GERAKAN SOSIAL POLITIK MASYARAKAT BLAMBANGAN TERHADAP KOMPENI DI BLAMBANGAN TAHUN 1767-1768

GERAKAN SOSIAL POLITIK MASYARAKAT BLAMBANGAN TERHADAP KOMPENI DI BLAMBANGAN TAHUN 1767-1768

SOCIO-POLITICS MOVEMENT OF BLAMBANGAN SOCIETY AGAINST KOMPENI IN BLAMBANGAN (1767-1768)

Nurmaria

Pascasarjana Ilmu Sejarah UNPAD Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor

e-mail: maria.nur54@yahoo.com

Naskah Diterima: 8 Mei 2017

Naskah Direvisi: 26 September 2017

Naskah Disetujui: 22 November 2107

Abstrak

Kajian ini membahas tentang gerakan sosial politik di Blambangan pada masa Pemerintahan Kolonial. Sekarang, Blambangan dikenal dengan Kabupaten Banyuwangi. Letaknya strategis, perbatasan antara pulau Jawa dan pulau Bali, sehingga sering terjadi konflik. Salah satu konflik tersebut berupa gerakan sosial politik yang dilakukan oleh Wong Agung Wilis terhadap Pemerintah Kompeni pada tahun 1767-1768. Melalui penggunaan metode sejarah, tulisan ini bertujuan untuk mengkaji munculnya, intensitas dan akibat gerakan sosial politik tersebut. Berbagai perspektif mengenai gerakan ini dibangun dengan memanfaatkan sumber- sumber VOC, babad dan kajian historis mengenai Blambangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, gerakan sosial politik di Blambangan terjadi karena adanya beberapa alasan, dari segi politik, sosial, etnis, agama maupun ekonomi. Gerakan tersebut sebenarnya tidak pernah berakhir, bahkan ketika pemimpin gerakan tersebut (Wilis) dibunuh oleh Kompeni, para pengikutnya masih melanjutkannya. Akhirnya, Kompeni melakukan berbagai strategi baik kompromi dengan pemimpin gerakan, mendatangkan pasukan perang dari Jawa dan Madura maupun melakukan gencatan senjata untuk menghentikannya.

Kata kunci: gerakan sosial, Wong Agung Wilis, VOC, Blambangan.

Abstract

This research will discuss about the socio-political movement that took place in Blambangan during the colonial period. Today, Blambangan is known as Banyuwangi Regency. It is a border area between the island of Java and the island of Bali. Because of this strategic location it makes the area often happened conflict. One of the conflicts was a social-political movement by Wong Agung Wilis against the Government of the Company in 1767-1768. Through the historical methods, this paper aims is to examine the emergence of social political movements in Blambangan and the achievements that achieved from the socio-political movement. Various perspectives on the movement were built on the use of VOC sources, chapters and several historical studies on Blambangan. Based on research conducted, the social political movement in Blambangan occurred due to several reasons, both in terms of political, social, ethnic, religious and economic. The socio-political movement in Blambangan actually never ended, even when the leader of the movement (Wilis) was killed by the Kompeni, His followers continued the movement. Until the end, the Company undertook various strategies either compromising with the movement's leaders, bringing in war troops from Java and Madura as well as conducting a ceasefire to stop it.

Keywords: social movement, Wong Agung Wilis, VOC, Blambangan.

408 Patanjala Vol. 9 No. 2 September 2017: 407 - 422

jadi Banyuwangi (Bali Post, 19 November Kajian yang menyuarakan tentang 1993). gerakan sosial di Indonesia memang

A. PENDAHULUAN

tahun 1987, bupati banyak dihasilkan. Akan tetapi kajian yang Banyuwangi kembali membentuk tim baru, secara spesifik membahas gerakan sosial untuk mengkaji ulang rekomendasi tanggal yang terjadi di Blambangan belum ada. hari jadi dari tim pertama. Tim baru Artikel ini berusaha untuk menelaah tersebut dipimpin oleh Mas Soepranoto. peristiwa perlawanan yang dilakukan oleh Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, Wong Agung Wilis terhadap Kompeni tim ini mengusulkan tanggal 7 Desember pada tahun 1767-1768 dari sudut pandang 1773 sebagai hari jadi Banyuwangi, gerakan sosial. Gerakan sosial adalah alasannya, berlangsung pengangkatan Mas upaya untuk mengubah keadaan atau Alit sebagai bupati Banyuwangi yang melawan ketidakadilan (Fadhilah, 2006: pertama. 1). Terdapat beberapa jenis gerakan sosial,

Pada

Tentu saja usulan tersebut misalnya millenarianisme, messianisme mendapat penolakan keras dari tim dan lain sebagainya. Millenarianisme pertama, sampai terjadi perdebatan biasanya

membayangkan kedatangan panjang dan belum ada keputusan atas hari zaman emas yang akan menghilangkan jadi Banyuwangi. Sampai pada tahun semua

ketidakadilan, kekacauan, 1991, Bupati Banyuwangi kembali pertentangan, dan penderitaan. Sedangkan, membentuk tim baru dan membubarkan messianisme mengharapkan juru selamat, tim-tim sebelumnya. Tim ini dipimpin oleh yaitu tokoh yang diyakini akan membawa Sekwilda, Widodo Pribadi. Akan tetapi, masa adil dan makmur (Kartodirdjo, 1973: tim baru ini tidak melahirkan rekomendasi 8-11).

apa pun. Hingga muncul sebuah buku yang Dari berbagai jenis gerakan sosial ditulis oleh budayawan lokal, Sri Adi tersebut, perlawanan yang dilakukan oleh Oetomo, yang berjudul “Menelusuri dan Wong Agung Wilis merupakan salah satu Mencari Hari Jadi Kota Banyuwangi ”. gerakan millenarianisme. Membebaskan Penulis ini mengusulkan dua alternatif masyarakat Blambangan dari belenggu tanggal hari jadi. Pertama, 7 Desember Kompeni

utama 1773, berarti sepakat dengan tim kedua. berlangsungnya gerakan sosial tersebut. Selanjutnya, tanggal 2 Februari 1774 saat Meskipun

menjadi

motif

tersebut pelantikan Mas Alit sebagai Bupati berlangsung dalam waktu singkat, namun Banyuwangi. telah menimbulkan dampak yang luas.

gerakan

sosial

Meluasnya pandangan-pandangan Baik bagi masyarakat setempat, maupun baru mengenai hari jadi Banyuwangi ini bagi Kolonial Belanda, bahkan bagi daerah mendorong pemerintah daerah untuk sekitar Blambangan, misalnya Bali. Oleh mengadakan

seminar yang khusus karena itu perlu diadakan kajian sejarah membahas hal tersebut. Beberapa kali yang lebih mendalam, karena sejak awal seminar diadakan oleh Dinas Pariwisata, abad ke-20 hingga saat ini belum ada Seni, dan Budaya Kabupaten Banyuwangi kajian yang membahas secara khusus dengan mengundang sejarawan lokal, dalam bentuk sejarah lokal yang bersifat sejarawan dari Jawa Timur, budayawan, analitis.

