Impelementasi Pengembangan Kebijakan Kabupaten Kota Layak Anak di Kabupaten Langkat Chapter III VI

BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Deskripsi penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum
Kabupaten Langkat dan gambaran umum Gugus Tugas Kota Layak Anak
Kabupaten Langkat, gambaran umum Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana dan Perempuan, Perlindungan Anak (PPKB dan PPA) Kabupaten
Langkat sebagai leading sector (sektor pemimpin yang berperan sebagai
penggerak

bagi

sektor-sektor

lainnya)

dalam

Kebijakan

Pengembangan


Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) di Kabupaten Langkat. Hal tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut.

3.1. Gambaran Umum Kabupaten Langkat
3.1.1. Letak Geografis
Geografi.Daerah Kabupaten Langkat terletak pada3o14’dan 4o13’ lintang
utara, serta 93o51’ dan 98o45’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut:

1.

Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh

2.

Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo.

3.

Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang


4.

Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah)

Topografi. Daerah Tingkat II Langkat dibedakan atas 3 bagian:
- Pesisir Pantai dengan ketinggian 0 – 4 m diatas permukaan laut

64
Universitas Sumatera Utara

- Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 30 m diatas permukaan laut
- Dataran Tinggi dengan ketinggian 30 – 1200 m diatas permukaan laut

Di daerah Kabupaten Langkat terdapat taman wisata Bukit Lawang
sebagai obyek wisata, Taman Bukit Lawang ini terletak di kaki Taman Nasional
Gunung Leuser (TNGL) dengan udara sejuk oleh hujan trofis, dibukit Lawang ini
terdapat lokasi rehabilitasi orang hutan (mawas) yang dikelola oleh WNF Taman
Nasional gunung Leuser merupakan asset Nasional terdapat berbagai satwa yang
dilindungi seperti: Badak Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau, siamiang juga

terdapat tidak kurang dari 320 jenis burung, 176 binatang menyusui, 194 binatang
melata, 52 jenis ampibi serta 3500 jenis species tumbuh-tumbuhan serta yang
paling menarik adalah bunga raflesia yang terbesar di dunia.
Daerah Kabupaten Langkat adalah satu-satunya di Sumatera Utara yang
mempunyai tambang minyak yang dikelola oleh Pertamina dan berada di kota
PangkalanBerandanyangmenghasilkan:

a.

Kapasitas CDU (MBCD) - Actual 0,51 (510Barrel/hari) - Discharged
0,50 (500 Barrel/hari).

b.

Kapasitas CDU-II (MBCD) - Actual 4,69 (4690 Barrel/hari) Discharged 4,50 (4500 Barrel/hari).

c.

Aspal di Pangkalan Susu - Actual 400 Mm3/hari (400.000m3/hari) Discharged 850 Mm3/hari (850.000 m3/hari)


65
Universitas Sumatera Utara

Disamping pertambangan minyak di Kabupaten Langkat juga terdapat
Industri Gula yang dikelola oleh PTP IX Kwala madu serta banyak bahan-bahan
tambang yang belum dikelola seperti Coal, Tras, Gamping Stone, Pasir Kwarsa
dan lain-lain.

3.1.2 Penduduk
Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2010, penduduk
Kabupaten Langkat berjumlah 967.535 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar154,48 jiwa per Km2. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten
Langkat pada tahun 2010 dibandingkan tahu 2000 adalah sebesar 0,88 persen per
tahun. Untuk tahun 2015 berdasarkan hasil proyeksi

penduduk Kabupaten

Langkat 1.013.385 jiwa.
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak
86.217 jiwa


dengan kepadatan penduduk sebesar 792,07 jiwa

per km2.

Sedangkan penduduk paling sedikit berada di kecamatan Pematang Jaya sebesar
13.591 jiwa. Kecamatan Binjai merupakan kecamatan yang paling padat
penduduknya dengan kepadatan 1.058,03 jiwa per Km2 dan Kecamatan Bahorok
merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 37,86
jiwa per Km2.
Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak lakilaki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2015 jumlah penduduk lakilaki sebesar 510.288 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 503.097
jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 101,43 persen.

66
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil SP2000 penduduk Kabupaten Langkat mayoritas
bersuku bangsa Jawa (56,87 persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen),
Karo (10,22 persen), Tapanuli / Toba (4,50 persen), Madina (2,54 persen) dan
lainnya (10,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten

Langkat mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan (7,56 persen),
Kristen Katolik (1,06 persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen).

3.1.3 Sejarah singkat Kabupaten Langkat
Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus
keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang
disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten.
Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orangorang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada di tangan
pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh
:
1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892
2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927
3. Sultan Mahmud 1927-1945/46
Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintahan
disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik,
secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja kecil Karo) yang berada didesa.
Pemerintahan luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin
seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan untuk

67

Universitas Sumatera Utara

jabatan kepala kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk asli yang pernah
menjadi raja di daerahnya.
Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak :
1. Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh
T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu:
a. Kejuruan Selesai
b. Kejuruan Bahorok
c. Kejuruan Sei Bingai
d. Distrik Kwala
e. Distrik Salapian
2. Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh
Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2
kejuruan dan 4 distrik yaitu :
a. Kejuruan Stabat
b. Kejuruan Bingei
c. Distrik Secanggang
d. Distrik Padang Tualang
e. Distrik Cempa

f. Distrik Pantai Cermin
3. Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh
Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu
kejuruan dan dua distrik.
a. Kejuruan Besitang meliputi Langkat Tamiang dan Salahaji.
b. Distrik Pulau Kampai

68
Universitas Sumatera Utara

c. Distrik Sei Lepan
Awal 1942, kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda beralih ke
Pemerintahan jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan,
hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan.
Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco Kekuasaan Jepang ini
berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17-081945.
Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh
seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap
dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya
dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis

dengan sebutan Bupati.
Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan
Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur
(NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan
Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di
Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah.

Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat
menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan
kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.

Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3
(tiga) kewedanan yaitu :

69
Universitas Sumatera Utara

1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai
2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura
3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.

Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas
administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Assiten Wedana
(Camat) sebagai perangkat akhir.
Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang
oleh seorang Care Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada
waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat. Dan secara berturut-turut jabatan
Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dijabat oleh:

1.

T. Ismail Aswhin 1967 – 1974

2.

HM. Iscad Idris 1974 – 1979

3.

R. Mulyadi 1979 – 1984


4.

H. Marzuki Erman 1984 – 1989

5.

H. Zulfirman Siregar 1989 – 1994

6.

Drs. H. Zulkifli Harahap 1994 – 1998

7.

H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH 3-9-1998 s/d 20-2-1999

8.

