laboratorium Kesehatan Pusat Djakarta (lembaga Eyckman)
2.
„
„
Daerah Jogjakarta
Laboratorium-labo3.
„
„
„
Semarang
ratorium jang telah
4.
„
„
„
Surabaja
ada sebelum tahun
5.
„
„
„
Makassar
1954
6.
„
„
„
Medan
7.
„
„
„
Bandjarmasin
Laboratorium-labo8.
„
„
„
Den Pasarratorium baru jang
9.
„
„
„
Palembang
didirikan sesuai dengan R.P.L.T.
Semua Laboratorium Kesehatan tersebut diatas mendjalankan
pemeriksaan untuk usaha preventip/hygienis dan keperluan klinis.
381
Lembaga Eyckman disamping ini mengerdjakan djuga pemeriksaan-pemeriksaan untuk Lembaga Kriminologi, Pusat Pemindahan
Darah, Djawatan Pharmasi dan lain-lain setjara tidak tertentu.
Selain dari pada itu, ada djuga beberapa Laboratorium kesehatan
diluar koordinasi Badan Koordinasi Laboratorium Kesehatan dari
Kementerian Kesehatan, ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Perusahaan Negara Pasteur — Bandung.
Laboratorium Ilmu Kesehatan Teknik — Bandung.
„
„
„
„ — Tjabang Jogjakarta.
„
Lembaga Makanan Rakjat — Djakarta & Bogor.
„
„
Malaria — Djakarta.
„
„
Kusta — Djakarta.
„
Pemberantasan Penjakit Paru-paru — Bandung.
„
Penjelidikan dan Pemberantasan Penjakit Rakjat
(T.C.P.) Jogjakarta.
„
Fakultas Kedokteran Universitas „Gadjah Mada”
Jogjakarta.
„
Bagian Penjakit Mata — Semarang.
„
Pusat Penjelidikan dan Pemberantasan Penjakit
Kelamin (P4K) — Surabaja.
Dalam usaha inipun, kekurangan akan tenaga ahli terasa sekali,
disamping itu djuga kekurangan akan alat-alat dan bahan-bahan
laboratorium.
Rentjana untuk tahun jang akan datang, ialah penghapusan daripada Badan Koordinasi Laboratorium Kesehatan jang bersifat
sementara itu, dan menggantinja dengan Bagian Laboratorium Kementerian Kesehatan (Public Health Laboratory Service) jang harus
mempunjai "Refe rence Laboratories".
B. Statistik.
Kementerian Kesehatan mempunjai Bagian Statistik, jang mulai
dibentuk dalam tahun 1954. Sedjak pertengahan tahun 1955 Bagian
tersebut mendapat bantuan dari WHO dalam rangka 2 X 2 tahun
berupa:
a. Penempatan seorang WHO medical statistician dan
b. Pemberian beberapa equipment (harga semuanja = $ 6.000,—).
Tugas Bagian Statistik Kesehatan ini ialah:
1. menjusun statistik kesehatan;
2. menjelenggarakan pendaftaran kelahiran/kematian;
382
3. penjusunan vital statistics jang berhubungan dengan tidak adanja undang-undang pentjatjatan sipil (civil registration) untuk
umum;
4. menjelenggarakan dan membantu pekerdjaan survey jang diperlukan oleh Djawatan/Bagian Kesehatan lainnja.
Walaupun sub 1, 2, 3 merupakan pekerdjaan routine, namun ini
belum berdjalan dengan sempurna berhubung bahan-bahan jang
perlu diterima dari peripheri kurang lantjar masuknja, antara lain
karena kurangnja tenaga terlatih disana.
Untuk memperbaiki keadaan tersebut oleh Bagian Statistik diadakan kursus-kursus selama 3 à 4 bulan untuk para pegawai kesehatan jang mengerdjakan pekerdjaan statistik.
Survey-survey jang telah diadakan dibawah sub 4, itu adalah
sebagai berikut:
Dalam tahun 1956, suatu team dari Bagian Statistik Kementerian
Kesehatan mengundjungi beberapa daerah untuk mengadakan
survey tentang procedure pentjatatan disemua tingkat pemerintahan.
1956 membantu dalam survey-survey kesehatan didaerah-daerah
Tjikarang, kampung Andir dan Senen (Kemajoran).
1956 membantu dalam pilot project trachoma di Tanggerang.
1957 membantu dalam survey trachoma didaerah Semarang.
1957 membantu dalam survey didaerah Semarang dan Surabaja
mengenai susunan makanan rakjat (nutrition).
1958 membantu dalam survey didaerah Gunung Kidul mengenai
susunan makanan rakjat (nutrition).
C. Usaha obat-obatan.
Pemerintah bermaksud untuk menjediakan obat-obatan sedemikian rupa sehingga merata dan termasuk batas kemampuan rakjat.
Untuk mengerdjakan hal ini diperlukan suatu kebidjaksanaan impor
jang seimbang dan suatu aparat distribusi jang effisien.
Di Djakarta telah didirikan pabrik obat pada tahun 1953. Sebagian dari pembangunan pabrik tersebut sekarang matjet, berhubung
dengan keuangannja.
Usaha jang telah dilakukan sedjak tahun 1955 sampai sekarang
adalah: memperbesar kwantitet dari tablet, suntikan dan "Salenische preparaten", jang hasilnja adalah memuaskan.
