Modul.Praktikum.Kimia.Dasar

MODUL PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
oleh:
TIM PENGAMPU MATA KULIAH KIMIA DASAR

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA POLIMER
POLITEKNIK STMI JAKARTA
2017

TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Mahasiswa yang boleh mengikuti praktikum Kimia Dasar adalah mahasiswa yang telah
mengambil atau sedang menempuh mata kuliah Kimia Dasar serta telah mengisi KRS
untuk mata kuliah Praktikum Kimia Dasar.
2. Setiap peserta harus hadir tepat waktu pada waktu yang telah ditentukan. Apabila
peserta terlambat 15 menit dari waktu yang ditentukan, maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
3. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum yang bersih dan
dikancingkan dengan rapi dan memakai sepatu tertutup.
4. Setiap peserta wajib buku catatan/jurnal praktikum sesuai dengan format yang sudah
ditentukan oleh dosen/pemimpin praktikum.
5. Setiap peserta harus memeriksa alat praktikum sebelum dan sesudah praktikum

kemudian mengembalikan alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih dan kering.
Botol bahan kimia yang telah selesai digunakan harus ditutup rapat dan dikembalikan
ke tempat semula. Tutup botol harus sesuai. Peserta/kelompok praktikum yang
memecahkan alat gelas wajib mengganti.
6. Peserta praktikum dilarang makan dan minum di dalam laboratorium/ruang praktikum.
7. Setiap peserta harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang
dan teratur. Selama praktikum, peserta harus bersikap sopan.
8. Setiap peserta harus mematuhi budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan
memakai APD (Alat Pelindung Diri) yang diperlukan dan membuang limbah
praktikum sesuai dengan kategorinya.
9. Apabila peserta praktikum melanggar hal yang telah diatur di atas, maka peserta akan
dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan melanjutkan praktikum pada
hari itu.
10. Hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum akan
diatur kemudian.
Jakarta, Juli 2017
Tim Dosen Pengampu
Mata Kuliah Kimia Dasar

1


DAFTAR ISI
Tata Tertib Praktikum.......................................................................................

1

Daftar Isi ..........................................................................................................

2

Pengenalan Laboratorium Kimia Dasar ...........................................................

3

Percobaan 1 : Larutan Asam – Basa.................................................................

5

Percobaan 2 : Titrasi Asidi – Alkalimetri ........................................................


10

Percobaan 3 : Titrasi Lemak ............................................................................

16

Percobaan 4 : Termokimia................................................................................

20

Percobaan 5 : Kinetika Kimia...........................................................................

24

2

PENGENALAN LABORATORIUM KIMIA DASAR
A. Aturan Umum
Praktikum Kimia Dasar dimulai tepat pukul 08.00 (sesi pagi) atau pukul 13.00 (sesi
siang) di laboratorium Kimia Dasar Gedung B Politeknik STMI Jakarta.

- Praktikan dipersilakan masuk laboratorium dengan tertib, tidak memakai sandal,
memakai sepatu tertutup, tidak memakai kaos oblong, dan memakai jas
laboratorium.
- Praktikan menandatangani daftar hadir yang telah disediakan.
- Setiap praktikan mempunyai buku catatan praktikum (jurnal) sendiri. Buku catatan
disimpan di atas meja kerja tetapi aman, tidak tersiram zat.
- Setiap percobaan terdiri dari: judul percobaan, tujuan, teori dasar (1/2 halaman),
alat dan bahan, cara kerja, data pengamatan dan perhitungan, serta diskusi.
B. Aturan Kebersihan dan Keselamatan
- Jangan bekerja sendirian di laboratorium, minimal berdua. Praktikum Kimia Dasar
harus disertai asisten sesuai dengan jadwal.
- Di dalam ruangan laboratorium tidak diperbolehkan merokok, makan dan minum.
- Meja kerja dipelihara kebersihannya. Sampah dibuang pada tempatnya.
- Jika membuang zat cair pekat, dituangkan ke bak cuci sambil diguyur air yang
banyak.
- Zat padat dibuang ke wadah yang tersedia, tidak ke bak cuci.
- Jika bekerja dengan gas-gas atau zat berasap, bekerjalah di dalam ruang asam.
Jangan sekali-kali meninggalkan percobaan yang sedang berjalan, tunggu sampai
prosesnya berhenti.
- Saat terjadi kecelakaan atau kebakaran, yang pertama dan utama harus dilakukan

adalah TIDAK PANIK.
- Apabila kulit terkena zat kimia, cepat dicuci dengan air mengalir. Jika yang kena
adalah mata atau muka, semprot langsung dengan air kran di atas bak cuci. Jangan
digosok dengan tangan, apalagi sebelum cuci tangan. Hubungi asisten untuk minta
pengobatan darurat.
- Apabila anggota badan yang terkena, gunakan air kran yang besar. Segera lepas
baju laboratorium atau penutup lain di bagian yang kena zat. Segera lapor ke
petugas untuk mendapat pengobatan selanjutnya.
- Bila terjadi kebakaran di atas meja kerja, misalnya larutan dalam gelas kimia,
menjauhlah dari meja, segera laporkan ke petugas/asisten. Bila tidak ada yang
menolong, tutup gelas yang terbakar dengan lap basah, biarkan mati sendiri atau
disemprot dengan alat pemadam kebakaran yang ada.
C. Peralatan Dasar Laboratorium
- Gelas kimia (beaker glass), digunakan untuk menampung cairan atau larutan atau
memperkirakan volume, bukan untuk mengukur volume larutan dengan tepat.
- Labu erlenmeyer (erlenmeyer flask), digunakan untuk mengaduk cairan melalui
pengocokan, juga bisa untuk melakukan titrasi. Untuk titrasi ini ada labu yang
disebut labu titrasi, yang bentuknya mirip erlenmeyer hanya lehernya lebih lebar.
- Gelas ukur (graduated cylinder), digunakan untuk mengukur volume cairan.
- Pipet (pipette), digunakan untuk mengukur volume cairan yang kita ambil atau

perlukan. Ada beberapa macam, pertama pipet seukuran (volumetric pipette) yang
hanya bisa mengambil sejumlah volume (dengan tepat) cairan, pipet berukuran

3

-

(graduated measuring) yang bisa mengatur jumlah volume (dengan teliti), dan pipet
tetes (medicine dropper) yang bisa mengambil sejumlah kecil cairan.
Buret, sama seperti pipet berukuran. Karena buret mempunyai kran untuk mengatur
keluarnya cairan, kita tidak perlu membaca setiap waktu. Alat ini digunakan untuk
melakukan titrasi.
Tabung reaksi (test tube), digunakan untuk melakukan reaksi kimia dalam jumlah
sedikit.
Kaca arloji (watch glass), digunakan untuk reaksi atau penguapan sederhana atau
untuk melakukan penimbangan.
Corong (funnel), terbuat dari kaca atau porselen, digunakan untuk menyaring secara
gravitasi, ada corong tangkai panjang dan pendek.
Corong buchner, digunakan untuk penyaringan cepat dengan cara penyedotan
melalui penghisap vakum.