H. Syamsul Arifin, SE 1999-2009

9.

Ngogesa Sitepu : 2009 s/d sekarang

Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten Langkat
dibagi atas 3 wilayah pembangunan.

70
Universitas Sumatera Utara

1.

Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu) meliputi
- Kecamatan Bahorok dengan 19 desa
- Kecamatan Salapian dengan 22 desa
- Kecamatan Kuala dengan 16 desa
- Kecamatan Selesai dengan 13 desa
- Kecamatan Binjai dengan 7 desa
- Kecamatan Sei Bingai 15 desa

2.

Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir) meliput
- Kecamatan Stabat dengan 18 desa dan 1 kelurahan
- Kecamatan Secanggang dengan 14 Desa
- Kecamatan Hinai dengan 12 desa
- Kecamatan Padang Tualang dengan 18 desa
- Kecamatan Tanjung Pura dengan 15 desa dan 1 kelurahan

3.

Wilayah pembangunan III (Teluk Haru) meliputi
- Kecamatan Gebang dengan 9 desa
- Kecamatan Brandan Barat dengan 6 desa
- Kecamatan Sei Lepan dengan 5 desa dan 5 kelurahan
- Kecamatan Babalan dengan 5 desa dan 3 kelurahan
- Kecamatan Pangkalan Susu dengan 14 desa 2 kelurahan
- Kecamatan Besitang dengan 8 desa dan 3 kelurahan
Tiap-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu

Bupati.Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat
dibantu atas dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non

71
Universitas Sumatera Utara

Departemen yang kesemuannya merupakan pembantu-pembantu Bupati.Dalam
melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan dan pembangunan.

3.1.4 Makna dan Arti Logo Kabupaten Langkat

Makna dan arti Logo Kabupaten Langkat dalam bentuk gambar adalah
sebagai berikut :
1.

Sebuah bintang bewarna emas dan kuning gading melambangkan dasar
falsafah bangsa indonesia yaitu pancasila.

2.

Perisai

bewarna

melambangkan

kuning
perjuangan

gading
rakyat

dan

dua

bangsa

buah

bambu

Indonesia

kuning

mencapai

kemerdekaan berdasarkan pancasila.
3.

Untaian padi dan kapas (17 dan 18) melambangkan tanggal 17 bulan 8
tahun 1945 dan keseluruhannya melambangkan kesejahteraan

bangsa

indonesia.
4.

Tapak sirih warna coklat muda dan perhiasannya melambangkan
kebudayaan dan adat istiadat rakyat Kabupaten Langkat.

5.

Sampan nelayan dengan layar warna coklat muda dan badannya

warna

hitam melambangkan bahwa daerah langkat berpantai luas rakyat
bersemangat bahari.

72
Universitas Sumatera Utara

6.

Keris

bewarna

melambangkan
7.

putih

dan

gagangnya

bewarna

coklat

tua

semangat patriotisme rakyat Langkat.

Pita bewarna merah dan tulisan “Kabupaten Langkat” bewarna

putih

melambangkan daerah Kabupaten Langkat.

Makna dan arti Logo Kabupaten Langkat dalam Warna adalah sebagai berikut :
1.

Warna hijau melambangkan kemakmuran (Dasar Lambang).

2.

Warna kuning emas melambangkan kebesaran jiwa dan kemurnian
adat.

3.

Warna kuning gading melambangkan kejayaan .

4.

Warna merah melambangkan semangat yang menyala-nyala.

5.

Warna biru melambangkan kecintaan dan kesetiaan pada tanah air.

6.

Warna putih melambangkan lambang kesucian dan kemakmuran.

7.

Warna

coklat

melambangkan

kepribadian

dan

kesuburan

tanah

Langkat.
8.

Warna hijau melambangkan kejujuran dan keteguhan.

3.1.5 Visi dan Misi Kabupaten Langkat
Visi RPJMD Kabupaten Langkat tahun 2014 - 2019 ialah : Terwujudnya
masyarakat Kabupaten Langkat yang lebih maju, dinamis, sejahtera dan mandiri,
berlandaskan aspek hukum, religius, kultural dan berwawasan lingkungan.
Misi dalam rangka pencapaian Visi Kabupaten Lagkat tahun 2014 – 2019
sebagai berikut :
1.

Meningkatkan profesionalisme birokrasi ;

73
Universitas Sumatera Utara

2.

Meningkatkan kualitas SDM (pendidikan, kesehatan dan sosial)

yang

berlandaskan iman dan taqwa serta pelestarian budaya ;
3.

Memantapkan pembangunan perdesaan ;

4.

Meningkatkan keimanan dan ketertiban wilayah melalui penegakkan
supermasi hukum dan HAM ;

5.

Meningkatkan ketersedian infrastruktur dan keterpaduan tata ruang
wilayah ;

6.

Meningkatkan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing ;

7.

Memulihkan keseimbangan lingkungan dan menerapkan

pembangunan

berkelanjutan ;

3.2 Gambaran Umum Gugus Tugas Kabupaten Layak Anak Kabupaten
Langkat
Berdasarkan surat keputusan Bupati Langkat nomor : 463 – 37/K/2016
tentang Gugus Tugas Kabupaten Layak Anak (KLA) Kabupaten Langkat, berikut
ini adalah susunan keanggoatan Gugus Tugas Kabupaten Layak Anak (KLA)
Kabupaten Langkat.

PENGARAH

:

Bupati Langkat
Wakil Bupati Langkat
Ketua DPRD Kabupaten Langkat

PENANGGUNGJAWAB

:

Sekretaris Daerah Kabupaten Langkat

74
Universitas Sumatera Utara

Asisten Adm.Ekbang dan Sosial Kabupaten
Langkat
KETUA

:

Kepala BAPPEDA Kabupaten
Langkat

WAKIL KETUA

:

Kepala BPKAD Kabupaten Langkat

SEKRETARIS

:

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga

Berencana

dan

Perempuan,

Perlindungan Anak Kabupaten Langkat
WAKIL SEKRETARIS

:

Kepala Bidang Perlindungan
Perempuan

dan

Perlindungan

Anak

Kabupaten Langkat

SUB GUGUS TUGAS PENGUATAN KELEMBAGAAN
KOORDINATOR

:

Kepala Inspektorat Kabupaten Langkat

ANGGOTA

: 1.

Kepala Dinas Perindustrian
dan Perdagangan

Kabupaten

Langkat
2.

Kepala Dinas Koperasi, UKM dan
PMD Kabupaten Langkat

3.

Kepala Dinas Pertambangan dan

Energi

Kabupaten Langkat
4.

Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten
Langkat

75
Universitas Sumatera Utara

5.

Kepala BKD Kabupaten Langkat

6.

