Subhan Ramdlani¹, Lisa Dwi W², M.Satya.Adhitama³, Turningtyas4

  

Per an Lansekap Dalam Kiner ja Infr astr uktur Per kotaan

Studi kasus: Sur abaya dan Malang, Indonesia

  4

  • *Ar chi t ect ur e Depar t m ent , Engineer ing Facult y, Uni ver si t y Of Br aw ij aya, Jl . MT. Har yono 167 M al ang. Emai l: l isar om ansya@yahoo.com

    *Ar chi t ect ur e Depar t m ent , Engineer ing Facult y, Uni ver si t y Of Br aw ij aya, Jl . MT. Har yono 167 M al ang. Emai l: r am dlani 94@ub.ac.i d

    *Ar chit ect ur e Depar t ment , Engi neer i ng Facul t y, Univer sit y Of Br awi jaya, Jl. MT. Har yono 167 Mal ang. Em ail : sket z29@gm ail .com

    *Ur ban and Regional Planni ng Depar t ment , Engineer ing Facul t y, Uni ver si t y Of Br aw ij aya, Jl . MT. Har yono 167 Mal ang.

  Subhan Ramdlani¹ , Lisa Dwi W² , M.Satya.Adhitama³ , Turningtyas

  ABSTRAK

  

Tr anspor tasi telah di akui sebagai salah satu indi kator yang sangat ber per an dalam

pengembangan kota. Namun, pengembangan sektor tr anspor tasi memiliki dampak yang besar

terhadap lingkungan dalam cakupan spasi al dan tempor al (Rini, 2005). Dampak dar i per ger akan

tr anspor tasi yang tinggi akan member ikan kontr i busi penggunaan kendar aan ter hadap polusi

udar a , ener gi panas (suhu) dan kebisingan (Soedomo, 1999). Di Indonesi a, st asiun, bandar a,

terminal dan i nfr astruktur tr ansportasi umum lainnya, ter catat memiliki tingkat kebisingan

hingga 70 dB (SK.MLH 24/ 11, 1996). Par adigma bar u per ancangan kota (ur ban design) yang

meli batkan infr astr uktur lansekap mer upakan salah satu str ategi bar u per ancangan kota yang

memper luas par ameter kinerja l ansekap yang dir ancang untuk sebuah sistem per for ma tinggi

multi-fungsi, tidak ter kecuali tatanan lansekap yang aw alnya di anggap ber asal dar i infrastr uktur

sistem tradisional. Berpikir dal am konteks i nfr astr uktur l ansekap menambahkan beberapa

keuntungan untuk infr astr uktur tr adi si onal, antar a lain: kecanti kan kota dan penghi jauan

kembali/ for est at ion, konser vasi air dan ener gy, meli put i r estor asi si stem alamiah, pengelol aan

ai r , per tani an, per luasan habitat satw a li ar ; penggunaan jal ur pejalan kaki , dan perluasan taman

dan ruang terbuka yang dibangun di ar ea yang di abai kan oleh infr astr uktur per kotaan

sebel umnya (Aquino, 2011). Tuli san ini akan membahas kapan dan bagaimana mengoptimal kan

infrastr uktur l ansekap untuk desain infr astr uktur transpor tasi per kotaan, untuk meminimalkan

polusi udar a, kebisingan dan konser vasi ener gi pada infr astr uktur tr anspor tasi di Malang dan

Sur abaya , Indonesia .

  

Kata Kunci : Tr anspor tasi, Lansekap, Infr astr uktur

  ABSTRACT

  

Tr anspor t ation has been r ecognized as one of t he indicat or s inst r ument al i n t he development of t he

cit y. However , t he development of t r anspor t seems to have t he impact on t he envir onment in t he

spat ial and t empor al lar ge of cover age (Ri ni , 2005) . The i mpact of hi gh t r anspor t movement s will

cont r ibut e t o vehicl e air poll uti on, t her mal ener gy (t emper at ur e) and noise (Soedomo, 1999). In