Corong pisah (separating funnel), digunakan untuk memisahkan dua lapisan cairan
atau lebih dengan prinsip ekstraksi.
Cawan penguapan (evaporating dish), digunakan untuk menguapkan larutan.
Cawan krus (crucible), digunakan untuk menguapkan dilanjutkan dengan pemijaran
zat padatnya.
Spatula, terbuat dari baja atau gelas, digunakan untuk mengambil zat padat.
Batang pengaduk, terbuat dari kaca, digunakan untuk mengaduk larutan.
Hotplate, menggunakan listrik, digunakan untuk memanaskan larutan.
Bola hisap (rubber bulb), digunakan untuk menghisap larutan ke dalam pipet.

4

PERCOBAAN I
LARUTAN ASAM – BASA
I.

TUJUAN
1. Mempelajari sifat indikator asam – basa
2. Menentukan trayek pH dari indikator asam – basa
3. Mempelajari proses difusi gas dengan percobaan asam – basa


II.

TEORI DASAR
A. Larutan Asam dan Basa
Konsep asam basa dapat dipelajari melalui teori asam basa yang disampaikan oleh
ahli kimia. Arrhenius (1859-1927) dari Swedia menyatakan bahwa asam adalah
senyawa yang mengandung hidrogen dan menghasilkan ion H3O+ bila dilarutkan
dalam air. Sedangkan basa adalah suatu senyawa yang menghasilkan ion OH– jika
dilarutkan dalam air. Beberapa ahli mengatakan bahwa teori ini mempunyai
kelemahan karena keterbatasan pelarutnya air. Teori kedua disampaikan oleh
Bronsted dan Lowry pada tahun 1923 yang mendefinisikan asam dan basa
berdasarkan pada reaksi protonisasi. Asam merupakan suatu senyawa yang dapat
menghasilkan ion hidrogen (donor proton). Basa merupakan senyawa yang dapat
menerima ion hidrogen (akseptor proton). Teori ketiga disampaikan oleh Lewis yang
mendefinisikan asam dan basa berdasarkan reaksi transfer elektron. Asam merupakan
senyawa yang berfungsi sebagai akseptor elektron sedangkan basa merupakan
senyawa yang berfungsi sebagai donor elektron. Dari ketiga teori tersebut, dalam
pelarut air (aqueous) teori dari Bronsted-Lowry adalah yang paling banyak dipakai.
Suatu larutan dapat digolongkan menjadi asam, basa, atau netral. Untuk

mengidentifikasi suatu larutan bersifat asam, basa, atau netral dapat digunakan
indikator asam basa. Indikator asam basa adalah suatu zat kimia yang memiliki
warna yang berbeda jika dimasukkan dalam larutan asam dan basa. Batas-batas
ketika indikator mengalami perubahan warna disebut trayek perubahan warna, trayek
pH, atau trayek indikator. Contoh indikator asam basa adalah kertas lakmus. Kertas
lakmus ada dua macam yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Kertas
lakmus merah akan berubah menjadi biru pada suasana basa, demikian pula
sebaliknya.
Berdasarkan kekuatan ionisasinya, dikenal istilah asam-basa kuat dan lemah. Asam
kuat di dalam air akan terurai secara sempurna menjadi ion-ionnya. Tidak demikian
halnya dengan asam lemah, hanya sebagian kecil molekulnya yang terionisasi. Basa
kuat adalah basa yang dalam pelarut air menghasilkan ion hidroksida secara
sempurna, demikian sebaliknya untuk basa lemah. Jadi kekuatan asam basa
ditentukan oleh sejauh mana ionisasinya dalam air, secara total atau sebagian. Derajat
kekuatan asam atau keasaman dapat ditentukan dengan indikator universal maupun
dengan alat pH-meter. Derajat keasaman menggambarkan hubungan antara jumlah
ion hidrogen (H+) dan diekspresikan dalam rumus:
pH = - log [H+]
Pada suhu kamar larutan asam memiliki pH kurang dari 7 (tujuh), larutan basa pHnya lebih dari 7 (tujuh), sedangkan larutan netral mempunyai pH tepat sama dengan
7 (tujuh).


5

B. Difusi Gas
Difusi gas adalah peristiwa berpindahnya suatu zat gas dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi
yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi
hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan
kesetimbangan saat perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan
konsentrasi. Contoh adalah pewangi ruangan yang berdifusi dalam udara dari satu
tempat ke seluruh bagian ruangan. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer)
molekul yang diam dari solid atau fluida. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan difusi, yaitu:
1. ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,
sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.
2. luas area difusi
Semakin besar luas area difusi, semakin cepat kecepatan difusinya.
3. jarak

Semakin besar jarak antara dua konsentrasi yang berbeda, semakin lambat
kecepatan difusinya.
4. suhu
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak lebih cepat
maka semakin cepat pula kecepatan difusinya.
5. ketebalan membran
Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
Hukum difusi (efusi) Graham menyatakan bahwa gas dengan kerapatan tinggi akan
berdifusi lebih lambat daripada gas berkerapatan rendah. Dalam persamaan: “laju
difusi gas berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari massa molekulnya“.
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. gelas kimia 50 ml
2. batang pengaduk
3. pelat keramik
4. botol semprot
5. pipet tetes
6. pelat mikro dan pipet plastik
B. Bahan
1. mahkota bunga
2. aqua dm atau akuades
3. etanol
4. larutan standar pH 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13
5. indikator fenolftalein (pp), metil merah (mm), atau metil jingga (mo)
6. indikator universal
7. amonia, NH3 0,1 M
8. NaOH 0,1 M
9. asam cuka, CH3COOH 0,1 M
10. asam klorida, HCl 0,1 M
11. plastik bening
6

IV.

PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan indikator asam-basa
1. Dengan tangan atau alat potong, potong kecil-kecil mahkota bunga dari spesies
yang sama, masukkan ke dalam gelas kimia 50 ml.
2. Tambahkan etanol sebanyak kurang lebih 10 ml kemudian aduk dengan batang
pengaduk hingga mahkota bunga menjadi layu pertanda zat warna telah
terekstrak.
3. Cucilah pelat keramik dengan air hingga bersih.
4. Ke dalam lubang-lubang pelat keramik yang berbeda masukkan masing-masing 23 tetes larutan standar pH 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13 secara berurutan.
5. Tambahkan 2-3 tetes ekstrak mahkota bunga ke dalam tiap-tiap lubang yang telah
diberi larutan standar.
6. Catat perubahan warna pada tiap lubang.
B. Penentuan trayek pH indikator sintetis
1. Cucilah pelat keramik dengan air hingga bersih.
2. Ke dalam lubang-lubang pelat keramik yang berbeda masukkan masing-masing 23 tetes larutan standar pH 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13 secara berurutan.
3. Tambahkan 1 tetes indikator pp, mm, atau mo (pilih salah satu) ke dalam tiap-tiap
lubang yang telah diberi larutan standar.
4. Catat perubahan warna pada tiap lubang.
C. Difusi gas
1. Tuangkan akuades atau aqua dm ke dalam gelas kimia 50 ml.