Kepala Kantor Kesbang Kabupaten
Langkat

7.

Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten
Langkat

8.

Kepala Bagian Umum Setda Kabupaten
Langkat

9.

Kepala Bagian Tata Pemerintah Setda
Kabupaten Langkat

10.

Kepala

Bagian

Organisasi

Setda

Kabupaten
Langkat
11.

Manajer PTPN II Kw.Bingai

12.

Ketua APINDO Kabupaten Langkat

13.

Ketua Forum Peduli Autis Kabupaten
Langkat

14.

Ketua

Forum

Anak

Kabupaten

Langkat
SUB GUGUS TUGAS HAK SIPIL DAN KEBEBASAN
KOORDINATOR

:

Kepala Bagian Tata Pemerintah
Kabupaten Langkat

ANGGOTA

: 1.

Kepala Dinas dan Catatan Sipil
Kabupaten Langkat

76
Universitas Sumatera Utara

2.

Kepala

Dinas

Pendapatan

Kabupaten

Langkat
3.

Kepala Badan PMDK Kabupaten Langkat

4.

Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Kabupaten Langkat

5.

Kepala

Kantor

Satpol

PP

Kabupaten

Langkat
6.

Kepala Bagian Humas dan Informasi Setda
Kabupaten Langkat

7.

Kepala Bagian PDE dan Santel Setda
Kabupaten Langkat

8.

Kepala Sub Bidang PKH dan PPA Badan
KB dan PP Kabupaten Langkat

9.

Ketua PWI Kabupaten Langkat

SUB GUGUS TUGAS LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENGASUHAN
ALTERNATIF
KOORDINATOR

:

Kepala Dinas Sosial Kabupaten
Langkat

ANGGOTA

: 1.

Ketua Pengadilan Agama Kabupaten
Langkat

2.

Kepala KEMENAG Kabupaten
Langkat

3.

Ketua TP-PKK Kabupaten Langkat

4.

Kepala Sub Bidang PM dan KK Badan

77
Universitas Sumatera Utara

KB dan PP Kabupaten Langkat
SUB GUGUS TUGAS KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN
KOORDINATOR

:

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Langkat

ANGGOTA

: 1.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
Langkat

2.

Kepala Dinas PU Kabupaten Langkat

3.

Kepala Dinas Kehutanan dan
Perkebunan
Kabupaten Langkat

4.

Kepala

Dinas

Peternakan

Kabupaten

Langkat
5.

Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Setda
Kabupaten Langkat

6.

Direktur RSUD Tanjung Pura

7.

Kepala Bidang KESGA Dinas Kesehatan
Kabupaten Langkat

8.

Ketua IDI Kabupaten Langkat

9.

Ketua IBI Kabupaten Langkat

SUB GUGUS TUGAS PENDIDIKAN,PEMANFAAT WAKTU LUANG DAN
KEGIATAN SENI BUDAYA
KOORDINATOR

:

Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Langkat

78
Universitas Sumatera Utara

ANGGOTA

: 1.

Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten Langkat

2.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Langkat

3.

Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan
Kabupaten Langkat

4.

Kepala Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Langkat

5.

Kepala Kantor Kebudayaan dan
Pariwisata
Kabupaten Langkat

6.

Kepala PGRI Kabupaten Langkat

7.

Ketua HIMPAUDI Kabupaten
Langkat

8.

Ketua Kwartir Cabang Pramuka
Kabupaten
Langkat

SUB GUGUS TUGAS PERLINDUNGAN KHUSUS
KOORDINATOR

:

Koordinator P2TP2A Kabupaten
Langkat

ANGGOTA

: 1.

KAPOLRES Langkat

2.

Ketua Pengadilan Negeri Stabat

3.

Ketua Kejaksaan Negeri Stabat

79
Universitas Sumatera Utara

4.

Kanit PPA POLRES Langkat

5.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Langkat

6.

Kepala Badan Penanggulangan
Bencana
Daerah Kabupaten Langkat

7.

Kepala Badan Narkotika Nasional
Kabupaten Langkat

Sesuai dengan keputusan Bupati Langkat gugus tugas tersebut bertugas :
1. Mengkoordinasikan berbagai upaya pengembangan KLA.
2. Menyusun RAD – KLA.
3. Melaksanakan Sosialisasi, Advokasi, dan Komunikasi pengembangan
KLA.
4. Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan, program dan
kegiatan dalam RAD – KLA.
5. Melakukan evaluasi setiap akhir tahun terhadap pelaksanaan kebijakan,
program dan kegiatan dalam RAD – KLA.
6. Membuat laporan kepada Bupati

80
Universitas Sumatera Utara

3.3

Gambaran Umum Dinas Pengendalian Penduduk,

Keluarga

Berencana dan Perempuan, Perlindungan Anak (PPKB dan PPA)
Kabupaten Langkat
Sebagai lembaga teknis, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana dan Perempuan,

Perlindungan Anak (PPKB dan PPA) Kabupaten

Langkat merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menjadi unsur
pendukung tugas Kepala Daerah. Dinas PPKB dan PPA Kabupaten Langkat yang
dahulunya berbentuk Badan kini berubah bentuk menjadi dinas, sesuai dengan
peraturan Bupati Langkat nomor 53 tahun 2016.
PPKB dan PPA Kabupaten Langkat mempunyai tugas yang bersifat
spesifik dalam tiga urusan wajib yakni pengendalian jumlah penduduk,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan perempuan, keluarga berencana dan
perlindungan anak .

3.3.1

Visi dan Misi Dinas PPKB dan PPA Kabupaten Langkat
Adapun visi dinas pengendalian penduduk, keluarga berencana dan

perempuan, perlindungan anak (PPKB dan PPA) Kabupaten Langkat tahun 2014
– 2019 yaitu :
MEWUJUDKAN KELUARGA BERKUALITAS
Penjabaran visi tersebut adalah sebagai berikut : keluarga berkualitas
adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan
kedepan, beranggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa.

81
Universitas Sumatera Utara

Misi dinas pengendalian penduduk, keluarga berencana dan perempuan,
perlindungan anak (PPKB dan PPA) Kabupaten Langkat tahun 2014 – 2019 yaitu
:
1.

Meningkatkan kualitas pelayanan keluarga berencana dan ketahanan
keluarga

2.

Meningkatkan ketersediaan data informasi keluarga

3.

Meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak
Kedudukan Tugas dan Fungsi Dinas PPKB dan PPA Kabupaten
Langkat

3.3.2 Kedudukan,Tugas dan Fungsi Dinas PPKB dan PPA Kabupaten Langkat
Kedudukan Dinas PPKB dan PPA Kabupaten Langkat diatur dalam
Peraturan Bupati Langkat nomor 03 tahun 2016 ialah sebagai berikut :
1.