pejuang 1945, bahkan Upaya-upaya penulisan sejarah mendatangkan arkeolog dari Yogyakarta, lokal di Banyuwangi sudah muncul pada Abdul Choliq Nawawi. Arkeolog tersebut abad ke-20. Produk pertama historiografi mengusulkan 24 April 1477 sebagai hari lokal tersebut berupa buku yang berjudul jadi Banyuwangi. Selayang Pandang Blambangan , terbit

kelompok

Pada akhirnya, tahun 1993 tahun 1977. Selain berhasil menerbitkan diadakan kembali seminar yang khusus buku, tim tersebut juga mengusulkan hari membahas hari jadi Banyuwangi, dengan

Gerakan Sosial Politik Masyarakat Blambangan …(Nurmaria) 409 agenda mengkaji ulang lima usulan tanggal Wilis dijelaskan sebagai adik dari

yang pernah muncul pada penelitian Pangeran Pati dan diangkat sebagai patih, sebelumnya. Seminar merekomendasikan namun kemudian dipecat karena adanya

18 Desember 1771 sebagai hari jadi polemik politik yang terjadi di kalangan Banyuwangi. Tidak lama setelah seminar istana. Sedangkan Rempeg, berdasarkan tersebut berlangsung, muncullah SK sumber lokal dikenal sebagai Jagapati, DPRD mengenai penetapan hari jadi seorang pemuda yang mempunyai titisan Banyuwangi (Margana, dalam Lembaran dari Wong Agung Wilis dan melanjutkan Kebudayaan 24 , 2012 : 23-25).

perjuangannya. Selanjutnya, Sayu Wiwit Seminar tersebut juga melahirkan adalah putri dari Wong Agung Wilis yang nama tiga orang yang kemudian diusulkan melakukan pemberontakan di Blambangan menjadi pahlawan Banyuwangi, yaitu bagian barat dan kemudian bergabung Wong Agung Wilis, Rempeg Jagapati, dan dengan pemberontakan yang dilakukan Sayu Wiwit. Terbitnya buku “Nagari oleh Rempek Jagapati namun akhirnya Tawon Madu ” yang berisi tentang keadaan tertangkap oleh VOC (2012: 14-20). politik di Blambangan pada abad ke-18

Dari beberapa kajian historis yang semakin menguatkan upaya tersebut, dilakukan oleh berbagai kalangan, baik bahkan kelompok-kelompok yang awalnya dari pihak pemerintahan daerah, sejarawan, bersikukuh dengan pendapat masing- budayawan dan masyarakat umum, belum masing, melebur jadi satu mendukung ada kajian yang secara spesifik membahas pengusulan nama pahlawan Banyuwangi tentang gerakan sosial politik di (Sujana, 2001). Akan tetapi usulan ketiga Blambangan yang dilakukan oleh Wong

nama tersebut ditolak, “karena belum ada Agung Wilis terhadap Kompeni Belanda. riwayat perjuangan lengkap yang disusun Oleh

itu perlu diadakan dalam bentuk kajian akademis, sehingga penelusuran lebih lanjut

karena

mengenai sumber yang digunakan hanya berdasarkan peristiwa tersebut. Bahkan berdasarkan

babad dan sedikit sumber VOC”. 1 Margana sumber VOC, perlawanan yang dilakukan dalam artikelnya yang berjudul Melukis oleh Wong Agung Wilis sangat berbahaya

Tiga Roh: Stigmatisasi dan Kebangkitan jika dibandingkan dengan perlawanan yang Historiografi Lokal di Banyuwangi , juga dilakukan oleh Rempeg Jagapati dan Sayu menyepakati

dengan Wiwit, karena menguras banyak tenaga mengatakan bahwa “belum pernah dan membutuhkan banyak biaya untuk

hal

tersebut,

dilakukan kajian akademis terhadap tiga menumpasnya. Intensitas perlawanannya tokoh tersebut, setidaknya hingga tesis I juga berlangsung sengit, bahkan ketika

Made Sujana tahun 1995” (Lembaran Wong Agung Wilis sudah diasingkan ke 24 Kebudayaan , 2012 : 8-9).

Banda, mampu kembali ke Bali dalam Pada tahun 2012, disertasi S. keadaan selamat (Lekkerkerker, 1923: 37). Margana diterbitkan, dari disertasi ini Hal tersebut menimbulkan rasa penasaran terungkap gambaran yang lebih jelas yang

sehingga penulis tentang peristiwa heroik yang terjadi pada memutuskan untuk mengangkat topik ini

mendalam,

paruh ke-2 abad ke-18 yang menjadi titik untuk diteliti.

perdebatan hari jadi dan juga tokoh-tokoh

sejarawan juga sejarah yang diajukan sebagai pahlawan. mempunyai pendapat yang berbeda Dengan menggunakan data naskah dan mengenai perlawanan Wilis. Seperti I sumber VOC, Margana seolah mampu Made Sujana, memandang perlawanan menghidupkan tokoh yang selama ini Wilis sebagai reaksi politik terhadap dianggap fiktif. Misalnya, Wong Agung observasi VOC di Blambangan, dan

Beberapa

mengungkap tokoh sebagai panglima

1 Wawancara dengan Nina Herlina Lubis, Tim

perang, adanya polemik politik sebagai

Pengusulan Pahlawan

Banyuwangi,

pemicu perlawanan tersebut. Akan tetapi,

Bandung, 3 Februari 2017.

410 Patanjala Vol. 9 No. 2 September 2017: 407 - 422 dalam disertasi Margana muncul kesan Kabupaten Banyuwangi. Sementara itu,

berbeda, yaitu dengan menghadirkan tahun 1767 adalah tahun ketika gerakan faktor sosial dan religi sebagai benih-benih sosial terjadi dan diakhiri tahun 1768 perlawanan tersebut. Adapun pentingnya setelah VOC berhasil melumpuhkan topik ini diangkat kembali adalah untuk gerakan sosial-politik yang dipimpin oleh melihat perlawanan Wong Agung Wilis Wong Agung Wilis. Berdasarkan uraian di dari sudut pandang gerakan sosial-politik. atas, pertanyaan-pertanyaan yang hendak Sehingga dapat memunculkan kesan dijawab adalah sebagai berikut: berbeda

penelitian 1. Mengapa muncul gerakan sosial-politik sebelumnya.

dengan

hasil

di Blambangan?