Indonesia, st at ions, air por ts, public t r anspor t i nfr astr uct ur e and ot her t er mi nals, has a noise level of

up t o 70 dB (SK.MLH 24/ 11, 1996). Landscape Infr ast r uct ur e is one of t he str at egies new ur ban

designs t o ext end t he per for mance par amet er s of a landscape t hat is designed for hi gh-per for mance

mult i - syst em funct ion, including t hose ori ginally t hought t o be der ived fr om t he t r adit i onal syst em

infr ast r uct ur e. Thinking in ter ms of Landscape Infr ast r uct ur e adds sever al advant ages t o

t r aditional i nfr ast r uct ur e : t he beaut y of t he cit y and r e-veget ation/ for est ation, wat er and ener gy

conser vat ion; r est or at i on of nat ur al syst ems, st or m wat er management, agr icult ur e, ener gy,

expansion of w ildlife habit at ; favour ed t he use of pedest r ians , and expanded par ks and open space

ar eas built ignor ed by t he exist ing ur ban infr ast r uct ur e (Aquino, 2011) . This paper will discuss and

how t o opt imize t he design of t he infr ast r uct ur e l andscape for ur ban t r anspor t infr ast r uct ur e t o

mini mi ze ai r pollut i on, noise and ener gy conser vat ion, in t er ms of t r anspor t infr ast r uct ur e i n

Malang and Sur abaya, Indonesi a

  

Keywor ds: Tr anspor t at ion, Landscapes, Infr ast r uct ur e

  1. Pendahuluan l ansekap

  Aw alnya, infr ast r uktur dipahami sebagai sebuah konsep fundamental r elasional tentang " batas" dan "bagian dar i t itik " (Bor is, 2009). Konsep ini mengacu pada teori St ar (St ar & Ruhleder, 1996) yang tidak lagi mel ihat lansekap sebagai bagian dari hal-hal lai n yang per lu dilihat sebagai substansi dalam dir inya sendir i, dengan kualitas pengal aman r uang berdasarkan w ak tu dan keter li batan dalam situasi yang berbeda. Sehingga infr ast r uktur lansekap muncul melalui keadaan yang terhubung ke berbagai bentuk kegiatan. Hal ter sebut mer upakan bagian dar i "negosi asi spasial " antar a kota dan l ansekap, ter masuk memper kenal kan potensi dalam, sehi ngga hutan dan tepi hutan pun ter masuk lansekap per kotaan (Si ever ts , 2008) .

  Dar i semua ker angka acuan, infr ast r uktur lansekap, tidak sama sekali bar u, tapi mer upakan salah satu ide yang lebih banyak muncul dalam arsit ektur lansekap dan desain per kotaan. Dan itu tidak ter batas pada daer ah pinggir an kota. Dia ber kembang dalam konteks i nfr astr uktur kota untuk lebih melayani lingkungan kual itas yang lebih baik. Ber pikir dalam hal infr ast r uktur l ansekap menambahkan beber apa keuntungan tambahan untuk infr ast r uktur tradisional: kecantikan kota dan penghij auan kembal i/

  

for est at ion , konser vasi ai r dan ener gy, meliputi restor asi si stem alamiah, pengelolaan ai r ,

  pertanian, per luasan habitat satw a l iar ; penggunaan jalur pejalan kaki, dan per luasan taman dan r uang ter buka yang dibangun di ar ea yang telah diabaikan oleh infrast ruktur perkotaan sebelumnya. Infr ast r uktur lansekap dapat mengubah suasana per kotaan menjadi tujuan akhir per kotaan (urban dest iny). Hal ini membantu menciptakan sebuah identitas ikonik untuk kota ber dasar kan kar akter alam dan budaya kota. (Aqui no, 2011)