2. Ke dalam lubang A2 hingga A11 pada pelat mikro, teteskan masing-masing 7 – 8
tetes akuades atau aqua dm. Lakukan hal yang sama untuk lubang C2 hingga C11.
Jaga agar tidak ada cairan yang bersinggungan dari satu lubang ke lubang lainnya.
3. Ke dalam lubang A2 hingga A11, teteskan masing-masing 1 (satu) tetes indikator
universal.
4. Ke dalam lubang C2 hingga C11, teteskan masing-masing 1 (satu) tetes indikator
fenolftalein atau metil merah.
5. Teteskan masing-masing 10 (sepuluh) tetes larutan asam cuka, CH3COOH 0,1 M
lubang A1.
6. Teteskan masing-masing 10 (sepuluh) tetes larutan asam klorida, HCl 0,1 M ke
dalam lubang C1.
7. Teteskan masing-masing 10 (sepuluh) tetes larutan amonia, NH3 (atau NH4OH)
0,1 M ke dalam lubang A12.
7

8. Teteskan masing-masing 10 (sepuluh) tetes larutan NaOH 0,1 M ke dalam lubang
C12.
9. Dengan plastik bening, bungkus pelat mikro perlahan-lahan. Jaga agar tidak ada
cairan yang tertumpah.
10. Amati setelah terjadi perubahan warna cairan pada tiap lubang, kira-kira setelah
10 menit. Catat perubahan warna pada bagian pengamatan.
V.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Pembuatan indikator asam-basa
 warna mahkota bunga :
 warna ekstrak bunga
:
 warna larutan standar setelah ditambahkan ekstrak bunga 1 (indikator alami):
pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

 warna larutan standar setelah ditambahkan ekstrak bunga 2 (indikator alami):
pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

B. Penentuan trayek pH indikator sintetis
 warna larutan standar setelah ditambahkan indikator sintetis pp/mm/mo (pilih
salah satu):
pH :
pH :
pH :
pH :
pH :
warna :
warna :
warna :
warna :
warna :
pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

pH :
warna :

C. Difusi gas
 warna larutan dan indikator setelah terjadi difusi gas:
1
2
3
4
5
6
7
8
A
B
C
VI.

pH :
warna :

9

10

11

12

DISKUSI
1. Apa ciri khas dari indikator asam – basa?
2. Apa yang dimaksud dengan trayek pH indikator asam – basa?
3. Bagaimana menentukan trayek pH indikator asam – basa?
4. Berdasarkan percobaan yang telah Anda lakukan, berapa trayek pH dari indikator
alami?
5. Berdasarkan percobaan yang telah Anda lakukan, berapa trayek pH dari indikator
sintetik?
6. Apa perbedaan antara difusi dan efusi?
8

7. Bagaimana menentukan terjadinya difusi gas dari percobaan yang telah Anda
lakukan?
8. Di antara kedua asam, manakah yang lebih cepat berdifusi? Mengapa?
9. Di antara kedua basa, manakah yang lebih cepat berdifusi? Mengapa?
VII. PERSIAPAN PERCOBAAN
Sebelum memulai percobaan wajib membawa:
1. Dua jenis mahkota bunga yang berbeda
2. Sebuah plastik bening pembungkus gula
3. Jurnal praktikum
4. Jas laboratorium

(tugas kelompok)
(tugas kelompok)
(tugas individu)
(tugas individu)

5.

9

PERCOBAAN 2
TITRASI ASIDI – ALKALIMETRI
I.

TUJUAN
1. Membuat larutan standar NaOH
2. Menentukan konsentrasi larutan NaOH
3. Menentukan konsentrasi larutan asam klorida
4. Menentukan konsentrasi larutan asam asetat

II.

TEORI DASAR
A. Analisis Volumetri
Analisis volumetri adalah suatu analisis kimia kuantitatif untuk menentukan
banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya volume
larutan standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan
ditentukan. Penentuan konsentrasi zat atau larutan dilakukan dengan cara
mereaksikannya secara kuantitatif dengan suatu larutan lain pada konsentrasi
tertentu.
Analisis volumetri dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Titrasi netralisasi (asam-basa), yaitu suatu proses titrasi antara senyawa asam
dan basa yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan valensi, pembentukan
endapan, maupun pembentukan senyawa kompleks dari zat-zat yang saling
bereaksi. Titrasi netralisasi terdiri dari:
a. Titrasi asidimetri, yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas atau larutan garam
bersifat basa dengan larutan standar asam.
b. Titrasi alkalimetri, yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas atau larutan
garam bersifat asam dengan larutan standar basa.
Pada titrasi asam-basa, pH titik akhir titrasi ditentukan dengan banyaknya
konsentrasi ion H+ yang berlebihan dalam larutan yang besarnya tergantung pada
sifat asam, basa, dan konsentrasi larutan. Oleh karena itu, pada penambahan titran
lebih lanjut pada titik akhir titrasi akan menyebabkan perubahan pH yang cukup
besar dan indikator yang digunakan harus berubah warna sehingga perubahan
indikator asam-basa tergantung pada pH titik ekivalen.
2. Titrasi pengendapan dan/atau pembentukan kompleks, yaitu suatu proses titrasi
yang dapat mengakibatkan terbentuknya suatu endapan dan/atau suatu senyawa
kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi.
3. Titrasi reduksi-oksidasi atau redoks, yaitu suatu proses titrasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya perpindahan elektron antara zat-zat yang saling bereaksi
atau perubahan bilangan oksidasi. Dalam hal ini zat oksidator atau reduktor
berperan sebagai larutan standar.
B. Larutan Standar/Baku
Larutan standar adalah larutan yang mengandung suatu zat dengan berat ekivalen
tertentu dalam volume tertentu; dengan kata lain konsentrasinya telah diketahui
dengan tepat. Konsentrasi larutan standar dapat dinyatakan dalam molar (M) atau
normal (N). Larutan dengan konsentrasi satu normal (1 N) adalah larutan yang
mengandung 1 grek (gram ekivalen) suatu zat tertentu dalam volume 1 liter.