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Perempuan,
Perlindungan Anak merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah yang
menjadi Kewenangan daerah.

2.

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Perempuan ,
Perlindungan Anak di pimpin oleh Kepala Dinas Daerah yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.

3.

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Perempuan,
Perlindungan anak mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan
urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah dan tugas
pembantuan yang diberikan kepada Kabupaten.

82
Universitas Sumatera Utara

4.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana dan Perempuan, Perlindungan Anak
menyelenggarakan fungsinya :
a.

Perumusan

dan

Pengendalian

pelaksanaan

kebijakan

Penduduk,Keluarga

teknis
Berencana

dibidang
dan

Perempuan,Perlindungan Anak ;
b.

Pelaksana Kebijakan Bidang Pengendalian Penduduk,Keluarga
Berencana dan Perempuan,Perlindungan Anak ;

c.

Pelaksanaan evaluasi bidang Pengendalian Penduduk , Keluarga
Berencana dan Perempuan, Perlindungan Anak ;

d.

Pelaksana Administrasi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana dan Perempuan , Perlindungan Anak ; dan

e.

Pelaksana fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan
tugas dan fungsinya.

Secara

susunan

organisasi

Dinas

Pengendalian

Penduduk,keluargaBerencana dan Perempuan, Perlindungan Anak terdiri dari :
a.

Kepala Dinas

b.

Sekretariat

c.

Bidang Keluarga Berencana

e.

Bidang Kualitas Hidup Perempuan,Ketahanan dan

Kesejahteraan keluarga
f.

Bidang Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak;

g.

Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) Dinas;

83
Universitas Sumatera Utara

h.

Kelompok Jabatan Fungsional.

Sekretaris sebagaimana dimaksud peraturan bupati langkat nomor 03
tahun 2016, membawahi

:

a.

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

b.

Sub Bagian Perencana dan Keuangan

Bidang Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud pada peraturan bupati
langkat nomor 03 tahun 2016 membawahi

:

a.

Seksi Fasilitas Pengelolaan Pelayaan KB

b.

Seksi Pembinaan IMP dan Peningkatan Kesertaan KB

Bidang Pengendalian Pengendalian Penduduk, Advokasi dan Penggerakan
sebagaimana dimaksud peraturan bupati langkat nomor 03 tahun 2016
membawahi

:

a.

Seksi Advokasi KIE dan penggerakan

b.

Seksi Pengendalian Penduduk dan Informasi Keluarga

Bidang Kualitas Hidup Perempuan, Ketahanan dan Kesejahteraan
Keluarga sebagaimana dimaksud peraturan bupati langkat nomor 03 tahun 2016
membawahi :
a.

Seksi Kualitas Hidup Perempuan ,Data dan Informasi Gender

b.

Seksi Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga

Bidang Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagaimana
dimaksud peraturan bupati langkat nomor 03 tahun 2016, membawahi :
a.

Seksi Perlindungan Hak Perempuan dan Perlindungan

Khusus Anak
b.

Seksi Pemenuhan Hak Anak, Data dan Informasi Anak.

84
Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Struktur Organisasi

KEPALA DINAS

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

SEKRETARIS

SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN

BIDANG
KELUARGA
BERENCANA

BIDANG PENGENDALIAN

SUB BAGIAN
PERENCANAAN
DAN
PEMBANGUNAN

BIDANG KUALITAS HIDUP
PEREMPUAN, KETAHANAN
DAN KESEJAHTERAAN
KELUARGA

PENDUDUK, ADVOKASI
DAN PERGERAKAN

SEKSI FASILITASI

SEKSI ADVOKASI KIE

SEKSI KUALITAS HIDUP

PENGELOLAAN

DAN PERGERAKAN

PEREMPUAN DATA
INFORMASI GENDER

PELAYANAN KB
SEKSI PENGENDALIAN

SEKSI KETAHANAN

SEKSI PEMBINAAN IMP

PENDUDUK DAN

DAN KESEJAHTERAAN

DAN PENINGKATAN

INFORMASI KELUARGA

KELUARGA

BIDANG
PERLINDUNGAN
PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN
ANAK

SEKSI PERLINDUNGAN
HAK PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN
KHUSU ANAK

SEKSI PEMENUHAN
HAK ANAK DATA DAN
INFORMASI ANAK

KESERTAAN KB

UPTD

85
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENYAJIAN DATA
Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui
penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk
dideskripsikan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti oleh
peneliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan
yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun
permasalahan utama yang akan disajikan dalam bab ini ialah implementasi
pengembangan kebijakan kabupaten/kota layak anak (kla) di Kabupaten Langkat
.
4.1 Pelaksanaan Wawancara
Pelaksanaan wawancara dilakukan di 6 Kantor SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) yang menjadi perwakilan dari tim gugus tugas Kabupaten
Layak anak Kabupaten Langkat. Wawancara ini dilakukan kepada anggota dari
tim gugus tugas KLA Kabupaten Langkat yang merupakan perwakilan dari
instansi

pemerintah

yang

memahami

secara mendalam

terkait

dengan

permasalahan dalam penelitian ini. Adapun key informan dari penelitian ini adalah
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Perlindungan
Perempuan dan Anak beserta Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan
Perlindungan Anak dan beberapa anggota Tim Gugus Tugas KLA Kabupaten
Langkat sebagai informan Utama. Data yang diperoleh juga didukung dengan

86
Universitas Sumatera Utara

keterangan dari Stakeholder terkait termasuk masyarakat sebagai informan
tambahan dalam penelitian ini.
Dalam melakukan wawancara ini ada beberapa tahap yang dilakukan oleh
peniliti yaitu pertama membuat perjanjian dengan informan untuk melakukan
wawancara. Pada tahapan wawancara ini membutuhkan waktu sekitar empat
minggu, Hal ini disebabkan oleh kesibukan dari anggota tim gugus tugas KLA
Kabupaten Langkat yang harus menyelesaikan serta menjalankan tugas mereka di
masing-masing instansi yang mereka duduki. keinginan dari peneliti agar dapat
melakukan observasi di lokasi penelitian agar dapat mendeskripsikan gambaran
Implementasi Pengembangan Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) Di
Kabupaten Langkat. Kedua peneliti melakukan pengumpulan data sekunder
berupa gambaran umum Kabupaten Langkat, demografi Kabupaten Langkat,
Gugus Tugas KLA Kabupaten Langkat, gambaran umum dinas PPKB dan PPA
Kabupaten Langkat. yang didapatkan diawal wawancara berlangsung dan
kelengkapan

data

pendukung

terlaksananya

program

Implementasi

Pengembangan Kabupaten Layak Anak diakhir penelitian berlangsung.
Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara
yang berstruktur. Dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis
menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang
disusun disesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Namun dalam
pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaanpertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

