BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Kelapa Sawit (CPO) Pada Tangki Timbun di PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

  Tanaman kelapa sawit (Eleis Guinensis) berasal dari Guinea dipesisir Afrika Barat,

  o o sepanjang garis equator atau antara garis lintang utara 15 dan lintang selatan 12 . o o

  Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24 C-32 C dengan kelembapan yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kandungan minyak dalam pericarp 30-40%. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainanm sifatnya, yaitu: 1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit.

  2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit. Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut.

2.1.1. Tipe-Tipe Kelapa Sawit

  Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe yakni:

  • Tipe Dura : tempurung (cangkang) sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah.
  • Tipe Pesifera : tempurung (cangkang) sangat tipis bahkan hanya
berbentuk bayangan cincin, hampir tidak bertempurung namun kandungan minyak dalam buah tinggi.

  • Tipe Tenera : merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan

  Pesifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis kandungan minyak tinggi.

  Varitas yang dipakai untuk tanaman komersial adalah varitas Nigrescens yang berasal dari Afrika. Varitas lainnya hanya dipakai untuk program pemuliaan (Risza, 1994).

  2.1.2. Komponen-Komponen Pada Minyak Sawit

  Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non trigliserida. Asam

  • – asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam-asam lemak jenuh dan asam-asam lemak tidak jenuh. Komponen non trigliserida merupakan yang menyebabkan rasa, aroma kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat dalam jumlah sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu minyak.

  2.1.3. Mutu Minyak Kelapa Sawit

  Warna minyak kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kandungan karoten dalam minyak tersebut. Karoten dikenal sebagai sumber vitamin A, pada umumnya terdapat pada tumbuhan yang berwarna hijau dan kuning termasuk kelapa sawit, tetapi para konsumen tidak menyukainya. Oleh karena itu para produsen berusaha untuk menghilangkannya dengan berbagai cara.salah satu cara yang digunakan ialah dengan menggunakan bleaching earth.

  Mutu minyak juga dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebasnya, karena jika kadar asam lemak bebasnya tinggi maka akan timbul bau tengik disamping itu juga dapat merusak peralatan karena mengakibatkan timbulnya korosi. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas dalam CPO antara lain adalah:

  • Kadar air dalam CPO
  • Enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam CPO tersebut

  Kadar air dapat mengakibatkan naiknya kadar asam lemak bebas, karena air pada CPO dapat menyebabkan hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase dalam CPO tersebut (Tambun, 2006).

  Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen pericarp dan 20 persen buah yang sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Rata- rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit.

  Asam lemak Minyak kelapa sawit (persen) Minyak inti sawit (persen)

  • 3 - 4 Asam kaprilat
  • 3 - 7 Asam kap
  • Asam laurat

  46 - 52 Asam miristat 1,1 - 2,5 14 - 17 Asam palmitat 40 - 46 6,5 - 9 Asam stearat 3,6 - 4,7 1 - 2,5 Asam oleat 39 - 45 13 - 19 Asam linoleat 7 - 11 0,5 - 2 Sumber: ketaren 1986

  Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500–700 ppm, kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren, 1986).

2.2. Lemak Dan Minyak

  Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buah–buahan, kacang

  • – kacangan, biji–bijian, akar tanaman dan sayur–sayuran. Dalam jaringan hewan lemak terdapat diseluruh badan, tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan adipose dan tulang sumsum.

  Lemak tersebut jika dihidrolisis menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Adapun proses hidrolisis dari trigliserida tersebut adalah sebagai O

  α CH – O – C – R CH OH

  2

  1

2 O

  • H β CH – O – C – R

2 CH(OH) +

  3 RCOOH

  • O atau OH

  α’ CH

  2 – O – C – R

  3 CH

  2 OH

  trigliserida ( lemak ) gliserol asam lemak Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, dan hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu asam oleat, linoleat, atau asam linolenat dengan titik cair yang rendah.

  Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisika- kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah dan jenis ester yang terdapat didalamnya (Ketaren, 1986).

  Hanya sedikit asam lemak bebas yang terdapat secara alami. Asam lemak dijumpai pada lipida–lipida yang telah disebutkan terdahulu baik melalui ikatan – ikatan ester maupun ikatan amida yang terbentuk di dalam metabolisme lemak.

  Asam lemak kebanyakan diperoleh melalui hidrolisis lemak yang :

  a) Merupakan asam karboksilat yang mengandung grup karboksil yang dapat

  b) Umumnya terbentuk dari atom C yang genap (walaupun secara alami ada juga yang beratom C ganjil).

  c) Dapat jenuh atau tidak jenuh (mengandung ikatan rangkap).