Pada bulan Djuli 1957 telah dimulai usaha untuk menjelidiki
kemungkinan-kemungkinan pendirian suatu Pharmaceutical Factory (Medical Plant) di Indonesia dengan mempergunakan bahanbahan dalam negeri, dari tanaman-tanaman maupun dari "afval
production" pabrik-pabrik.
383
D. Rehabilitation Centre.
Pada tahun 1951, didirikan Rehabilitation Centre di Solo, jang
mempunjai 3 dasar:
A. Bagian Medis,
B. Bagian Pendidikan,
C. Bagian Asisten Sosial.
Jang mendjadi tugas Kementerian Kesehatan ialah Lembaga Prothese, dimana alat-alat prothese dibuat, dan Bagian Physio-Therapie,
dimana penderita bisa melatih diri dengan alat-alat prothese tadi.
Disamping itu Kementerian Kesehatan menjediakan djuga ahliahli chirurgie serta alat-alat dan mesin-mesin dengan bantuan luar
negeri.
Aktivitet-aktivitet lain jang didjalankan oleh Kementerian Kesehatan dalam lapangan ini, sarnpai pertengahan tahun 1958 adalah:
1. Mendirikan Jajasan Penderita Anak Tjatjad di Djakana.
2. Mendirikan Rehabilitation Centre di Sumatera Barat dan Sulawesi.
3. Membantu Rehabilitation Centre Solo, dengan mendirikan orthopaedie Children Hospital sebagai perluasan.
E. Kesulitan-kesulitan.
Kekurangan tenaga merupakan suatu persoalan jang penting karena menghambat kelantjaran pembangunan. Umpamanja untuk
mentjapai suatu target dalam lapangan pendidikan dibutuhkan
guru-gurunja, sedangkan guru-guru ini tidak ada sehingga program program pendidikan tak dapat dilaksanakan menurut rentjana.
Disamping ini, administrasi negara masih kurang effisien dan lantjar, sehingga inipun merupakan suatu penghambatan, umpamanja
dalam pengiriman laporan-laporan darn daerah ke Pusat.
Suatu kesulitan jang tersendiri dalam pelaksanaan rentjana-rentjana kesehatan ialah pengertian dan kemampuan rakjat jang sedikit banjak menentukan berhasil tidaknja suatu rentjana Kesehatan.
Untuk mengatasi kesulitan ini, telah diadakan pendidikan-pendidikan dan rentjana-rentjana spesifik dengan tudjuan memberikan
penerangan dan pengertian jang lebih besar kepada Rakjat.
384
KESEHATAN.
A. Umum.
Dalam R.P.L.T. tertjantum bahwa sebagai inti dari Rentjana
Kesehatan, dapat ditentukan pakok-pokoknja sebagai berikut:
1. Rentjana Usaha Perawatan (rumah-rumah sakit, poliklinik dan
sebagainja.)
2. Rentjana Pemberantasan Penjakit Rakjat.
3. Rentjana Pemberantasan Penjakit Menular.
4. Rentjana Kesehatan Desa.
5. Rentjana Kesehatan Sekolah.
6. Rentjana Pendidikan.
7. Rentjana Laboratorium.
8. Rentjana lain-lain.
Sesudah MUNAP pads tahun 1957, pokok-pokok telah bergeser,
disesuaikan dengan kebidjaksanaan jang diambil oleh Kementerian
Kesehatan pada waktu itu, ialah menitik beratkan Kesehatan prepentip dan usaha menambah pengertian tentang Kesehatan.
Disamping itu, kekurangan tenaga kesehatan terasa sekali dalam
pelaksanaan semua rentjana-rentjana Kesehatan sehingga pokokpokok dalam Rentjana Lima Tahun mendjadi:
1. Rentjana Pendidikan.
2. Rentjana Penambahan Poliklinik/Rentjana Perawatan & Pengobatan.
3. Rentjana Pemberantasan Penjakit Epidemis dan Endemis.
4. Rentjana Kesehatan Masjarakat Desa.
5. Rentjana Pendidikan Kesehatan kepada Rakjat.
6. Rentjana Hygiene Lingkungan Hidup.
7. Rentjana Kesehatan Ibu dan Anak.
8. Rentjana Kesehatan Sekolah.
9. Rentjana Perbaikan Makanan Rakjat.
10. Rentjana Laboratorium Kesehatan.
Alokasi jang disediakan untuk Sektor Kesehatan ini adalah sebesar Rp. 250 djuta selama 5 tahun jang meliputi 11% dari seluruh
alokasi Sektor Sosial. Djadi tiap tahun rata-rata Rp. 50 djuta.
369
528/8 (24)
Dibawah ink diberikan angka-angka jang tertjantum dalam Anggaran Belandja dari projek-projek kesehatan dalam rangka
R.P.L.T.
PELAKSANAAN ANGGARAN BELANDJA PROJEKPROJEK KESEHATAN.
(Dalam Rp. 1.000.000).
Tabel 181.
Tahun
1956
1957
1958
Anggaran Belandja
Otorisasi
Realisasi
Rp. 246,9 (A)
Rp. 194,8 (A)
Rp. 46,7
„ 146,5 (M)
„ 64,6 (M)
„ 231,8 (A)
„ 204,6 (A)
„ 143,3 (M)
„ 80,0 (M)
„ 179,9 (A)
„ 365,9 (A)
„
„ 94,8 (M)
85,3 (M)
Rp. 50,1
Rp. 40,2
Sumber: Kementerian Kesehatan.