  2. Tinjaun Pustak a 2.1 Jalan di Per kot aan.

  Di sel ur uh dunia , sektor tr anspor tasi memainkan peran penting dan ber kembang dalam penggunaan energi dunia dan emisi Gr een House Gas (GHG). Untuk tahun 2004, penggunaan ener gi t r anspor t asi sebesar 26 % dari total penggunaan ener gi dunia dan sektor tr ansport asi bertanggung jaw ab untuk seki tar 23 % dar i emisi gas r umah kaca yang berhubungan dengan ener gi dunia (IEA, 2006). Sementar a itu, salah satu masalah utama dalam si stem t r anspor tasi di kota-kota besar di Indonesia, seper ti Jakarta, Surabaya adalah pencampur an dar i semua jenis kendar aan ( mobil r ingan, tr uk, sepeda motor , dan bahkan becak dll). Selain itu, ber bagai kegi at an (taman, pedagang kaki l ima, pejal an kaki dll.) ikut menambah beban. Menur ut Mor lok (1999), pola per ger akan ar us lalu l intas dipengaruhi simpul (node) dari kota dan kegiatan di seki tar kota, yang mer upakan lalu lintas antar gener asi. Untuk menggambar kan kepadatan lalu lintas di jalan-jalan di kota Sur abaya, dapat dilihat dar i tingginya vol ume l alu lintas dengan r asio V (kecepatan tinggi)/ C (der ajat kejenuhan) lebih ti nggi juga. Tingginya kejenuhan mengakibatkan kecepatan kendaraan r endah dan mengur angi tingkat layanan .

  

Table 1 : Beber apa Kar akt er isti k Dar i Level Jal an Di Kota Sur abaya

Str eet V/ C Rat io Road Class

2.2 Level Kebisingan

  70

  Sumber ter tinggi polusi udar a adalah kendar aan ber motor , di samping industr i dan r umah tangga. Infr ast r uktur tr ansportasi (ter mi nal dan stasiun) memi liki per an penting

  Secar a umum, indeks polusi udar a (Indeks St andar Bahan Pencemar) di Sur abaya meningkat sei r ing dengan peni ngkatan jumlah kendar aan yang meningkat 6 kali lipat dalam dua tahun. (BPS Sur abaya, 2012). Ni lai i ndeks polusi udar a (PSI) untuk polutan NO2 berada di 15, l ebih dari batas nor mal sebanyak 8,85. Hubungan dengan jumlah kendar aan meningkat polutan NO2 dij elaskan Walsh (1996), dimana jumlah kendar aan meningkat 2,5 kali akan diikuti dengan peningkatan 1,5 kali dalam NO2 polutan .

  55 Sumber : KEP.48/ MENLH/ 11/ 1996

  12 Tempat ibadah dan sejenisnya

  55

  11 Sekolah dan sejenisnya

  55

  10 Rumah Sakit

  60

  70 9 war i san budaya

  8 Bandar a, st asi un ker eta api , pelabuhan

  60 7 r ekr easi

  Jalan Ur i p Sumohar djo Jalan Raya Dar mo Jalan Di ponegor o Jalan Kusumabangsa Jalan Basuki Rahmad Jalan Gubeng Pojok Jalan Pemuda Jalan Pasar Kembang Jalan Kedungdor o Jalan Raya Gubeng Jalan Panglima Sudir man 1,08

  6 Pemer intah dan fasil itas umum

  70

  50 5 industr i

  4 Ter buka Hi jau Ruang

  65

  70 3 per kantor an

  2 Per dagangan dan jasa

  55

  1 pemuki man

   Zona kegiatan Level kebi singan (dbA)

  Table 2. Level Kebi si ngan No.

  Kebi singan dapat di definisikan sebagai bentuk suar a yang tidak di inginkan atau bentuk suar a yang tidak sesuai dengan tempat dan waktu. Dal am Keputusan Menter i Lingkungan Hidup no. KEP.48/ MENLH/ 11/ 1996 pada Kebisingan Baku, kebi si ngan didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan dar i usaha atau tingkat aktivi tas dalam w aktu ter t entu dan dapat menyebabkan masalah kesehatan manusi a. Dan suar a yang disebabkan ol eh tr ansportasi juga mer upakan masalah dalam konteks lingkungan yang nyaman. Dalam kl asifikasi sumber -sumber kebisingan, infr astruktur tr anspor t seper ti bandar a, ter minal dan stasiun memi liki posisi kebisingan terti nggi.

