PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 5 TAHUN 1 9 9 2
TENTANG
PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH
TINGKAT II
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa unt uk melaksanakan Ot onomi Dacrah secara berdayaguna
dan berhasilguna dalam upaya meningkat kan penyelenggaraan
pemerint ahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat , maka t it ik berat Ot onomi Daerah perlu dilet akkan di
Daerah Tingkat II yang kedudukannya lebih langsung berhubungan
dengan masyarakat ;
b. bahwa asas desent ralisasi dalam penyclenggaraan pemerint ahan di
Daerah dilaksanakan dengan penyerahan urusan pemerint ahan
kepada Daerah dengan memperhat ikan kemampuan, keadaan dan
kebut uhan masing-masing daerah unt uk mewuj udkan Ot onomi
Daerah yang nyat a, dinamis dan bert anggungj awab;
c. bahwa berhubung dengan it u dan sesuai dengan ket ent uan Pasal 11
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan Di Daerah, maka pelet akkan t it ik berat Ot onomi
Daerah pada Daerah Tingkat II perlu diat ur dengan Perat uran
Pemerint ah;
Mengingat
: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
2
-
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3041);
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : PERATURAN
PEMERINTAH
REPUBLIK
INDONESIA
TENTANG
PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA
DAERAH TINGKAT II.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerint ah, Pemerint ah Daerah, Daerah, Dewan Pert imbangan
Ot onomi Daerah, Ot onomi Daerah, Desent ralisasi, Dekonsent rasi,
Tugas Pembant uan, Inst ansi Vert ikal, Ot onomi yang nyat a dan
bert anggungj awab adalah sama dengan yang t ermuat dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan Di Daerah.
2. Tit ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II adalah
t erwuj udnya sebagian besar penyelenggaraan urusan ot onomi pada
Daerah Tingkat II, dengan perimbangan yang dinamis ant ara hak,
wewenang dan kewaj iban bagi Pemerint ah, Pemerint ah Daerah
Tingkat I dan Pemerint ah Daerah Tingkat II.
3. Penyerahan urusan adalah t indakan pemberian ot onomi kepada
Daerah dalam bent uk hak, wewenang, dan kewaj iban unt uk
mengat ur, mengurus dan menyelenggarakan urusan-urusan dan at au
kegiat an-kegiat an pemerint ahan t ert ent u oleh Pemerint ah kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat I dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
3
-
II, dan oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah
Tingkat II di lingkungannya.
4. Penarikan kembali urusan adalah t indakan yang mengubah st at us
urusan rumah t angga Daerah Tingkat II menj adi urusan rumah
t angga Daerah Tingkat I at au urusan Pemerint ah, dan at au urusan
rumah t angga
Daerah Tingkat I menj adi urusan Pemerint ah
berdasarkan perat uran perundang-undangan.
5. Urusan rumah t angga Daerah adalah urusan dan at au kegiat an
pemerint ahan t ert ent u yang dengan perat uran perundang-undangan
diserahkan oleh Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I
dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat II, at au oleh Pemerint ah
Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II dalam rangka
pemberian ot onomi kepada Daerah.
6. Kemampuan Daerah adalah kenyat aan yang didasarkan kepada
f akt or-f akt or dan perhit ungan-perhit ungan yang meyakinkan bahwa
suat u Daerah benar-benar t elah mampu menerima penyerahan
urusan pemerint ahan t ert ent u sebagai urusan rumah t angga.
7. Keadaan Daerah adalah karakt erist ik suat u Daerah dit inj au dari
kondisi geograf is, sosial budaya, polit ik dan pert ahanan keamanan
dalam rangka menent ukan j enis urusan pemerint ahan yang akan
diserahkan.
8. Kebut uhan Daerah adalah kehendak suat u Daerah unt uk mengat ur,
mengurus, dan menyelenggarakan urusan pemerint ahan t ert ent u
yang disesuaikan dengan t ingkat kemampuan dan keadaan Daerah.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
4
-
BAB II
TITIK BERAT OTONOMI DAERAH
Pasal 2
Tit ik berat ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II dilaksanakan
dengan menyerahkan sebagian besar urusan pemerint ahan oleh
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat II secara bert ahap dan berkelanj ut an.
Pasal 3
(1)
Penyerahan sebagian urusan pemerint ahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, didasarkan pada hasil penelit ian dan
penilaian t erhadap f akt or-f akt or yang mempengaruhi t ingkat
kemampuan, keadaan dan kebut uhan Daerah set elah mendengar
pert imbangan Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non
Depart emen, Pemerint ah Daerah Tingkat I, dan Pemerint ah
Daerah Tingkat II yang bersangkut an, sert a pendapat Dewan
Pert imbangan Ot onomi Daerah.
(2)
Pelaksanaan penelit ian dan penilaian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri Dalam Negeri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
5
-
BAB III
PENYELENGGARAAN URUSAN RUMAH TANGGA DAERAH
Bagian Pert ama
Penyerahan, Penambahan
dan Penarikan
Pasal 4
(1)
Dalam rangka pemberian ot onomi kepada Daerah, Pemerint ah
menyerahkan sebagian urusan pemerint ahan kepada Pemerint ah
Daerah
dengan
mengut amakan
penyerahannya
kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II unt uk diat ur dan diselenggarakan
sebagai urusan rumah t angganya.
(2)
Urusan-urusan yang dapat
pemerint ahan, kecuali:
(3)
diserahkan adalah semua urusan
a.
Bidang pert ahanan keamanan;
b.
Bidang peradilan;
c.
Bidang luar negeri;
d.
Bidang monet er;
e.
Sebagian urusan pemerint ahan umum yang menj adi
wewenang, t ugas dan kewaj iban Kepala Wilayah; dan
f.
Urusan pemerint ahan lainnya yang secara nasional lebih
berdayaguna dan berhasilguna j ika t et ap diurus oleh
Pemerint ah.
Penyerahan urusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
6
-
Pasal 5
(1)
Dalam hal sesuat u urusan pemerint ahan t elah menj adi urusan
rumah t angga Daerah Tingkat I, Pemerint ah Daerah Tingkat I
menyerahkan lebih lanj ut kepada Daerah Tingkat II di
lingkungannya.
(2)
Urusan-urusan yang dapat t et ap menj adi urusan rumah t angga
Daerah Tingkat I adalah:
a. Urusan-urusan yang dalam penyelenggaraannya bersif at lint as
Daerah Tingkat II;
b. Urusan-urusan yang kurang menent ukan bagi pert umbuhan dan
perkembangan suat u Daerah Tingkat II;
c. Urusan-urusan yang penyelenggaraannya lebih berdayaguna
dan berhasilguna apabila diurus oleh Pemerint ah Daerah
Tingkat I.
(3)
Penyerahan urusan dan penambahan penyerahan urusan kepada
Pemerint ah Dacrah Tingkat II sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dit et apkan dengan Perat uran Daerah Tingkat I.
Pasal 6
(1)
Selambat -lambat nya dua t ahun set elah suat u urusan dit erima
secara nyat a oleh Daerah Tingkat I, Pemerint ah Daerah Tingkat I
yang bersangkut an, menyerahkan lebih lanj ut semua at au
sebagian urusan t ersebut kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II
dilingkungannya.
(2)
Apabila penyerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum
at au t idak dilaksanakan, Pemerint ah Daerah Tingkat I waj ib
menyampaikan alasan-alasan dan hambat an-hambat an yang
dihadapinya kepada Ment eri Dalam Negeri.
(3)
Apabila dalam wakt u dua t ahun sebagaimana dimaksud dalam
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
7
-
ayat (1), Pemerint ah Daerah Tingkat I t ernyat a t idak melaporkan
dan t idak menyampaikan alasan-alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) maka Ment eri Dalam Negeri mengambil
langkah-langkah unt uk dapat t erlaksananya penyerahan urusan
pemerint ahan t ersebut dari Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II.
Pasal 7
(1)
Penyerahan urusan dan penambahan penyerahan urusan dari
Pemerint ah dan at au dari Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II disert ai dengan perangkat , alat
perlengkapan dan sumber pembiayaannya.
(2)
Dalam penyerahan dan penambahan penyerahan urusan dari
Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I at au kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II, t at a cara pengalihan perangkat ,
alat perlengkapan dan sumber pembiayaannya diat ur oleh
Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen
yang membidangi urusan dimaksud bersama-sama dengan Ment eri
Dalam Negeri dan Ment eri Keuangan, sert a dilaksanakan sesuai
dengan perat uran pcrundang-undangan yang berlaku.
(3)
Dalam penyerahan urusan dan penambahan penyerahan urusan
dari Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah
Tingkat II di lingkungannya, t at a cara pengalihan perangkat , alat
perlengkapan, dan sumber pembiayaannya, dilaksanakan sesuai
dengan pedoman yang dit et apkan oleh Ment eri Dalam Negeri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
8
-
Pasal 8
(1)
Pemerint ah dapat menarik kembali sesuat u urusan yang t elah
discrahkan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I at au Pemerint ah
Daerah Tingkat II dengan perat uran perundangan yang set ingkat
set elah mendengar pendapat Dewan Pert imbangan Ot onomi
Daerah.
(2)
Pemerint ah Daerah Tingkat I dapat menarik kembali sesuat u
urusan pemerint ahan yang t elah diserahkan oleh Pemerint ah
Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II dengan
Perat uran Dacrah Tingkat 1.
(3)
Perat uran Daerah Tingkat I sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
berlaku set elah mendapat pengesahan dari Ment eri Dalam
Negari.
Pasal 9
Penarikan kembali sesuat u urusan hanya dapat dilakukan apabila:
a. Dalam rangka menj alankan suat u kebij aksanaan nasional;
b. Berdasarkan penilaian, bahwa set elah dibina dan diberi kesempat an
secukupnya, Pemerint ah Daerah yang bersangkut an benar-benar
t idak mampu lagi mengat ur dan mengurus urusan pemerint ahan
t ersebut ;
c. Sif at dan cakupan suat u urusan mengalami perubahan dan
per-kembangan, sehingga akan lebih berdayaguna dan berhasilguna
j ika diselenggarakan oleh pemerint ah yang lebih t inggi
t ingkat annya.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
9
-
Pasal 10
(1)
Tat a cara penyerahan at au penambahan penyerahan urusan dari
Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah, at au penarikan kembali
urusan oleh Pemerint ah dari Pemerint ah Dacrah, dit et apkan
dengan Keput usan Presiden;
(2)
Tat a cara penyerahan at au penambahan urusan pemerint ahan
dari Pemerint ah Dacrah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah
Tingkat II at au penarikan kembali urusan pemerint ahan oleh
Pemerint ah Daerah Tingkat I dari Pemerint ah Daerah Tingkat II
diat ur dengan Perat uran Ment eri Dalam Negeri.
Bagian Kedua
Dinas Daerah
Pasal 11
(1)
Unt uk melaksanakan urusan pemerint ahan yang sudah diserahkan
menj adi urusan rumah t angga Daerah, Pemerint ah Daerah dapat
membent uk Dinas Daerah.
(2)
Pembent ukan, Susunan Organisasi, Tat a Kerj a dan Formasi
Kepegawaian Dinas Daerah diat ur dengan Perat uran Daerah
berdasarkan pedoman yang dit et apkan oleh Ment eri Dalam
Negari.
Pasal 12
(1)
Guna meningkat kan mut u pelayanan dan pembangunan Daerah
Tingkat II, suat u Dinas Daerah yang melaksanakan lebih dari sat u
j enis kegiat an dapat dimekarkan menj adi dua at au lebih Dinas
Daerah.
(2)
Pemekaran Dinas Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
10
-
dilaksanakan set elah mendapat
Negeri.
perset uj uan Ment eri
Dalam
Bagian Ket iga
Sumber Pembiayaan
Pasal 13
(1)
Set iap penyerahan urusan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II
disert ai dengan penyerahan sumber pembiayaan dan anggaran
sekurang-kurangnya sebesar anggaran yang disediakan unt uk
urusan it u dalam APBN/ APBD Tingkat I t ahun yang bersangkut an.
(2)
Penyerahan
sumber
melaksanakan urusan
dimaksud dalam ayat
(1)
(3)
pembiayaan
yang t elah
dan
anggaran
unt uk
diserahkan sebagaimana
diat ur oleh Ment eri Keuangan dan Ment eri Dalam Negeri.
Apabila Pemerint ah Daerah belum sepenuhnya mampu
membiayai urusan yang t elah diserahkan, maka kepada Daerah
yang bersangkut an diberikan subsidi yang dicant umkan dalam
APBN/ APBD sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 14
Pemerint ah Daerah Tingkat II waj ib menggali dan mengembangkan
sumber-sumber pendapat an asli daerah dari urusan-urusan yang
diserahkan, yang dapat at au mungkin memberikan pendapat an karena
penyelenggaraan urusan t ersebut .