(M) adalah djumlah belandja modal dari seluruh kementerian.
(A) adalah djumlah belandja pegawai belandja barang dari projek-projek
jang termasuk R.P.L.T.
370
1. Pendidikan.
DJUMLAH PENDIDIKAN DIBAWAH KEMENTERIAN
KESEHATAN
Tabel 182.
371
a) Laporan belum lengkap
b) Baru dimulai pada tahun 1958
c) Kursus diadakan pada tiap
bulan
d) Pernah ditutup, dibuka kembali pada th. 1957
Sumber: Kementerian Kesehatan.
e)
f)
g)
h)
Baru dibuka pada th. 1957
Belum ada udjian
Tidak ada udjian
Udjian ditunda sampai permulaan tahun 1955.
Adalah sukar untuk mengadakan penilaian tentang hasil jang
telah tertjapai jang meliputi tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958,
karena target rentjana pendidikan Kementerian Kesehatan untuk
tiap-tiup djenis pendidikan berlainan dan tak dapat dipegang teguh
berhubungan dengan kesukaran-kesukaran teknis.
Tetapi boleh dikemukakan bahwa Kementerian Kesehatan berusaha sekuat-tenaga untuk menghasilkan sebanjak mungkin tenagatenaga kesehatan dalam djangka waktu sependek-pendeknja.
Pendidikan dokter adalah kompetensi Kementerian P.P. dan K.
Dr. Leimena telah memperhitungkan sebanjak minimum 2.800
dokter pada tahun 1960, jang djuga mendjadi target Pemerintah.
Pada tahun 1958 ada sebanjak 1.330 dokter Umum/Spesialis (Pemerintah dan partikulir), jang tertjatat di I.D.I., ini merupakan 90%
dari semua djumlah dokter jang ada. Sedangkan selama tahuntahun 1956, 1957 dan 1958, telah dihasilkan sebanjak 249 dokterdokter (P.P. dan K.).
372
2. Rentjana Penambahan Poliklinik/Rentjana Perawatan dan
Pengobatan.
Walaupun sesudah MUNAP, usaha-usaha preventip (mentjegah
penjakit jang berat dengan mendjalankan pengobatan pada permulaan timbulnja penjakit), mendapat prioriteit, usaha-usaha
pengobatan sebagai "medical relief" tidak boleh diabaikan.
Dalam hubungan ini maka perlu diadakan tempat-tempat pengobatan sampai keplosok-plosok.
Target jang hendak ditjapai pada achir R.P.L.T. adalah 4.500
buah poliklinik, dengan diperhitungkan penambahan 200 buah
setahun. Pada tahun 1958, baru ada sebanjak 3.572 buah poliklinik.
Djumlah Rumah Sakit Umum/Istimewa kepunjaan Pemerintah/
Partikulir diseluruh Indonesia adalah sebagai berikut:
1955, 674 buah dengan kapasitet 66.548
1956, 710 buah dengan kapasitet 66.865
1957, 710 buah dengan kapasitet 67.321.
Keterangan-keterangan mengenai tahun 1958 tidak ada.
3. Pemberantasan penjakit epidemis dan endemis.
a. M a l a r i a .
Sudah diketahui bahwa penjakit malaria merupakan persoalan
besar dinegara kita.
Pada tahun 1955, telah dimulai suatu Rentjana Pemberantasan
Malaria dengan bantuan I.C.A. berupa penjemprotan ratjun
serangga.
Djumlah penduduk jang dilindungi dengan penjemprotan ratjun
serangga di Indonesia adalah sebagai berikut:
Tahun 1955 ....................... 5.494.886 djiwa
„
1956 ....................... 10.227.227
„
„
1957 ....................... 17.837.317
„
„
1958 ....................... 5.342.163
„
Hasil jang ditjapai dalam tahun 1957, sudah melebihi djumlah
jang telah direntjanakan ialah sebanjak Rp. 17.000.000.
Untuk tahun 1958, rentjana Lembaga Malaria seharusnja meliputi
20 djuta penduduk jang harus dilindungi, tetapi ini tak dapat
ditjapai berhubung dengan adanja rentjana baru oleh Pemerintah,
jaitu Malaria Eradication Programme.
Berhubung dengan itu, kepada semua daerah-daerah telah diperintahkan untuk menghentikan penjemprotan rumah-rumah mulai
1 Oktober 1958. Jang dikerdjakan sekarang ialah mengadakan
373
reorganisasi dan pemindahan-pemindahan personalia. Disamping
itu, para-medisch personnel, mantri-mantri malaria dan anggautaauggauta penjemprotan mendapat latihan-latihan dalam teknik baru
atas andjuran-andjuran WHO, sesuai dengan programme jang hendak dilaksanakan itu.
b. T. B. C.
T.B.C. adalah termasuk golongan "penjakit sosial", oleh karena
itu pemberantasan T.B.C. dengan demikian bukan sadja perlu
ditudjukan kearah perbaikan sosial-hygienis sadja, tetapi djuga
sosial-ekonomis, umpama perbaikan perumahan, keadaan pekerdjaan, keadaan makanan dan lain sebagainya, pendeknja meninggikan
taraf penghidupan rakjat.
Angka kematian karma penjakit T.B.C. tidak ada jang terbaru.