Hal lain yang menarik dari 2. Bagaimana intensitas jalannya gerakan fenomena sejarah Blambangan pada abad

sosial-politik tersebut? ke-18 ini adalah tentang gerakan 3. Apa saja akibat dari gerakan sosial- masyarakatnya

politik bagi Blambangan? membangkitkan

Kemuncullan kajian ilmiah, seperti karya I

B. METODE PENELITIAN

Made Sujana dan Sri Margana, turut serta

ini menggunakan dalam upaya membangkitkan aktivitas metode sejarah. Metode sejarah adalah penelusuran sejarah lokal dan artefak- proses menguji dan menganalisis secara artefak peninggalan sejarah. Misalnya, kritis rekaman dan peninggalan masa dengan membangun monumen di tempat lampau. Melalui metode sejarah, tulisan ini bersejarah, memburu dan mencari makam diharapkan mampu menampilkan suatu ketiga

Penelitian

juga rekonstruksi sejarah dengan tingkat mevisualisasikan ketiga tokoh dalam objektivitas semaksimal mungkin. Metode bentuk lukisan (Margana, dalam Lembaran sejarah terdiri dari 4 tahap, yaitu heuristik,

tokoh tersebut

dan

Kebudayaan 24 , 2012 : 7). Tidak berhenti kritik, interpretasi, dan histriografi pada makam dan lukisan, usaha (Garraghan, 1957: 34; Kosim, 1984: 36; masyarakat

Banyuwangi semakin Gottschalk, 1985: 32; Renier, 1997: 113; melambung dengan menerbitkan buku Lubis, 2015: 15). biografi tiga tokoh tersebut, melalui kerja

Heuristik sebagai tahap pertama sama dengan sejarawan dan budayawan dalam metode sejarah adalah kegiatan lokal. 2 menemukan dan menghimpun sumber,

Apa yang dipaparkan di atas informasi, dan jejak masa lampau. menimbulkan

beberapa pertanyaan, Sumber-sumber yang dihimpun mengacu sehingga penulis tertarik untuk mencari pada tiga jenis sumber, yakni sumber penjelasan (eksplanasi) tentang peristiwa tertulis, lisan, benda (Garraghan, 1957: tersebut dan menuangkannya dalam sebuah 103; Gottschalk, 1985: 35-40; Renier, artikel yang berjudul ”Gerakan Sosial- 1997: 104; Kuntowijoyo, 2013: 73-76; Politik Masyarakat Blambangan Terhadap Lubis, 2015: 7). Sumber-sumber tertulis Kompeni di Blambangan Tahun 1767- dapat berupa arsip, sumber resmi tercetak, 1768 ”. Lingkup geografisnya adalah dokumen, artikel sezaman, tradisi lisan Blambangan, yang saat ini berada di baik tertulis maupun lisan, buku, disertasi,

tesis, skripsi, laporan penelitian, artikel

yang dimuat dalam jurnal atau surat kabar.

Basri. H (ed), Pangeran Jagapati, Wong

Sumber-sumber berupa arsip, sumber

Agung Wilis, Sayu Wiwit (Tiga Pejuang Dari Blambangan) ,

(Pemerintah

Kabupaten

resmi tercetak, dokumen, artikel sezaman

dapat ditelusuri di Arsip Nasional

Pangeran Rempeg Jagapati Pahlawan

Republik Indonesia (ANRI) di Jakarta,

Perjuangan Kemerdekaan

Di

Tanah

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Blambangan Tahun 1771 , (Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2008)

Gerakan Sosial Politik Masyarakat Blambangan …(Nurmaria) 411 di Jakarta, dan melalui akses online pada yang ada. Oleh karena itu, penulis harus

situs KITLV. mengambil jarak dengan sumber agar tidak Tahap kedua adalah kritik baik terlalu dekat dan menimbulkan bias. secara internal maupun eksternal. Kritik Dalam kedua cara tersebut ada berbagai sering

verifikasi jenis interpretasi, mulai dari interpretasi (Kuntowijoyo, 2013: 77; Lubis, 2015: 25). verbal, teknis, logis, psikologis, dan Kritik harus dilakukan agar penulis tidak faktual (Garraghan, 1957: 321-337; Lubis, menerima begitu saja apa yang tercantum 2015: 36-39). dan tertulis pada sumber-sumber tersebut

disebut

juga

Tahap keempat adalah penulisan (Sjamsuddin, 2012: 103). Dalam tahap ini, yang disebut historiografi yang merupakan ada dua hal yang perlu dilakukan. Pertama, tahapan terakhir dalam metode sejarah meneliti otentisitas sumber atau keaslian (Gottschalk, 1985: 32; Lubis, 2015: 55). sumber disebut kritik eksternal. Kedua, Dalam tahap ini yang diperlukan adalah meneliti kredibilitas sumber yang disebut kemampuan menulis. Sebuah tulisan yang kritik internal (Kuntowijoyo, 2013: 77-78). kreatif tentu membutuhkan kecerdasan dan Kritik eksternal dilakukan untuk mencegah imajinasi. Kecerdasan di sini berarti sejarawan menggunakan sumber palsu atau bersikap kritis pada setiap sumber disertai menipu. Sementara dalam kritik internal dengan analisis yang tajam. Imajinasi di hanya dapat dilakukan terhadap penulisan sini berarti penulis harus mampu yang ada dalam dokumen-dokumen atau membayangkan

bagaimana sebuah pada inskripsi pada monumen, mata uang, peristiwa terjadi sehingga menghasilkan medali, atau stempel (Renier, 1997: 116).

sebuah historiografi yang baik. Setelah sumber-sumber tersebut

untuk menjelaskan dikritik,

Sedangkan

harus permasalahan dalam kasus yang diteliti ini dikoroborasikan antara sumber yang satu digunakan teori dari Neil J. Smelser, yang dengan sumber yang lain sehingga dikenal sebagai teori collective behaviour. melahirkan sebuah fakta sejarah yang Adapun yang dimaksud dengan collective mendekati kebenaran. Tidak hanya behaviour adalah tindakan yang dilakukan berhenti sampai di sana fakta tersebut tidak oleh dua orang atau lebih. Sebagai contoh, dapat berbicara sendiri tanpa adanya beberapa kegiatan yang termasuk dalam sentuhan dari penulis kecuali pada sumber perilaku kolektif adalah kerja bakti, yang tidak ada kontradiksi atau dikenal gotong-royong,

sumber

tersebut

demonstrasi, dengan sebutan argumentum ex silentio pemberontakan, dan revolusi. Menurut (Garraghan, 1957: 294; Gottschalk, 1985: Smelser, ada enam determinan yang harus 116; Lubis, 2015: 34-35).

dipenuhi untuk terjadinya sebuah gerakan Tahap

ketiga

ini

disebut sosial (Smelser, 1969: 15-17) : interpretasi yang bisa dilakukan dengan 1. Structural conduciveness. dua cara, yaitu sintesis dan analisis. 2. Structural strain. Interpretasi sering disebut biangnya 3. Growth and spread of generalized

subjektivitas karena dalam proses ini

belief .

masuk pemikiran-pemikiran penulis atas 4. The precipitating factor. suatu fakta sejarah. Fakta-fakta tersebut 5. Mobilization of participant for action. dirangkai menjadi suatu rentetan tak 6. The operation of sosial control.

terputus dari suatu peristiwa. Dalam penulisan sejarah subjektivitas itu diakui

C. HASIL DAN BAHASAN

namun subjektivitas itu harus dihindari 1. Blambangan Periode Awal (Ankersmit, 1987: 331; Kuntowijoyo,

adalah sebuah 2013: 78). Interpretasi merupakan sebuah wilayah yang terletak di ujung timur Pulau

Blambangan

tahapan yang cukup sulit karena penulis Jawa. Blambangan didirikan dan harus bersikap netral terhadap sumber berkembang bersamaan dengan Kerajaan

Hindu terbesar di Jawa, Majapahit.