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
11
-
Pasal 15
Pemerint ah dapat membat alkan at au mencabut sumber-sumber
pendapat an yang t elah digali at au dikembangkan oleh Daerah Tingkat I
dan at au Daerah Tingkat II, apabila:
a. Pungut an it u dinilai t idak sej alan lagi dengan kebij aksanaan
nasional;
b. Sumber pembiayaan it u dinilai lebih berdayaguna dan berhasilguna
j ika dipungut oleh Pemerint ah.
Pasal 16
Terhadap pembat alan at au pencabut an sumber-sumber pendapat an
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pemerint ah memberikan
konpensasi berdasarkan pert imbangan kelayakan dit inj au dari
kemampuan keuangan Negara.
Bagian Keempat
Kepegawaian
Pasal 17
(1)
Pemerint ah Daerah Tingkat II mempunyai wewenang mengat ur
dan mengurus Pegawai Negeri Sipil Dacrah Tingkat II.
(2)
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dengan
Perat uran Daerah Tingkat II sesuai pedoman yang dit et apkan oleh
Ment eri Dalam Negeri dan Kepala Badan Administ rasi
Kepegawaian Negara.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
12
-
Pasal 18
(1)
Penempat an dan penugasan Pegawai Negeri Sipil Pusat dan
Pegawai Negeri Sipil Daerah Tingkat I pada Daerah Tingkat II
dengan st at us diperbant ukan at au dipekerj akan, disesuaikan
dengan kebut uhan Dacrah Tingkat II.
(2)
Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
at as permint aan at au set elah memperoleh perset uj uan Kepala
Daerah Tingkat II bersangkut an.
Pasal 19
Pembinaan Pegawai Daerah Tingkat II Pegawai Negeri Sipil Pusat dan
Daerah Tingkat I yang diperbant ukan at au dipekerj akan kepada Daerah
Tingkat II, dilaksanakan oleh Kepala Daerah Tingkat II sesuai dengan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kelima
Pembinaan
Pasal 20
(1)
Pembinaan umum penyclenggaraan urusan rumah t angga Daerah
Tingkat II, dilakukan oleh Ment eri Dalam Negeri dan pembinaan
t eknis oleh Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non
Depart emen yang bersangkut an.
(2)
Pembinaan operasional penyel enggaraan urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I
selaku
Kepala
Wilayah
sesuai
dengan
perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dit uj ukan unt uk meningkat kan kemampuan Daerah Tingkat II.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
13
-
Pasal 21
(1)
Unt uk dapat melaksanakan pembinaan penyelenggaraan urusan
rumah t angga Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
secara berdayaguna dan berhasilguna, Daerah Tingkat II
dikelompokkan berdasarkan t ingkat kemampuan masing-masing.
(2)
Krit eria pengelompokan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan pelaksanaannya diat ur oleh Ment eri Dalam Negeri, dan
pembinaan lebih lanj ut dilakukan olch Ment eri Dalam Negeri
bersama
Ment eri/ Pimpinan
Lembaga
Pemerint ah
Non
Depart emen yang bersangkut an.
(3)
Pedoman umum t ent ang t at a cara pembinaan t erhadap
Daerah-daerah Tingkat II yang t elah dikelompokkan dit et apkan
dengan Keput usan Presiden.
BAB IV
TUGAS PEMBANTUAN
Pasal 22
(1)
Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I dapat menugaskan
Pemerint ah Daerah Tingkat II unt uk melaksanakan sesuat u urusan
sebagai t ugas pembant uan.
(2)
Pemberian suat u t ugas pembant uan dari Pemerint ah kepada
Pemerint ah Dacrah Tingkat I dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat
II dilakukan dengan Keput usan Ment eri/ Pimpinan Lembaga
Pemerint ah Non Depart emen dengan perset uj uan Ment eri Dalam
Negeri set elah mendengar pendapat Pemerint ah Daerah yang
bersangkut an.
(3)
Pemberian urusan t ugas pembant uan dari Pemerint ah Daerah
Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II dilakukan set elah
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
14
-
mendengar pendapat Pemerint ah Daerah Tingkat II yang
bersangkut an dan diat ur dengan Perat uran Daerah Tingkat I.
(4)
Pembiayaan unt uk pelaksanaan urusan t ugas pembant uan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diberikan oleh
Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I sesuai dengan
kebut uhan yang nyat a.
Pasal 23
Selambat -lambat nya empat t ahun sej ak berlakunya pemberian sesuat u
urusan sebagai t ugas pembant uan, pemberi t ugas mempert imbangkan
pengubahan st at us urusan it u menj adi urusan rumah t angga Daerah
apabila Daerah yang bersangkut an dilihat dari kemampuan, keadaan
dan kebut uhannya t elah memungkinkan unt uk it u.
Pasal 24
(1)
Syarat -syarat dan t at a cara pembinaan t ugas pembant uan diat ur
oleh Ment eri Dalam Negeri bersama Ment eri at au Pimpinan
Lembaga Pemerint ah non Depart emen yang memberikan t ugas.
(2)
Syarat -syarat penarikan t ugas pembant uan adalah sama dengan
syarat -syarat penarikan kembali urusan rumah t angga Daerah
sebagaimana diat ur dalam Pasal 9 Perat uran Pemerint ah ini.
(3)
Penarikan suat u t ugas pembant uan dapat dilakukan oleh
Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen
pemberi t ugas dengan perset uj uan Ment eri Dalam Negeri.
Pasal 25
(1)
Pert anggungj awaban Pemerint ah Dacrah Tingkat II t erhadap
pelaksanaan t ugas pembant uan yang dit erima dari Pemerint ah
disampaikan kepada Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
15
-
Non Depart emen yang memberikan t ugas dan Ment eri Dalam
Negeri.
(2)
Pert anggungj awaban Pemerint ah Daerah Tingkat II t erhadap
pelaksanaan urusan t ugas pembant uan yang dit erima dari
Pemerint ah Daerah Tingkat I disampaikan kepada Gubernur
Kepala Daerah Tingkat 1.
BAB V
KOORDINASI DAN PENGAWASAN
Pasal 26
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupat i/ Walikot amadya Kepala
Dacrah Tingkat II mengkoordinasikan dan mengawasi penyelenggaraan
urusan rumah t angga Dacrah dan t ugas pembant uan agar pelet akan
t it ik berat ot onomi pada Dacrah Tingkat II dapat t erlaksana
sebagaimana diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Pada saat berlakunya Perat uran Pemerint ah ini segala ket ent uan yang
bert ent angan dan at au t idak sesuai dengan Perat uran Pemerint ah ini
dinyat akan t idak berlaku lagi.
Pasal 28
Hal-hal lain yang belum diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini diat ur
lebih lanj ut olch Ment eri Dalam Negeri at au bersama-sama dengan
Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen sesuai
dengan bidang t ugasnya masing-masing.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
16
-
Pasal 29
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 19 Agust us 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 19 Agust us 1992
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
17
-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 45 TAHUN 1992
TENTANG
PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH
DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II
I. UMUM
Perat uran Pemerint ah ini merupakan pelaksanaan dari ket ent uan
Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang
Pokok-pokok Pemerint ah Di Daerah, yang menet apkan bahwa t it ik
berat Ot onomi Daerah dilet akkan pada Daerah Tingkat II.
Tit ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II mengandung art i
bahwa sebagian besar dari j umlah dan j enis urusan ot onomi berada
pada Daerah Tingkat II unt uk diat ur dan diurus sebagai urusan
rumah t angganya.
Kebij aksanaan unt uk melet akkan t it ik berat Ot onomi Daerah pada
Daerah Tingkat II didasarkan pada pert imbangan bahwa Daerah
Tingkat II merupakan Daerah Ot onom yang lebih langsung
berhubungan dengan masyarakat , sehingga dapat diharapkan lebih
mengert i dan memenuhi aspirasi-aspirasi masyarakat di daerahnya.
Adanya keselarasan dan keserasian ant ara kegiat an-kegiat an
pemerint ahan di Daerah t erut ama dalam penyelenggaraan urusan
Ot onomi Daerah dengan kebut uhan masyarakat , merupakan
landasan bagi penyelenggaraan pemerint ahan dan pembangunan
yang berorient asi pada peningkat an kesej aht eraan masyarakat .
Dihubungkan dengan isi dan j iwa Pasal 18 Undang-Undang Dasar
1945 besert a Penj elasannya, Garis-garis Besar Haluan Negara, dan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
18
-
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan Di Daerah, maka pengat uran dan pelaksanaan
kebij aksanaan unt uk melet akkan t it ik berat Ot onomi Daerah pada
Daerah Tingkat II, harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang
menj adi dasar penyelenggaraan pemerint ahan di daerah yait u:
a. Pelaksanaan pemberian ot onomi kepada Daerah harus menunj ang
aspirasi perj uangan rakyat , yakni memperkokoh negara kesat uan
dan mempert inggi kesej aht eraan rakyat Indonesia seluruhnya;
b. Pemberian ot onomi kepada Daerah harus merupakan ot onomi
yang nyat a dan bert anggungj awab;
c. Asas desent ralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan asas
dekonsent rasi, dengan memberikan kemungkinan pula bagi
pelaksanaan asas t ugas pembant uan;
d. Pemberian ot onomi kepada Daerah mengut amakan aspek
keserasian dengan t uj uan di samping aspek pendemokrasian;
e. Tuj uan pemberian ot onomi kepada Daerah adalah unt uk
meningkat kan pembinaan kest abilan polit ik dan kesat uan bangsa.
Sebagai pelaksanaan asas desent ralisasi, dibent uk dan disusun
Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II yang berhak, berwenang dan
berkewaj iban mengat ur dan mengurus rumah t angganya. Kepada
Daerah-daerah t ersebut , diserahkan berbagai urusan pemerint ahan
unt uk diat ur dan diurus sebagai urusan rumah t angganya sendiri,
baik sebagai urusan pangkal maupun sebagai urusan t ambahan.
Urusan pangkal diserahkan pada saat pembent ukan suat u Daerah
dan dit et apkan di dalam Undang-undang Pembent ukan Daerah yang
bersangkut an, sedangkan urusan t ambahan diserahkan kemudian
sesuai dengan peningkat an kemampuan, perkembangan keadaan
dan kebut uhan masing-masing Daerah. Penyerahan urusan-urusan
pemerint ahan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II,
dapat dilakukan secara langsung oleh Pemerint ah at au secara
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
19
-
bert ingkat oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I. Sebagai konsekuensi
dari prinsip ot onomi yang nyat a dan bert anggungj awab, maka di
samping penambahan penyerahan urusan pemerint ahan menj adi
urusan rumah t angga Daerah, j uga dimungkinkan penarikan kembali
urusan yang t elah diserahkan kepada Daerah dengan syarat -syarat
dan krit eria t ert ent u. Dengan demikian, maka kebij aksanaan
pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II t idak
t erhambat .
Dalam penyelenggaraan pemerint ahan di Daerah, asas desent ralisasi
dan asas dekonsent rasi dilaksanakan secara bersama-sama, karena
kedua asas it u sama pent ingnya. Di samping it u unt uk
kesempurnaan
penyelenggaraan
pemerint ahan
di
Daerah,
dimungkinkan pula pelaksanaan asas t ugas pembant uan. Dalam
pelaksanaannya, diant ara ket iga asas t ersebut akan t erj alin suat u
hubungan yang sangat erat dan harus diarahkan ke dalam pola
hubungan yang saling menunj ang dan saling melengkapi secara
dinamis. Unt uk melaksanakan kebij aksanaan pelaksanaan t it ik berat
Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, ket erkait an diant ara ket iga
asas t ersebut harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan asas desent ralisasi akan lebih banyak diarahkan ke
Daerah Tingkat II, sehingga pelaksanaan asas dekonsent rasi lebih
dit ekankan
pada
wilayah
Propinsi.
Unt uk
wilayah
Kabupat en/ Kot amadya, pelaksanaan asas dekonsent rasi perlu
dibat asi;
b. Penyerahan urusan pemerint ahan dari Pemerint ah Daerah
Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II perlu diperlancar,
sehingga pada akhirnya urusan rumah t angga Daerah Tingkat I
akan lebih banyak menyangkut bidang pembinaan dan
kebij aksanaan pelaksanaan, sedangkan urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II akan menyangkut lebih banyak aspek
pelaksanaan;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
20
-
c. Penyerahan urusan pemerint ahan dari Pemerint ah sej auh
mungkin dilakukan secara serent ak, baik kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat I maupun kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II,
disert ai
dengan,
perincian
kegiat an
yang
j elas bagi
masing-masing Pemerint ah Daerah;
d. Penyerahan urusan pemerint ahan oleh Pemerint ah. Daerah
Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II t idak
semat a-mat a didasarkan kepada kesepakat an. Penyerahan dan
penerimaan it u harus lebih banyak didasarkan kepada hasil
penelit ian dan penilaian t erhadap t ingkat kemampuan, keadaan
dan kebut uhan Daerah Tingkat II;
e. Pemberian t ugas pembant uan, oleh Pemerint ah dan at au
Pemerint ah Daerah, Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat
II harus dij adikan suat u mekanisme yang mampu mendorong
perluasan Ot onomi Daerah bagi Daerah Tingkat II.