Dilapangan kuratip sanatoria dun rumah-rumah sakit T.B.C. adalah suatu usaha jang memakan banjak biaja. Djika hendak menampung penderita-penderita jang ditaksir paling sedikit 750.000
(Dr. Leimena 1955), Indonesia memerlukan 1.500 Sanatoria à 500
tempat tidur.
Pada tahun 1956, hanja ada sebanjak 19 buah dengan 1.748 tempat
tidur dan 10 konsultasi-biro. Penambahan dalam tahun-tahun 1957
dan 1958 belum diketahui, tetapi sudah njata bahwa pada achir
1960, target dari pada djumlah Sanatoria dan rumah-rumah-sakit
T.B.C. tak dapat ditjapai.
Dilapangan prepentip, direntjanakan vaksinasi B.C.G. setjara
besar-besaran.
Pada achir 1956, 10.158.055 orang telah diperiksa dan 2.722.407
divaksinasi. Angka-angka untuk tahun-tahun 1957 dan 1958, tak ada.
Kampanje B.C.G. mendapat bantuan dari UNICEF berupa alat-alat
dan vaksin B.C.G.
c. Framboesia.
Pemberantasan penjakit framboesia adalah suatu usaha preventip
jang disertai dengan tindakan-tindakan kuratip.
Pemberantasan dilakukan dengan tjara jang dinamakan T.C.P.S.
(Treponematoses Control Project Simplified).
Tudjuan dari T.C.P.S. ini ialah menurunkan prevalens framboesia ditiap-tiap daerah T.C.P.S. sampai 2% atau kurang, dengan
setingkat demi setingkat, termasuk frekwensi framboesia menular
sampai tidak lebih dari 0,5%.
Pemeriksaan dilakukan dengan suntikan penicillin sekaligus.
Angka-angka jang didapat dari Bagian Pemberantasan Penjakit
Framboesia Kementerian Kesehatan adalah mulai pertengahan tahun 1950 sampai achir tahun 1957:
374
Djumlah penduduk daerah T.C.P.S. 43.709.000 orang
Dari djumlah penduduk daerah
telah diperiksa dan disuntik ............... 36.532.706 orang = 83,58%
Diantara 36.532.706 orang jang diperiksa terdapat djumlah penderita
(prevalens) ............................................ 5.513.086 orang = 15.09%
Djika rentjana sekarang didjalankan terus setjara teratur dan
effisien, penjakit ini akan dapat diberantas sama sekali kira-kira
pada tahun 1965.
d. P e s .
Penjakit pes sampai sekarang tidak terdapat dikepulauan Indonesia, ketjuali dipulau Djawa.
Rentjana pemberantasan penjakit pes meliputi baik tindakantindakan kuratip, preventip, research dan pendidikan sosial-hygienis kepada penduduk desa.
Dalam tahun 1956, penderita pes hanja ada sebanjak 113, dengan
angka kematian 28, termasuk 25 pes paru-paru. Angka-angka jang
meliputi tahun-tahun 1957 dan 1958 tidak ada.
e. P e n j a k i t m a t a .
Pada tahun 1955/1956, didirikan pilot-projects trachoma dengan
bantuan WHO/UNICEF di Tangerang, Tjikampek/Krawang, Semarang dan Surabaja. Pilot-project 1957/1958 diselenggarakan didaerah
Lampung Selatan, Bandung, Tjirebon, Semarang, Madiun, Surabaja,
Denpasar.
Perluasan projek masih menunggu hasil-hasil penilaian pilotproject tahun 1957/1958.
f. P e n j a k i t K u s t a .
DAFTAR PENDERITA PENJAKIT KUSTA.
Tabel
183.
Tahun
Banjaknja penjakit
jang terdaftar
Banjak penderita
dileprosaria dan
kampung-kampung
kusta
1952
1953
1954
1955
1956
1957
16.062
17.497
19.035
19.932
24.054
26.669
4.474
4.474
4.848
5.109
5.324
5.624
Sumber: Bag. Pemberantasan Penjakit Kusta, Kem. Kesehatan.
375
Kenaikan djumlah penjakit jang terdaftar dalam tahun 1954-1957
bisa diartikan bahwa aktivitet dalam usaha ini diperbesar sehingga
lebih banjak "cases" jang dapat diketemukan. Sedangkan penambahan penderita dikampung-kampung kusta berarti bertmnbahnja
djumlah leprosaria dan kampung-kampung kusta.
DJUMLAH DARI KAPASITET LEPROSARIA DAN
KAMPUNG KUSTA 1955 — 1957. Tabel 184.
D.I. Djakarta
Djawa Barat
„ Tengah
„ Timur
Sumatera Utara
„
Tengah
„
Selatan
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Nusa Tenggara
1
1
5
2
12
—
1
6
11
5
11
25
23
350
360
486
358
230 208
1278 1018
—
—
300 147
337 299
1574 1948
266 246
783
512
INDONESIA
55 5584 5109
1
20
20
1
350 335
5
509 346
2
230 185
13 1276 1062
1
—
47
1 250
147
6
345 305
11 1584 1991
9
362
371
12 679
546
62
5605 5355
Dirawat
Kapasitet
Djum.
Lepr.
1957
Dirawat
Djum.
Lepr.
Kapasitet
1956
Dirawat
Djum.
Lepr.