87
Universitas Sumatera Utara

4.2 Karakteristik Informan
Karakteristik

informan

dalam

penelitian

tentang

Implementasi

Pengembangan Kabupaten Layak Anak di Kabupaten Langkat. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapangan, maka jumlah informan dalam
penelitian ini sebanyak 10 orang yang dianggap memahami dan mengetahui
secara jelas terkait tentang judul yang diangkat dalam penelitian ini, adapun
karakteristik informan dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
di tabel berikut:
Tabel 4.1. Karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin
No

Jenis Kelamin

Jumlah

Presentase

1

Laki-Laki

4

40

2

Perempuan

6

60

Jumlah

10

100 %

Sumber data: Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel diatas, maka informan dalam penelitian ini lebih
didominasi oleh perempuan sebanyak 60 %. Dalam penelitian ini, penentuan
informan tidak menentukan jenis kelamin, dan informan yang dimaksud adalah
orang-orang yang dianggap memahami terkait judul yang diangkat dalam
penelitian ini. Pemahanan informan terkait dengan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari informan dalam
memberikan keterangan kepada penulis. Adapun klasifikasi informan penelitian
berdasarkan pendidikan antara lain:

88
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan
No

Pendidikan

Jumlah

Presentase

1

S2

3

30

2

S1

5

50

3

SMA

2

20

Jumlah

10

100

Sumber data: Penelitian, 2017
Berdasarkan data yang diperoleh diatas, dapat dilihat bahwa informan
dalam penelitian ini baik informan kunci,informan utama maupun informan
tambahan dalam penelitian ini tingkat pendidikan informan terdiri dari beragam
tingkatan pendidikan diantaranya S2 sebanyak 30%, pendidikan S1 sebanyak
50%, dan tingkat pendidikan SMA sebanyak 20%.
Selanjutnya penulis akan menyajikan tabel terkait dengan pemahaman
informan sesuai dengan klasifikasi golongan, dalam hal ini penulis menerima
keterangan dari para informan sesuai dengan bidang atau jabatan mereka masingmasing. Adapun klasifikasi informan penelitian berdasarkan jabatan dapat dilihat
di tabel dibawah ini:
Tabel 4.3. Karakteristik informan berdasakan jabatan
No

Jabatan

Jumlah

Presentase

1

Kepala Dinas

1

10

2

Kepala Bidang

2

20

3

Kepala Subseksi

4

40

4

Ketua LSM/Organisasi Anak

2

20

5

Masyarakat Kabupaten Langkat

1

10

89
Universitas Sumatera Utara

Jumlah

10

100 %

Sumber data: Penelitian, 2017
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini berasal
dari berbagai kalangan yang dianggap memahami secara jelas terkait dengan judul
yang diangkat dalam penelitian ini. Berdasarkan klasifikasi informan dalam
penelitian ini, maka informan dengan presentase terbanyak berasal dari kalangan
kepala subseksi sebanyak 40 %, kemudian kepala bidang 20 %, Ketua
LSM/Organisasi Anak 20%, masyarakat Kabupaten Langkat 20 % dan yang
terakhir adalah kepala dinas 10 %. Kepala dinas hanya satu orang yang menjadi
informan, dikarenakan kepala dinas tersebut merupakan leading sector dari
pengembangan kebijakan kabupaten Layak Anak di Kabupaten Langkat.

4.3 Deskripsi Hasil Wawancara
Metode wawancara yang dipilih oleh penulis adalah tipe wawancara
berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis
menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Namun, di dalam prosesnya sendiri
tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang
dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.
Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) di Kabupaten Langkat
adalah sistem pembangunan Kabupaten yang mengintergrasikan komitmen dan
sumberdaya pemerintah Kabupaten Langkat , masyarakat Kabupaten Langkat dan
dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam
kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak.

90
Universitas Sumatera Utara

Agustino dalam Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2008:141) menjelaskan
bahwa model pendekatan yang dirumuskan oleh Metter dan Horn disebut dengan
a model of the policy implementation.
Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi
suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk
meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung
dalam hubungan variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi
kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana,
dan kinerja kebijakan publik.
Ada enam variabel menurut Metter dan Horn, yang mempengaruhi kinerja
kebijakan publik tersebut adalah sebagai berikut (Agustino, 2008:142) ukuran dan
tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana sikap atau
kecenderungan komunikasi antarorganisasi, dan aktivitas pelaksana lingkungan
ekonomi, sosial, dan politik.. Sudah sejauh mana penerapan kebijakan kabupaten
layak anak di Kabupaten Langkat dapat ditinjau dari variabel-variabel tersebut
yang akan dideskripsikan sesuai hasil wawancara dengan para informan. Adapun
variabel implementasi kebijakan , yaitu :

4.3.1 Ukuran dan tujuan kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika
dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio
kultur yang berada di level pelaksana kebijakan dan pengawas kebijakan. Ketika
ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk

91
Universitas Sumatera Utara

dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan
publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.
Kebijakan

Pengembangan

Kabupaten/Kota

Layak

Anak

(KLA)

merupakan keikutsertaan Indonesia dalam komitmen dunia menciptakan Dunia
Layak Anak. Seperti, seperti yang dipaparkan oleh Bapak Ir.Waluyo selaku
divisi pelayanan anak P2TP2A Kabupaten Langkat bahwa :
Pada tahun 2002, Unicef melaksananakan kegiatan di New York
dengan beberapa menteri waktu itu menghadiri suatu pertemuan
para tokoh anak dan pejabat pemerintah dari seluruh dunia.
Nah,
disitu PBB melalui
UNICEF mencanangkan suatu komitmen
untuk membangun “A World Fit For Children”, dunia layak
anak,
pada tanggal 6-9 Mei 2002. Itu menjadi
komitmen
seluruh
dunia. Artinya, mereka dianjurkan begitu pulang,
agar
membangun negerinya itu menjadi negeri layak anak dimulai dari
Kota/Kabupaten Layak Anak. Atas dasar itulah kemudian
dikampanyekan, sehingga tentunya ini sangat positif. Kebijakan
Kota Layak Anak ini
secara nasional dimulai ketika
PBB
melalui Komite Ad Hoc pada sesi
khusus
untuk
anak
membentuk dokumen “A World Fit For Children”,
dunia
yang
layak anak. Semenjak itu, tahun 2006 Indonesia memulai komitmen
mewujudkannya melalui kebijakan Kota Layak Anak.
(Hasil wawancara pada tanggal 07 Februari 2017)
Atas dasar tersebut kebijakan Kabupaten Layak anak mulai diterapkan di
Indonesia melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia mengeluarkan peraturan menteri nomor 13 tahun 2011
tentang paduan pengembangan kabupaten/kota layak anak (KLA). Atas dasar
peraturan tersebut seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota mulai menerapkan
kebijakan Kabupaten/Kota layak anak.
Di kabupaten Langkat penerapan kebijakan Kabupaten Layak anak
dimulai sejak tahun 2012, seperti keterangan yang disampaikan oleh Ibu