412 Patanjala Vol. 9 No. 2 September 2017: 407 - 422 Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya Wila akan mendampingi kakaknya selama

pada tahun 1293, dengan dibantu oleh bertahta sebagai patih (Arifin, 1995: 105). Arya Wiraraja. Arya Wiraraja adalah

Sumber Babad Tawang Alun serta seorang

yang berbagai kajian historis menyebutkan berkedudukan di Sumenep. Atas jasanya bahwa pada tahun 1665, Pangeran Tawang dan kesetiaannya kepada Majapahit, pada Alun II naik takhta, menggantikan tahun 1309, Raden Jayanegara yang ayahnya, dan Wila diangkat sebagai patih. merupakan putra dari Raden Wijaya, Pangeran Tawang Alun II memerintah memberi hadiah kepada Arya Wiraraja Blambangan selama 4 tahun, kemudian sebuah wilayah Kerajaan Majapahit bagian takhta diserahkan kepada Wila. Menurut timur. Di dalam kajiannya yang berjudul Babad Blambangan, penyerahan takhta Beknopte Geschiedenish van Indonesie tot terhadap adiknya dilakukan, karena aan de komst der Hollanders , Ennen Pangeran Tawang Alun II mendengar mengatakan bahwa, “De Koning bedacht desas-desus yang tidak menyenangkan zijn getrouwe helpers van vroeger goed. mengenai pemberontakan yang akan Wiraradja werd aangesteld als bestuurder dilakukan

senopati

Madura

untuk menggulingkan van Loemadjang, het latere Rijk van jabatannya. Satu-satunya upaya untuk

Blambangan 3 ” (Ennen, 1930: 64). Di menghindari terjadinya pertumpahan wilayah itulah Kerajaan Blambangan darah, maka ia menyerahkan takhta didirikan dan berkembang hingga abad ke- tersebut kepada adiknya. Akan tetapi,

18 (Lekkerkerker, 1923: 1032-1033; Wikkerman menyebutkan bahwa sudah Nugroho, 2011: 139; Ricklefs, 2011: 26; terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Margana, 2012: 25; Rush, 2013: 2).

Wila. Dua sumber ini tidak memiliki Kerajaan Blambangan memang perbedaan

signifikan dan sudah berdiri sejak kekuasaan Majapahit. bertentangan,

yang

keduanya menyatakan Akan tetapi, puncak kejayaannya dialami bahwa terjadi perselisihan antara Wila dan ketika masa pemerintahan Pangeran Pangeran Tawang Alun II. Fakta mengenai Tawang Alun II, yaitu pada tahun 1665- perselisihan tersebut masih berupa desas- 1691. Berdasarkan sumber babad dan desus atau sudah terjadi pemberontakan, sumber kolonial, kekuasaan dinasti belum ada sumber yang menjelaskan Tawang Alun berawal pada abad ke-17, namun informasi yang bisa diterima adalah dengan ditandai adanya ibu kota baru Pangeran Tawang Alun II memutuskan Blambangan yang terletak di Kedawung untuk melepaskan takhtanya (Wikkerman (Puger, Kabupaten Jember sekarang). Raja dalam Lekkerkerker, 1923: 1041; Pigeaud, yang berkuasa adalah Tampa Una dan 1929 :100; Arifin, 1995: 105; Sujana, mempunyai gelar Pangeran Tawang Alun I 2001: 28; Margana, 2012: 35). (Arifin, 1995: 105; Lekkerkerker, 1923:

Tidak lama setelah turun takhta, 1045). Babad Tawang Alun menyebutkan, Tawang Alun pergi untuk mengasingkan dia mempunyai lima anak; dua putra, yaitu diri di hutan rimba Bayu. Di tempat ini Mas Kembar (Tawang Alun) dan Mas Tawang Alun membuka pemukiman baru. Wila, dan tiga putri, yaitu Mas Ayu Lambat laun pemukiman tersebut menjadi Tunjungsari, Mas Ayu Melok dan Mas ramai, karena penduduk dari Blambangan Ayu Gringsing. Putra pertamanya, Mas berduyun-duyun pindah ke Bayu. Selama Kembar akan menggantikannya sebagai enam tahun penduduk Bayu semakin raja kelak ketika Tampa Una sudah banyak jumlahnya. Keadaan ini membuat meninggal, sedangkan putra kedua, Mas Wila cemburu, dan marah karena sebagian

besar penduduknya memilih untuk pindah

3 Raja berfikir bahwa pengikut yang setia harus

ke Bayu. Akhirnya, Wila memutuskan

diperlakukan dengan baik. Wiraraja diangkat

untuk melakukan penyerangan dan

menjadi pemimpin Lumajang, kemudian

pengepungan atas Bayu. Akan tetapi, Wila

Kerajaan Blambangan.

Gerakan Sosial Politik Masyarakat Blambangan …(Nurmaria) 413 mengalami kekalahan, dan terbunuh Negara daerah yang merupakan bagian

(Brandes, dalam Margana, 2012: 35). dari Kerajaan Blambangan, yaitu: Malang, Kejadian

Probolinggo, Jember, Tawang Alun menjadi satu-satunya Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi. penguasa Blambangan dan berhasil Luasnya daerah pengaruh kekuasaan membawa Blambangan menjadi kerajaan Blambangan di Ujung Timur Jawa, yang berdaulat (Lekkerkerker, 1923: 1045- dikuatkan oleh pernyataan Vlekke bahwa 1046). Sekitar tahun 1676, Tawang Alun “Blambangan di ujung timur pulau Jawa memutuskan untuk membebaskan diri dari itu yang masih bebas dari dominasi Mataram dengan cara menghentikan Mataram. Penyerangan Mataram atas pemberian upeti serta kunjungan tahunan Blambangan berkali-kali gagal karena ke Mataram. Kemudian memakai gelar konflik Mataram dengan VOC” (Vlekke, Susuhunan Blambangan. Dari kumpulan 2008: 145-146). Dari pernyataan Vlekke naskah VOC yang disusun ulang oleh De tersebut, dapat kita ketahui bahwa sampai Jonge, tulisan yang cukup jelas dari kira-kira akhir abad XVII, Blambangan Brandes mengenai babad Blambangan, masih menguasai hampir seluruh Ujung kajian

tersebut

membawa Lumajang,

ditulis Timur Jawa. Tahun 1691 Tawang Alun berdasarkan keterangan penduduk lokal, meninggal karena sakit. Babad Tawang karangan Krom mengenai peninggalan- Alun menyebutkan, jasadnya dikremasi peninggalan

Wikkerman

yang

Kerajaan dan akhirnya mengalami moksa di Keraton Blambangan, serta kajian-kajian historis Macan Putih (Arifin, 1995: 280). yang dilakukan sejarawan Indonesia,

kuno

dari

Babad Blambangan menjelaskan misalnya I Made Sujana, Sri Margana, Edi bahwa setelah kematian Tawang Alun, Burhan Arifin, Moch Hadi Sundoro dan Sasranagara, salah satu anak Tawang Alun, kajian filologi yang dilakukan oleh menobatkan dirinya sendiri menjadi raja Danusaprapta, Winarsih Arifin, dapat tanpa melakukan perundingan dengan diketahui bahwa pada zaman Pangeran keluarganya. Anak Tawang Alun yang Tawang Alun II, daerah-daerah yang ada lain,

Macanapura, tidak menerima di bawah pengaruh kekuasaan Blambangan keputusan sepihak yang diambil oleh sangat luas.