Kapasitet
1955
1
1
5
2
13
1
1
6
11
9
12
20
21
350 407
509 364
230
177
1276 1062
—
47
250
160
345
384
1584 2074
362
379
729 567
62
5655 5655
Sumber: Bagian Pemberantasan Penjakit Kusta Kementerian, Kesehatan.
Banjaknja Balai-balai Pengobatan Kusta diseluruh Indonesia pada
achir 1957 adalah 182, dimana telah berobat 21.045 penderita jang
diluar.
Sebagai usaha mentjegah penjakit tersebut, maka sedjak beberapa lama telah diadakan penjuntikan BCG, disamping obat-obat
baru seperti Promin, Diasone, DDS dan sulphetrone.
Disamping usaha-usaha pengobatan dan pentjegahan, sesudah
perang dunia ke-II telah berkembang djuga usaha-usaha dilapangan
sosial.
Dengan Kementerian Sosial dan Kementerian Perburuhan diadakan hubungan dengan maksud untuk merehabiliteer penderita-penderita kusta jang telah dinjatakan klinis sembuh oleh dokter.
376
Pada tahun 1957 telah diadakan Pilot-project di Bekasi dan
Blora dan pada tahun 1958 telah diresmikan Pilot-project di Surabaja dan Djakarta. Keempat Pilot-project tersebut diselenggarakan
oleh Lembaga Kusta dengan bantuan WHO dan UNICEF dan bertudjuan untuk mentjari methode jang semurah-murahnja dan seefektip-efektipnja untuk didjadikan suatu kebidjaksanaan nasional.
Hasil-hasil dari pilot-projects ini belum dapat diberikan.
g. P e m b e r a n t a s a n P e n j a k i t K e l a m i n .
Pada tahun 1953, di Surabaja telah didirikan suatu Lembaga Pusat
Penjelidikan Pemberantasan Penjakit Kelamin jang dikepalai oleh
Prof. M. Soetopo. Lembaga tersebut mendjadi suatu badan penasehat dalam persoalan penjakit kelamin dan menjelidiki keadaan
penjakit tersebut diseluruh Indonesia.
Hasil jang telah ditjapai dalam tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958
tak dapat diberikan disini, karena usaha-usaha ini masih merupakan research.
Angka-angka statistik jang dapat dipertjajai tentang banjaknja
penjakit kelamin, belum ada sampai sekarang tetapi dari beberapa
penjelidikan dapat dikatakan bahwa penjakit ini terutama terdapat
dikota-kota besar.
h. P e m b e r a n t a s a n P e n j a k i t T j a t j a r .
Penjakit tjatjar tiap-tiap tahun masih timbul setjara sporadis atau
sebagai wabah jang ketjil, sebab-sebabnja ialah:
1) Masih adanja "reservoir" didaerah-daerah jang sukar dikundjungi oleh penjuntik tjatjar karena rintangan-rintangan keamanan dan kesukaran perdjalanan.
2) Dinas pentjatjaran tidak dapat bekerdja lantjar berhubung
dengan tidak tjukupnja dan keseretan ongkos djalan bagi para
djuru tjatjar.
3) Berhubung dengan banjaknja djuru tjatjar berpengalaman jang
dipensiun.
Sekarang sedang diusahakan agar dapat diselenggarakan Rentjana
WHO dalam "smallpox eradication programme".
i.
Usaha Karantina.
Soal karantina ini mendjadi suatu soal jang amat penting oleh
karena kepulauan Indonesia tiap hari berhubungan dengan dunia
luar, baik dengan djalan melalui laut maupun udara.
Keadaan dilapangan usaha karantina pada waktu sekarang menurut sjarat-sjarat internasional masih djauh dari sempurna. Ini terutama disebabkan oleh kekurangan alat-alat dan pegawai-pegawai
ahli.
377
Usaha-usaha jang menudju perbaikan adalah:
1) mendidik pegawai-pegawai teknis;
2) membikin Tandjung Priok dan Kemajoran sebagai model Dinas
Kesehatan Pelabuhan jang memenuhi sjarat-sjarat internasional
untuk didjadikan pertjontohan dan pendidikan.
Di Belawan-Deli dan Teluk Bajur telah didirikan stasiun-stasiun
karantina sedjak tahun 1957.
3) merentjanakan Undang-undang karantina nasional.
Pada tahun 1956 timbul epidemi tjatjar di Sulawesi, tetapi berkat aktivitet-aktivitet karantina, penjakit ini dapat dilokalisir.
Keterangan-keterangan mengenai tahun 1958, tak dapat diberikan.
4. Rentjana Kesehatan Masjarakat Desa.
Usaha Kesehatan Masjarakat Desa bertudjuan untuk mendapatkan integrasi dari semua usaha-usaha kesehatan, kerdja-sama jang
erat dengan instansi-instansi lain dan turut sertanja rakjat pada
penjelenggaraan usaha-usaha kesehatan.
Selandjutnja diichtiarkan untuk mendirikan poliklinik-poliklinik
dan rumah-rumah sakit dan mengadakan usaha-usaha kesehatan
seperti pendidikan kesehatan kepada rakjat, hygiene lingkungan
hidup, kesedjahteraan Ibu dan Anak dan sebagainja sampai kepelosok-pelosok. Rentjana masing-masing akan diuraikan tersendiri.
Bekasi adalah daerah pertjontohan K.M.D. dimana soal integrasi
ini dilaksanakan dan akan didjadikan tempat latihan K.M.D. taraf
nasional.