  0,70 0,83 0,74 0,99 0,95 0,60 0,75 0,40 0,46 0,87 ar ter i sekunder ar ter i pr imer ar ter i sekunder ar ter i sekunder ar ter i sekunder ar ter i sekunder ar ter i sekunder ar ter i sekunder ar ter i pr imer ar ter i sekunder ar ter i sekunder

Sumber : Depar temen tr anspor tasi Sur abaya., 2011

2.3 Emisi Level

  dalam mengur angi tingkat pol usi. Ter mi nal Bus ter besar "Purabaya" di Sur abaya memi liki konsentr asi polutan ter besar dar i parti kel hingga 431,481 g/ m3 (Adib, 2006), ter utama di area keber angkatan. Sel ain jumlah dan kondisi fisi k kendar aan, infr ast r uktur desain faktor yang mer espon sumber polutan ini mer upakan kebutuhan mendesak. Berbagai upaya di lakukan, ter masuk penggunaan vegetasi, tetapi penggunaan yang tidak tepat menyebabkan langkah ini kur ang efektif .

2.4 Temper at ur level

  Stasiun Kota Mal ang, yang ber ada pada simpul jalan (node), ter bukti dipengar uhi oleh taman-taman kota di depannya. Desain Stasiun Kota Malang yang unik dengan taman- taman kota ini mempengar uhi bagaimana stasiun mer espon kondisi lingkungan. Data konkr et yang muncul adalah tingkat per ubahan suhu sepanjang kori dor dan stasiun di seluruh taman. Meskipun suhu sepanjang sisi timur (dekat stasiun) meningkat, tetapi suhu r ata-r ata stabil dan mendekati suhu pejal an kaki, meskipun ti dak ser endah suhu taman kota.

  Tabel 3: Suhu Rata – Rata Di Sekitar Stasiun EVERAGE TEMPERATURE LEVEL AROUND SOUTH EAST WEST STATION

  60 55 50 55.7 S 45 48.4 43.6 43.9 43.3 46.6 IU 41.7 43.4 40.4 40.7 41.1 C 40 37.7 38.6 39.8 38.1 L 37.4 36.8 35 36.3 34.7 34.2 37.1 35.8 37.8 E 32.6 31.6 33.4 34.8 C 30 20 25 26.9 25.3 24.9 25.7 28.5 27.3

15' 30' 45' 60' 15' 30' 45' 60' 15' 30' 45' 60'

AREA HIJAU PEDESTRIAN TEPI JALAN

24.9 25.7 27.2

TIME/POSITION

3. Metodologi

  Penerapan st r at egi infr ast r uktur lanskap, dimulai dengan mengukur kebi singan dan tingkat emisi dalam infr ast r uktur transpor tasi . Ti ngginya ti ngkat kebisi ngan dan emi si gas buang menentukan strategi lanskap yang digunakan. Deskr ipsi kuanti tatif menunjukkan pemahaman lanskap secar a ekologi s. Data kuantitatif pada kondi si tr anspor t asi perkotaan dapat menggambar kan pentingnya fungsi lansekap. Tr ansmi si kehilangan data atau ti ngkat emi si infr ast ruktur tr ansportasi sehingga model penghalang dibandingkan dengan anal isis tingkat polusi, dan kebisingan kota. Model penghalang cocok dihubungkan dengan model i nfr ast r uktur kota. Dal am konteks per kotaan, infr astr uktur memiliki konektivitas dengan seti ap pusat kegiatan Infrastruct Infrastruct Infrastruct Transport Urban Barrier Landscape Urban

Emission Landuse

and noise

and noise landscape

Emission Urban models space plan

  

Gambar 1 :Diagr am infr astr uktur Lansekap ebagai pendukung infrastr ukt ur transpor tasi dan i nfrastruktur ur ban

4. Hasil dan Diskusi

  Berdasar kan gambar an ter sebut di atas, dapat disimpul kan bahw a infr ast ruktur tr anspor t asi berper an penting dalam penur unan suhu dan peningkatan kualitas lingkungan kota atau sebal iknya. Infr astr uktur tr anspor tasi adalah fasili tas umum yang berguna sebagai pusat tr anspor tasi, dan sal ah satu sumber ter besar dar i polusi. Ada dua hal penting dalam tr anspor tasi, ber upa pusat / simpul tr anspor tasi (node) dan konektor antar a (hub). Masalah ter besar dengan keduanya adalah polusi tinggi dan kebisingan. Selain itu, jumlah dan jenis kendar aan yang tidak semua layak emisi karbon. Jal an-j alan penuh sesak dengan kendar aan telah dikenal sebagai sumber polusi, sedangkan tr anspor t asi diakui sebagai sumber pol usi dihir up oleh puluhan penumpang. Di beber apa kota besar di Indonesia seper ti Yogyakar ta, hasi l kualitas udar a di sekitar st asiun ker eta api dan ter minal pada tahun 1992 menunjukkan kualitas udar a telah menur un, konsentr asi r ata-r ata 699 ug/ m3 debu , konsentr asi SO2 dar i 0,03-0,086 ppm , kadar NOx tingkat 0,05 ppm dan 0,35-0,68 ppm untuk Hydr o Car bon .

