Key words: Permendagri No. 1132014, management of village finance, good corporate

  

Tema: 8 (Pengabdian Kepada Masyarakat)

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DESA SESUAI DENGAN

PERMENDAGRI No. 113 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN

KEUANGAN DESA

  

Oleh

Siti Maghfiroh; Negina Kencono Putri; Laeli Budiarti; Havid Sularso;

Dona Primasari

  

Email: firoh.sutanto@gmail.com

ABSTRAK

  Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang un- tuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia. Sejak sesuai dengan UU No. 6/2014, sejak tahun 2015 Pemerintah menggulirkan Dana Desa kepada seluruh desa di wilayah Republik Indonesia. Dengan adanya dana tersebut, pemerintah desa memiliki tanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan desa. Laporan keuangan tersebut disusun salah satunya dengan mengacu pada Permendagri No. 113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Peraturan tersebutmenyatakan bahwa Pemerintah desa memiliki kewajiban untuk menyusun Laporan Keuangan Desa serta menginformasikannya kepada

  

stakeholder atas laporan keuangan yang dihasilkannya. Laporan Keuangan tersebut diharapkan

mampu menciptakan good corporate goverrnance pada pemerintahan desa.

  

Kata kunci: Permendagri No. 113/2014, pengelolaan keuangan desa, good corporate

governance.

  ABSTRACT

  The village is a legal community unity that has the territorial boundaries to regulate and manage the interests of the community, based on local origins and customs that are recognized and respected in the system of government of the unitary state of the Republic of Indonesia. In accordance with Law no. 6/2014, since 2015 the Government rolled out the Village Fund to all villages in the territory of the Republic of Indonesia. With these funds, the village government has responsibility to prepare village financial reports. The financial statements are prepared in accordance with Permendagri No. 113/2014 on Village Financial Management. The regulation states that the village government has an obligation to prepare the Village Finance Report and inform stakeholders of the financial statements it produces. The Financial Report is expected to create good corporate governance in the village administration.

  

Key words: Permendagri No. 113/2014, management of village finance, good corporate

governance PENDAHULUAN

  Pada tahun 2014, pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Undang-Undang No. 6 tentang Desa. UU Desa adalah seperangkat aturan mengenai penyelenggaran pemerintah desa dengan pertimbangan telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. UU Desa tersebut salah satunya mengatur tentang pengelolaan Dana Desa. Desa di wilayah Republik Indonesia mendapatkan dana dari pemerintah pusat dengan besaran atau nilai tertentu. Oleh karena setiap desa mendapatkan dana desa tersebut, maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintahan desa untuk menjaga akuntabilitas dari pengeloaan dana tersebut. Salah satu faktor terciptanya akuntabilitas dana desa adalah melalui penyajian laporan keuangan pemerintah desa.Laporan keuangan menjadi satu komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik dan merupakan salah satu alat ukur kinerja finansial. Kinerja laporan keuangan yang baik, menunjukkan bahwa pelaksanaan suatu program mampu mewujudkan akuntabilitas publik yang baik pula (Mardiasmo, 2002; Hanifah dan Sugeng, 2015).

  Dalam menyusun laporan keuangan desa, diperlukan acuan agar dapat tercipta laporan keuangan yang relevan dan andal. Salah satu acuan yng dapat digunakan oleh pemerintah desa dalam menyusun laporan keuangan desa adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 113 tahun 2014. Permendagri tersebut mengatur tentang pengelolaan keuangan desa, dimana pemerintah desa memiliki kewajiban untuk menyusun Laporan Keuangan Desa serta menginformasikannya kepada stakeholder atas laporan keuangan yang dihasilkannya.

  Pemerintah Desa

  Desa merupakan salah satu ujung tombak organisasi pemerintahan dalam mencapai keberhasilan dari urusan pemerintahan yang asalnya dari pemerintahan pusat. Perihal ini disebabkan desa lebih dekat dengan masyarakat sehingga program dari pemerintah lebih cepat tersampaikan.

  Dalam ketentuan umum UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyatakan, desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam UU tersebut juga ditegaskan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak-asal usul dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia. Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, pembentukan desa hanya berdasarkan indikator jumlah penduduk dibedakan menurut pulau dan langsung menjadi desa definitif. Dalam UU Desa yang baru, indikator jumlah penduduk tidak lagi hanya menurut pulau, namun lebih terperinci seperti syarat jumlah penduduk lebih besar dibandingkan sebelumnya. Jika sebelumnya cukup dengan jumlah penduduk 2.500 orang, dengan UU Desa wajib 4.500 orang dan dalam undang- undang tersebut adanya desa persiapan selama 1-3 tahun.

  Kebijakan Pengelolaan Keuangan Desa

  Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapatdinilai dengan uang, serta segala sesuatu berupauang dan barang yang berhubungan denganpelaksanaan hak dan

  

kewajiban .Hak dan Kewajiban dapat menimbulkanpendapatan, belanja, pembiayaan dan

  pengelolaan keuangan desa.Pengelolaan Keuangan Desa harus dilakukan secara Transpran, Akuntabel, Partisipatif, dan Tertib dan Disiplin Anggaran (Yuliansyah dan Rusmianto, 2015). Makna daritransparandalam pengelolaan keuangan desa adalah bahwa pengelolaan tidak secara tersembunyi atau dirahasiakan dari masyarakat, dan sesuai dengan kaedah-kaedah hukum atau peraturan yang berlaku.Akuntabel mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh stakeholder. Keuangan desa yang Partisipatifmemiliki makna bahwa setiap tindakan yang dilakukan harus mengikutsertakan keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan keuangan desa yang Tertib dan Disiplin Anggaranmempunyai pengertian bahwa seluruh anggaran desa harus dilaksanakan secara konsisten, dan dilakukan percatatan atas penggunaannya yang sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan yang seusai dengan peraturan yang berlaku.