Target jang mau ditjapai ialah mendirikan ditiap-tiap propinsi
satu daerah pertjontohan K.M.D., ialah sebanjak 20 dalam 5 tahun,
dimulai dari tahun 1958 sampai 1963.
Disamping ini direntjanakan supaja tiap-tiap kabupaten sudah
mempunjai projek K.M.D. dengan mempersatukan usaha-usaha jang
sudah ada. Kalau ini sudah ada, maka tinggal meluaskan tjara kerdja
ini diseluruh kabupaten.
Dalam tahun 1958, sudah mulai didirikan 8 daerah pertjontohan
K.M.D.
5. Rentjana Pendidikan Kesehatan kepada Rakjat.
Rentjananja mempunjai tudjuan supaja Kementerian Kesehatan
mendjadi pusat dari Pendidikan Kesehatan pada Rakjat, mengingat
pentingnja keinsjafan rakjat untuk turut serta dalam semua usahausaha memperbaiki kesehatan.
Untuk ini diperlukan 5 ahli Pendidik Kesehatan di Kementerian
Kesehatan. Pada waktu ini sudah ada 2 orang ahli tersebut sedangkan seorang lagi sedang dididik diluar negeri.
378
Dalam tahun 1959 telah disediakan 2 fellowships dari WHO untuk
beladjar dilapangan ini. Selain dari pada ahli pendidik kesehatan
untuk Kementerian Kesehatan diichtiarkan pula penempatan tenaga-tenaga tersebut di Kementerian P.P.K. dan dipropinsi, masingmasing sebanjak 2 orang.
Diharapkan djumlah jang dibutuhkan akan tertjapai dalam tahun
1960.
Pendidikan Kesehatan disalurkan melalui sekolah-sekolah, dan
dinas-dinas lain jang dapat membantu usaha tersebut, seperti antara
lain Home Economics Extention dari Kementerian Pertanian, Pendidikan Masjarakat di Kementerian P.P. dan K. Rentjana Kesehatan Sekolah dan lain sebagainja disamping melalui usaha-usaha
kesehatan sendiri.
Perluasan dari pada rentjana ini masih dalam persiapan, berhubung dengan belum meluasnja pengertian tentang usaha ini dikalangan tenaga kesehatan. Maka telah diadakan dua kali seminar,
masing-masing selama 2 minggu dan 1 bulan.
6. Usaha hygiene lingkungan hidup.
Usaha kearah ini didesa-desa masih dalam masa permulaan sekali
dan jang termasuk ini antara lain persediaan air, pembangunan
kotoran, perumahan sehat dan hygiene makanan.
Karena usaha-usaha tersebut merupakan pemberian pendorong
(insentive) kepada rakjat dan berhasil tidaknja tergantung pula
pada pengertian dan kemampuan rakjat, maka sukarlah untuk
menetapkan targetnja.
Sebagai tjontoh dapat dikemukakan bahwa di Magelang usaha
ini sedikit banjak berhasil, dimana dalam 2 tahun telah dibangun
1.000 angsatrine (latrine model leher angsa) oleh dan atas biaja
rakjat sendiri.
Di Wurjantoro (Wonogiri) rakjat telah membuat penjaluran air
sendiri dengan bambu.
7. Usaha Kesehatan Ibu dan Anak.
Tudjuan usaha ini ialah mengurangi kematian ibu hamil, baji
dan kanak-kanak, dan mempertinggi nilai kesehatan mereka dengan
jalan mendirikan B.K.I.A. didaerah-daerah.
Target dalam hubungan ini ialah mendirikan 100 buah setahun,
sedangkan sampai pertengahan tahun 1957 telah terjatat 1.630 balaibalai dalam djangka waktu 1951-1957, sedang pada tahun 1951
hanja tertjatat 350 buah. Boleh dikatakan disini, bahwa hasil jang
tertjapai sudah melebihi target.
Dalam usaha-usaha B.K.I.A., ternjata bahwa keinsjafan dari pihak
rakjat sendiri besar, sehingga dengan sendirinja menstimulir kemadjuannja.
379
8.
Kesehatan Sekolah.
Dalam tahun 1955 telah disusun suatu rentjana mengenai usaha
kesehatan sekolah oleh suatu panitya terdiri dari wakil-wakil Kementerian P.P. dan K., Kesehatan dan Dalam Negeri.
Pada pertengahan tahun 1956 rentjana tersebut mulai dilaksanakan sebagai pilot-projects Bekasi dan Djakarta.
Tahun 1959 akan dipakai sebagai persiapan untuk meluaskan
program Kesehatan Sekolah oleh Kementerian/Djawatan jang
bersangkutan berdasarkan atas rentjana sebagai hasil dari kedua
tadi.
9. Perbaikan Makanan Rakjat.
Dalam tahun 1957 pekerdjaan Lembaga Makanan Rakjat dapat
dibagi dalam 3 bagian:
a. Laboratorium
b. Survey
c. Pendidikan.
a. L a b o r a t o r i u m .
Laboratorium Lembaga Makanan Rakjat telah mendjalankan pelbagai pemeriksaan seperti analisa-analisa bahan makanan, analisaanalisa klinis, penjelidikan chasiat makanan dengan pertjontohan
atas binatang, tjara-tjara pengawetan. Pun djuga menjelenggarakan
praktikum untuk pendidikan mahasiswa-mahasiswa Akademi Pendidikan Nutritionis.
b. S u r v e y .