92
Universitas Sumatera Utara

H.Purnama Dewi Tarigan, SH selaku Kepala Dinas PPKB dan PPA Kabupaten
Langkat yang menyatakan:
Pengembangan kebijakan KLA sudah berjalan sejak tahun 2012, ditahun
tersebut dicanangkannya Kabupaten Langkat menjadiKabupaten menuju
layak anak oleh Kementerian Pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak RI. Jadi sejak itu gugus tugasnya sudah terbentuk,
kemudian melakukan pembinaan dalam bentuk seminar KLA yang dihadiri
oleh para petinggi SKPD se Kab.Langkat, penguatan tim fasilitatorKLA
Kab.Langkat , sekaligus juga ada kegiatan pembinaan ditingkat
desa/kelurahan layak anak dari tahun 2012 sampai sekarang.
(Hasil wawancara pada tanggal 09 Februari 2017)
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Bapak Ir. Waluyo selaku
Kepala Divisi Pelayanan Anak P2TP2A Kabupaten Langkat beliau mengatakan :
Jadi kebijakan KLA itu mulai dijalankan tahun 2010 di Indonesia ,
dan kemudian digerakkan tahun 2012 di Kabupaten Langkat, pada
mulannya kabupaten langkat melalui instansinya yaitu badan kb dan
pp kab. Langkat melakukan upaya untuk pelaksanaan kla, lalu
didukung oleh SK bupati langkat,kemudian dilaksanakan oleh badan
kb dan pp,
(Hasil wawancara pada tanggal 07 Februari 2017)
Sejak tahun 2012 hingga sekarang pengembangan kebijakan kabupaten
layak anak sedang digalak-galakkan di kabupaten Langkat, melalui dinas PPKB
dan PPA Kabupaten Langkat sebagai leading sector beserta tim gugus tugas KLA
yang diberi mandat oleh Bupati Langkat melalui surat keputusannya. Hal yang
menjadi dasar dilaksanakaannya kebijakan KLA di Kabupaten Langkat selain
adanya peraturan menteri no 13 tahun 2011 juga terdapat beberapa aturan lain
sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Mimi Wardani Lubis, S.STP,M.AP
selaku KABID Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak, beliau
mengatakan :
Dasarnya pelaksanaan KLA berkaitan dengan dari UU nomor 35
tahun 2014 tentang perlindungan anak, kemudian
beberapa
93
Universitas Sumatera Utara

peraturan menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak RI berkaitan dengan Juklak dan jukhnis tentang pengembangan
KLA. Di Kabupaten Langkat sendiri belum ada Peraturan daerah
yang fokus terhadap Kebijakan Kabupaten Layak Anak. Namun atas
pedoman dan intruksi dari pusat dan pemerintah provinsi, Kabupaten
Langkat sudah melakukan pembentukan terhadap instrumeninstrumen penting dalam mensukseskan program KLA yaitu antara
lain dengan terbentuknya tim gugus tugas KLA Kabupaten Langkat,
Forum Anak Kabupaten hingga ke tingkat desa , dan Penghunjukan
dan Penetapan Desa/ Kelurahan Yang Mengembangkan Desa/
Kelurahan Layak Anak di Kabupaten Langkat.
(Hasil wawancara pada tanggal 09 Februari 2017)

Beliau juga menambahkan bahwa kebijakan Kabupaten Layak anak ini
sangat baik bagi pembangunan berbasis manusia di Kabupaten Langkat, dalam
keterangannya beliau menyampaikan :
Kebijakan ini sangat bagus, jika kebijakan ini berjalan sesuai dengan
perencanaan dan dilaksanakan oleh seluruh SKPD terkait, karena pada
dasarnya pengembangan kebijakan KLA ini tidah cukup hanya
dilaksanakan oleh dinas PPKB dan PPA Kab, Langkat saja melainkan
seluruh SKPD maupun lembaga yang berkaitan dengan pemenuhan hakhak anak dan berkaitan dengan kluster hak anak. Kalau semua ini
dilaksanakan dengan baik, maka kedepannya pembangunan akan berjalan
dengan baik.
(Hasil wawancara pada tanggal 09 Februari 2017)
Atas kerjasama yang dijalankan oleh Dinas PPKB dan PPA sebagai
leading sector dan seluruh tim gugus tugas yang terdiri dari beberapa perwakilan
SKPD pada tahun 2013 Kabupaten Langkat mendapatkan penghargaan sebagai
Kabupaten Layak anak tingkat Pratama. Sesuai yang disampaikan oleh Ibu Dewi
Purnama Tarigan, SH selaku Kepala dinas PPKB dan PPA Kabupaten Langkat,
beliau menyatakan :
Pada awalnya itu berdasarkan kebijakan yang dibuat, contohnya tim
gugus tugas KLA melalui SK bupati, Forum Anak yang juga melalui SK

94
Universitas Sumatera Utara

Bupati, kemudian kita mempunyai Peraturan daerah Kab.Langkat nomor
03 tahun 2013 yang berkaitan dengan perlindungan anak kemudian
fasilitas umum yang ramah terhadap anak, dari beberapa poin penilaian
pada saat tim verifikasi dari pusat menilai kita, nilai kita tinggi di kluster
kelembagaan. Sehingga di tahun 2013 kita mendapatkan penghargaan
tersebut.
(Hasil wawancara pada tanggal 09 Februari 2017)
Kluster kelembagaan merupakan poin penting dalam keberhasilan Kabupaten
Langkat mencapai penghargaan layak anak. Namun masih terdapat beberapa
kluster yang juga merupakan poin penting dalam KLA salah satunya ialah kluster
hak sipil dan kebebasan yang berkaitan dengan pengumpulan