4.1. Lansekap Kawasan Kot a

  Yang paling dibutuhkan dalam mendesain l ansekap per kotaan, infr astr uktur lanskap pada khususnya. Secar a umum, untuk memecahkan masalah polusi udar a dan kebi singan yang disebabkan oleh kendar aan, dapat di lakukan dengan teknologi yang tepat, penggunaan pengur angan suara dan 3R. (Sudr ajat, 2010). Kebisi ngan dan polusi dapat dikontr ol dengan car a:

  1. Menggunakan alat-al at yang menur unkan kebisingan

  2. Menggunakan manajemen pengur ang kebisingan 3. Pemilihan bahan yang mengur angi kebisi ngan.

  4. Penanaman per edam pagar dan t anaman (tanaman hanya mengur angi kebisi ngan hingga 2,23 dB (A) dan nilai ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dinding dapat mengurangi 6.59 dB (A).

5. Pemeli har aan dan Good Housekeeping pada per alatan.

  

Gambar 2: Model pemanfaat an tanaman dinding penghalang kebisingan pada jalur ker eta api

Infr astr uktur lansekap adalah salah satu car a untuk mengendalikan dua masalah ini.

  Pemanfaatan infr astruktur lansekap bisa dilakukan sepanjang ker eta api atau di titik- titik di dalam stasiun ker et a api at au terminal. Namun, penyelesaian lansekap dalam desain tr ansportasi tidak mudah. Pengukuran tepat dar i kebisingan pada titik-ti tik yang berbeda tersebut per lu dibuat secar a menyelur uh dan ber kesinambungan. Per lu perhatian untuk menentukan bahan penghalang yang t epat, bahan lansekap cocok untuk menyer ap emi si juga mutlak diper lukan. Beberapa vegetasi cocok untuk penyer apan emisi dapat di manfaatkan. Tidak hanya mater i, penggunaan r uang t er buka untuk sirkulasi udar a dan mengur angi kedua bagi an bangunan di sekitar dan di dalam bangunan i tu sendir i menjadi per timbangan dalam pengol ahan lansekap.

  4.2. Per luasan Taman Dan Ruang Ter buka

  Keter batasan lahan pada desain infr astr uktur tr anspor tasi di pusat kota, memunculkan ide bagaimana mengatasi kenai kan suhu dan mengatasi kebi singan dan pol usi udar a. Kemungkinan dalam upaya ter sebut antar a lain memper luas taman seki tar nya yang ber ada dalam lingkup pusat tr anspor tasi . Hal ini sekaligus menciptakan r uang terbuka untuk inter aksi sosial dan budaya masyar akat set empat. Taman sehar usnya tidak hanya sebagai properti est etika yang mengisi r uang kosong, namun juga memenuhi fungsi-fungsi ekol ogi s dan bangunan bagi penumpang.

  

Gambar 3: taman dan r uang ter buka seper t i si fat estetika di st asi un ker eta api di Sur abaya

  Desai n t er bar u dar i t er minal bus di Sur abaya memperl ihatkan bagai mana melibatkan unsur -unsur taman di setiap area, baik kedatangan dan keber angkatan, sebagai taman yang diperl uas untuk kebutuhan penumpang. Tapi ini tidak optimal sebagai r uang terbuka kar ena kondisi umum kendar aan yang tidak layak sebagai penghasil emisi kar bon.

  

Gambar 3: Desai n Sur abaya Pur abaya Bus Ter mi nal dengan r uang t er buka di setiap daer ah.