3 survey panting telah didjalankan:
1) Makanan buruh-buruh Djakarta (Dr. Dradjat + Saudara
Djuznadin cs.) — tahun 1956.
2) Makanan rakjat didaerah trachoma Djawa Timur (trachoma
pilot-project — tahun 1957 — Dr. Blankhart).
3) Survey makanan rakjat didaerah Busung lapar — Gunung
Kidul — (Dr. Bailey dan Njonja Bailey).
Disamping ini djuga diadakan suatu survey kwalitatif pada
asrama-asrama, tangsi pelajaran Tandjnng Priok, dan beberapa
kapal-kapal dari Djawatan Pelajaran, dengan tudjuan perbaikan
djatah-djatah jang diberikan oleh Djawatan Pelajaran.
c. P e n d i d i k a n .
Lembaga Makanan Rakjat menjelenggarakan 2 matjam pendidikan:
1) Nutritionis/Ahli Dieet.
2) Djur Penerangan Makanan.
380
Pada tahun 1957 telah lulus 8 Nutritionis dan 1 ahli Dieet.
Djuru Penerangan Makanan angkatan tahun ini belum selesai.
Selain dari itu dapat disebut pula pendidikan landjutan dengan
bantuan F.A.O., W.H.O. dan U.S.I.S.
Ketjuali pada sekolah-sekolah tersebut diatas, pendidikan Gizi
diberikan djuga oleh staf Lembaga Makanan Rakjat:
1) Kepada kursus-kursus dan sekolah-sekolah dari Djawatan-djawatan dan Organisasi.
2) Kepada masjarakat berupa tjeramah-tjeramah, demonstrasi dan
pameran.
Hasil jang ditjapai tak dapat diberikan, karena ini merupakan
penerangan sadja.
Pada tahun 1957, diusahakan pendidikan Home Economics dalam
rentjana peladjaran dari Pendidikan Kementerian Kesehatan jang
direntjanakan oleh Lembaga Makanan Rakjat. Angka-angka hasilnja, belum dapat diberikan.
Suatu usaha untuk menstandarisir pendidikan Home Economics
dengan Kementerian-kementerian lainnja, pada bulan September
1957, telah diadakan Home Economic Seminar, dengan pesertapeserta jang terdiri dari wakil-wakil Kementerian, organisasi-organisasi dan Angkatan Perang. Seminar tersebut telah menghasilkan
pengertian jang lebih luas dalam lapangan Home Economics dan
kerdja sama jang lebih erat antara instansi-instansi jang bersangkutan.
10. Rentjana Laboratoria.
Dalam tahun 1957 diseluruh Indonesia ada 9 Laboratoria Kesehatan (Public Health Laboratories) dibawah Badan Koordinasi
Laboratorium-laboratorim Kesehatan dari Kementerian Kesehatan
jang bersifat sementara.
1. Laboratorium Kesehatan Pusat Djakarta (lembaga Eyckman)
2.
„
„
Daerah Jogjakarta
Laboratorium-labo3.
„
„
„
Semarang
ratorium jang telah
4.
„
„
„
Surabaja
ada sebelum tahun
5.
„
„
„
Makassar
1954
6.
„
„
„
Medan
7.
„
„
„
Bandjarmasin
Laboratorium-labo8.
„
„
„
Den Pasarratorium baru jang
9.
„
„
„
Palembang
didirikan sesuai dengan R.P.L.T.
Semua Laboratorium Kesehatan tersebut diatas mendjalankan
pemeriksaan untuk usaha preventip/hygienis dan keperluan klinis.
381
Lembaga Eyckman disamping ini mengerdjakan djuga pemeriksaan-pemeriksaan untuk Lembaga Kriminologi, Pusat Pemindahan
Darah, Djawatan Pharmasi dan lain-lain setjara tidak tertentu.
Selain dari pada itu, ada djuga beberapa Laboratorium kesehatan
diluar koordinasi Badan Koordinasi Laboratorium Kesehatan dari
Kementerian Kesehatan, ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Perusahaan Negara Pasteur — Bandung.
Laboratorium Ilmu Kesehatan Teknik — Bandung.
„
„
„
„ — Tjabang Jogjakarta.
„
Lembaga Makanan Rakjat — Djakarta & Bogor.
„
„
Malaria — Djakarta.
„
„
Kusta — Djakarta.
„
Pemberantasan Penjakit Paru-paru — Bandung.
„
Penjelidikan dan Pemberantasan Penjakit Rakjat
(T.C.P.) Jogjakarta.
„
Fakultas Kedokteran Universitas „Gadjah Mada”
Jogjakarta.
„
Bagian Penjakit Mata — Semarang.
„
Pusat Penjelidikan dan Pemberantasan Penjakit
Kelamin (P4K) — Surabaja.
Dalam usaha inipun, kekurangan akan tenaga ahli terasa sekali,
disamping itu djuga kekurangan akan alat-alat dan bahan-bahan
laboratorium.
Rentjana untuk tahun jang akan datang, ialah penghapusan daripada Badan Koordinasi Laboratorium Kesehatan jang bersifat
sementara itu, dan menggantinja dengan Bagian Laboratorium Kementerian Kesehatan (Public Health Laboratory Service) jang harus
mempunjai "Refe rence Laboratories".