data anak di

Kabupaten Langkat yang tercantum dalam peraturan menteri KPP dan PPA nomor
13 tahun 2010 tentang petunjuk tekhnis Kabupaten/Kota Layak Anak. Fakta di
lapangan tiap SKPD mempunyai argumentasi dan dasar hukum sendiri terkait
anak. Di Dinas PPKB dan PPA sendiri mempunyai sistem data anak melalui BPS,
Data SKPD dan Kecamatan hingga Desa, seperti yang disampaikan Ibu Mimi
Wardani Lubis, S.STP,M.AP selaku KABID Perlindungan Perempuan dan
Perlindungan Anak, beliau mengatakan :
Jadi kita menggunakan sistem pengumpulan data dua arah, yang pertama
kita mengambil data yang telah tersedia di BPS kab.Langkat, dan juga
kita mengambil data dari dinas-dinas terkait di Kab. langkat ,dan juga
dari tingkat kelurahan/desa melalui kecamatan, hanya saja yang menjadi
permasalahan saat ini ialah sulitnya mengkoordinasikan beberapa
kecamatan yang sering tidak mengirimkan data yang sudah kita minta
jauh-jauh hari. Kita lebih banyak menggunakan data dari BPS data yang
dari bawah hanya sekedar data pembanding saja.
(Hasil wawancara pada tanggal 09 Februari 2017)
Dari penyampaian diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Langkat belum
mempunyai data anak yang benar-benar lengkap dan terpisah sesuai dengan
kondisi anak. Sebab dasarnya dikarenakan sulitnya mengkoordinasikan beberapa
SKPD dan instansi terkait. Namun peneliti mencoba untuk lebih mendalam

95
Universitas Sumatera Utara

mencari informasi terkait pengumpulan sistem data anak di Kabupaten Langkat
melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat.
Bapak Ahmad Dian Fakhruzy S.STP,M.AP selaku KABID Pencatatan
Sipil Disdukcapil Kabupaten Langkat mengatakan :
Pendataan di Dukcapil itu, anak didata berdasarkan permohonan, artinya
ketika keluarga ingin memasukkan anaknya ke kartu keluarga harus
terlebih dahulu melakukan permohonan sesuai administratif dan ketentuan
dari Disdukcapil. Dan mengenai keterpilahan data anak dapat dilihat dari
kartu keluarga, jadi data tanggal lahir anak itu tertera, jadi dapat dipilah
mana yang masih usia anak dan sudah tidak lagi usia anak, yang
namanya anak menurut definisi dukcapil dibawah 18 tahun itu dikatakan
masih anak, kami kan database dan data itu bisa berubah-berubah
perhari, dikarenakan setiap orang terutama yang berusia 17-18 tahun kan
tiap hari ada yang berulang tahun. Kalau di dukcapil sendiri kevalidan
data kami pun teruji dikarenakan langsung oleh masyarakat melaporakan
terkait data anaknya.
(Hasil wawancara pada tanggal 13 Februari 2017)
Data anak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat
memang selalu updatating dikarenakan anak yang baru lahir sudah harus
mengurus akte kelahiran yang merupakan syarat administratif kependudukan.
Beliau juga menambahkan bahwa :
Program akte kelahiran sudah gratis sesuai dengan undang-undang
nomor 24 tahun
2013 sudah dinyatakan gratis jadi tidak ada
pungutan baik dari perda bentuk
resmi maupun tidak, jadi
masyarakat dianjurkan
untuk datang dan mengurus langsung
,jangan melalui orang lain yang mengurusinya
dikhawatirkan
orang lain tersebut memintah
upah biaya transport dan biaya
makannya sehingga terjadinya
pembiayaan. Berikut prosedu dan syarat
administratif pengurusan akte kelahiran :
Prosedur :
1. isi form folmulir
2, laporan dari pelapor, pelapor bisa dari keluraga atau orang tua
langsung
Syarat administratif :
1, surat kelahiran dari bidan atau rumah sakit
2. fotokopi buku nikah atau akte perkawinan orang tua
3.fotokopi ktp orang tua suami istri
4. fotokopi ktp saksi

96
Universitas Sumatera Utara

(Hasil wawancara pada tanggal 13 Februari 2017)

Semua kepengurusan akte dan administrasi kependudukan lainnya sudah
di gratiskan, maka dari itu diharapkan kepada masyarakat untuk mengurusinya
secara langsung. Saat ini juga akte kelahiran merupakan syarat wajib untuk
seorang anak untuk bersekolah. Maka dari itu melalui KABID Pencatatan Sipil
Disdukcapil mengatakan :
95

%

anak-anak

di

Kabupaten

Langkat

sudah

memiliki

akte

kelahiran.
(Hasil wawancara pada tanggal 13 Februari 2017)
Berkaitan dengan hak dasar anak yaitu pemberian akte kelahiran
pemerintah sudah mengupayakan agar anak-anak mendapatkan haknya secara
gratis dan mudah. Namun problematika anak-anak di Kabupaten Langkat bukan
hanya persoalan akte kelahiran saja melainkan persoalan yang berkaitan dengan
anak terlantar dan anak berkebutuhan khusus, seperti yang disampaikan oleh Ibu
Elida Fitri Khairuna Lbs, S.Psi selaku Kepala Seksi Pencegahan Dan
Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Langkat, beliau mengatakan :
Problematika yang berkaitan dengan anak terlantar dan anak difabel,
anak korban kekerasan juga menjadi tugas dinas sosial jika sudah masuk
ke ranah hukum dan polres membutuhkan pendampingan terhadap korban
biasanya menggunakan jasa peksos (Pekerja Sosial).
(Hasil wawancara pada tanggal 17 Februari 2017)
Hal yang berbeda disampaikan Ibu Ibu Mimi Wardani Lubis, S.STP,M.AP
selaku KABID Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak, beliau
mengatakan :

97
Universitas Sumatera Utara

Sebenarnya yang menjadi masalah yang fenomenal itu ialah keluarga,
yaitu

permasalahan

pola

asuh

keluarga,

keluarga

yang

tidak

peduli,keluarga yang lemah ,keluarga yang tidak menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai orang tua sehingga lalai dalam pengawasan anakanaknya makanya itu hal yang menjadi awal terjadinya kasus kekerasan.
Kemudian tentang ketahanan keluarga yang berkaitan dengan ekonomi
keluarga yang mengarah ke faktor kemiskinan. Karena atas dasar
kemiskinan banyak orang tua yang meninggalkan anak-anaknya untuk
bekerja keluar negeri, sehingga mereka menitipkan anak-anak nya dengan
saudara terdekat, sehingga anak tersebut kurang pengawasan dari orang
tuanyya dan rentan menjadi korban kekerasan .
(Hasil wawancara pada tanggal 09 Februari 2017)
Jadi memang problematika anak itu tidak ada habisnya, baik yang terjadi
di dalam kelarga maupun dilingkungan masyarakat. Kabupaten yang layak anak
tentunya harus fokus dan tanggap terhadap beberapa persoalan yang menyangkut
tumbuh kembang dan perlindungan anak , Pemerintah Kabupaten Langkat terus
berupaya agar selalu memberikan penanganan yang terbaik terhadap persoalanpersoalan yang menimpa anak, seperti yang disampaikan Ibu Lisa Helmina
Sihaloh S.Psi selaku Kasi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Langkat,
beliau mengatakan :
penanganan anak disabilitas tidak ada yang terlalu khusus , kita hanya
kepada pemberian bantuan, seperti pemberian alat-alat sekolah . Kalau
penangan untuk anak terlantar, jika ada laporan kita pantau dahulu ,kita
disini juga ada peksos (Pekerja Sosial) perpanjangan tangan dari
kemensos yang tugasnya memberikan pembinaan. Kalau penganan anak
terlantar kita harus assesment awal, kita cari tahu dulu identitas si anak
terlantar ini, jika masih terdapat orang tua nya kita akan kembalikan ke
orang tuannya, jika tidak ada orang tua atau sanak keluarganya kita
akan arahkan anak tersebut ke panti.
(Hasil wawancara pada tanggal 17 Februari 2017)