Karena adanya ket erkait an yang sangat erat ant ara asas
desent ralisasi dengan asas t ugas pembant uan dalam kerangka
kebij aksanaan pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah
Tingkat II, maka Perat uran Pemerint ah ini mengat ur pula beberapa
segi penerapan asas t ugas pembant uan.
Dengan pemberian t ugas pembant uan, Pemerint ah Daerah Tingkat II
akan memperoleh kesempat an yang luas guna mendapat kan
pengalaman yang berharga dalam menj alankan suat u t ugas
Pemerint ah dan at au Daerah Tingkat I unt uk menumbuhkan
kepercayaan yang lebih besar t erhadap Pemerint ah Daerah Tingkat
II. Dengan demikian perluasan Ot onomi Daerah bagi Daerah Tingkat
II
dapat
dilaksanakan
dengan
sebaik-baiknya.
Pert imbangan-pert imbangan unt uk memberikan t ugas pembant uan
kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II ant ara lain adalah:
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
21
-
a. Ket erbat asan kemampuan perangkat Pemerint ah
Pemerint ah Daerah Tingkat I di Daerah Tingkat II;
dan
at au
b. Sif at sesuat u urusan yang sulit dilaksanakan dengan baik t anpa
mengikut -sert akan Pemerint ah Daerah Tingkat II;
c. Urusan rumah t angga Daerah Tingkat I yang sebagian besar
kegiat annya t elah diserahkan menj adi urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II;
d. Perkembangan dan kebut uhan masyarakat , sesuat u urusan,
sehingga pemerint ah akan lebih berdayaguna dan berhasilguna
apabila dit ugaskan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II;
e. Masih t erbat asnya t ingkat kemampuan Daerah Tingkat II at au
adanya sif at -sif at yang melekat pada sesuat u urusan, sehingga
urusan pemerint ahan t ersebut belum wakt unya at au t idak t epat
diserahkan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II.
Pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, harus
senant iasa dilandaskan kepada prinsip ot onomi yang nyat a dan
bert anggungj awab.
Unt uk
merealisasikan
prinsip
t ersebut ,
f akt or-f akt or kemampuan, keadaan dan kebut uhan
Daerah
harus diperhit ungkan dan dipert imbangkan sebelum penyerahan
urusan dilakukan.
Dengan menget ahui kemampuan Daerah Tingkat II, maka j umlah
urusan yang diserahkan dapat disaring dengan cermat . Sedangkan
j enis urusan yang diserahkan dit ent ukan dengan memperhat ikan
keadaan dan karakt erist ik suat u Daerah Tingkat II. Di samping it u
kebut uhan
Daerah
perlu
pula
dipert imbangkan
dengan
sungguh-sungguh, sehingga penilaian dari Pemerint ah akan sej alan
dengan kehendak yang t umbuh dari Pemerint ah Daerah Tingkat II,
sehingga menj amin keserasian hubungan ant ara Pemerint ah Daerah
dan ant ara Pemerint ah Daerah Tingkat I dengan Pemerint ah Daerah
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
22
-
Tingkat II.
Baik kemampuan, keadaan maupun kebut uhan Daerah harus diukur
dan dit ent ukan melalui upaya penelit ian dan penilaian secara
obyekt if , sehingga penyerahan urusan kepada Daerah Tingkat II
benar-benar disert ai dengan keyakinan bahwa urusan yang
diserahkan
it u
dapat
diselenggarakan
dengan
penuh
t anggung-j awab, yang berorient asi kepada dayaguna dan hasil guna.
Kebij aksanaan dan proses pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah
pada Daerah Tingkat II akan menimbulkan perubahan dalam
imbangan hak, wewenang dan kewaj iban ant ara Pemerint ah Daerah
Tingkat I dengan Pemerint ah Daerah Tingkat II;
Sepert i t elah dij elaskan sebelumnya, bahwa penyerahan urusan
pemerint ahan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II didahului
dengan perhit ungan dan pert imbangan t erhadap kemampuan,
keadaan dan kebut uhan masing-masing Daerah Tingkat II. Di
samping it u, sif at yang melekat pada sesuat u urusan yang akan
diserahkan perlu pula diperhat ikan dengan seksama.
Dengan demikian, meskipun dit inj au dari segi kemampuan, keadaan
dan kebut uhan Daerah Tingkat II sesuat u urusan t elah layak
diserahkan, namun urusan it u lebih t epat j ika t et ap menj adi urusan
rumah t angga Daerah Tingkat I, karena adanya sej umlah sif at yang
melekat pada urusan t ersebut . Dengan adanya ket ent uan sepert i ini
kiranya menj adi j elas pula bahwa kebij aksanaan pelet akkan t it ik
berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II sama sekali t idak
dimaksudkan unt uk mengurangi
keberadaan dan peranan
Pemerint ah Daerah Tingkat I.
Daerah-daerah Tingkat II sangat bervariasi, dit inj au dari segi
kemampuan dan keadaannya. Perbedaan t ingkat kemampuan dan
keadaan t ersebut harus benar-benar diperhat ikan, sehingga
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
pembinaan t erhadap
diseragamkan.
23
-
masing-masing
Daerah
Tingkat
II
t idak
Unt uk meningkat kan dayaguna dan hasilguna pembinaan, maka
Daerah-daerah Tingkat II perlu dikelompokkan menurut t ingkat
kemampuannya. Pengelompokan ini t idak berkait an dengan st at us
at au j enj ang kedudukan dalam susunan Daerah-daerah ot onom,
akan t et api semat a-mat a unt uk menent ukan ket epat an bobot
pembinaan t erhadap Daerah-daerah Tingkat II.
Terhadap Daerah-daerah Tingkat II yang t ingkat kemampuannya
sama, bobot pembinaannya harus disamakan, sedangkan t erhadap
Daerah-daerah Tingkat II yang t ingkat kemampuannya berbeda,
bobot pembinaannyapun harus dibedakan j uga.
Melalui pola hubungan pembinaan sepert i it u, Daerah-daerah
Tingkat II berpeluang unt uk berprakarsa dalam penyelenggaraan
pemerint ahan
dan
pelaksanaan
pembangunan,
sehingga
perkembangan pemerint ahan dan laj u pembangunan diseluruh
Daerah dapat dit ingkat kan secara seimbang, t anpa meninggalkan
ciri-ciri khas yang dimiliki oleh set iap Daerah Tingkat II.
Pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II
merupakan kebij aksanaan yang sangat st rat egis dihubungkan
dengan f ungsi dan peranan Pemerint ah di t engah-t engah
masyarakat .
Fungsi ut ama Pemerint ah Daerah Tingkat II adalah memberikan
pelayanan kepada masyarakat . Karena f ungsi ini berlangsung dekat
dengan masyarakat yang dilayani, maka pelet akan t it ik berat
Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, akan mendorong t imbulnya
prakarsa dan part isipasi akt if masyarakat dalam menyelenggarakan
pemerint ahan dan pelaksanaan pembangunan yang merupakan
prasyarat keberhasilan pelaksanaan pemerint ahan di semua
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
24
-
t ingkat an.
Sesuai dengan ruang lingkup dan aspek-aspek yang t erkait dengan
upaya pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II,
maka di dalam Perat uran Pemerint ah ini diat ur mengenai
penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah, pembinaan dan
pert anggungj awaban t ugas pembant uan di Daerah Tingkat II, sert a
pembinaan, koordinasi dan pengawasan at as penyelenggaraan
urusan rumah t angga Daerah Tingkat II.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Pasal ini dimaksudkan unt uk menyamakan pengert ian t ent ang
ist ilah-ist ilah pokok yang digunakan dalam Perat uran Pemerint ah
ini.
Pasal 2
Dalam pemberian ot onomi kepada Daerah, t it ik berat nya dilet akkan
pada Daerah Tingkat II dengan maksud agar sebagian besar Ot onomi
Daerah berada pada Daerah Tingkat II, baik menyangkut j umlah
maupun j enis-j enis kegiat an yang ada didalamnya. Hal ini
diwuj udkan
dengan
mengut amakan
penyerahan
urusan
pemerint ahan kepada Daerah Tingkat II yang dilaksanakan secara
bert ahap dan berkelanj ut an.
Pasal 3
Ayat (1)
Dalam rangka mencapai t uj uan pemberian ot onomi kepada
Daerah, maka baik penyerahan maupun penarikan kembali urusan
rumah t angga Daerah didasarkan kepada t ingkat kemampuan dan
keadaan Daerah. Pada prinsipnya penyerahan kepada Daerah
dilaksanakan dengan mempert imbangkan dua f akt or ut ama yait u
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
25
-
t ingkat
kemampuan
dan
keadaan
Daerah.
Mengingat
perkembangan penyelenggaraan pemerint ahan Daerah, maka
f akt or kebut uhan Daerah perlu dipert imbangkan pula. Unt uk
dapat mempert imbangkan ket iga f akt or it u secara obyekt if ,
diperlukan penelit ian yang seksama.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 4
Ayat (1)
Penyerahan urusan pemerint ahan menj adi urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II dapat dit empuh melalui cara:
a. Bert ingkat :
Pemerint ah menyerahkan sesuat u urusan kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat I dan Pemerint ah Daerah Tingkat I
menyerahkan lebih lanj ut urusan it u kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat II.
b. Langsung :
Pemerint ah menyerahkan sesuat u urusan pemerint ahan
kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II, t anpa melalui
Pemerint ah Daerah Tingkat I.
Ayat (2)
Pemerint ah t idak dapat menyerahkan urusan-urusan unt uk
menj adi urusan rumah t angga Daerah yang menyangkut
bidang-bidang pert ahanan keamanan, peradilan, luar negeri,
monet er dan sebagian urusan pemerint ahan umum yang menj adi
wewenang, t ugas dan kewaj iban Kepala Wilayah. Selain daripada
it u, urusan-Urusan yang dapat diserahkan menj adi urusan rumah
t angga Daerah adalah:
a. Urusan-urusan yang sif at nya t elah membaku di suat u Daerah;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
26
-
b. Urusan-urusan yang menyangkut kepent ingan langsung dari
masyarakat , dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
Daerah;
c. Urusan-urusan
yang
dapat
menumbuhkan
part isipasi
masyarakat at au menurut sif at nya merupakan t anggungj awab
masyarakat ;
d. Urusan-urusan
yang
dalam
pelaksanaannya
mempergunakan sumber daya manusia;
banyak
e. Urusan-urusan memberikan penghasilan bagi Daerah, dan
pot ensial unt uk dikembangkan dalam rangka penggalian
sumber-sumber pendapat an asli yang baru bagi Daerah yang
bersangkut an;
f . Urusan-urusan yang di dalam penyelenggaraannya memerlukan
penanganan dan pengambilan keput usan segera.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Urusan rumah t angga Daerah yang t idak t ermasuk ke dalam
krit eria t ersebut , harus diserahkan menj adi urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II, unt uk mencapai dayaguna dan hasilguna dalam
penyelenggaraannya.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 6
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
27
-
Ayat (1)
Pada dasarnya, sesuat u urusan yang diserahkan oleh Pemerint ah
kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I harus dilanj ut kan
seluruhnya at au sebagian dari urusan it u kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat II. Unt uk urusan-urusan yang pada saat
berlakunya Perat uran Pemerint ah ini masih berada pada Daerah
Tingkat I, maka bat as wakt u selambat -lambat nya dua t ahun yang
dimaksud dalam ayat ini t erhit ung sej ak t anggal diundangkannya
Perat uran Pemerint ah ini.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 7
Ayat (1)
Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I selain dapat
menambah j umlah, urusan bagi Daerah Tingkat II, j uga dapat
menambah j enis kegiat an dalam urusan yang t elah menj adi
urusan rumah t angga Daerah Tingkat II. Dalam rangka
penyerahan t ersebut , harus disert ai pula penyerahan perangkat ,
alat perlengkapan dan sumber pembiayaannya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
28
-
Pasal 9
Penarikan kembali sesuat u urusan yang t elah menj adi urusan rumah
t angga Daerah sej auh mungkin dihindari. Penarikan t ersebut hanya
dimungkinkan set elah melalui penelit ian dan penilaian berdasarkan
pert imbangan-pert imbangan yang cukup mendasar. Penilaian at as
sesuat u urusan yang akan dit arik dari Daerah Tingkat I ke Pusat
dilakukan oleh Dewan Pert imbangan Ot onomi Daerah; dan penilaian
at as sesuat u urusan yang akan dit arik dari Daerah Tingkat II ke
Daerah Tingkat I dilakukan oleh Ment eri Dalam Negeri.