10

Larutan standar primer merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
pasti melalui pembuatan langsung. Larutan standar primer berfungsi untuk
menstandardisasi atau membakukan atau memastikan konsentrasi larutan tertentu,
yaitu larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara pasti (larutan standar
sekunder). Larutan standar sekunder biasanya ditempatkan pada buret yang
kemudian ditambahkan ke dalam larutan standar primer. Proses penambahan larutan
standar ke dalam larutan yang akan ditentukan sampai terjadi reaksi sempurna
disebut titrasi. Saat reaksi terjadi secara sempurna atau jumlah ekivalen asam sama
dengan ekivalen basa, disebut titik ekivalen. Sedangkan saat indikator mengalami
perubahan warna atau timbul endapan disebut titik akhir titrasi. Untuk itu pada
proses titrasi perlu ditambahkan indikator ke dalam larutan standar primer untuk
mengetahui perubahan warna sebagai indikasi bahwa titik ekivalen titrasi telah
tercapai.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang terbuat dari zat padat yang
kemurniannya tinggi, contoh: Na2CO3, Na2C2O4.2H2O, K2Cr2O7, dan Na2B4O7.10
H2O. Zat yang dijadikan larutan standar primer harus memenuhi syarat berikut:
1. kemurniannya tinggi,
2. padatannya bersifat stabil (tidak mudah menyerap H2O atau CO2, tidak bereaksi
dengan udara, tidak mudah menguap, tidak terurai, dan massanya tidak berubah
saat pengeringan)
3. memiliki massa molekul relatif, Mr yang tinggi, dan
4. larutannya bersifat stabil.
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang terbuat dari zat padat yang
kemurniannya rendah. Konsentrasi larutan sekunder ditentukan dengan membakukan
larutan tersebut dengan larutan standar primer. Contoh larutan standar sekunder:
NaOH, Ba(OH)2, KMnO4, Na2S2O3, dsb.
C. Pembuatan Larutan
1. pembuatan larutan dari padatan/kristal (misalnya NaOH): padatan ditimbang
kemudian dilarutkan dengan akuades atau aqua dm hingga volume tertentu
menggunakan persamaan di bawah.
m 1000
M

Mr
V
keterangan:
M
= konsentrasi larutan, Molar
m
= massa padatan, gram
Mr = massa molekul relatif, gram/mol
V
= volume larutan, ml
2. pembuatan larutan dari larutan pekat (misalnya H2SO4): larutan pekat diketahui
konsentrasinya dalam satuan persen berat, konsentrasi dalam molar dihitung
dengan persamaan di bawah.
�%�10
M
Mr
keterangan:
M
= konsentrasi larutan, Molar
%
= konsentrasi dalam persen berat, %
ρ
= berat jenis, gram/ml
11

Mr

= massa molekul relatif, gram/mol

Selanjutnya, larutan pekat diencerkan dengan menambahkan akuades atau aqua
dm hingga volume tertentu menggunakan persamaan di bawah.
M1V1 = M2V2
keterangan:
V1 = volume larutan yang akan diencerkan
M1 = konsentrasi larutan yang akan diencerkan
V2 = volume larutan hasil pengenceran
M2 = konsentrasi larutan hasil pengenceran
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. spatula
2. kaca arloji
3. neraca analitis
4. gelas kimia 100 ml
5. batang pengaduk
6. corong
7. labu takar 100 ml
8. pipet volumetrik/pipet gondok 25 ml
9. pipet volumetrik/pipet gondok 10 ml
10. labu erlenmeyer
11. pipet tetes
12. buret 50 ml
13. statif dan klem
14. bola hisap (rubber bulb)
B. Bahan
1. larutan standar primer H2C2O4.2H2O
2. padatan NaOH
3. larutan HCl protitrasi
4. larutan asam asetat komersial
5. indikator fenolftalein (pp)
6. indikator metil merah
7. aqua dm
IV.

PROSEDUR KERJA
A. Membuat Larutan Standar H2C2O4.2H2O 0,05 M (dilakukan oleh analis)
1. Timbang dengan tepat asam oksalat dihidrat (Mr 126,07) sebanyak 0,6304 gram di
atas kaca arloji.
2. Larutkan dalam gelas kimia kemudian pindahkan ke dalam labu takar 100 ml.
3. Tambahkan aqua dm sampai tanda batas.
B. Membuat Larutan Standar NaOH
1. Timbang NaOH (Mr 40,0) sebanyak kira-kira 0,500 g dengan kaca arloji.
2. Larutkan dalam gelas kimia 100 ml dengan menambah aqua dm hingga 50 ml.
3. Dengan corong kaca pindahkan larutan ke dalam labu takar 100 ml.
4. Tambahkan aqua dm sampai tanda batas.
12

C. Standardisasi Larutan NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
1. Dengan menggunakan corong, tuangkan larutan NaOH dari gelas kimia 100 ml ke
dalam buret. Pastikan tidak ada gelembung udara dari ujung atas hingga ujung
bawah buret. Catat skala awal.
2. Dengan menggunakan pipet volumetrik, pindahkan masing-masing 25 ml larutan
standar primer asam oksalat ke dalam dua buah labu erlenmeyer. Teteskan 2 – 3
tetes indikator pp.
3. Titrasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH. Catat skala akhir buret saat
terjadi perubahan warna yang stabil.
4. Lakukan duplo.
D. Penentuan Konsentrasi Asam Klorida Protitrasi
1. Tempatkan kira-kira 30 ml larutan HCl protitrasi ke dalam gelas kimia 100 ml.
2. Dengan pipet volumetrik pindahkan 25 ml larutan HCl ke dalam labu takar 100
ml. Encerkan hingga tanda batas. Perhatikan bahwa Anda sedang melakukan
pengenceran larutan HCl protitrasi dengan faktor pengenceran = volume akhir :
volume awal = 100 : 25 = 4.
3. Tutup labu takar kemudian homogenkan dengan cara membolak-balik labu 3 – 5
kali.
4. Dengan pipet volumetrik pindahkan masing-masing 25 ml larutan HCl ke dalam
dua labu erlenmeyer yang berbeda. Teteskan 2 – 3 tetes indikator pp.
5. Titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH. Catat skala akhir buret saat terjadi
perubahan warna yang stabil.
6. Lakukan duplo.
E. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat Komersial
1. Tempatkan kira-kira 30 ml larutan asam asetat komersial ke dalam gelas kimia
100 ml.
2. Dengan pipet volumetrik 10 ml pindahkan 10 ml larutan tersebut ke dalam labu
takar 100 ml. Encerkan hingga tanda batas. Perhatikan bahwa Anda sedang
melakukan pengenceran larutan dengan faktor pengenceran = volume akhir :
volume awal = 100 : 10 = 10.
3. Tutup labu takar kemudian homogenkan dengan cara membolak-balik labu 3 – 5
kali.
4. Dengan pipet volumetrik pindahkan masing-masing 25 ml larutan tersebut ke
dalam dua labu erlenmeyer yang berbeda. Teteskan 2 – 3 tetes indikator pp.
5. Titrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH. Catat skala akhir buret saat terjadi
perubahan warna yang stabil.
6. Lakukan duplo.
V.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Standardisasi Larutan NaOH
Volume asam
:
Titrasi I
Titrasi II
Skala awal buret
:
Skala awal buret
Skala akhir buret
:
Skala akhir buret
Volume basa 1
:
Volume basa 2