  Tata nama sistematika didasarkan pada nama asam lemak menurut hidrokarbon dengan jumlah karbon yang sama dimana akhiran –oat digunakan pada asam lemak tidak jenuh seperti asam okta dekanoat.

  Pemberian nomor atom C dimulai dari atom karboksil sebagai karbon no 1 atau atom karbon. Untuk menunjukkan jumlah pada posisi ikatan rangkap digunakan simbol – simbol sebagai berikut : simbol 18 ; 1 ; 9, artinya jumlah atom C asam lemak tersebut adalah 18, mempunyai ikatan rangkap 1 , yang terletak antara atom C9 dengan atom C10.

  Asam lemak jenuh mempunyai rumus umum (C n H 2n+1 )COOH yang dimulai dari asam lemak beratom C2 (asam asetat). Jumlah atom C asam lemak berhubungan erat dengan titik didih dan titik cair suatu lemak. Semakin banyak jumlah atom C atau semakin panjang rantai atom asam lemak, titik didih dan titik cair lemak semakin tinggi.

  Tata nama sistematik pada asam lemak jenuh diberikan dengan penggunaan akhiran enoat untuk asam lemak dengan satu ikatan rangkap, akhiran dienoat untuk asam lemak dengan dua ikatan rangkap, akhiran trienoat untuk asam lemak dengan empat ikatan rangkap.

  Ketidakjenuhan asam lemak, sangat mempengaruhi sifat lemak/asam lemak. Umumnya dengan semakin banyak ikatan rangkap pada sesuatu asam lemak titik cair akan menjadi semakin rendah dan daya larut di dalam pelarut non polar semakin tinggi (Naibaho, 1998).

  Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat – linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga suhu kamar (konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB nya), dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak.

  Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar ALB nya, atau lebih tepat lagi pada kadar digliseridanya. Pada kadar ALB 7% terdapat titik lebur terendah karena terbentuk formasi eutectic antara digliserida dengan trigliserida (Mangoensoekarjo, 2003).

  Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat C16:0 ( jenuh) dan asma oleat C18:1 (tidak jenuh).

  Gliserida dalam minyak bukan merupakan gliserida sederhana, tetapi merupakan gliserida campuran yaitu molekul gliserol berikatan dengan asam lemak yang berbeda. Asam lemak bebas yang terbentuk hanya terdapat dalam jumlah kecil dan sebagian besar terikat dalam ester. Trigliserida dapat berbentuk cair atau padat, tergantung asam lemak yang menyusunnya. Trigliserida akan berbentuk cair jika mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh yang mempunyai titik cair rendah. Secara alamiah, asam lemak jenuh yang mengandung atom karbon C

  1 – C 8 berbentuk cair, sedangkan jika lebih dari C 8 akan berbentuk padat.

  Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semipadat. Hal ini karena minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari C

  8 .

  Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung (Pahan, 2006).

2.2.1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

  Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor – faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya.

  Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikat dalam minyak sawit sangat itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.

  Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor – faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.

  Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:

  • Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
  • Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
  • Penumpukan buah yang terlalu lama
  • Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik

  Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan dan pemucatannya lebih mudah dilakukan.

  Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit disaat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah, pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi. dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS. Sistem yang dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung kedalam keranjang rebusan buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefesienkan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, maupun penumpukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangi.

  Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan

  o

  bejana hampa pada suhu 90

  C. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan internasional untuk ALB ditetapkan sebesar 5% (Tim Penulis, 1997).

  Pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Berdasarkan hal tersebut diatas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi–fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan–tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2,dan 3 (Fauzi, 1992).

Tabel 2.2 Beberapa Tingkat Fraksi TBS

  Fraksi Jumlah Berondolan Tingkat Kematangan

  00 Tidak ada, buah Sangat mentah berwarna hitam 1-12,5% buah luar Mentah memberondol

  1 12,5 - 25% buah luar Kurang matang memberondol 2 25 – 50% buah luar Matang I memberondol 3 50 – 75% buah luar Matang II memberondol 4 75 – 100% buah luar Lewat matang I memberondol

  5 Buah dalam juga Lewat matang II memberondol, ada buah yang membusuk

  Sumber: Fauzi 1992

2.2.2. Peran Mikroorganisme Dalam Pembentukan Asam Lemak

  Ada 2 pendapat yang menyatakan pengaruh mikroorganisme pada buah sawit:

  1. Fickendey,dkk, menyatakan bahwa keasaman akan meningkat dengan cepat pada pericarp buah yang dilukai, jika buah ini diletakkan pada tempat terbuka dan

  2. Wilboux, menyatakan bahwa jamur dari tipe Oospora (kemungkinan Geostrichium candidum) terbukti mampu meningkatkan kandungan asam lemak bebas pada buah sawit segar dari 0,1% menjadi 6,4 % dalam waktu 60 jam.