Adapun yang dimaksud dengan kebij aksanaan nasional adalah
kebij aksanaan yang t ert uang dalam GBHN, Undang-undang,
Perat uran Pemerint ah dan Keput usan Presiden.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 11
Ayat (1)
Pelaksana t eknis urusan rumah t angga Daerah adalah Dinas
Daerah yang susunan organisasi, t at a kerj a, dan f ormasi
kepegawaiannya harus disesuaikan dengan beban kerj a, keadaan
personil, pembiayaan dan geograf is Daerah yang bersangkut an.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 12
Ayat (1)
Unt uk Dinas Daerah Tingkat II yang menangani banyak j enis
kegiat an yang berbeda dan yang masing-masing j enis kegiat annya
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
29
-
dipandang pot ensial unt uk dikembangkan, dapat dimekarkan
demi meningkat kan mut u pelayanan dan pembangunan Daerah.
Pemekaran ini disesuaikan pula dengan perkembangan kemaj uan
suat u Daerah.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 13
Ayat (1)
Prinsip ini j uga berlaku bagi penyerahan urusan dari Pemerint ah
kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 14
Penggalian dan peningkat an sumber-sumber pendapat an asli
Daerah, dapat dit empuh melalui int ensif ikasi dan ekst ensif ikasi
sesuai dengan pot ensi ef ekt if yang t erdapat di wilayah masingmasing Daerah Tingkat II.
Upaya
t ersebut
dilaksanakan
sesuai
dengan
perat uran
perundang-undangan yang berlaku, dan t idak bert ent angan dengan
kepent ingan nasional dan kepent ingan umum, dalam rangka
meningkat kan
pendapat an
asli
Daerah
guna
membiayai
penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah, dan sej auh mungkin
t idak digunakan unt uk membiayai penyelenggaraan urusan yang
belum diserahkan.
Unt uk mempercepat t ercapainya Daerah Tingkat II yang mandiri
dalam art i mampu mengat ur dan mengurus rumah t angganya, maka
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat I harus senant iasa
mengusahakan penambahan sumber pendapat an asli bagi daerah
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
30
-
Tingkat II. Dalam hubungan ini, sumber pendapat an yang diserahkan
kepada Daerah Tingkat II harus memperhit ungkan pot ensi ef ekt if
yang t erkandung di dalamnya.
Di samping it u, dalam rangka penyerahan urusan pemerint ahan
menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II, baik dari
Pemerint ah maupun dari Pemerint ah Daerah Tingkat I, harus
mengut amakan penyerahan urusan-urusan yang memberikan
penghasilan bagi daerah, dan pot ensial unt uk dikembangkan.
Pasal 15
Yang dimaksud kebij aksanaan nasional adalah sama dengan yang
dimaksud penj elasan pada Pasal 9.
Sumber pendapat an yang dimaksud dalam pasal ini adalah sumber
pendapat an yang resmi dan sah.
Pasal 16
Kompensasi diberikan oleh Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah
yang bersangkut an, sekurang-kurangnya sama besar dengan
pendapat an yang dibat alkan at au, dicabut selama 2 (dua) t ahun
bert urut -t urut . Unt uk t ahun-t ahun berikut nya kompensasi diberikan
berdasarkan pert imbangan keadaan keuangan Daerah yang
bersangkut an.
Pasal 17
Ayat (1)
Dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah,
Pemerint ah Daerah Tingkat II diberi kewenangan unt uk
mengangkat , memberhent ikan, memberhent ikan sement ara
Pegawai Negeri Sipil Daerah Tingkat II. Pembayaran gaj i, pensiun
dan uang t unggu Pegawai Pemerint ah Daerah Tingkat II t ersebut
bersumber
dari
pendapat an
Daerah
sesuai
ket ent uan
perundang-undangan yang berlaku.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
31
-
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 18
Ayat (1)
Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah
Tingkat I yang melaksanakan urusan yang diserahkan kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II, dapat dialihkan st at usnya menj adi
Pegawai Daerah Tingkat II, yang pelaksanaannya diat ur bersama
oleh Ment eri Dalam Negeri, Ment eri/ Pimpinan Lembaga Non
Depart emen yang membidangi urusan t ersebut dan Kepala Badan
Administ rasi Kepegawaian Negara.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 19
Kebij aksanaan pembinaan t erhadap pegawai negeri pada dasarnya
merupakan wewenang Presiden dan yang penyelenggaraannya
dilakukan oleh Badan Administ rasi Kepegawaian Negara, Lembaga
Administ rasi Negara dan Badan-badan lain yang dit ugaskan
membant u Presiden di bidang ini.
Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Daerah Tingkat II dit uj ukan
dalam rangka peningkat an kemampuan dan karier pegawai.
Pendayagunaan pegawai-pegawai yang t elah mengikut i pendidikan
dan lat ihan dalam berbagai j enj ang harus lebih dit ingkat kan, dalam
art i dit empat kan pada bidang t ugas yang sesuai dengan pendidikan
dan lat ihan yang diperolehnya.
Pasal 20
Ayat (1)
Pembinaan umum yang dilakukan oleh Ment eri Dalam Negeri
adalah pembinaan yang bersif at menyeluruh agar pelaksanaan
urusan rumah t angga Daerah benar-benar sesuai dengan aspek
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
32
-
t uj uan penyerahannya, sepert i peningkat an dayaguna dan
hasilguna, keut uhan Negara Kesat uan, st abilit as polit ik sert a
peningkat an pelayanan dan pembangunan Daerah.
Pembinaan t eknis adalah pembinaan yang dit uj ukan agar
penyelenggaraan suat u urusan rumah t angga Daerah benar-benar
mengarah kepada peningkat an mut u pelayanan dan kelancaran
pembangunan di Daerah secara berkeahlian dan prof esional.
Ayat (2)
Dalam aspek operasionalnya, urusan rumah t angga Daerah dibina
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagai penanggungj awab
penyelenggaraan urusan pemerint ahan umum di Daerah,
t ermasuk di dalamnya dalam bent uk pembinaan bimbingan dan
pengawasan dalam pelaksanaan sesuai dengan kebij aksanaan
Pemerint ah.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 21
Ayat (1)
Pembinaan-t erhadap Daerah-daerah Tingkat II t idak dilakukan
secara seragam, karena t ingkat kemampuan Daerah-daerah
Tingkat II berbeda-beda. Unt uk melakukan pembinaan yang
sesuai dengan kemampuannya, maka Daerah-daerah Tingkat II
t erlebih dahulu dikelompokkan, sehingga Daerah-daerah Tingkat
II yang sama t ingkat kemampuannya akan dimasukkan ke dalam
sat u kelompok.
Ayat (2)
Pengelompokan Daerah-daerah Tingkat II berdasarkan t ingkat
kemampuan dan keadaannya menggunakan krit eria t ert ent u.
Krit eria dimaksud meliput i kemampuan keuangan, personil,
organisasi dan administ rasi, part isipasi masyarakat , demograf i,
perkembangan ekonomi, sosial budaya, geograf i, kondisi polit ik,
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
33
-
sert a pert ahanan dan keamanan, akan diat ur oleh Ment eri Dalam
Negeri. Dengan adanya pengelompokan Daerah-daerah Tingkat II,
maka Ment eri Dalam Negeri bersama Ment eri/ Pimpinan Lembaga
Pemerint ah Non Depart emen dan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I melakukan pembinaan lebih lanj ut t erhadap
Daerah-daerah Tingkat II yang bersangkut an.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Apabila Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah non
Depart emen akan menugaskan Pemerint ah Daerah Tingkat I dan
at au Daerah Tingkat II unt uk melaksanakan urusan t ugas
pembant uan t erlebih dahulu memint a pert imbangan dari Ment eri
Dalam, Negeri. Dalam hubungan ini, pert imbangan dari Ment eri
Dalam Negeri diberikan dengan memperhat ikan kemampuan,
keadaan dan pendapat
dari Pemerint ah Daerah yang
bersangkut an. Dalam Keput usan Ment eri at au Pimpinan Lembaga
Pemerint ah Non Depart emen yang bersangkut an ant ara lain harus
memuat t ent ang pet unj uk pelaksanaan, pelaporan, pembiayaan
dan t at a cara pembinaan sert a pert anggungj awabannya.
Ayat (3)
Pendapat dari Pemerint ah Daerah Tingkat II, ant ara lain
menyangkut kesanggupan unt uk melaksanakan urusan-urusan
t ugas pembant uan dimaksud.
Perat uran Daerah Tingkat I yang mengat ur penugasan ini,
memuat pet unj uk pelaksanaan, t at a cara pelaporan, pembiayaan
dan pert anggungj awaban yang berlaku set elah mendapat
pengesahan Ment eri Dalam Negeri.
Ayat (4)
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
34
-
Jumlah biaya yang harus diserahkan unt uk pelaksanaan suat u
urusan t ugas pembant uan, sekurang-kurangnya sama besarnya
dengan biaya yang disediakan dalam Anggaran Pendapat an
Belanj a Negara/ Anggaran Pendapat an Belanj a Daerah Tingkat I
unt uk pelaksanaan urusan it u dalam t ahun anggaran pada saat
penugasan diberikan.
Pasal 23
Semua urusan t ugas pembant uan dari Pemerint ah at au Pemerint ah
Daerah Tingkat I yang menurut sif at nya layak menj adi urusan
rumaht angga Daerah, pada suat u saat , harus dinilai oleh pemberi
t ugas unt uk dipert imbangkan menj adi urusan rumah t angga Daerah
Tingkat II. Pert imbangan t ersebut didasarkan pada kemampuan,
keadaan, kebut uhan dan dayaguna sert a hasilguna penyelenggaraan
pemerint ahan di Daerah.
Hal it u perlu dilakukan dalam rangka mewuj udkan pelet akan t it ik
berat ot onomi pada Daerah Tingkat II. Sesudah empat t ahun t ugas
pembant uan diberikan kepada Daerah Tingkat II, pemberi t ugas
sudah harus dapat memut uskan apakah sesuat u t ugas pembant uan
t et ap sebagai t ugas pembant uan, at au dapat diserahkan menj adi
urusan rumah t angga Daerah Tingkat II. Keput usan t ersebut
dilakukan sesudah pemberi t ugas melakukan usaha pembinaan
t eknis unt uk meningkat kan kemampuan Daerah Tingkat II dalam
pelaksanaan t ugas pembant uan.
Pasal 24
Ayat (1)
Ment eri Dalam Negeri bersama Ment eri at au Pimpinan Lembaga
Pemerint ah
non
Depart emen
yang
memberikan
t ugas
menet apkan t at acara pembinaan umum bagi pelaksanaan t ugas
pembant uan dan pembinaan t eknis diberikan oleh Ment eri at au
Pimpinan
Lembaga
Pemerint ah
non
Depart emen
yang
bersangkut an sert a Pemerint ah Daerah Tingkat I menurut bidang
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
35
-
t ugas pembant uan yang t elah diberikannya.
Ayat (2)
Meskipun penarikan kembali t ugas pembant uan dimungkinkan,
namun sej auh mungkin dihindari. Penarikan it u dapat
menimbulkan t anggapan yang berbeda-beda dalam masyarakat di
daerah. Oleh karena it u syarat -syarat yang diperlukan bagi
penarikan urusan rumah t angga Daerah diberlakukan j uga bagi
penarikan t ugas pembant uan.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 26
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupat i/ Walikot amadya
Kepala Daerah Tingkat II selaku Kepala Wilayah adalah
penanggungj awab penyelenggaraan Pemerint ahan Daerah, yang
berkewaj iban melakukan koordinasi dan pengawasan guna
kelancaran pelaksanaan urusan rumah t angga Daerah sert a t ugas
pembant uan.