:
:
:
13

Volume basa rata-rata :
B. Penentuan Konsentrasi Asam Klorida Protitrasi
Volume asam
:
Titrasi I
Titrasi II
Skala awal buret
:
Skala awal buret
Skala akhir buret
:
Skala akhir buret
Volume basa 1
:
Volume basa 2

:
:
:

Volume basa rata-rata :
C. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat Komersial
Volume asam
:
Titrasi I
Titrasi II
Skala awal buret
:
Skala awal buret
Skala akhir buret
:
Skala akhir buret
Volume basa 1
:
Volume basa 2

:
:
:

Volume basa rata-rata :
D. Perhitungan
1. Standardisasi Larutan NaOH
Persamaan reaksi: H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O
Saat titik ekivalen tercapai (yang didekati dengan titik akhir) berlaku persamaan:
mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
M1V1e1 = M2V2e2
keterangan :
M1 = konsentrasi asam
V1 = volume asam
e1 = ekivalen asam
M2 = konsentrasi basa
V2 = volume basa rata-rata
e2 = ekivalen basa
M Ve
M2  1 1 1
V2e2 = …
maka konsentrasi NaOH,
2. Penentuan Konsentrasi Asam Klorida Protitrasi
Persamaan reaksi: HCl + NaOH → NaCl + 2H2O
Saat titik ekivalen tercapai (yang didekati dengan titik akhir) berlaku persamaan:
mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
M1V1e1 = M2V2e2

konsentrasi HCl yang dititrasi,

M1 

M 2V2e2
V1e1 = …

Faktor pengenceran = 4 dikalikan dengan M1 maka konsentrasi HCl protitrasi = ...
14

3. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat Komersial
Persamaan reaksi: CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Saat titik ekivalen tercapai (yang didekati dengan titik akhir) berlaku persamaan:
mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
M1V1e1 = M2V2e2

konsentrasi asam asetat yang dititrasi,

M1 

M 2V2e2
V1e1 = …

Faktor pengenceran = 10 dikalikan dengan M1 maka konsentrasi asam asetat
komersial = ...
VI.

DISKUSI
1. Cara-cara apa saja yang perlu dilakukan untuk memperkecil kesalahan titrasi
(membuat titik ekivalen tidak jauh dengan titik akhir titrasi?
2. Dari konsentrasi NaOH dan HCl protitrasi di atas, tentukan pH dari masingmasing larutan. Ingat bahwa keduanya merupakan basa kuat dan asam kuat.
3. Dari konsentrasi asam asetat komersial di atas, tentukan pH-nya. Ingat bahwa
asam asetat merupakan asam lemah.

VII. PERSIAPAN PERCOBAAN
Sebelum memulai percobaan wajib membawa:
1. Satu botol asam asetat/cuka komersial
2. Jurnal praktikum
3. Jas laboratorium

(tugas kelompok)
(tugas individu)
(tugas individu)

15

PERCOBAAN 3
TITRASI LEMAK
I.

TUJUAN
1. Menentukan bilangan asam dari asam lemak bebas dalam minyak/lemak
2. Menentukan bilangan iod dari minyak/lemak

II.

TEORI DASAR
A. Bilangan Asam
Lemak dan minyak terdapat hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang
berbeda-beda, tetapi lemak dan minyak tersebut seringkali ditambahkan dengan
sengaja ke dalam bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan
makanan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti
minyak goreng. Bilangan asam dalam minyak dan lemak didefiniskan sebagai jumlah
KOH dalam mg yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram
zat. Bilangan asam ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam suatu
lemak atau minyak. Bilangan asam merupakan salah satu parameter untuk
mengetahui kualitas minyak atau lemak.. Pengukuran bilangan asam maksimum 1
mg/g. Jika bilangan asam lebih dari 1 mg/g, maka tidak layak dimakan. Makin tinggi
bilangan asam makin rendah kualitas minyak atau lemak.
B. Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung ketidakjenuhan minyak atau lemak.
Semakin besar angka iod maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam
pencampurannya bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi
ketahanan sabun pada suhu tertentu. Lemak yang tidak jenuh dengan mudah dapat
bereaksi dengan iod. Semakin banyak iod yang dibutuhkan semakin tinggi derajat
ketidakjenuhan. Biasanya semakin tinggi titik leleh semakin rendah kadar asam
lemak tidak jenuh dan demikian pula derajat ketidakjenuhan (bilangan iod) dari
lemak bersangkutan. Lemak dan asam lemak jenuh biasanya padat sementara lemak
dan asam lemak tidak jenuh cair. Karenanya semakin tinggi bilangan iod semakin
tidak jenuh dan semakin lunak lemak tersebut. Karena setiap ikatan rangkap dalam
asam lemak akan bereaksi dengan dua atom iod maka dapat ditentukan jumlah ikatan
rangkap yang terkandung dalam lemak tertentu.
Pengetahuan mengenai bilangan iod adalah penting untuk menentukan derajat dan
jenis lemak yang akan digunakan dalam makanan. Bilangan iod suatu jenis lemak
perlu ada dalam batas-batas tertentu, misalnya untuk lemak sapi bilangan iod berada
dalam batasan 35 dan 42. Perubahan bilangan iod dapat merupakan hal yang penting.
Bila bilangan iod tersebut lebih tinggi dari normal maka hal tersebut dapat berarti
bahwa ada pemalsuan dengan jenis lemak lain yang mempunyai bilangan iodium
lebih tinggi. Minyak tumbuh-tumbuhan atau minyak ikan mempunyai bilangan iod
yang lebih tinggi, kerap melebihi 100. Sebaliknya bila bilangan iod lebih rendah dari
normal maka hal itu berarti bahwa lemak telah mengalami perlakuan khusus.
Bilangan iod dapat diturunkan dengan cara menggunakan lemak-lemak yang telah
dihidrogenasi. Pada saat ini hidrogenasi minyak ikan yang rendah harganya menjadi
terkenal dan minyak-minyak tersebut kerap kali dijual di pasaran bercampur dengan
lemak sapi. Bila di pasaran ada lemak sapi atau lemak domba murni yang
mempunyai bilangan iod sangat rendah maka dapat diduga bahwa ada pemalsuan.
16

III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. neraca digital
2. labu erlenmeyer 250 ml
3. pipet tetes
4. gelas ukur 50 ml
5. buret 50 ml
6. statif dan klem
B. Bahan
1. minyak goreng bekas
2. n-heksana
3. etanol netral
4. KOH 0,100 N
5. indikator fenolftalein
6. larutan sikloheksana + asam asetat (3:2)
7. larutan wijs
8. larutan KI 15%
9. akuades/aqua dm
10. larutan Na2S2O3 0,100 N
11. indikator amilum 1%
IV.