  Jika hasil penelitian ini dihubungkan dengan penelitian Lencin, maka dapat disimpulkan bahwa hidrolisa karena adanya aktifitas mikroba dapat terjadi secara berdampingan dengan hidrolisa secara autokatalitik. Hal ini kemungkinan dapat terjadi terutama jika kondisi optimum dari mikroba dan enzim lipase dapat dipertahankan, seperti:

  Temperatur harus dibawah 50 C

  • o
  • Adanya nutrisi yang cocok untuk mikroorganisme.

2.2.3. Proses Pembentukan Asam Lemak

2.2.3.1.Hidrolisa CPO Dengan H

2 O

  Hidrolisa CPO dengan H O merupakan metode yang dipakai untuk menghasilkan

  2

  asam lemak. Reaksi ini akan menghasilkan gliserol sebagai produk samping. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: CH COOR CH OH

  2

  2 CHCOOR + 3H O CHOH + 3RCOOH

  2 CH

  2 COOR CH

  2 OH trigliserida air gliserol asam lemak

  o o

  Reaksi ini dilakukan pada suhu 240 C – 260 C dan tekanan 45 – 50 bar. Pada proses ini derajat pemisahan mampu mencapai 99%. Hal yang membuat proses ini kurang efisien adalah karena proses ini memerlukan energi yang cukup besar dan komponen-komponen sumber yang ada didalamnya seperti β-karoten mengalami kerusakan.

  Hidrolisa CPO secara enzimatik menggunakan enzim lipase. Pada proses ini, kebutuhan energi yang diperlukan relatif kecil jika dibandingkan dengan proses hidrolisa CPO dengan H O pada suhu dan tekanan tinggi. Pada proses ini, pemakaian enzim lipase

  2

  dilakukan dengan cara berulang – ulang (reuse), karena harga enzim lipase yang sangat mahal. Reaksi yang terjadi pada proses hidrolisa secara enzimatik adalah sebagai berikut : CH

  2 COOR CH

  2 OH

  • CHCOOR enzim CHOH

  3RCOOH CH

  2 COOR CH

  2 OH

  trigliserida gliserol asam lemak Reaksi ini dilakukan pada kondisi optimum aktifitas enzim lipase yaitu pada suhu

  o

  35 C dan pH 4,7–5. Derajat pemisahan pada proses ini mampu mencapai 90% (Tambun, 2006).

2.3. Pengolahan Kelapa Sawit

  Pengolahan bahan kelapa sawit dimaksud untuk memperoleh minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit dari biji (nut). Pada prinsipnya proses pengolahan TBS menjadi minyak diperlukan pengolahan. Proses pengolahan buah kelapa sawit yang ada di PKS PT.Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung dapat dilihat dari daftar lampiran. Pengolahan ini dibagi dalam beberapa stasiun yaitu: 1..Stasiun FFB Reception

  2.Stasiun Loading Ramp

  3.Stasiun Sterilizer

  5.Stasiun Press and Thresser

  6.Stasiun Clarification

  7.Stasiun Kernel

  8.Stasiun Empty Bunch Press

  2.3.1. Stasiun FFB (Fresh Fruit Bunch) Reception

  Timbangan berfungsi untuk menimbang buah yang masuk kedalam pabrik sekaligus untuk menimbang produksi yang diangkut keluar pabrik. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat TBS yang akan di proses didalam pabrik. Jumlah berat TBS dapat diketahui dari selisih berat bruto (berat truk dan berat buah) dan berat truk saja. Penimbangan dilakukan pada saat truk berisi buah yang akan masuk ke pabrik dan pada saat truk kosong (keluar dari loading ramp). Kapasitas timbangan di pabrik kelapa sawit PT. MNA adalah maksimal 50 ton.

  2.3.2. Stasiun Sortasi

  Sortasi berfungsi untuk memilih buah –buah yang masak yang diterima di PKS PT.MNA ini. Standart Operating Procedure (SOP):

  1.Mengatur lokasi pembongkaran

  2.Menentukan berat jenjangan rata rata

  3.Memisahkan TBS yang tidak sesuai

  4.Melakukan pemotongan TBS

  5.Membuat laporan hasil pemotongan

  6.Membuat berita acara pengambilan TBS

  7.Memeriksa TBS / berondolan yang berceceran

  2.3.3 .Stasiun Loading Ramp

  2.3.3.1. Loading Ramp o.

  Loading ramp adalah suatu bangunan bidang T dengan sudut kemiringan 45 pada loading ramp dilengkapi dengan pintu pintu sebanyak 52 pintu dimana samping kiri /kanan yaitu 14/14 dan depan 24 pintu yang digerakkan secara hidrolik agar memudahkan memasukkan TBS kedalam lori.