Pasal 27
Cukup j elas
Pasal 28
Cukup j elas
Pasal 29
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
36
-
REPUBLIK INDO NESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 5 TAHUN 1 9 9 2
TENTANG
PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH
TINGKAT II
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa unt uk melaksanakan Ot onomi Dacrah secara berdayaguna
dan berhasilguna dalam upaya meningkat kan penyelenggaraan
pemerint ahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat , maka t it ik berat Ot onomi Daerah perlu dilet akkan di
Daerah Tingkat II yang kedudukannya lebih langsung berhubungan
dengan masyarakat ;
b. bahwa asas desent ralisasi dalam penyclenggaraan pemerint ahan di
Daerah dilaksanakan dengan penyerahan urusan pemerint ahan
kepada Daerah dengan memperhat ikan kemampuan, keadaan dan
kebut uhan masing-masing daerah unt uk mewuj udkan Ot onomi
Daerah yang nyat a, dinamis dan bert anggungj awab;
c. bahwa berhubung dengan it u dan sesuai dengan ket ent uan Pasal 11
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan Di Daerah, maka pelet akkan t it ik berat Ot onomi
Daerah pada Daerah Tingkat II perlu diat ur dengan Perat uran
Pemerint ah;
Mengingat
: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
2
-
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3041);
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : PERATURAN
PEMERINTAH
REPUBLIK
INDONESIA
TENTANG
PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA
DAERAH TINGKAT II.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerint ah, Pemerint ah Daerah, Daerah, Dewan Pert imbangan
Ot onomi Daerah, Ot onomi Daerah, Desent ralisasi, Dekonsent rasi,
Tugas Pembant uan, Inst ansi Vert ikal, Ot onomi yang nyat a dan
bert anggungj awab adalah sama dengan yang t ermuat dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan Di Daerah.
2. Tit ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II adalah
t erwuj udnya sebagian besar penyelenggaraan urusan ot onomi pada
Daerah Tingkat II, dengan perimbangan yang dinamis ant ara hak,
wewenang dan kewaj iban bagi Pemerint ah, Pemerint ah Daerah
Tingkat I dan Pemerint ah Daerah Tingkat II.
3. Penyerahan urusan adalah t indakan pemberian ot onomi kepada
Daerah dalam bent uk hak, wewenang, dan kewaj iban unt uk
mengat ur, mengurus dan menyelenggarakan urusan-urusan dan at au
kegiat an-kegiat an pemerint ahan t ert ent u oleh Pemerint ah kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat I dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
3
-
II, dan oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah
Tingkat II di lingkungannya.
4. Penarikan kembali urusan adalah t indakan yang mengubah st at us
urusan rumah t angga Daerah Tingkat II menj adi urusan rumah
t angga Daerah Tingkat I at au urusan Pemerint ah, dan at au urusan
rumah t angga
Daerah Tingkat I menj adi urusan Pemerint ah
berdasarkan perat uran perundang-undangan.
5. Urusan rumah t angga Daerah adalah urusan dan at au kegiat an
pemerint ahan t ert ent u yang dengan perat uran perundang-undangan
diserahkan oleh Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I
dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat II, at au oleh Pemerint ah
Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II dalam rangka
pemberian ot onomi kepada Daerah.
6. Kemampuan Daerah adalah kenyat aan yang didasarkan kepada
f akt or-f akt or dan perhit ungan-perhit ungan yang meyakinkan bahwa
suat u Daerah benar-benar t elah mampu menerima penyerahan
urusan pemerint ahan t ert ent u sebagai urusan rumah t angga.
7. Keadaan Daerah adalah karakt erist ik suat u Daerah dit inj au dari
kondisi geograf is, sosial budaya, polit ik dan pert ahanan keamanan
dalam rangka menent ukan j enis urusan pemerint ahan yang akan
diserahkan.
8. Kebut uhan Daerah adalah kehendak suat u Daerah unt uk mengat ur,
mengurus, dan menyelenggarakan urusan pemerint ahan t ert ent u
yang disesuaikan dengan t ingkat kemampuan dan keadaan Daerah.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
4
-
BAB II
TITIK BERAT OTONOMI DAERAH
Pasal 2
Tit ik berat ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II dilaksanakan
dengan menyerahkan sebagian besar urusan pemerint ahan oleh
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat II secara bert ahap dan berkelanj ut an.
Pasal 3
(1)
Penyerahan sebagian urusan pemerint ahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, didasarkan pada hasil penelit ian dan
penilaian t erhadap f akt or-f akt or yang mempengaruhi t ingkat
kemampuan, keadaan dan kebut uhan Daerah set elah mendengar
pert imbangan Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non
Depart emen, Pemerint ah Daerah Tingkat I, dan Pemerint ah
Daerah Tingkat II yang bersangkut an, sert a pendapat Dewan
Pert imbangan Ot onomi Daerah.
(2)
Pelaksanaan penelit ian dan penilaian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri Dalam Negeri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
5
-
BAB III
PENYELENGGARAAN URUSAN RUMAH TANGGA DAERAH
Bagian Pert ama
Penyerahan, Penambahan
dan Penarikan
Pasal 4
(1)
Dalam rangka pemberian ot onomi kepada Daerah, Pemerint ah
menyerahkan sebagian urusan pemerint ahan kepada Pemerint ah
Daerah
dengan
mengut amakan
penyerahannya
kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II unt uk diat ur dan diselenggarakan
sebagai urusan rumah t angganya.
(2)
Urusan-urusan yang dapat
pemerint ahan, kecuali:
(3)
diserahkan adalah semua urusan
a.
Bidang pert ahanan keamanan;
b.
Bidang peradilan;
c.
Bidang luar negeri;
d.
Bidang monet er;
e.
Sebagian urusan pemerint ahan umum yang menj adi
wewenang, t ugas dan kewaj iban Kepala Wilayah; dan
f.
Urusan pemerint ahan lainnya yang secara nasional lebih
berdayaguna dan berhasilguna j ika t et ap diurus oleh
Pemerint ah.
Penyerahan urusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
6
-
Pasal 5
(1)
Dalam hal sesuat u urusan pemerint ahan t elah menj adi urusan
rumah t angga Daerah Tingkat I, Pemerint ah Daerah Tingkat I
menyerahkan lebih lanj ut kepada Daerah Tingkat II di
lingkungannya.
(2)
Urusan-urusan yang dapat t et ap menj adi urusan rumah t angga
Daerah Tingkat I adalah:
a. Urusan-urusan yang dalam penyelenggaraannya bersif at lint as
Daerah Tingkat II;
b. Urusan-urusan yang kurang menent ukan bagi pert umbuhan dan
perkembangan suat u Daerah Tingkat II;
c. Urusan-urusan yang penyelenggaraannya lebih berdayaguna
dan berhasilguna apabila diurus oleh Pemerint ah Daerah
Tingkat I.
(3)
Penyerahan urusan dan penambahan penyerahan urusan kepada
Pemerint ah Dacrah Tingkat II sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dit et apkan dengan Perat uran Daerah Tingkat I.
Pasal 6
(1)
Selambat -lambat nya dua t ahun set elah suat u urusan dit erima
secara nyat a oleh Daerah Tingkat I, Pemerint ah Daerah Tingkat I
yang bersangkut an, menyerahkan lebih lanj ut semua at au
sebagian urusan t ersebut kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II
dilingkungannya.
(2)
Apabila penyerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum
at au t idak dilaksanakan, Pemerint ah Daerah Tingkat I waj ib
menyampaikan alasan-alasan dan hambat an-hambat an yang
dihadapinya kepada Ment eri Dalam Negeri.
(3)
Apabila dalam wakt u dua t ahun sebagaimana dimaksud dalam
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
7
-
ayat (1), Pemerint ah Daerah Tingkat I t ernyat a t idak melaporkan
dan t idak menyampaikan alasan-alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) maka Ment eri Dalam Negeri mengambil
langkah-langkah unt uk dapat t erlaksananya penyerahan urusan
pemerint ahan t ersebut dari Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II.
Pasal 7
(1)
Penyerahan urusan dan penambahan penyerahan urusan dari
Pemerint ah dan at au dari Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II disert ai dengan perangkat , alat
perlengkapan dan sumber pembiayaannya.
(2)
Dalam penyerahan dan penambahan penyerahan urusan dari
Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I at au kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II, t at a cara pengalihan perangkat ,
alat perlengkapan dan sumber pembiayaannya diat ur oleh
Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen
yang membidangi urusan dimaksud bersama-sama dengan Ment eri
Dalam Negeri dan Ment eri Keuangan, sert a dilaksanakan sesuai
dengan perat uran pcrundang-undangan yang berlaku.
(3)
Dalam penyerahan urusan dan penambahan penyerahan urusan
dari Pemerint ah Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah
Tingkat II di lingkungannya, t at a cara pengalihan perangkat , alat
perlengkapan, dan sumber pembiayaannya, dilaksanakan sesuai
dengan pedoman yang dit et apkan oleh Ment eri Dalam Negeri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
8
-
Pasal 8
(1)
Pemerint ah dapat menarik kembali sesuat u urusan yang t elah
discrahkan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I at au Pemerint ah
Daerah Tingkat II dengan perat uran perundangan yang set ingkat
set elah mendengar pendapat Dewan Pert imbangan Ot onomi
Daerah.
(2)
Pemerint ah Daerah Tingkat I dapat menarik kembali sesuat u
urusan pemerint ahan yang t elah diserahkan oleh Pemerint ah
Daerah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II dengan
Perat uran Dacrah Tingkat 1.
(3)
Perat uran Daerah Tingkat I sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
berlaku set elah mendapat pengesahan dari Ment eri Dalam
Negari.
Pasal 9
Penarikan kembali sesuat u urusan hanya dapat dilakukan apabila:
a. Dalam rangka menj alankan suat u kebij aksanaan nasional;
b. Berdasarkan penilaian, bahwa set elah dibina dan diberi kesempat an
secukupnya, Pemerint ah Daerah yang bersangkut an benar-benar
t idak mampu lagi mengat ur dan mengurus urusan pemerint ahan
t ersebut ;
c. Sif at dan cakupan suat u urusan mengalami perubahan dan
per-kembangan, sehingga akan lebih berdayaguna dan berhasilguna
j ika diselenggarakan oleh pemerint ah yang lebih t inggi
t ingkat annya.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
9
-
Pasal 10
(1)
Tat a cara penyerahan at au penambahan penyerahan urusan dari
Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah, at au penarikan kembali
urusan oleh Pemerint ah dari Pemerint ah Dacrah, dit et apkan
dengan Keput usan Presiden;
(2)
Tat a cara penyerahan at au penambahan urusan pemerint ahan
dari Pemerint ah Dacrah Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah
Tingkat II at au penarikan kembali urusan pemerint ahan oleh
Pemerint ah Daerah Tingkat I dari Pemerint ah Daerah Tingkat II
diat ur dengan Perat uran Ment eri Dalam Negeri.
Bagian Kedua
Dinas Daerah
Pasal 11
(1)
Unt uk melaksanakan urusan pemerint ahan yang sudah diserahkan
menj adi urusan rumah t angga Daerah, Pemerint ah Daerah dapat
membent uk Dinas Daerah.
(2)
Pembent ukan, Susunan Organisasi, Tat a Kerj a dan Formasi
Kepegawaian Dinas Daerah diat ur dengan Perat uran Daerah
berdasarkan pedoman yang dit et apkan oleh Ment eri Dalam
Negari.
Pasal 12
(1)
Guna meningkat kan mut u pelayanan dan pembangunan Daerah
Tingkat II, suat u Dinas Daerah yang melaksanakan lebih dari sat u
j enis kegiat an dapat dimekarkan menj adi dua at au lebih Dinas
Daerah.
(2)
Pemekaran Dinas Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
10
-
dilaksanakan set elah mendapat
Negeri.
perset uj uan Ment eri
Dalam
Bagian Ket iga
Sumber Pembiayaan
Pasal 13
(1)
Set iap penyerahan urusan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II
disert ai dengan penyerahan sumber pembiayaan dan anggaran
sekurang-kurangnya sebesar anggaran yang disediakan unt uk
urusan it u dalam APBN/ APBD Tingkat I t ahun yang bersangkut an.
(2)
Penyerahan
sumber
melaksanakan urusan
dimaksud dalam ayat
(1)
(3)
pembiayaan
yang t elah
dan
anggaran
unt uk
diserahkan sebagaimana
diat ur oleh Ment eri Keuangan dan Ment eri Dalam Negeri.
Apabila Pemerint ah Daerah belum sepenuhnya mampu
membiayai urusan yang t elah diserahkan, maka kepada Daerah
yang bersangkut an diberikan subsidi yang dicant umkan dalam
APBN/ APBD sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 14
Pemerint ah Daerah Tingkat II waj ib menggali dan mengembangkan
sumber-sumber pendapat an asli daerah dari urusan-urusan yang
diserahkan, yang dapat at au mungkin memberikan pendapat an karena
penyelenggaraan urusan t ersebut .