PROSEDUR KERJA
A. Penentuan Bilangan Asam
1. Timbang labu erlenmeyer 250 ml kosong.
2. Masukkan sampel minyak sebanyak kurang lebih 5 gram.
3. Tambahkan lagi 20 ml n-heksana dan 50 ml etanol netral.
4. Titrasi dengan larutan KOH 0,100 N standar dengan 3-5 tetes indikator
fenolftalein hingga terjadi perubahan warna yang stabil (tidak hilang selama 30
detik) dari tidak berwarna sampai merah muda.
5. Lakukan duplo.
B. Penentuan Bilangan Iod
1. Timbang labu erlenmeyer 250 ml kosong.
2. Masukkan sampel minyak sebanyak kurang lebih 0,5 gram.
3. Tambahkan 20 ml larutan sikloheksana + asam asetat (3:2) dan 25 ml larutan wijs
ke dalam labu erlenmeyer.
4. Simpan dalam tempat gelap selama 30 menit.
5. Tambahkan 20 ml larutan KI 15% dan 40 ml akuades.
6. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,100 N hingga larutan berwarna pucat.
7. Tambahkan indikator amilum 1% hingga larutan menjadi biru tua.
8. Titrasi kembali hingga warna larutan menjadi putih, lapisan sikloheksana
berwarna merah muda.
9. Lakukan duplo.
10. Ulangi prosedur di atas untuk melakukan titrasi blangko. Titrasi larutan blangko
dilakukan mulai prosedur no. 3 – 9 di atas (tanpa no. 1 dan 2).

V.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Penentuan Bilangan Asam
17

Konsentrasi KOH
Sampel simplo
Massa sampel
Skala awal buret
Skala akhir buret
Volume KOH 1

:
Sampel duplo
Massa sampel
Skala awal buret
Skala akhir buret
Volume KOH 2

:
:
:
:

Sampel duplo
Massa sampel

:

Titrasi sampel
Sampel simplo
Skala awal buret
:
Skala akhir buret
:
Volume Na2S2O3
:
Volume rata-rata titrasi sampel :

Sampel duplo
Skala awal buret
Skala akhir buret
Volume Na2S2O3

:
:
:

Titrasi blangko
Sampel simplo
Skala awal buret
:
Skala akhir buret
:
Volume Na2S2O3
:
Volume rata-rata titrasi blangko :

Sampel duplo
Skala awal buret
Skala akhir buret
Volume Na2S2O3

:
:
:

:
:
:
:

Volume KOH rata-rata :
Massa sampel rata-rata :
B. Penentuan Bilangan Iod
Konsentrasi Na2S2O3 :
Sampel simplo
Massa sampel
:
massa sampel rata-rata

D. Perhitungan
1. Penentuan Bilangan Asam (persentase asam lemak bebas sebagai asam palmitat)
Mr �
M�
V
Persentase asam lemak bebas 
�100%
m�
1000
keterangan :
Mr = massa molekul relatif asam palmitat
M = molaritas KOH
V = volume KOH rata-rata
m = massa sampel rata-rata
2. Penentuan Bilangan Iod
12,692
 V  VA  �M �
Bilangan iod (mg/g)  B
m
keterangan :
VA = volume rata-rata titrasi sampel
VB = volume rata-rata titrasi blangko
M = molaritas Na2S2O3
m = massa sampel rata-rata

18

VI.

DISKUSI
1. Berapa nilai bilangan asam yang diperoleh? Apa artinya? Apakah nilai tersebut
menunjukkan minyak yang diuji berkualitas baik ataukah buruk?
2. Berapa nilai bilangan iod yang diperoleh? Apa artinya? Apakah nilai tersebut
menunjukkan minyak yang diuji berkualitas baik ataukah buruk?

VII. PERSIAPAN PERCOBAAN
Sebelum memulai percobaan wajib membawa:
1. Minyak goreng bekas
2. Jurnal praktikum
3. Jas laboratorium

(tugas kelompok)
(tugas individu)
(tugas individu)

19

PERCOBAAN 4
TERMOKIMIA
I.

TUJUAN
1. Menentukan tetapan kalorimeter
2. Menentukan kalor penetralan antara basa kuat dan asam kuat
3. Menentukan kalor penetralan antara basa kuat dan asam lemah

II.

TEORI DASAR
Termokia membahas tentang perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia
dalam bentuk kalor reaksi. Perubahan yang terjadi dapat berupa pelepasan kalor
(reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor (reaksi endoterm). Kalor reaksi dapat
digolongkan dalam kategori yang lebih khusus 1).kalor pembentukan, 2).kalor
pembakaran, 3).kalor pelarutan, dan 4).kalor penetralan.
Perubahan energi yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energi yang hilang
selama reaksi berlangsung melainkan berubah bentuk dari satu bentuk energi ke
bentuk energi yang lain. Adanya hukum kekekalan energi ini ditunjukan oleh selisih
penyerapan dan pelepasan energi yang disebut sebagai energi dalam. Jika pada suatu
sistem diberikan sejumlah energi dalam bentuk kalor (q), maka sistem akan
melakukan kerja (w) sebesar w = P × ΔV. Setelah melakukan kerja sistem masih
menyimpan sejumlah energi yang disebut sebagai energi dalam (U). Dalam bentuk
persamaan, ΔU = q + w.
Dalam percobaan akan ditentukan kalor reaksi yang menyertai suatu reaksi kimia
pada tekanan tetap (qP). Perubahan kalor yang terjadi pada tekanan tetap disebut
perubahan entalpi (ΔH). Karena sistem yang diukur hanya melibatkan zat padat dan
zat cair yang perubahan volumenya kecil (ΔV→0) maka besaran kerja yang
dilakukan sistem dapat diabaikan (w = P × ΔV = 0). Dengan demikian ΔU = ΔH.
Besarnya kalor yang terlibat dalam reaksi kimia dapat diukur dengan alat yang
disebut kalorimeter. Besarnya kalor yang diserap oleh kalorimeter untuk menaikkan
suhu kalorimeter sebesar satu derajat dinamakan tetapan kalorimeter dengan
satuan J/K.

III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. kalorimeter
2. gelas kimia 100 ml
3. termometer
4. gelas ukur 100 ml
5. batang pengaduk
6. hotplate
7. stopwatch
B. Bahan
1. aqua dm
2. larutan NaOH 0,1 M
3. larutan HCl 0,1 M
4. larutan asam asetat 0,1 M
20

IV.