Sasranagara. Macanapura melakukan Daerah-daerah

pengaruh pemberontakan dan berhasil menduduki kekuasaan Blambangan, meliputi hampir takhta. Setelah memerintah selama enam seluruh Ujung Timur Jawa, yaitu dari tahun, terjadi perebutan kekuasaan lagi. Malang, Probolinggo, hingga Banyuwangi. Peperangan sengit terjadi antara Pangeran

Macanapura melawan Mas Purba. Mas Purba ialah putra Sasranagara, usianya sekitar

13 tahun, namun berani memberontak karena dukungan dari ibunya yang meminta bantuan Bali. Mas Purba berhasil menang, sehingga kekuasaan mutlak menjadi miliknya dan dia dinobatkan sebagai Raja Blambangan dengan julukan Pangeran Adipati Danureja

(Arifin, 1995: 281-282). Tahun 1736 ia

Peta 1 Wilayah Kerajaan Blambangan Pada

meninggal. Mengenai jasadnya juga masih

Masa Tawangalun II

misterius, sumber VOC mengatakan jasad

Sumber: Diolah dari Babad Wilis.

Danureja dibakar dengan sembilan orang istrinya menurut adat istiadat Blambangan,

Berdasarkan ilustrasi peta di atas, dan dijuluki Dewa Nyurga oleh orang Bali selama mengalami golden age, terdapat 7 (Leckerkerker, 1923: 1040). Akan tetapi daerah di bawah kekuasaan Blambangan.

414 Patanjala Vol. 9 No. 2 September 2017: 407 - 422 Babad Tawang Alun mengatakan, jasad

Peta di atas adalah ilustrasi Danureja dimakamkan di Tuban (Arifin, kekuasaan

Blambangan ketika 1995:109).

pemerintahan Danuningrat, yang meliputi:

Kematian Danureja pada tahun a. Nusa Barung

i. Ulupampang

1736 menjadikan Mas Sepuh naik takhta b. Puger

j. Rogojampi

menjadi pangeran. Akan tetapi, salah satu c. Tomogoro

k. Genteng

sumber menyebutkan bahwa usianya masih d. Bayu

l. Banyuwangi

terlalu muda (13 tahun) untuk memimpin e. Songggon

m. Gambiran

sebuah kerajaan. Karena usianya masih f. Macan Putih

n. Pakis

terlalu dini untuk memegang takhta, g. Panarukan

o. Ketapang

diangkatlah Ranggasatata, seorang Bali h. Grajakan

dari Klungkung,

Selain mampu mempertahankan administrasi kerajaan (Lekkerkerker, 1939: wilayah kekuasaan yang luasnya tidak 1050). Berdasarkan kajiannya mengenai mengalami perubahan. Adanya perkiraan Babad

untuk

mengatur

juga jumlah penduduk pada tahun 1750 yang mengatakan bahwa Ranggasatata dikirim ditulis oleh Pieter semakin memperkuat ke Blambangan dari Klungkung untuk keadaan

Tawangalun,

Pigeaud

Blambangan pada masa memelihara ketertiban dan mengambil alih pemerintahan

Danuningrat. Pieter kewajiban Danuningrat untuk sementara menyebutkan bahwa terdapat sekitar waktu (Pigeaud, 1929: 341). Pada tahun 20.000 orang penduduk Blambangan 1745, Danuningrat mulai mengendalikan (Pieter, 1939: 40). Akan tetapi tidak kekuasaannya sendiri.

dijelaskan komponen laki-laki, perempuan, Kajian

I Made

Sujana dewasa maupun anak-anak.

pada masa mengalami

menyebutkan bahwa Kerajaan Blambangan Kedamaian

zaman kertayuga atau pemerintahan Danuningrat, berakhir pada ketenangan, bebas dari konflik fisik di tahun

Penjelasannya dapat bawah pemerintahan Danuningrat (Sujana, ditemukan

dalam beberapa babad, 2001: 35). Hal ini dikuatkan oleh misalnya Babad Wilis dan Babad Mas Lekkerkerker dengan menyatakan bahwa Sepuh, sebagai sumber lokal, sangat

“Sekarang terjadi ketenangan di daerah gamblang menjelaskan keruntuhan yang tadinya sering diancam bahaya pemerintahan Danuningrat disebabkan

perang” (Lekkerkerker, 1923: 1051). oleh adanya konflik internal yang terjadi Berikut gambaran mengenai wilayah antara Danuningrat dan Wong Agung

kekuasaan Pangeran Danuningrat selama 4 Wilis . Konflik tersebut dimulai dari pemerintahannya.

adanya fitnah yang didalangi oleh Tepasana, 5 yang menurut babad berwatak

seperti Durno. Fitnah tersebut bermuara

4 Di dalam sumber Babad Blambangan dan Babad Tawang Alun disebutkan bahwa

Wong Agung Wilis ketika masih kanak- kanak bernama Mas Sirna dan lahir di Blambangan. Berdasarkan silsilah yang ditemukan, Mas Sirna adalah keturunan dari

Peta 2. Wilayah Blambangan Tahun 1736- seorang penguasa Blambangan, Pangeran 1763

Danureja, yang memerintah pada tahun Sumber: Diolah dari Babad Wilis, Babad

1697. Ibu Mas Sirna adalah seorang selir, Tawangalun, Nagari Tawon Madu.

yang berasal dari Bali (Arifin, 1995: 109). 5 Tepasana adalah aristokrat dari Lumajang,

yang muncul sekitar tahun 1760-an, dan menjadi mertua Danuningrat.

Gerakan Sosial Politik Masyarakat Blambangan …(Nurmaria) 415 pada keputusan Danuningrat untuk

dibutuhkan sekaligus pekerjanya untuk memecat Wilis dari jabatannya sebagai

benteng 6 tersebut” patih, dan mengangkat Sutajiwa sebagai

membangun

(Margana, 2012: 45) . penggantinya. Atas kejadian tersebut,

Margana juga menegaskan bahwa Gusti

Agung Mengwi mengirim surat perjanjian tersebut ditulis langsung pasukannya yang dipimpin oleh Wilis oleh Danuningrat. Kemudian Hendrik untuk menangkap Tepasana dan Sutajiwa Breton, Gezaghebber dari Surabaya segera di Blambangan. Pertempuran pun terjadi, mengirimkan proposal tawaran pengajuan namun Danuningrat mundur dan berhasil kerja sama tersebut kepada VOC. Adanya melarikan diri bersama Sutajiwa (Arifin, tawaran kerja sama yang dilakukan oleh 1980: 33).