B. Statistik.
Kementerian Kesehatan mempunjai Bagian Statistik, jang mulai
dibentuk dalam tahun 1954. Sedjak pertengahan tahun 1955 Bagian
tersebut mendapat bantuan dari WHO dalam rangka 2 X 2 tahun
berupa:
a. Penempatan seorang WHO medical statistician dan
b. Pemberian beberapa equipment (harga semuanja = $ 6.000,—).
Tugas Bagian Statistik Kesehatan ini ialah:
1. menjusun statistik kesehatan;
2. menjelenggarakan pendaftaran kelahiran/kematian;
382
3. penjusunan vital statistics jang berhubungan dengan tidak adanja undang-undang pentjatjatan sipil (civil registration) untuk
umum;
4. menjelenggarakan dan membantu pekerdjaan survey jang diperlukan oleh Djawatan/Bagian Kesehatan lainnja.
Walaupun sub 1, 2, 3 merupakan pekerdjaan routine, namun ini
belum berdjalan dengan sempurna berhubung bahan-bahan jang
perlu diterima dari peripheri kurang lantjar masuknja, antara lain
karena kurangnja tenaga terlatih disana.
Untuk memperbaiki keadaan tersebut oleh Bagian Statistik diadakan kursus-kursus selama 3 à 4 bulan untuk para pegawai kesehatan jang mengerdjakan pekerdjaan statistik.
Survey-survey jang telah diadakan dibawah sub 4, itu adalah
sebagai berikut:
Dalam tahun 1956, suatu team dari Bagian Statistik Kementerian
Kesehatan mengundjungi beberapa daerah untuk mengadakan
survey tentang procedure pentjatatan disemua tingkat pemerintahan.
1956 membantu dalam survey-survey kesehatan didaerah-daerah
Tjikarang, kampung Andir dan Senen (Kemajoran).
1956 membantu dalam pilot project trachoma di Tanggerang.
1957 membantu dalam survey trachoma didaerah Semarang.
1957 membantu dalam survey didaerah Semarang dan Surabaja
mengenai susunan makanan rakjat (nutrition).
1958 membantu dalam survey didaerah Gunung Kidul mengenai
susunan makanan rakjat (nutrition).
C. Usaha obat-obatan.
Pemerintah bermaksud untuk menjediakan obat-obatan sedemikian rupa sehingga merata dan termasuk batas kemampuan rakjat.
Untuk mengerdjakan hal ini diperlukan suatu kebidjaksanaan impor
jang seimbang dan suatu aparat distribusi jang effisien.
Di Djakarta telah didirikan pabrik obat pada tahun 1953. Sebagian dari pembangunan pabrik tersebut sekarang matjet, berhubung
dengan keuangannja.
Usaha jang telah dilakukan sedjak tahun 1955 sampai sekarang
adalah: memperbesar kwantitet dari tablet, suntikan dan "Salenische preparaten", jang hasilnja adalah memuaskan.
Pada bulan Djuli 1957 telah dimulai usaha untuk menjelidiki
kemungkinan-kemungkinan pendirian suatu Pharmaceutical Factory (Medical Plant) di Indonesia dengan mempergunakan bahanbahan dalam negeri, dari tanaman-tanaman maupun dari "afval
production" pabrik-pabrik.
383
D. Rehabilitation Centre.
Pada tahun 1951, didirikan Rehabilitation Centre di Solo, jang
mempunjai 3 dasar:
A. Bagian Medis,
B. Bagian Pendidikan,
C. Bagian Asisten Sosial.
Jang mendjadi tugas Kementerian Kesehatan ialah Lembaga Prothese, dimana alat-alat prothese dibuat, dan Bagian Physio-Therapie,
dimana penderita bisa melatih diri dengan alat-alat prothese tadi.
Disamping itu Kementerian Kesehatan menjediakan djuga ahliahli chirurgie serta alat-alat dan mesin-mesin dengan bantuan luar
negeri.
Aktivitet-aktivitet lain jang didjalankan oleh Kementerian Kesehatan dalam lapangan ini, sarnpai pertengahan tahun 1958 adalah:
1. Mendirikan Jajasan Penderita Anak Tjatjad di Djakana.
2. Mendirikan Rehabilitation Centre di Sumatera Barat dan Sulawesi.
3. Membantu Rehabilitation Centre Solo, dengan mendirikan orthopaedie Children Hospital sebagai perluasan.
E. Kesulitan-kesulitan.
Kekurangan tenaga merupakan suatu persoalan jang penting karena menghambat kelantjaran pembangunan. Umpamanja untuk
mentjapai suatu target dalam lapangan pendidikan dibutuhkan
guru-gurunja, sedangkan guru-guru ini tidak ada sehingga program program pendidikan tak dapat dilaksanakan menurut rentjana.
Disamping ini, administrasi negara masih kurang effisien dan lantjar, sehingga inipun merupakan suatu penghambatan, umpamanja
dalam pengiriman laporan-laporan darn daerah ke Pusat.
Suatu kesulitan jang tersendiri dalam pelaksanaan rentjana-rentjana kesehatan ialah pengertian dan kemampuan rakjat jang sedikit banjak menentukan berhasil tidaknja suatu rentjana Kesehatan.
Untuk mengatasi kesulitan ini, telah diadakan pendidikan-pendidikan dan rentjana-rentjana spesifik dengan tudjuan memberikan
penerangan dan pengertian jang lebih besar kepada Rakjat.
384