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
11
-
Pasal 15
Pemerint ah dapat membat alkan at au mencabut sumber-sumber
pendapat an yang t elah digali at au dikembangkan oleh Daerah Tingkat I
dan at au Daerah Tingkat II, apabila:
a. Pungut an it u dinilai t idak sej alan lagi dengan kebij aksanaan
nasional;
b. Sumber pembiayaan it u dinilai lebih berdayaguna dan berhasilguna
j ika dipungut oleh Pemerint ah.
Pasal 16
Terhadap pembat alan at au pencabut an sumber-sumber pendapat an
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pemerint ah memberikan
konpensasi berdasarkan pert imbangan kelayakan dit inj au dari
kemampuan keuangan Negara.
Bagian Keempat
Kepegawaian
Pasal 17
(1)
Pemerint ah Daerah Tingkat II mempunyai wewenang mengat ur
dan mengurus Pegawai Negeri Sipil Dacrah Tingkat II.
(2)
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dengan
Perat uran Daerah Tingkat II sesuai pedoman yang dit et apkan oleh
Ment eri Dalam Negeri dan Kepala Badan Administ rasi
Kepegawaian Negara.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
12
-
Pasal 18
(1)
Penempat an dan penugasan Pegawai Negeri Sipil Pusat dan
Pegawai Negeri Sipil Daerah Tingkat I pada Daerah Tingkat II
dengan st at us diperbant ukan at au dipekerj akan, disesuaikan
dengan kebut uhan Dacrah Tingkat II.
(2)
Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
at as permint aan at au set elah memperoleh perset uj uan Kepala
Daerah Tingkat II bersangkut an.
Pasal 19
Pembinaan Pegawai Daerah Tingkat II Pegawai Negeri Sipil Pusat dan
Daerah Tingkat I yang diperbant ukan at au dipekerj akan kepada Daerah
Tingkat II, dilaksanakan oleh Kepala Daerah Tingkat II sesuai dengan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kelima
Pembinaan
Pasal 20
(1)
Pembinaan umum penyclenggaraan urusan rumah t angga Daerah
Tingkat II, dilakukan oleh Ment eri Dalam Negeri dan pembinaan
t eknis oleh Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non
Depart emen yang bersangkut an.
(2)
Pembinaan operasional penyel enggaraan urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I
selaku
Kepala
Wilayah
sesuai
dengan
perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dit uj ukan unt uk meningkat kan kemampuan Daerah Tingkat II.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
13
-
Pasal 21
(1)
Unt uk dapat melaksanakan pembinaan penyelenggaraan urusan
rumah t angga Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
secara berdayaguna dan berhasilguna, Daerah Tingkat II
dikelompokkan berdasarkan t ingkat kemampuan masing-masing.
(2)
Krit eria pengelompokan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan pelaksanaannya diat ur oleh Ment eri Dalam Negeri, dan
pembinaan lebih lanj ut dilakukan olch Ment eri Dalam Negeri
bersama
Ment eri/ Pimpinan
Lembaga
Pemerint ah
Non
Depart emen yang bersangkut an.
(3)
Pedoman umum t ent ang t at a cara pembinaan t erhadap
Daerah-daerah Tingkat II yang t elah dikelompokkan dit et apkan
dengan Keput usan Presiden.
BAB IV
TUGAS PEMBANTUAN
Pasal 22
(1)
Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I dapat menugaskan
Pemerint ah Daerah Tingkat II unt uk melaksanakan sesuat u urusan
sebagai t ugas pembant uan.
(2)
Pemberian suat u t ugas pembant uan dari Pemerint ah kepada
Pemerint ah Dacrah Tingkat I dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat
II dilakukan dengan Keput usan Ment eri/ Pimpinan Lembaga
Pemerint ah Non Depart emen dengan perset uj uan Ment eri Dalam
Negeri set elah mendengar pendapat Pemerint ah Daerah yang
bersangkut an.
(3)
Pemberian urusan t ugas pembant uan dari Pemerint ah Daerah
Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II dilakukan set elah
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
14
-
mendengar pendapat Pemerint ah Daerah Tingkat II yang
bersangkut an dan diat ur dengan Perat uran Daerah Tingkat I.
(4)
Pembiayaan unt uk pelaksanaan urusan t ugas pembant uan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diberikan oleh
Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I sesuai dengan
kebut uhan yang nyat a.
Pasal 23
Selambat -lambat nya empat t ahun sej ak berlakunya pemberian sesuat u
urusan sebagai t ugas pembant uan, pemberi t ugas mempert imbangkan
pengubahan st at us urusan it u menj adi urusan rumah t angga Daerah
apabila Daerah yang bersangkut an dilihat dari kemampuan, keadaan
dan kebut uhannya t elah memungkinkan unt uk it u.
Pasal 24
(1)
Syarat -syarat dan t at a cara pembinaan t ugas pembant uan diat ur
oleh Ment eri Dalam Negeri bersama Ment eri at au Pimpinan
Lembaga Pemerint ah non Depart emen yang memberikan t ugas.
(2)
Syarat -syarat penarikan t ugas pembant uan adalah sama dengan
syarat -syarat penarikan kembali urusan rumah t angga Daerah
sebagaimana diat ur dalam Pasal 9 Perat uran Pemerint ah ini.
(3)
Penarikan suat u t ugas pembant uan dapat dilakukan oleh
Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen
pemberi t ugas dengan perset uj uan Ment eri Dalam Negeri.
Pasal 25
(1)
Pert anggungj awaban Pemerint ah Dacrah Tingkat II t erhadap
pelaksanaan t ugas pembant uan yang dit erima dari Pemerint ah
disampaikan kepada Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
15
-
Non Depart emen yang memberikan t ugas dan Ment eri Dalam
Negeri.
(2)
Pert anggungj awaban Pemerint ah Daerah Tingkat II t erhadap
pelaksanaan urusan t ugas pembant uan yang dit erima dari
Pemerint ah Daerah Tingkat I disampaikan kepada Gubernur
Kepala Daerah Tingkat 1.
BAB V
KOORDINASI DAN PENGAWASAN
Pasal 26
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupat i/ Walikot amadya Kepala
Dacrah Tingkat II mengkoordinasikan dan mengawasi penyelenggaraan
urusan rumah t angga Dacrah dan t ugas pembant uan agar pelet akan
t it ik berat ot onomi pada Dacrah Tingkat II dapat t erlaksana
sebagaimana diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Pada saat berlakunya Perat uran Pemerint ah ini segala ket ent uan yang
bert ent angan dan at au t idak sesuai dengan Perat uran Pemerint ah ini
dinyat akan t idak berlaku lagi.
Pasal 28
Hal-hal lain yang belum diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini diat ur
lebih lanj ut olch Ment eri Dalam Negeri at au bersama-sama dengan
Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen sesuai
dengan bidang t ugasnya masing-masing.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
16
-
Pasal 29
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 19 Agust us 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 19 Agust us 1992
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
17
-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 45 TAHUN 1992
TENTANG
PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH
DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II
I. UMUM
Perat uran Pemerint ah ini merupakan pelaksanaan dari ket ent uan
Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang
Pokok-pokok Pemerint ah Di Daerah, yang menet apkan bahwa t it ik
berat Ot onomi Daerah dilet akkan pada Daerah Tingkat II.
Tit ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II mengandung art i
bahwa sebagian besar dari j umlah dan j enis urusan ot onomi berada
pada Daerah Tingkat II unt uk diat ur dan diurus sebagai urusan
rumah t angganya.
Kebij aksanaan unt uk melet akkan t it ik berat Ot onomi Daerah pada
Daerah Tingkat II didasarkan pada pert imbangan bahwa Daerah
Tingkat II merupakan Daerah Ot onom yang lebih langsung
berhubungan dengan masyarakat , sehingga dapat diharapkan lebih
mengert i dan memenuhi aspirasi-aspirasi masyarakat di daerahnya.
Adanya keselarasan dan keserasian ant ara kegiat an-kegiat an
pemerint ahan di Daerah t erut ama dalam penyelenggaraan urusan
Ot onomi Daerah dengan kebut uhan masyarakat , merupakan
landasan bagi penyelenggaraan pemerint ahan dan pembangunan
yang berorient asi pada peningkat an kesej aht eraan masyarakat .
Dihubungkan dengan isi dan j iwa Pasal 18 Undang-Undang Dasar
1945 besert a Penj elasannya, Garis-garis Besar Haluan Negara, dan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
18
-
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan Di Daerah, maka pengat uran dan pelaksanaan
kebij aksanaan unt uk melet akkan t it ik berat Ot onomi Daerah pada
Daerah Tingkat II, harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang
menj adi dasar penyelenggaraan pemerint ahan di daerah yait u:
a. Pelaksanaan pemberian ot onomi kepada Daerah harus menunj ang
aspirasi perj uangan rakyat , yakni memperkokoh negara kesat uan
dan mempert inggi kesej aht eraan rakyat Indonesia seluruhnya;
b. Pemberian ot onomi kepada Daerah harus merupakan ot onomi
yang nyat a dan bert anggungj awab;
c. Asas desent ralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan asas
dekonsent rasi, dengan memberikan kemungkinan pula bagi
pelaksanaan asas t ugas pembant uan;
d. Pemberian ot onomi kepada Daerah mengut amakan aspek
keserasian dengan t uj uan di samping aspek pendemokrasian;
e. Tuj uan pemberian ot onomi kepada Daerah adalah unt uk
meningkat kan pembinaan kest abilan polit ik dan kesat uan bangsa.
Sebagai pelaksanaan asas desent ralisasi, dibent uk dan disusun
Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II yang berhak, berwenang dan
berkewaj iban mengat ur dan mengurus rumah t angganya. Kepada
Daerah-daerah t ersebut , diserahkan berbagai urusan pemerint ahan
unt uk diat ur dan diurus sebagai urusan rumah t angganya sendiri,
baik sebagai urusan pangkal maupun sebagai urusan t ambahan.
Urusan pangkal diserahkan pada saat pembent ukan suat u Daerah
dan dit et apkan di dalam Undang-undang Pembent ukan Daerah yang
bersangkut an, sedangkan urusan t ambahan diserahkan kemudian
sesuai dengan peningkat an kemampuan, perkembangan keadaan
dan kebut uhan masing-masing Daerah. Penyerahan urusan-urusan
pemerint ahan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II,
dapat dilakukan secara langsung oleh Pemerint ah at au secara
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
19
-
bert ingkat oleh Pemerint ah Daerah Tingkat I. Sebagai konsekuensi
dari prinsip ot onomi yang nyat a dan bert anggungj awab, maka di
samping penambahan penyerahan urusan pemerint ahan menj adi
urusan rumah t angga Daerah, j uga dimungkinkan penarikan kembali
urusan yang t elah diserahkan kepada Daerah dengan syarat -syarat
dan krit eria t ert ent u. Dengan demikian, maka kebij aksanaan
pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II t idak
t erhambat .
Dalam penyelenggaraan pemerint ahan di Daerah, asas desent ralisasi
dan asas dekonsent rasi dilaksanakan secara bersama-sama, karena
kedua asas it u sama pent ingnya. Di samping it u unt uk
kesempurnaan
penyelenggaraan
pemerint ahan
di
Daerah,
dimungkinkan pula pelaksanaan asas t ugas pembant uan. Dalam
pelaksanaannya, diant ara ket iga asas t ersebut akan t erj alin suat u
hubungan yang sangat erat dan harus diarahkan ke dalam pola
hubungan yang saling menunj ang dan saling melengkapi secara
dinamis. Unt uk melaksanakan kebij aksanaan pelaksanaan t it ik berat
Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, ket erkait an diant ara ket iga
asas t ersebut harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan asas desent ralisasi akan lebih banyak diarahkan ke
Daerah Tingkat II, sehingga pelaksanaan asas dekonsent rasi lebih
dit ekankan
pada
wilayah
Propinsi.
Unt uk
wilayah
Kabupat en/ Kot amadya, pelaksanaan asas dekonsent rasi perlu
dibat asi;
b. Penyerahan urusan pemerint ahan dari Pemerint ah Daerah
Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II perlu diperlancar,
sehingga pada akhirnya urusan rumah t angga Daerah Tingkat I
akan lebih banyak menyangkut bidang pembinaan dan
kebij aksanaan pelaksanaan, sedangkan urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II akan menyangkut lebih banyak aspek
pelaksanaan;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
20
-
c. Penyerahan urusan pemerint ahan dari Pemerint ah sej auh
mungkin dilakukan secara serent ak, baik kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat I maupun kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II,
disert ai
dengan,
perincian
kegiat an
yang
j elas bagi
masing-masing Pemerint ah Daerah;
d. Penyerahan urusan pemerint ahan oleh Pemerint ah. Daerah
Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II t idak
semat a-mat a didasarkan kepada kesepakat an. Penyerahan dan
penerimaan it u harus lebih banyak didasarkan kepada hasil
penelit ian dan penilaian t erhadap t ingkat kemampuan, keadaan
dan kebut uhan Daerah Tingkat II;
e. Pemberian t ugas pembant uan, oleh Pemerint ah dan at au
Pemerint ah Daerah, Tingkat I kepada Pemerint ah Daerah Tingkat
II harus dij adikan suat u mekanisme yang mampu mendorong
perluasan Ot onomi Daerah bagi Daerah Tingkat II.