Danuningrat juga dibenarkan oleh De Informasi

mengenai Jonge. Ia mengatakan bahwa, “Pangeran penyerangan

lain

Mengwi terhadap Patti lebih suka menyerahkan daerahnya Blambangan dapat ditemukan pada Babad kepada Kompeni, daripada daerahnya itu Tawang Alun, selain adanya konflik tetap berada dibawah kekuasaannya orang internal antara Danuningrat dan Wilis, Bali, yang selalu berpura-pura baik dan terdapat konflik eksternal yang terjadi di selalu membantu rakyat Blambang an” (De Kerajaan Blambangan, yaitu adanya Jonge, 1923: 3). ambisi Danuningrat yang ingin menjadikan

Akan tetapi, respons dari Batavia kerajaannya independent. Keputusannya dan Semarang tidak sesuai dengan untuk membunuh Ranggasatata, utusan ekspektasi Danuningrat dan Hendrik Kerajaan Mengwi-Bali, dengan tidak Breton. Gubernur di Batavia secara terang- didasari alasan yang logis, membuktikan terangan menolak tawaran kerja sama yang bahwa ia ingin mewujudkan ambisinya. diajukan oleh Danuningrat. De Jonge Atas kejadian tersebut, Kerajaan Mengwi mengungkap penolakan kerja sama mengundang

kajiannya dengan menghadap ke Mengwi sebanyak dua kali, menyatakan bahwa: namun undangan tersebut diabaikan,

Danuningrat

untuk tersebut

dalam

“Daerah bagian selatan sudut Timur kemudian Mengwi memutuskan untuk

Jawa benar telah diserahkan pada menyerang Blambangan (Arifin, 1995: 14-

kompeni, akan tetapi mereka yang 21).

menyerahkannya tidak pernah Berdasarkan sumber babad dan

berkuasa sungguh-sungguh atas daerah sumber kolonial yang sudah dikaji oleh

tersebut, dan mereka yang sementara Margana, ia menyebutkan bahwa selama

memegang kekuasaan di daerah itu, meninggalkan

telah menolak untuk tunduk dan Danuningrat meminta bantuan kepada 7 patuh”.

istana

Blambangan,

Kompeni untuk merebut kembali Kerajaan Dari keterangan di atas dapat Blambangan

dengan disimpulkan bahwa gubernur menganggap membuat surat pernyataan yang isinya daerah Ujung Timur Jawa, termasuk sebagai berikut:

dari

Mengwi

Blambangan, sudah menjadi wilayah “Danuningrat berjanji untuk mengirim kekuasaan Kompeni. Sehingga Kompeni

600 koyan beras, sepuluh pikul lilin dan empat pikul sarang burung. Dalam

keadaan damai, jumlah itu akan

Informasi

berdasarkan NA, Koleksi

ditingkatkan. tentang Dia juga meminta

Blambangan oleh Hendrik Breton, Surabaya

Kompeni untuk mendirikan sebuah

30 Oktober 1763, hlm. 152. benteng militer di Blambangan guna 7 “De Oosthoek was haar wel afgestaan, maar

mencegah invasi Bali di masa depan.

zij die dien afstand deden hadden er geen

Dia bahkan menjanjikan untuk

gesag nitgeoefend, en zij die er het gezag in

menyediakan bahan-bahan

yang

hadden

weigerden zich te onderwerpen ” (De Jonge, 1923: 1).

hadden

416 Patanjala Vol. 9 No. 2 September 2017: 407 - 422 tidak perlu mengadakan perjanjian dan mengusir Danuningrat dari desa itu dan

kesepakatan apa pun dengan Danuningrat. pindah ke Desa Seseh. Dari perintah kedua Akan tetapi, meskipun Kompeni merasa ini, Danuningrat baru menyadari maksud memiliki

Blambangan sejak Gusti Agung Mengwi yang sesungguhnya, dikeluarkannya Perjanjian Giyanti oleh bahwa ia menginginkan kematiannya. Mataram, hingga tahun 1764 Kompeni Setelah sampai di desa Seseh, Danuningrat belum begitu memperhatikan daerah diserang oleh penduduk dan prajurit yang tersebut. Wilayah timur yang diperhatikan dikirim oleh Gusti Agung Mengwi. oleh Kompeni baru melampaui Pasuruan.

Danuningrat dan pengikutnya kalah, Atas

penolakan tersebut, semuanya mati di pantai Seseh. Danuningrat

Penjelasan dari Babad Wilis selanjutnya mengajukan bantuan kepada mengatakan bahwa setibanya di Bali, Kartanegara,

Bupati Lumajang. Danuningrat yang berpakaian serba putih Berdasarkan Babad Wilis, Gusti Agung bertemu dengan Gusti Agung Mengwi dan Mengwi mendengar kabar keberadaan sempat membuat beberapa pengakuan. Danuningrat di Lumajang, maka dengan Pengakuan

Danuningrat mengenai segera diutuslah beberapa duta dari peristiwa

pemecatan Wilis dan Blambangan dan Bali untuk membujuk pembunuhan Ranggasatata serta keputusan Danuningrat kembali ke Blambangan. untuk meninggalkan kerajaan membuat Danuningrat mau kembali ke Blambangan, Gusti Agung Mengwi terkejut dan tidak kemudian bersama dengan Wilis, ia bisa menahan amarahnya. Gusti Agung menghadap Gusti Agung Mengwi.

Mengwi kemudian memutuskan untuk Babad Mas Sepuh mengemukakan menahan Danuningrat dan menyuruh dia bahwa setibanya di Bali, Danuningrat tidak tinggal di Seseh. Mendengar berita ini, bertemu dengan Gusti Agung Mengwi. Nawangsari, istri Danuningrat, dan anak- Gusti Agung Mengwi memerintahkan dia anaknya menyusul ke Seseh. Setelah tiba untuk tinggal di sebuah desa terpencil dan di Seseh, Danuningrat dibunuh oleh sudah

lama tidak berpenghuni. pasukan Mengwi. Sementara istri dan Kemungkinan, perintah ini adalah sebuah anak-anak Danuningrat kembali ke hukuman yang diberikan oleh Gusti Agung Blambangan (Arifin, 1980: 37). Mengwi kepada Danuningrat, yang mana

Walaupun sumber-sumber yang Danuningrat belum menyadarinya dan mengkisahkan

kematian Danuningrat bahkan dengan suka rela membangun desa tergolong dalam jenis sastra, namun tersebut serta mendirikan puri Tanah Ayu, tidaklah mustahil pula bahwa sumber- untuk beribadah. Mengetahui hal ini, Gusti sumber tersebut masih menyimpan Agung Mengwi menjadi sangat marah dan peristiwa sejarah dari masa lampau. Karya memerintahkan rakyatnya untuk tidak Lekkerkerker juga mengulas sedikit kisah melakukan aktivitas apa pun ke desa tentang kematian Danuningrat oleh orang tempat Danuningrat dan keluarganya Bali (Lekkerkerker, 1923: 1041). Dengan tinggal (Arifin, 1995: 128). Hal ini demikian, bisa dikatakan bahwa peristiwa dilakukan supaya Danuningrat mengalami kematian Danuningrat pada tahun 1763 kesulitan memperoleh makanan dan menandakan bahwa berakhirnya eksistensi meninggal pelan-pelan.

Dinasti Tawang Alun yang telah berkuasa Babad

juga lebih dari seratus tahun lamanya di memberikan informasi bahwa ada salah Kerajaan Blambangan. Berikut bagan satu bangsawan Bali, yang bernama Gusti mengenai pohon keluarga keturunan Agung Kamasan Dhimandhe yang diam- Tawang Alun: diam memberi makanan Danuningrat beserta keluarganya. Mengetahui hal ini, Gusti Agung Mengwi memutuskan untuk

Mas

Sepuh

Gerakan Sosial Politik Masyarakat Blambangan …(Nurmaria) 417

menjadi

yang ramai dan pelabuhannya sering dikunjungi para pedagang, misalnya dari Cina, Bugis, Mandar,

kota

Melayu, dan lain-lain. Blambangan menjadi tidak kondusif. Kejadian tersebut mendorong VOC untuk menguasai Blambangan karena apabila dibiarkan dapat mengganggu eksistensi

di Pulau Jawa. Berkuasanya VOC di Blambangan menjadi sebab awal terjadinya gerakan sosial- politik di Blambangan.