  4.3. Rest or asi Sist em Alam

  Pemanfaatan infr astr uktur lansekap dalam desain infrast ruktur tr anspor tasi secar a tidak langsung akan mempert ahankan dan memulihkan sistem alam di hub atau node tr anspor t asi. Ti tik di mana penumpukan gas buang kendar aan akan diimbangi dengan penggunaan tanaman, bahan penghal ang kebisingan, si r kulasi udar a yang optimal dan r uang t erbuka sebagai r uang publik yang menyatukan kepentingan penumpang dalam sistem tr anspor tasi yang ber kelanjutan.

5. Kesimpulan

  Sebuah st r ategi yang kuat untuk mengur angi dampak lingkungan dar i infrastruktur tr anspor t asi adalah i mplementasi yang komprehensif dar i lanskap i nfr ast r uktur dan menyatu dengan bangunan dan lingkungan . Tidak hanya adalah sifat estetika , tetapi juga fungsi ekologis. Ber bagai keuntungan akan diper oleh dengan pener apan infr ast ruktur lanskap, antar a lai n; keindahan kota dan re-veget at ion/ for est ation , air dan konservasi ener gi; r estor asi sistem alam , pengelolaan ai r, per tanian ener gi , per luasan habitat satw a liar; disukai penggunaan pejalan kaki, dan diper luas taman lahan dan r uang t er buka dibangun di segmen diabaikan infrast ruktur per kotaan yang ada .

  Apli kasi i ni akan ter us di kembangkan secar a kompleks, sehingga akan mengur angi jejak pembangunan, meningkatkan jejak ekologis dan dampak kebisingan pada infr ast r uktur transpor tasi. Dengan memanfaatkan tr anspor tasi tepat guna, kepadatan gedung tinggi pusat-pusat per kotaan , dan si stem jalan ter hubung, akan member ikan suasana perkotaan yang diinginkan .

  Daftar Pustaka

  Aquino, Ger do. Landscape Infr ast r uct ur e. Los Angeles: SWA; 2011 Bor is, Stefan Dar lan. Landscape Infr ast r uct ure: on Boundar y Object s and Passage Point .

  Aar hus School of Ar chi tect ur e , 2009

  Mor lok, Edw ard K.. Pengant ar Teknik dan Per encanaan Tr anspor t asi. Jakar ta : Erl angga, 1988

  Mayangsar i, Ajeng Putr i. Per ancangan Bar rier Unt uk Menur unkan Tingkat Kebi si ngan

  Pada Jalur Rel Ker et a Api Di Jalan Ambengan Sur abaya Dengan Menggunakan Met ode Nomogr aph. Sur abaya: Digil ib. ITS, 2009

  Rini , Titien. Kebijakan Sist em Tr anspor t asi Kot a Sur abaya Dalam Rangka Pengendalian . Jour nal Rekayasa Per encanaan Vol 1 no 2,

  Pencemar an Udar a Ar ea Tr anspor t asi

  2005 Staley, C. Daniel. Incr easing Gr een Infr ast ructure in Compact Developments: Str ategies for Pr oviding Ecologically Benefici al Gr eener y in Modern Urban Built

  Envir onments. IN: Pr oceedings of The Second Inter national Confer ence on Countermeasur es to Ur ban Heat Islands ( SICCUHI), Ber keley CA, USA. Staley, C. Daniel. Gr een Infr ast r uct ur e and t ranspor tat ion net work design: Applied

  2012 solutions for moder n commer cial r oadside desi gn. Soedomo, Mosti kahadi. Kumpulan Kar ya Ilmiah Mengenai Pencemar an Udara. Institut Teknologi Bandung. Bandung, 1999.

  Sudr aj at. Air Poll ution And Sampli ng Air Pollut ant . Jour nal Ilmu Lingkungan Unmul.

  Samar inda: 2010 Si ever t s, Thomas. ”Impr oving the Quality of Fr agmented Ur ban Landscapes – a Global

  Challenge!”. In: Cr eating Know ledge – Innovati on Strat egi es for Desi gning Ur ban Landscapes ( Seggern, Hilde Von, Wer ner , Julia og Gr osse-Bächle, Lucia (Eds.)), Jovis, Ber lin, 2008.