Karena adanya ket erkait an yang sangat erat ant ara asas
desent ralisasi dengan asas t ugas pembant uan dalam kerangka
kebij aksanaan pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah
Tingkat II, maka Perat uran Pemerint ah ini mengat ur pula beberapa
segi penerapan asas t ugas pembant uan.
Dengan pemberian t ugas pembant uan, Pemerint ah Daerah Tingkat II
akan memperoleh kesempat an yang luas guna mendapat kan
pengalaman yang berharga dalam menj alankan suat u t ugas
Pemerint ah dan at au Daerah Tingkat I unt uk menumbuhkan
kepercayaan yang lebih besar t erhadap Pemerint ah Daerah Tingkat
II. Dengan demikian perluasan Ot onomi Daerah bagi Daerah Tingkat
II
dapat
dilaksanakan
dengan
sebaik-baiknya.
Pert imbangan-pert imbangan unt uk memberikan t ugas pembant uan
kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II ant ara lain adalah:
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
21
-
a. Ket erbat asan kemampuan perangkat Pemerint ah
Pemerint ah Daerah Tingkat I di Daerah Tingkat II;
dan
at au
b. Sif at sesuat u urusan yang sulit dilaksanakan dengan baik t anpa
mengikut -sert akan Pemerint ah Daerah Tingkat II;
c. Urusan rumah t angga Daerah Tingkat I yang sebagian besar
kegiat annya t elah diserahkan menj adi urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II;
d. Perkembangan dan kebut uhan masyarakat , sesuat u urusan,
sehingga pemerint ah akan lebih berdayaguna dan berhasilguna
apabila dit ugaskan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II;
e. Masih t erbat asnya t ingkat kemampuan Daerah Tingkat II at au
adanya sif at -sif at yang melekat pada sesuat u urusan, sehingga
urusan pemerint ahan t ersebut belum wakt unya at au t idak t epat
diserahkan menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II.
Pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, harus
senant iasa dilandaskan kepada prinsip ot onomi yang nyat a dan
bert anggungj awab.
Unt uk
merealisasikan
prinsip
t ersebut ,
f akt or-f akt or kemampuan, keadaan dan kebut uhan
Daerah
harus diperhit ungkan dan dipert imbangkan sebelum penyerahan
urusan dilakukan.
Dengan menget ahui kemampuan Daerah Tingkat II, maka j umlah
urusan yang diserahkan dapat disaring dengan cermat . Sedangkan
j enis urusan yang diserahkan dit ent ukan dengan memperhat ikan
keadaan dan karakt erist ik suat u Daerah Tingkat II. Di samping it u
kebut uhan
Daerah
perlu
pula
dipert imbangkan
dengan
sungguh-sungguh, sehingga penilaian dari Pemerint ah akan sej alan
dengan kehendak yang t umbuh dari Pemerint ah Daerah Tingkat II,
sehingga menj amin keserasian hubungan ant ara Pemerint ah Daerah
dan ant ara Pemerint ah Daerah Tingkat I dengan Pemerint ah Daerah
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
22
-
Tingkat II.
Baik kemampuan, keadaan maupun kebut uhan Daerah harus diukur
dan dit ent ukan melalui upaya penelit ian dan penilaian secara
obyekt if , sehingga penyerahan urusan kepada Daerah Tingkat II
benar-benar disert ai dengan keyakinan bahwa urusan yang
diserahkan
it u
dapat
diselenggarakan
dengan
penuh
t anggung-j awab, yang berorient asi kepada dayaguna dan hasil guna.
Kebij aksanaan dan proses pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah
pada Daerah Tingkat II akan menimbulkan perubahan dalam
imbangan hak, wewenang dan kewaj iban ant ara Pemerint ah Daerah
Tingkat I dengan Pemerint ah Daerah Tingkat II;
Sepert i t elah dij elaskan sebelumnya, bahwa penyerahan urusan
pemerint ahan kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II didahului
dengan perhit ungan dan pert imbangan t erhadap kemampuan,
keadaan dan kebut uhan masing-masing Daerah Tingkat II. Di
samping it u, sif at yang melekat pada sesuat u urusan yang akan
diserahkan perlu pula diperhat ikan dengan seksama.
Dengan demikian, meskipun dit inj au dari segi kemampuan, keadaan
dan kebut uhan Daerah Tingkat II sesuat u urusan t elah layak
diserahkan, namun urusan it u lebih t epat j ika t et ap menj adi urusan
rumah t angga Daerah Tingkat I, karena adanya sej umlah sif at yang
melekat pada urusan t ersebut . Dengan adanya ket ent uan sepert i ini
kiranya menj adi j elas pula bahwa kebij aksanaan pelet akkan t it ik
berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II sama sekali t idak
dimaksudkan unt uk mengurangi
keberadaan dan peranan
Pemerint ah Daerah Tingkat I.
Daerah-daerah Tingkat II sangat bervariasi, dit inj au dari segi
kemampuan dan keadaannya. Perbedaan t ingkat kemampuan dan
keadaan t ersebut harus benar-benar diperhat ikan, sehingga
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
pembinaan t erhadap
diseragamkan.
23
-
masing-masing
Daerah
Tingkat
II
t idak
Unt uk meningkat kan dayaguna dan hasilguna pembinaan, maka
Daerah-daerah Tingkat II perlu dikelompokkan menurut t ingkat
kemampuannya. Pengelompokan ini t idak berkait an dengan st at us
at au j enj ang kedudukan dalam susunan Daerah-daerah ot onom,
akan t et api semat a-mat a unt uk menent ukan ket epat an bobot
pembinaan t erhadap Daerah-daerah Tingkat II.
Terhadap Daerah-daerah Tingkat II yang t ingkat kemampuannya
sama, bobot pembinaannya harus disamakan, sedangkan t erhadap
Daerah-daerah Tingkat II yang t ingkat kemampuannya berbeda,
bobot pembinaannyapun harus dibedakan j uga.
Melalui pola hubungan pembinaan sepert i it u, Daerah-daerah
Tingkat II berpeluang unt uk berprakarsa dalam penyelenggaraan
pemerint ahan
dan
pelaksanaan
pembangunan,
sehingga
perkembangan pemerint ahan dan laj u pembangunan diseluruh
Daerah dapat dit ingkat kan secara seimbang, t anpa meninggalkan
ciri-ciri khas yang dimiliki oleh set iap Daerah Tingkat II.
Pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II
merupakan kebij aksanaan yang sangat st rat egis dihubungkan
dengan f ungsi dan peranan Pemerint ah di t engah-t engah
masyarakat .
Fungsi ut ama Pemerint ah Daerah Tingkat II adalah memberikan
pelayanan kepada masyarakat . Karena f ungsi ini berlangsung dekat
dengan masyarakat yang dilayani, maka pelet akan t it ik berat
Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II, akan mendorong t imbulnya
prakarsa dan part isipasi akt if masyarakat dalam menyelenggarakan
pemerint ahan dan pelaksanaan pembangunan yang merupakan
prasyarat keberhasilan pelaksanaan pemerint ahan di semua
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
24
-
t ingkat an.
Sesuai dengan ruang lingkup dan aspek-aspek yang t erkait dengan
upaya pelet akan t it ik berat Ot onomi Daerah pada Daerah Tingkat II,
maka di dalam Perat uran Pemerint ah ini diat ur mengenai
penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah, pembinaan dan
pert anggungj awaban t ugas pembant uan di Daerah Tingkat II, sert a
pembinaan, koordinasi dan pengawasan at as penyelenggaraan
urusan rumah t angga Daerah Tingkat II.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Pasal ini dimaksudkan unt uk menyamakan pengert ian t ent ang
ist ilah-ist ilah pokok yang digunakan dalam Perat uran Pemerint ah
ini.
Pasal 2
Dalam pemberian ot onomi kepada Daerah, t it ik berat nya dilet akkan
pada Daerah Tingkat II dengan maksud agar sebagian besar Ot onomi
Daerah berada pada Daerah Tingkat II, baik menyangkut j umlah
maupun j enis-j enis kegiat an yang ada didalamnya. Hal ini
diwuj udkan
dengan
mengut amakan
penyerahan
urusan
pemerint ahan kepada Daerah Tingkat II yang dilaksanakan secara
bert ahap dan berkelanj ut an.
Pasal 3
Ayat (1)
Dalam rangka mencapai t uj uan pemberian ot onomi kepada
Daerah, maka baik penyerahan maupun penarikan kembali urusan
rumah t angga Daerah didasarkan kepada t ingkat kemampuan dan
keadaan Daerah. Pada prinsipnya penyerahan kepada Daerah
dilaksanakan dengan mempert imbangkan dua f akt or ut ama yait u
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
25
-
t ingkat
kemampuan
dan
keadaan
Daerah.
Mengingat
perkembangan penyelenggaraan pemerint ahan Daerah, maka
f akt or kebut uhan Daerah perlu dipert imbangkan pula. Unt uk
dapat mempert imbangkan ket iga f akt or it u secara obyekt if ,
diperlukan penelit ian yang seksama.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 4
Ayat (1)
Penyerahan urusan pemerint ahan menj adi urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II dapat dit empuh melalui cara:
a. Bert ingkat :
Pemerint ah menyerahkan sesuat u urusan kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat I dan Pemerint ah Daerah Tingkat I
menyerahkan lebih lanj ut urusan it u kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat II.
b. Langsung :
Pemerint ah menyerahkan sesuat u urusan pemerint ahan
kepada Pemerint ah Daerah Tingkat II, t anpa melalui
Pemerint ah Daerah Tingkat I.
Ayat (2)
Pemerint ah t idak dapat menyerahkan urusan-urusan unt uk
menj adi urusan rumah t angga Daerah yang menyangkut
bidang-bidang pert ahanan keamanan, peradilan, luar negeri,
monet er dan sebagian urusan pemerint ahan umum yang menj adi
wewenang, t ugas dan kewaj iban Kepala Wilayah. Selain daripada
it u, urusan-Urusan yang dapat diserahkan menj adi urusan rumah
t angga Daerah adalah:
a. Urusan-urusan yang sif at nya t elah membaku di suat u Daerah;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
26
-
b. Urusan-urusan yang menyangkut kepent ingan langsung dari
masyarakat , dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
Daerah;
c. Urusan-urusan
yang
dapat
menumbuhkan
part isipasi
masyarakat at au menurut sif at nya merupakan t anggungj awab
masyarakat ;
d. Urusan-urusan
yang
dalam
pelaksanaannya
mempergunakan sumber daya manusia;
banyak
e. Urusan-urusan memberikan penghasilan bagi Daerah, dan
pot ensial unt uk dikembangkan dalam rangka penggalian
sumber-sumber pendapat an asli yang baru bagi Daerah yang
bersangkut an;
f . Urusan-urusan yang di dalam penyelenggaraannya memerlukan
penanganan dan pengambilan keput usan segera.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Urusan rumah t angga Daerah yang t idak t ermasuk ke dalam
krit eria t ersebut , harus diserahkan menj adi urusan rumah t angga
Daerah Tingkat II, unt uk mencapai dayaguna dan hasilguna dalam
penyelenggaraannya.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 6
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
27
-
Ayat (1)
Pada dasarnya, sesuat u urusan yang diserahkan oleh Pemerint ah
kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I harus dilanj ut kan
seluruhnya at au sebagian dari urusan it u kepada Pemerint ah
Daerah Tingkat II. Unt uk urusan-urusan yang pada saat
berlakunya Perat uran Pemerint ah ini masih berada pada Daerah
Tingkat I, maka bat as wakt u selambat -lambat nya dua t ahun yang
dimaksud dalam ayat ini t erhit ung sej ak t anggal diundangkannya
Perat uran Pemerint ah ini.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 7
Ayat (1)
Pemerint ah at au Pemerint ah Daerah Tingkat I selain dapat
menambah j umlah, urusan bagi Daerah Tingkat II, j uga dapat
menambah j enis kegiat an dalam urusan yang t elah menj adi
urusan rumah t angga Daerah Tingkat II. Dalam rangka
penyerahan t ersebut , harus disert ai pula penyerahan perangkat ,
alat perlengkapan dan sumber pembiayaannya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
28
-
Pasal 9
Penarikan kembali sesuat u urusan yang t elah menj adi urusan rumah
t angga Daerah sej auh mungkin dihindari. Penarikan t ersebut hanya
dimungkinkan set elah melalui penelit ian dan penilaian berdasarkan
pert imbangan-pert imbangan yang cukup mendasar. Penilaian at as
sesuat u urusan yang akan dit arik dari Daerah Tingkat I ke Pusat
dilakukan oleh Dewan Pert imbangan Ot onomi Daerah; dan penilaian
at as sesuat u urusan yang akan dit arik dari Daerah Tingkat II ke
Daerah Tingkat I dilakukan oleh Ment eri Dalam Negeri.