VOC

Berdasarkan informasi dari surat dinas Kapten Blanke yang dikirim ke Gubernur Johanes Vos di Batavia, pada akhir Maret 1767, bendera Belanda

Gambar 1. Pohon Keluarga Blambangan

berhasil dikibarkan untuk pertama kalinya

Sumber: Babad Blambangan.

di Blambangan (VOC 3215, 1767: 131- 136). Gusti Ketut Kaba-Kaba dan Gusti

Setelah Danuningrat meninggal, Kuta Beda berhasil disingkirkan dari Blambangan sepenuhnya dikuasai oleh Blambangan. Kejadian ini merupakan Kerajaan Mengwi. Gusti Agung Mengwi pertempuran awal yang terjadi antara menunjuk Gusti Ketut Kaba-Kaba dan masyarakat Blambangan terhadap VOC Gusti Kuta Beda untuk memimpin dalam memperebutkan kekuasaan politik Blambangan. Berdasarkan kajian Margana, di Blambangan. Sampai pada akhirnya dua pemimpin ini membentuk Blambangan meluas ke berbagai faktor dan mengkristal, menjadi

kota perdagangan dengan kemudian bermuara pada berlangsungnya membiarkan para pedagang lokal dan asing gerakan sosial politik. mengunjungi

Blambangan (Margana, Faktor politik, Kompeni menunjuk 2012: 48).

Mas Anom dan Mas Uno untuk menjadi pemimpin baru di Blambangan. Selain itu

2. Penyebab Terjadinya Gerakan Sosial

dari faktor religi, paksaan untuk memeluk

Politik Blambangan

Agama Islam sekaligus Kristen mulai Ada beberapa penyebab terjadinya terjadi di masyarakat Blambangan.

gerakan sosial-politik yang dilakukan oleh Misalnya dengan menikahkan Raja Wong Agung Wilis terhadap Kompeni. Blambangan dengan anggota elite Islam Bermula ketika adanya laporan seorang dari wilayah Mataram yang didukung oleh mata-mata pribumi yang diutus oleh VOC, Belanda. Tentu saja hal tersebut memicu menyatakan bahwa pada bulan Agustus munculnya pertentangan dari penduduk 1766 terdapat tiga kapal besar Inggris yang lokal, yang memang sejak awal memeluk membawa para pelaut Bugis dan Madura agama Hindu (Lekkerkerker, 1923: 1060). tiba di Blambangan, di bawah komando

Faktor ekonomi, VOC mulai Edward Coles, anggota English East India dengan semangat perdagangan yang

Company (VOC 3186, 1766: 673-677). kemudian bermuara pada nafsu monopoli. Kedatangan EIC ke Blambangan bertujuan Berawal pada tahun 1699, Belanda untuk memasarkan senjata, opium, kapas, mengenalkan komoditas perkebunan pada dan kain yang harganya relatif murah. Blambangan. Bibit-bibit kopi, teh, tebu, Sedangkan pedagang lokal menawarkan dibawa ke daerah tersebut (Yahmadi, beras, garam, hewan ternak, dan kayu. 2000:

Lahirnya perkebunan Sehingga hubungan dagangnya bersifat mendatangkan penderitaan baru bagi

barter. Keadaan ini membuat Blambangan

418 Patanjala Vol. 9 No. 2 September 2017: 407 - 422

rakyat Blambangan. Rakyat Blambangan 3. Intensitas Gerakan Sosial Politik

hidup tertekan baik secara sosial maupun Kesan baik di mata masyarakat ekonomi. VOC memerintahkan rakyat menjadi modal utama bagi Wilis untuk untuk membuat jalan-jalan dan membabat menghimpun massa dan memperoleh pepohonan di hutan untuk ditanami dukungan dari daerah lain. Menurut Babad tanaman perkebunan. Akan tetapi VOC Wilis, langkah pertama yang dilakukan tidak menyediakan makanan bagi rakyat oleh

adalah mempengaruhi yang bekerja dalam kondisi kelaparan dan penduduk untuk tidak melaksanakan kerja kekurangan serta kesengsaraan penyakit wajib dalam pembangunan benteng (Arifin, 1995: 93). Keberhasilan berdagang Kompeni (Arifin, 1980: 31). Langkah melalui monopoli ini, kemudian digunakan selanjutnya dapat dilihat berdasarkan VOC untuk memanjakan penguasa lokal informasi dari surat Gubernur Vos, yang dengan kenyamanan ekonomi, utamanya mengatakan bahwa Wilis melakukan untuk berperang meluaskan kekuasaan perjalanan mengelilingi daerah dan menghadapi

Wilis

ini membagi-bagikan uang Bali dan senjata- menciptakan jurang pemisah antara senjata buatan Inggris (De Jonge, 1923: kehidupan penguasa dan rakyat. Sehingga 12). Sepertinya dua langkah ini merupakan muncullah konflik sosial di masyarakat.

musuhnya.

Cara

cara Wilis untuk mengambil hati rakyat Bukan hanya tenaga yang diperas, dan berusaha menjauhkan rakyat dari tapi demi kepentingan VOC, para Kompeni. Berdasarkan kajian Margana, ia penguasa beroperasi ke pelosok-pelosok mengatakan bahwa Wilis juga mencari kampung untuk menyita semua beras dukungan dari para diaspora seperti Bugis, simpanan dan hasil panen, serta bahan Sumbawa, Melayu dan Cina (Margana, makanan lainnya dan mengangkutnya. 2012: 115). Berdasarkan laporan dari Vos Apabila tidak dapat diangkut, VOC kepada Gubernur Jenderal dan Dewan menyuruh

membakarnya, kemudian Komisaris pada tanggal 20 Desember menyuruh rakyat menanam padi kembali 1767, pasukan yang berhasil dikumpulkan dengan perintah yang sangat memaksa. oleh Wilis, adalah sekitar 6000 orang. Vos Setelah panen, jerih payah penduduk disita juga mengatakan bahwa: lagi (Arifin, 1995: 12).

“Yang pasti adalah di Kotalateng Pemerintahan

sekelompok manusia Blambangan berjalan selama kurang lebih

pungutan. Di situ terdapat orang Bali, enam bulan, kemudian setelah itu muncul

Bugis, Mandar, Melayu, Punakawan situasi yang tidak kondusif, karena rakyat

(yaitu yang lahir campuran antara Bali Blambangan merasa tertekan dengan

dan Blambangan), Cina dan bahkan besarnya pajak dan kerja wajib yang harus

juga Inggris” (Vos kepada Gubernur dilakukan untuk Kompeni. Menurut Babad

Jendral dan Dewan Komisaris, 20 Wilis, “Lima puluh orang setiap hari 8 Desember 1767).

tersebut di atas, dan menyerahkan lembu dan sapi”.

diwajibkan masuk kerja untuk Kompeni

Kutipan

bahwa pasukan yang Kejadian-kejadian

menjelaskan

yang dihimpun oleh Wilis berasal dari orang- mengkristalkan

inilah

dan mendorong orang Bali, Bugis, Mandar, Melayu, tumbuhnya kekuatan-kekuatan rakyat yang Punakawan (yaitu yang lahir campuran sudah lemah untuk bersatu mengadakan

gerakan sosial yang kuat dalam rangka 8

Cotta een zonderling

menumbangkan kekuatan VOC. Terjadilah

zamenraapsel

bijeen. Men telde er

gerakan sosial politik besar-besaran pada

Balinezen,

Boeginezen, Mandarezen,

tanggal 18 Februari 1768 yang dipimpin

Maleijers, Panakawangs (uit de vermenging

oleh Wong Agung Wilis.

van Baliers met Baloemboangers geboren), Chinezen, en zelfs Engelschen (Vos aan Gouvern. Gen. en Rade, 20 December 1767).