  Dalam pengelolaan keuangan desa dikenal adanya Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa (APBDes). APBDes terdiri dari : 1.

  Pendapatan Desa Pendapatan desa merupakan semua penerimaan uang melalui rekening Desa yg merupakan Hak Desa dalam 1 Tahun Anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

  Pendapatan Desa, terdiri atas kelompok: a.

  PADesa, terdiri atas jenis: 1). Hasil usaha, antara lain hasil BUMDes, Tanah Kas Desa; 2). Hasil aset, antara lain tambatan perahu, pasar desa, pemandian umum, jaringanirigasi; 3) Swadaya, partisipasi dan gotong royong, membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga dan atau barang yang dinilai dengan uang; dan 4). Lain-lain pendapatan asli desa, antara lain hasil pungutan desa.

  b.

  Transfer, terdiri atas jenis: 1). Dana Desa (DD); 2). Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah; 3). Alokasi Dana Desa (ADD); 4). Bantuan Keuangan Provinsi; dan 5). Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota. c.

  Pendapatan Lain-Lain, terdiri atas jenis: 1). Hibah & Sumbangan dari pihak ketigayangtidak mengikat, misalnya pemberian berupauang dari pihak ketiga; dan 2).

  Lain-lain Pendapatan Desa yang sah, antara lain pendapatan bagi hasil kerjasama dengan pihak ketigadan bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.

2. Belanja

  Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam satu tahun anggaranyang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kegiatan yang ada dalam kewenangan desa. Belanja desa yang ditetapkan dalam APBDesa paling sedikit 70% digunakan untukmendanai Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa,Pembinaan Kemasyarakatan, dan Pemberdayaan; dan paling banyak 30%digunakan untuk Siltap, OperasionalPemerintah Desa, serta tunjangan dan operasional BPD. Belanja Desa diklasifikasikan atas kelompok: a.

  Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. Pelaksanaan Pembangunan Desa; c. Pembinaan Kemasyarakatan Desa; d. Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan e. Belanja Tak Terduga.

  Kelompok belanja dibagi ke dalam kegiatan sesuai dengankebutuhan desa yang telahdituangkan dalam RKPDesa. Sedangkan kegiatan terdiri atas jenis: a.

  Belanja Pegawai Dianggarkan untuk pengeluaran siltap dan tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan BPD; dan Kelompok Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kegiatan pembayaran penghasilan tetapdan tunjangan, dimana pelaksanaannya dibayarkan setiap bulan.

  b.

  Belanja Barang dan Jasa 1)

  Digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan, seperti alat tulis kantor, benda pos, bahan/material, pemeliharaan, cetak/penggandaan, sewa kantor desa, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman rapat, pakaian dinas dan atributnya, perjalanan dinas, upah kerja, operasional pemerintah desa, operasional BPD, dan pemberian barang kepada masyarakat atau kelompok masyarakat untuk menunjang kegiatan. 2)

  Belanja Barang dan Jasa,digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang ataubangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12 bulan. Sementara itu, dalam keadaan darurat dan/atau kejadian luar biasa (KLB), pemerintah desa apabila kejadian yang terjadi merupakan keadaan yang sifatnya tidak biasa atau tidakdiharapkan berulang dan/atau mendesak, misalnnya bencanaalam, sosial, kerusakan sarana dan prasarana, dianggarkan dalam belanja tidak terduga. Suatu kejadian termasuk sebagai kategori KLB melalui Keputusan Bupati/Walikota.

3. Pembiayaan

  Merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akanditerima kembali, baik pada tahun anggaranberjalan maupun pada tahun anggaran berikutnya.Pembiayaan Desa terdiri atas kelompok: a.

  Penerimaan Pembiayaan, mencakup:SiLPA tahun sebelumnya; pencairan dana cadangan, serta hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

  b.

  Pengeluaran Pembiayaan, terdiri dari: Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal Desa. Sementara untuk SiLPA tahun sebelumnya antara lain terdiri dari pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. SilPA digunakan untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan, serta mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

  KESIMPULAN

  Desa sebagai salah satu penyelenggara kegiatan dan penerima serta pengguna anggaran memiliki kewajiban untuk menjaga akuntabilitasnya. Kewajiban bagi pemerintahan desa untuk menjaga akuntabilitas adalah melalui penyajian laporan keuangan pemerintah desa. Laporan keuangan tersebut disusun salah satunya dengan mengacu pada Permendagri No. 113/2014tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Peraturan tersebutmenyatakan bahwa Pemerintah desa memiliki kewajiban untuk menyusun Laporan Keuangan Desa serta menginformasikannya kepada

  

stakeholder atas laporan keuangan yang dihasilkannya. Melalui penyusunan laporan keuangan desa

tersebut diharapkan mampu menciptakan good corporate goverrnance pada pemerintahan desa.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Tim Pengabdian Kepada Masyarakat mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada Pimpinan Universitas Jenderal Soedirman, Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman, serta pimpinan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini, serta kepada semua pihak yang membantu pelaksanaan kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA 1.

  Direktorat JenderalBina Pemerintahan Desa. 2015. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.

  2. Hanifah, Suci Indah dan Sugeng Praptoyo. 2015. Akuntabilitas Dan Transparansi Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 8, pp. 1-15 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

  4. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Offset 5.

  Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

  6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

  7. Yuliansyah dan Rusmianto. 2015. Akuntansi Desa. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.