Adapun yang dimaksud dengan kebij aksanaan nasional adalah
kebij aksanaan yang t ert uang dalam GBHN, Undang-undang,
Perat uran Pemerint ah dan Keput usan Presiden.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 11
Ayat (1)
Pelaksana t eknis urusan rumah t angga Daerah adalah Dinas
Daerah yang susunan organisasi, t at a kerj a, dan f ormasi
kepegawaiannya harus disesuaikan dengan beban kerj a, keadaan
personil, pembiayaan dan geograf is Daerah yang bersangkut an.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 12
Ayat (1)
Unt uk Dinas Daerah Tingkat II yang menangani banyak j enis
kegiat an yang berbeda dan yang masing-masing j enis kegiat annya
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
29
-
dipandang pot ensial unt uk dikembangkan, dapat dimekarkan
demi meningkat kan mut u pelayanan dan pembangunan Daerah.
Pemekaran ini disesuaikan pula dengan perkembangan kemaj uan
suat u Daerah.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 13
Ayat (1)
Prinsip ini j uga berlaku bagi penyerahan urusan dari Pemerint ah
kepada Pemerint ah Daerah Tingkat I.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 14
Penggalian dan peningkat an sumber-sumber pendapat an asli
Daerah, dapat dit empuh melalui int ensif ikasi dan ekst ensif ikasi
sesuai dengan pot ensi ef ekt if yang t erdapat di wilayah masingmasing Daerah Tingkat II.
Upaya
t ersebut
dilaksanakan
sesuai
dengan
perat uran
perundang-undangan yang berlaku, dan t idak bert ent angan dengan
kepent ingan nasional dan kepent ingan umum, dalam rangka
meningkat kan
pendapat an
asli
Daerah
guna
membiayai
penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah, dan sej auh mungkin
t idak digunakan unt uk membiayai penyelenggaraan urusan yang
belum diserahkan.
Unt uk mempercepat t ercapainya Daerah Tingkat II yang mandiri
dalam art i mampu mengat ur dan mengurus rumah t angganya, maka
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Daerah Tingkat I harus senant iasa
mengusahakan penambahan sumber pendapat an asli bagi daerah
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
30
-
Tingkat II. Dalam hubungan ini, sumber pendapat an yang diserahkan
kepada Daerah Tingkat II harus memperhit ungkan pot ensi ef ekt if
yang t erkandung di dalamnya.
Di samping it u, dalam rangka penyerahan urusan pemerint ahan
menj adi urusan rumah t angga Daerah Tingkat II, baik dari
Pemerint ah maupun dari Pemerint ah Daerah Tingkat I, harus
mengut amakan penyerahan urusan-urusan yang memberikan
penghasilan bagi daerah, dan pot ensial unt uk dikembangkan.
Pasal 15
Yang dimaksud kebij aksanaan nasional adalah sama dengan yang
dimaksud penj elasan pada Pasal 9.
Sumber pendapat an yang dimaksud dalam pasal ini adalah sumber
pendapat an yang resmi dan sah.
Pasal 16
Kompensasi diberikan oleh Pemerint ah kepada Pemerint ah Daerah
yang bersangkut an, sekurang-kurangnya sama besar dengan
pendapat an yang dibat alkan at au, dicabut selama 2 (dua) t ahun
bert urut -t urut . Unt uk t ahun-t ahun berikut nya kompensasi diberikan
berdasarkan pert imbangan keadaan keuangan Daerah yang
bersangkut an.
Pasal 17
Ayat (1)
Dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah t angga Daerah,
Pemerint ah Daerah Tingkat II diberi kewenangan unt uk
mengangkat , memberhent ikan, memberhent ikan sement ara
Pegawai Negeri Sipil Daerah Tingkat II. Pembayaran gaj i, pensiun
dan uang t unggu Pegawai Pemerint ah Daerah Tingkat II t ersebut
bersumber
dari
pendapat an
Daerah
sesuai
ket ent uan
perundang-undangan yang berlaku.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
31
-
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 18
Ayat (1)
Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah
Tingkat I yang melaksanakan urusan yang diserahkan kepada
Pemerint ah Daerah Tingkat II, dapat dialihkan st at usnya menj adi
Pegawai Daerah Tingkat II, yang pelaksanaannya diat ur bersama
oleh Ment eri Dalam Negeri, Ment eri/ Pimpinan Lembaga Non
Depart emen yang membidangi urusan t ersebut dan Kepala Badan
Administ rasi Kepegawaian Negara.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 19
Kebij aksanaan pembinaan t erhadap pegawai negeri pada dasarnya
merupakan wewenang Presiden dan yang penyelenggaraannya
dilakukan oleh Badan Administ rasi Kepegawaian Negara, Lembaga
Administ rasi Negara dan Badan-badan lain yang dit ugaskan
membant u Presiden di bidang ini.
Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Daerah Tingkat II dit uj ukan
dalam rangka peningkat an kemampuan dan karier pegawai.
Pendayagunaan pegawai-pegawai yang t elah mengikut i pendidikan
dan lat ihan dalam berbagai j enj ang harus lebih dit ingkat kan, dalam
art i dit empat kan pada bidang t ugas yang sesuai dengan pendidikan
dan lat ihan yang diperolehnya.
Pasal 20
Ayat (1)
Pembinaan umum yang dilakukan oleh Ment eri Dalam Negeri
adalah pembinaan yang bersif at menyeluruh agar pelaksanaan
urusan rumah t angga Daerah benar-benar sesuai dengan aspek
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
32
-
t uj uan penyerahannya, sepert i peningkat an dayaguna dan
hasilguna, keut uhan Negara Kesat uan, st abilit as polit ik sert a
peningkat an pelayanan dan pembangunan Daerah.
Pembinaan t eknis adalah pembinaan yang dit uj ukan agar
penyelenggaraan suat u urusan rumah t angga Daerah benar-benar
mengarah kepada peningkat an mut u pelayanan dan kelancaran
pembangunan di Daerah secara berkeahlian dan prof esional.
Ayat (2)
Dalam aspek operasionalnya, urusan rumah t angga Daerah dibina
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagai penanggungj awab
penyelenggaraan urusan pemerint ahan umum di Daerah,
t ermasuk di dalamnya dalam bent uk pembinaan bimbingan dan
pengawasan dalam pelaksanaan sesuai dengan kebij aksanaan
Pemerint ah.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 21
Ayat (1)
Pembinaan-t erhadap Daerah-daerah Tingkat II t idak dilakukan
secara seragam, karena t ingkat kemampuan Daerah-daerah
Tingkat II berbeda-beda. Unt uk melakukan pembinaan yang
sesuai dengan kemampuannya, maka Daerah-daerah Tingkat II
t erlebih dahulu dikelompokkan, sehingga Daerah-daerah Tingkat
II yang sama t ingkat kemampuannya akan dimasukkan ke dalam
sat u kelompok.
Ayat (2)
Pengelompokan Daerah-daerah Tingkat II berdasarkan t ingkat
kemampuan dan keadaannya menggunakan krit eria t ert ent u.
Krit eria dimaksud meliput i kemampuan keuangan, personil,
organisasi dan administ rasi, part isipasi masyarakat , demograf i,
perkembangan ekonomi, sosial budaya, geograf i, kondisi polit ik,
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
33
-
sert a pert ahanan dan keamanan, akan diat ur oleh Ment eri Dalam
Negeri. Dengan adanya pengelompokan Daerah-daerah Tingkat II,
maka Ment eri Dalam Negeri bersama Ment eri/ Pimpinan Lembaga
Pemerint ah Non Depart emen dan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I melakukan pembinaan lebih lanj ut t erhadap
Daerah-daerah Tingkat II yang bersangkut an.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Apabila Ment eri at au Pimpinan Lembaga Pemerint ah non
Depart emen akan menugaskan Pemerint ah Daerah Tingkat I dan
at au Daerah Tingkat II unt uk melaksanakan urusan t ugas
pembant uan t erlebih dahulu memint a pert imbangan dari Ment eri
Dalam, Negeri. Dalam hubungan ini, pert imbangan dari Ment eri
Dalam Negeri diberikan dengan memperhat ikan kemampuan,
keadaan dan pendapat
dari Pemerint ah Daerah yang
bersangkut an. Dalam Keput usan Ment eri at au Pimpinan Lembaga
Pemerint ah Non Depart emen yang bersangkut an ant ara lain harus
memuat t ent ang pet unj uk pelaksanaan, pelaporan, pembiayaan
dan t at a cara pembinaan sert a pert anggungj awabannya.
Ayat (3)
Pendapat dari Pemerint ah Daerah Tingkat II, ant ara lain
menyangkut kesanggupan unt uk melaksanakan urusan-urusan
t ugas pembant uan dimaksud.
Perat uran Daerah Tingkat I yang mengat ur penugasan ini,
memuat pet unj uk pelaksanaan, t at a cara pelaporan, pembiayaan
dan pert anggungj awaban yang berlaku set elah mendapat
pengesahan Ment eri Dalam Negeri.
Ayat (4)
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
34
-
Jumlah biaya yang harus diserahkan unt uk pelaksanaan suat u
urusan t ugas pembant uan, sekurang-kurangnya sama besarnya
dengan biaya yang disediakan dalam Anggaran Pendapat an
Belanj a Negara/ Anggaran Pendapat an Belanj a Daerah Tingkat I
unt uk pelaksanaan urusan it u dalam t ahun anggaran pada saat
penugasan diberikan.
Pasal 23
Semua urusan t ugas pembant uan dari Pemerint ah at au Pemerint ah
Daerah Tingkat I yang menurut sif at nya layak menj adi urusan
rumaht angga Daerah, pada suat u saat , harus dinilai oleh pemberi
t ugas unt uk dipert imbangkan menj adi urusan rumah t angga Daerah
Tingkat II. Pert imbangan t ersebut didasarkan pada kemampuan,
keadaan, kebut uhan dan dayaguna sert a hasilguna penyelenggaraan
pemerint ahan di Daerah.
Hal it u perlu dilakukan dalam rangka mewuj udkan pelet akan t it ik
berat ot onomi pada Daerah Tingkat II. Sesudah empat t ahun t ugas
pembant uan diberikan kepada Daerah Tingkat II, pemberi t ugas
sudah harus dapat memut uskan apakah sesuat u t ugas pembant uan
t et ap sebagai t ugas pembant uan, at au dapat diserahkan menj adi
urusan rumah t angga Daerah Tingkat II. Keput usan t ersebut
dilakukan sesudah pemberi t ugas melakukan usaha pembinaan
t eknis unt uk meningkat kan kemampuan Daerah Tingkat II dalam
pelaksanaan t ugas pembant uan.
Pasal 24
Ayat (1)
Ment eri Dalam Negeri bersama Ment eri at au Pimpinan Lembaga
Pemerint ah
non
Depart emen
yang
memberikan
t ugas
menet apkan t at acara pembinaan umum bagi pelaksanaan t ugas
pembant uan dan pembinaan t eknis diberikan oleh Ment eri at au
Pimpinan
Lembaga
Pemerint ah
non
Depart emen
yang
bersangkut an sert a Pemerint ah Daerah Tingkat I menurut bidang
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
35
-
t ugas pembant uan yang t elah diberikannya.
Ayat (2)
Meskipun penarikan kembali t ugas pembant uan dimungkinkan,
namun sej auh mungkin dihindari. Penarikan it u dapat
menimbulkan t anggapan yang berbeda-beda dalam masyarakat di
daerah. Oleh karena it u syarat -syarat yang diperlukan bagi
penarikan urusan rumah t angga Daerah diberlakukan j uga bagi
penarikan t ugas pembant uan.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 26
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupat i/ Walikot amadya
Kepala Daerah Tingkat II selaku Kepala Wilayah adalah
penanggungj awab penyelenggaraan Pemerint ahan Daerah, yang
berkewaj iban melakukan koordinasi dan pengawasan guna
kelancaran pelaksanaan urusan rumah t angga Daerah sert a t ugas
pembant uan.
Pasal 27
Cukup j elas
Pasal 28
Cukup j elas
Pasal 29
Cukup j elas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
36
-