PROSEDUR KERJA
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
1. Dengan menggunakan gelas ukur 100 ml, masukkan 50 ml aqua dm ke dalam
kalorimeter. Catat suhunya.
2. Dengan menggunakan gelas ukur 100 ml, masukkan 50 ml aqua dm ke dalam
gelas kimia 100 ml. Panaskan di atas hotplate hingga suhu air kira-kira 35C.
3. Turunkan gelas kimia dari hotplate dan catat suhu stabilnya.
4. Masukkan air panas ke dalam kalorimeter. Aduk campuran beberapa saat. Catat
suhunya mengikuti tabel pada bagian pengamatan.
B. Penentuan Kalor Penetralan Basa Kuat – Asam Kuat
1. Dengan menggunakan gelas ukur, masukkan 50 mL larutan NaOH 0,1 M ke
dalam kalorimeter. Catat suhunya.
2. Dengan menggunakan gelas ukur, masukkan 50 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam
gelas kimia 100 ml. Catat suhunya.
3. Masukkan larutan HCl ke dalam kalorimeter. Aduk campuran beberapa saat. Catat
suhunya mengikuti tabel pada bagian pengamatan.
C. Penentuan Kalor Penetralan Basa Kuat – Asam Lemah
1. Dengan menggunakan gelas ukur, masukkan 50 mL larutan NaOH 0,1 M ke
dalam kalorimeter. Catat suhunya.
2. Dengan menggunakan gelas ukur, masukkan 50 mL larutan asam asetat 0,1 M ke
dalam gelas kimia 100 ml. Catat suhunya.
3. Masukkan larutan asam ke dalam kalorimeter. Aduk campuran beberapa saat.
Catat suhunya mengikuti tabel pada bagian pengamatan.

V.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
T air dingin (T1) =
T air panas (T2) =
t (menit)
T (C)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1. Dengan regresi sederhana, tentukan suhu pencampuran saat t = 0 menit, T3.
2. Gunakan asas Black: kalor yang dilepas air panas = kalor yang diterima air dingin
+ kalor yang diterima kalorimeter
m × c × ΔTa = m × c × ΔTb + k × ΔTc
keterangan:
m
= massa air, gunakan ρ air = 1 g/ml
c
= kalor jenis air = 4,2 J/gC = 4,2 J/gK
ΔTa = perubahan suhu air panas = T2 – T3
ΔTb = perubahan suhu air dingin = T2 – T1
ΔTc = perubahan suhu kalorimeter = ΔTb
k
= tetapan kalorimeter
3. Hitung harga tetapan kalorimeter dalam J/K.
21

B. Penentuan Kalor Penetralan Basa Kuat – Asam Kuat
T basa (T1)
=
T asam (T2)
=
T rata-rata (T3) =
t (menit)
T (C)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1. Dengan regresi sederhana, tentukan suhu pencampuran saat t = 0 menit, T4.
2. Gunakan asas Black: kalor yang dihasilkan reaksi = kalor yang diterima larutan +
kalor yang diterima kalorimeter
q1 = m × c × ΔTa + k × ΔTb
keterangan:
m
= massa larutan, gunakan ρ larutan = 1,005 g/ml
c
= kalor jenis larutan = 4,205 J/gC = 4,205 J/gK
ΔTa = perubahan suhu larutan = T4 – T3
ΔTb = perubahan suhu kalorimeter = ΔTa
k
= tetapan kalorimeter
3. Hitung q1 dalam J.
4. Hitung ΔH reaksi penetralan dengan cara, ΔH = –q1/mol NaCl produk.
C. Penentuan Kalor Penetralan Basa Kuat – Asam Lemah
T basa (T1)
=
T asam (T2)
=
T rata-rata (T3) =
t (menit)
T (C)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1. Dengan regresi sederhana, tentukan suhu pencampuran saat t = 0 menit, T4.
2. Gunakan asas Black: kalor yang dihasilkan reaksi = kalor yang diterima larutan +
kalor yang diterima kalorimeter
q2 = m × c × ΔTa + k × ΔTb
keterangan:
m
= massa larutan, gunakan ρ larutan = 1,005 g/ml
c
= kalor jenis larutan = 4,205 J/gC = 4,205 J/gK
ΔTa = perubahan suhu larutan = T4 – T3
ΔTb = perubahan suhu kalorimeter = ΔTa
k
= tetapan kalorimeter
3. Hitung q2 dalam J.
4. Hitung ΔH reaksi penetralan dengan cara, ΔH = –q2/mol CH3COONa produk.
22

VI.

DISKUSI
1. Jika diketahui tetapan kalorimeter sebesar 20 J/K, apa artinya?
2. Kalor jenis air sebesar 4,2 J/gK. Apa artinya?
3. Berapa nilai entalpi penetralan asam kuat – basa kuat hasil perhitungan? Apa
artinya?
4. Bandingkan nilai entalpi kedua reaksi. Mengapa salah satu nilai lebih besar dari
lainnya?

VII. PERSIAPAN PERCOBAAN
Sebelum memulai percobaan wajib membawa:
1. Stopwatch atau ponsel
2. Jurnal praktikum
3. Jas laboratorium

(tugas kelompok)
(tugas individu)
(tugas individu)

23

PERCOBAAN 5
KINETIKA KIMIA
I.

TUJUAN
1. Menentukan pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi
2. Menentukan pengaruh temperatur terhadap laju reaksi
3. Menentukan pengaruh katalis terhadap laju reaksi
4. Menentukan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi

II.

TEORI DASAR
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada
yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat
dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat,
seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan dan yang sangat lambat
adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang laju reaksi disebut
kinetika kimia. Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas
tentang laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Laju (kecepatan) reaksi
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan
waktu. Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju
reaksi. Untuk reaksi A + B → C + D, persamaan laju reaksi secara umum ditulis
sebagai berikut:
r = k [A]m [B]n
Laju reaksi dilambangkan dengan r (rate), k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n
merupakan orde masing-masing pereaksi, A dan B.
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam
mengontrol kecepatan reaksi, seperti pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen.
Akan tetapi kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi
berkaratnya besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dsb.
Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. sifat dan ukuran pereaksi
Semakin reaktif sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi
berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan
semakin bertambah. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil
ukuran pereaksi. Zat pereaksi dalam bentuk serbuk menghasilkan laju reaksi lebih
besar dibandingkan bentuk bongkahan.
2. konsentrasi
Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi umumnya sebanding
dengan konsentrasi pereaksi. Hal ini karena orde reaksi umumnya bernilai positif.
Untuk reaksi tertentu yang berorde negatif, konsentrasi akan berbanding terbalik
dengan laju reaksi. Untuk reaksi berorde nol maka konsentrasi tidak
mempengaruhi laju reaksi.
3. suhu reaksi
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan
energi tumbukan bertambah besar. Pengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi
secara kuantitatif dijelaskan dengan hukum Arrhenius yang dinyatakan dengan
persamaan berikut: k = Ae-Ea/RT. R adalah konstanta gas; A adalah konstanta

24

Arrhenius yang khas untuk tiap reaksi (faktor frekuensi) dan Ea adalah energi
aktivasi.
4. katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk mempercepat
jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk
kembali sebagai zat bebas.
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. gelas kimia 100 ml
2. gelas kimia 250 ml
3. gelas ukur 50 ml
4. gelas ukur 10 ml
5. batang pengaduk
6. tabung reaksi
7. termometer
8. hotplate
9. stopwatch
B. Bahan
1. Na2S2O3 0,05 M
2. K2S2O8 0,1 M
3. KI 0,1 M
4. kanji 1%
5. aqua dm
6. H2O2 1%
7. kentang
IV.