Gerakan Sosial Politik Masyarakat Blambangan …(Nurmaria) 419 antara Bali dan Blambangan), Cina, dan sekitarnya. Rijcke melaporkan terdapat

bahkan juga Inggris. Hal ini menunjukkan 150 orang pasukan Wilis tewas, sedangkan bahwa betapa Wilis menjadi orang yang pasukan Kompeni yang gugur di medan mempunyai

kedudukan penting di perang tidak disebutkan jumlahnya. Pada Blambangan.

Terlepas bergabungnya pertempuran pertama ini, pasukan mereka menjadi pasukan Wilis karena Kompeni dinyatakan kalah, ratusan terpaksa atau tidak, seperti yang dikatakan pasukan Wilis yang bergerak di bawah oleh Vos, namun dengan adanya jumlah komando Encik Kamis berhasil mengambil pasukan tersebut sudah membuktikan alih benteng Kompeni di Ulupampang dan bahwa Wilis mampu menjadi seorang memenggal beberapa mata-mata Kompeni pemimpin.

di Ulupampang (VOC 3248: folio 9-16). Mendengar kabar bahwa Wilis Wilis berada pada puncak kejayaan untuk membentuk pasukan dan akan melakukan sementara waktu, Mas Anom dan Mas gerakan sosial politik untuk merebut Weka, bupati Blambangan yang ditunjuk

Blambangan dari Kompeni, Van Rijcke 9 oleh Kompeni, menyatakan bergabung memutuskan untuk mengunjungi dan dengan Wilis. Posisinya di kota semakin

mengadakan perundingan dengan Wilis di kuat karena dukungan datang silih Kutalateng.

Kunjungan tersebut berganti. Selain menguasai Ulupampang, dimaksudkan agar Wilis mau mendukung pasukan Wilis juga ditugaskan untuk pemerintahan Kompeni di Blambangan mengkondisikan daerah sekitar Banyualit dan tidak terjadi pertumpahan darah. Wilis supaya pihak Kompeni kekurangan tidak menjanjikan apa pun kepada pasokan makanan di bentengnya sendiri. Kompeni, ia hanya mengatakan akan

Dalam surat dinas Gubernur Vos berkunjung ke Banyualit pada hari ketiga yang diolah oleh De Jonge dijelaskan bulan Februari (Margana, 2012: 125). kondisi Van Rijcke dan pasukannya di Namun pada kenyataannya, Wilis tidak Benteng Banyualit semakin mengenaskan. pernah

ke Pasukannya menderita kelaparan dan Banyualit, sehingga terjadilah beberapa penyakit mematikan, bahkan dirinya kali pertempuran antara Wilis dan sendiri juga terserang penyakit. Rijcke Kompeni di Blambangan sepanjang tahun mengirim surat kepada Vos, menceritakan 1768.

melakukan

kunjungan

keadaannya dan memohon pengiriman Menurut laporan dari Rijcke kepada bantuan. Bantuan dikirim oleh Vos pada Gubernur Vos, pada tanggal 18 Februari tanggal 24 April 1768, di bawah komando 1768

Wilis melakukan serangan Gezaghebber Coop a Groen dengan pertamanya. Serangan ini difokuskan membawa 2000 prajurit menuju Banyualit. untuk merebut benteng Kompeni di Bahkan Vos rela pindah ke Surabaya untuk Ulupampang. Kapten Maurer, Skipper memantau perkembangan Blambangan. Pietersz, Letnan Diest, dan Letnan Setelah pasukan sampai di Banyualit, Vos Wipperman

bersama pasukannya memerintahkan untuk menyusun strategi menghadapi Wilis dan pasukannya. merebut Ulupampang kembali sebelum Pertempuran ini terjadi pada musim hujan, menyerang Kotalateng, tempat Wilis

sehingga Kompeni merasa kewalahan xi berada (De Jonge, 1923 : 13). menghadapi Wilis dan sekutunya. Senjata

Berdasarkan kajian Lekkerkerker, api tidak bisa digunakan secara total, pada tanggal 14 Mei 1768 Gezaghebber pasukan Kompeni mundur teratur ke Coop a Groen melancarkan serangannya Pagon, sebuah pedesaan Islam dekat kota, ke Ulupampang. Di sana pasukan Kompeni dan

membakar perkampungan di mendapat serangan yang sangat hebat di bawah pimpinan Encik Kamis. Akan

9 Van Rijcke adalah panglima perang Kompeni

tetapi, akhirnya Ulupampang dapat

yang di tunjuk oleh Gubernur Jenderal dan

ditundukkan. Para pasukan Wilis di

ditempatkan di Benteng Banyualit.

420 Patanjala Vol. 9 No. 2 September 2017: 407 - 422 jadikan tawanan. Pasukan yang menyerah

Berdasarkan kajian Lekkerkerker, dikirim ke Semarang. Namun Encik Kamis pada tahun 1778, Wilis bersama dengan berhasil melarikan diri, meskipun dalam putra-putranya berhasil melarikan diri dari keadaan terluka (Lekkerkerker, 1923: Banda. Pernyataan tersebut didukung oleh 1052).

laporan utusan Gezaghebber Van der Sasaran

selanjutnya setelah Nieport Semarang yang ditugaskan menguasai Ulupampang, Gezaghebber membeli budak ke Bali. Utusan tersebut Coop a Groen merencanakan penyerangan melaporkan bahwa Wilis bersama dengan tanggal 18 Mei 1768 ke Kotalateng. Akan anaknya dan empat orang lainnya, tetapi,

belum sampai penyerangan termasuk Mas Bagus Lumajang, Patih dilakukan, Kompeni mendapat serangan Malang dan Antang, Natakusuma berhasil terlebih dahulu dari pasukan Wilis. Tidak membunuh para pengawal Kompeni, banyak prajurit Kompeni yang terluka dan kemudian bertemu dengan seorang pendeta tewas dalam serangan dadakan tersebut. dan berhasil membawa mereka ke Sasak, Sehingga Kompeni tetap melanjutkan Bali melalui Buton. Tidak lama setelah serangannya ke Kotalateng, petahanan Wilis berada di Bali, dia mengalami sakit Wilis sangat kuat dengan pasukannya yang dan akhirnya meninggal dunia. Jasadnya berjumlah 6000 orang. Kompeni tidak dimakamkan di Blambangan (VOC 3528, mungkin