98
Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung

dari

kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan
sumberdaya yang terpenting dalam
implementasi. Tahapmenuntut

menentukan suatu keberhasilan proses

tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi

adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan

pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah

ditetapkan secara politik.

Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumberdaya-sumberdaya itu nihil,
maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan. Tetapi di luar
sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan
juga, ialah sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu. Karena, mau tidak mau
ketik sumberdaya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan
kucuran dana melalui anggaran tidak tersesia, maka menjadi perosalan pelik untuk
merealisasikan apa yang hendak dituju oleh kebijakan publik.
Demikian pula halnya dengan
manusia giat bekerja dan

sumberdaya waktu, saat sumberdaya

kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi terbentur

dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat menjadi
penyebagian ketidakberhasilan implementasi kebijakan.
Berkaitan dengan pemenuhan hak-hak anak di kabupaten Langkat masih
ditemukan beberapa kelemahan-kelemahan yang berkaitan dengan pemahaman
Sumberdaya manusia tersebut terhadap KLA sesuai dengan yang disampaikan
oleh Bapak Ir. Waluyo selaku Kepala Divisi Pelayanan Anak P2TP2A Kabupaten
Langkat beliau mengatakan :
Masih ditemukan oknum pemerintah yang merupakan pimpinan wilayah
kelurahan maupun desa yang pemahamannya masih minim terkait KLA

99
Universitas Sumatera Utara

sehingga kebijakan ini kuat di kabupaten, namun menjadi lemah ketika
diimplementasikan di tingkat kelurahan dan desa. Ditambah lagi sering
sekali terjadi perpindahan dan pemutasian yang terjadi di lingkungan
kepegawaian suatu instansi, sehingga itu menjadi persoalan bagi tim
gugus tugas , dari hal tersebut menjadi dasar sulitnya terkadang
komunikasi dan koordinasi dalam pemenuhan hak-hak anak.
(Hasil wawancara pada tanggal 07 Februari 2017)
Dari pernyataan diatas, artinya bahwa pemahaman konsep kebijakan KLA
sendiri belum merata di tatanan pimpinan SKPD dan pimpinan wilayah dari
kecamatan hingga desa. Namun terdapat pernyataan yang berbeda dari oleh Ibu
H.Purnama Dewi Tarigan, SH selaku Kepala Dinas PPKB dan PPA Kabupaten
Langkat yang menyatakan :
Saat ini sudah semakin membaik, kalau dahulu yang menjadi kendala
adalah persoalan adalah ketika anggota tim gugus tugas KLA yang
dimutasi ,sehingga harus megadvokasi orang baru lagi, tapi sekarang
sudah banyak yang sudah paham, karena memang dalam mengembangkan
program KLA ini , Impelementor dari SKPD yaitu manusiannya harus
memahami dahulu baru programnya berjalan . saat ini sudah banyak
pegawai dari SKPD yang menjadi Tim Gugus Tugas KLA memahami
konsep pembangunan yang berkaitan dengan hak-hak anak.
(Hasil wawancara pada tanggal 09 Februari 2017)
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa saat ini leading sector
KLA yaitu Dinas PPKB dan PPA Kabupaten Langkat sedang mengupayakan agar
seluruh SKPD dan pimpinan wilayah dari tingkat kecamatan hingga desa dapat
memahami dan menerapkan kebijakan KLA di masing-masing institusi.
Berkaitan dengan penganggaran , tidak akan berjalan suatu program tanpa
difasilititasi oleh kekuatan dari segi finansial, hal tersebut disampaikan Ibu Mimi
Wardani Lubis, S.STP,M.AP selaku KABID Perlindungan Perempuan dan
Perlindungan Anak, beliau mengatakan :
Sumber dana kita hanya dari APBD Kabupaten Langkat CSR perusahaan
untuk KLA belum ada. Anggaran kita juga minim karena APBD Langkat
100
Universitas Sumatera Utara

juga sedikit. Kita juga memperjuangkan agar ditahun depan anggaran
berkaitan dengan pengembangan KLA bisa naik, beberapa anggota dprd
Kab.langkat juga sudah banyak yang paham tentang KLA Jadi untuk
pengembangan KLA setiap tahunnya 300 juta jika dirincikan anggaran
sebagai berikut :
P2tp2a (program Perlindungan
Perempuan dan anak)

190 Juta

Program Pembinaan KLA
(Seminar,Pelatihan tim Fasilitator
anak, dan pembinaan turun ke desa
dan kelurahan)

57 Juta

Lain- lain

53 Juta

(Hasil wawancara pada tanggal 09 Februari 2017)
Dengan anggaran 300 juta dari APBD Kabupaten Langkat yang digunakan
untuk menjalankan kebijakan KLA dalam satu tahun di Kabupaten Langkat dinilai
masih sangat minim dikarena jarak antara 23 kecamatan yang sangat jauh. Oleh
karena itu Pemerintah Kabupaten Langkat melalui dinas PPKB dan PPA terus
berkoordinasi dengan DPRD Kabupaten Langkat demi meningkatkan anggaran
yang di arahakan kan untuk kebijakan KLA. Dalam melakukan advokasi dan
sosialisasi terkait pengembangan KLA,

Pemerintah Kabupaten Langkat

mempunyai target agar Kabupaten Langkat menjadi Kabupaten Layak Anak
sesuai dengan yang disampaikan Ibu Dewi Purnama Tarigan, SH selaku Kepala
dinas PPKB dan PPA Kabupaten Langkat, beliau menyatakan :
Mengenai targetan kapan Kabupaten Langkat benar-benar menjadi
Kabupaten yang layak anak , mungkin 5 sampai 10 tahun kedepan ,
karena memang po