PROSEDUR KERJA
A. Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
Percobaan berikut didasarkan atas reaksi K2S2O8 + 2KI → 2K2SO4 + I2
1. Dengan gelas ukur masukkan larutan Na2S2O3 ke dalam gelas kimia 100 ml.
Dengan gelas ukur yang berbeda-beda tambahkan larutan K2S2O8, larutan kanji
dan aqua dm ke dalam gelas kimia yang sama dengan di atas. Ikuti tabel di bawah
untuk mengetahui volume percobaan I.
2. Dengan gelas ukur masukkan larutan KI ke dalam gelas kimia 100 ml yang lain.
Ikuti tabel di bawah untuk mengetahui volume percobaan I.
Komposis Na2S2O3
K2S2O8
KI
Kanji
aqua dm
Total
i
0,05 M
0,1 M
0,1 M
1%
I
10 ml
10 ml
10 ml
5 ml
15 ml
50 ml
II
10 ml
10 ml
20 ml
5 ml
5 ml
50 ml
III
10 ml
20 ml
10 ml
5 ml
5 ml
50 ml
3. Nyalakan stopwatch saat larutan KI mulai dimasukkan ke dalam campuran larutan
yang lain. Aduk campuran.
4. Catat waktu yang diperlukan hingga terjadi perubahan warna.
5. Buang larutan hasil pada tempat yang disediakan. Cuci dan keringkan gelas kimia.
Gelas-gelas ukur tidak perlu dicuci dahulu asalkan tiap gelas ukur dipakai untuk
larutan yang sama.
6. Ulangi langkah 1 – 5 untuk komposisi II dan III.
25

B. Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
Percobaan berikut didasarkan atas reaksi 2Fe3+ + 2S2O32– → 2Fe2+ + S4O62–
1. Dengan gelas ukur masukkan 2 ml larutan Fe3+ ke dalam tabung reaksi. Ukur
temperaturnya.
2. Dengan gelas ukur masukkan 2 ml larutan S2O32– ke dalam tabung reaksi lain.
3. Campurkan kedua larutan dengan segera. Catat waktu yang diperlukan hingga
terjadi perubahan warna.
4. Dengan gelas ukur masukkan larutan Fe3+ ke dalam tabung reaksi.
5. Dengan gelas ukur masukkan larutan S2O32– ke dalam tabung reaksi lain.
6. Panaskan dengan hotplate ±100 ml air keran di dalam gelas kimia 250 ml untuk
membuat penangas air.
7. Masukkan kedua tabung reaksi ke dalam penangas air tersebut. Tunggu hingga
suhu menjadi ±40C. Catat suhu saat penangas air diturunkan dari hotplate.
8. Campurkan kedua larutan dengan segera. Catat waktu yang diperlukan hingga
terjadi perubahan warna.
C. Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi
1. Masukkan 1 – 2 ml (1 ml = ±20 tetes) larutan H 2O2 ke dalam tabung reaksi.
Amati.
2. Masukkan ke dalamnya potongan kentang. Amati perubahannya.
C. Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi
1. Masukkan masing-masing 1 – 2 ml larutan H2O2 ke dalam dua buah tabung reaksi.
2. Potong kentang menjadi dua buah dadu dengan panjang sisi masing-masing ±1
cm. Sebuah dadu dipotong besar-besar seadanya. Dadu satunya dipotong kecilkecil sehingga luas permukaannya jauh lebih besar dibanding potongan kentang
sebelumnya.
3. Masukkan masing-masing hasil potongan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
larutan H2O2 di atas. Amati perbedaannya.
V.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
1. Lengkapi tabel berikut:
Na2S2O3
K2S2O8
KI
Perc.
0,1 M
0,1 M
0,1 M
I
10 ml
10 ml
10 ml
II
10 ml
10 ml
20 ml
III
10 ml
20 ml
10 ml

Kanji
1%
5 ml
5 ml
5 ml

aqua dm

waktu
(detik)

15 ml
5 ml
5 ml

2. Hitung konsentrasi akhir Na2S2O8 setelah pengenceran dengan persamaan:
M1V1 = M2V2
keterangan:
M1 = konsentrasi sebelum pengenceran = 0,1 M
V1 = volume sebelum pengenceran (sesuai tabel)
M2 = konsentrasi setelah pengenceran
V2 = volume setelah pengenceran = 50 ml
3. Hitung konsentrasi akhir KI setelah pengenceran dengan persamaan:
M1V1 = M2V2
26

keterangan:
M1 = konsentrasi sebelum pengenceran = 0,1 M
V1 = volume sebelum pengenceran (sesuai tabel)
M2 = konsentrasi setelah pengenceran
V2 = volume setelah pengenceran = 50 ml
4. Hitung laju reaksi dengan persamaan:
laju reaksi, r = Δ[K2S2O8] / Δt (detik) = 0,005 M / Δt
5. Lengkapi tabel berikut:
Percobaan [K2S2O8]
I
II
III

[KI]

laju reaksi, r

6. Tentukan orde reaksi terhadap K2S2O8 dan KI berdasarkan tabel di atas.
B. Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
1. waktu reaksi pada suhu kamar (…C) : … detik
2. waktu reaksi pada suhu panas (…C) : … detik
C. Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi
1. larutan H2O2:
2. larutan H2O2 dengan potongan kentang:
C. Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi
1. larutan H2O2 dengan kentang potongan kasar:
2. larutan H2O2 dengan kentang potongan halus:
VI.

DISKUSI
1. Berdasarkan percobaan di atas, bagaimana pengaruh konsentrasi K 2S2O8 dan KI
terhadap laju reaksi?
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi?
3. Bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi? (Kentang mengandung enzim
katalase.)
4. Bagaimana pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi?

VII. PERSIAPAN PERCOBAAN
Sebelum memulai percobaan wajib membawa:
1. Sebuah kentang
2. Stopwatch atau ponsel
3. Jurnal praktikum
4. Jas laboratorium

(tugas kelompok)
(tugas kelompok)
(tugas individu)
(tugas individu)

27