  2.3.3.2. Lori

  Dari loading ramp dengan alat hidrolik, TBS dikeluarkan dari lori yang berkapasitas 10 ton/ lori. Dalam mengisi lori harus dihindari pengisian terlalu penuh karena dapat mengakibatkan packing pintu bergeser dan buah jatuh dari lori. Lori didorong ke sterilizer rebusan dengan menggunakan bantuan tali capstand.

  2.3.3.3. Transfer Carriage

  Transfer carriage berfungsi untuk memindahkan lori yang berisi atau kosong kejalur sterilizer yang diinginkan.

2.3.4.Stasiun Sterilizer

  Tahap selanjutnya setelah TBS yang telah ditimbang dan dimasukkan kedalam lori adalah tahap perebusan. Kapasitas satu unit rebusan adalah 6 lori berarti 60 ton. Steam yang digunakan untuk merebus adalah BPV header dengan ketentuan sebagai berikut:

  o o

  1.Temperatur :130 -150 c 2.waktu sekitar 85-90 menit

  Dalam perebusan ada 3 puncak (triple peak) o

  1.puncak I : dengan tekanan 1,50 bar dengan temperatur 120 c dan dilakukan pembuangan kondesat serta tekanan akan kembali seperti semula 0. Tujuan pembuangan kondensat pada puncak 1 adalah untuk membuang deaerasi yang terjebak didalam sterilizer, membuang kondensat karena udara adalah konduktor terburuk dalam perebusan buah serta membuang air, dan menonaktifkan enzim lipase.

  o

  kondesat sampai tekanan kembali seperti semula 0,0. Tujuan pembuangan kondesat pada puncak 2 adalah untuk membuang air.

  o

  3.puncak 3 : dengan tekanan 2,8 bar dan temperature 140 C dan dilakukan penahanan sebelum pembuangan kondensat selama selama 17-20 menit yang bertujuan mempermudah lepasnya inti dari cangkang. Tujuan dilakukan perebusan (sterilizer) adalah :

  • Mematikan /menonaktifkan enzim lipase
  • Mengurangi kadar air
  • Mempermudah lepasnya berondolan dari janjangan
  • Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
  • Membantu merenggangkan pori-pori dari mesocarp sehingga mempermudah minyak keluar pada tahap pengepresan

  Langkah –langkah perebusan yaitu :

  • Saat buah masuk, exhaust dan kondensat dibuka
  • Exhaust ditutup, inlet dibuka sampai tekanan 1,5 bar
  • Setelah 2 menit inlet dibuka, kondensat ditutup
  • Setelah mencapai 1,5 bar , inlet ditutup dan kondensat dibuka
  • Setelah 2 menit kondensat dibuka, exhaust dibuka hingga tekanan mencapai 0,0
  • Exhaust kembali ditutup, inlet dibuka sampai tekanan 2,5 bar

  • Setelah 2 menit inlet dibuka, kondensat ditutup
  • Setelah mencapai 2,5 bar, inlet ditutup dan kondensat dibuka
  • Setelah 2 menit kondensat dibuka, exhaust dibuka hingga tekanan mencapai 0,0
  • Exhaust kembali ditutup, inlet dibuka sampai tekanan 2,8 bar
  • Setelah 2 menit inlet dibuka, kondensat ditutup
  • Setelah mencapai 2,8 bar, kondensat dan exhaust tetap tertutup dan secara auto terjadi penahanan selama 25 dengan tekanan tetap 2,8 bar.
  • Setelah penahanan, inlet ditutup dan kondensat dibuka
  • Setelah tekanan didalam sterilizer benar-benar nol, maka pintu sterilizer dibuka dan lori dikeluarkan

  2.3.5. Stasiun Tippler

  Tippler adalah alat untuk membantu menuangkan buah ke bunch scrapper, dalam hal ini lori yang berisi TBS yang telah direbus dituangkan perlahan-lahan. Alat ini berkapasitas 1 lori saja dan waktu yang dibutuhkan untuk menuang buah ke bunch scrapper adalah ± 7-8 menit dengan sudut putar 185°.Untuk menjaga keamanan, tippler dilengkapi beberapa alat penuangan.

  2.3.6. Stasiun Press dan Thresser

2.3.6.1. Thresser

  Thresser berfungsi untuk melepaskan atau memisahkan buah dari janjangan yang dibawa oleh bunch scrapper. Ada 3 buah thresser, thresser 1 dan 2 berfungsi untuk memipil buah yang dibawa oleh bunch scrapper, sedangkan thresser 3 berfungsi untuk memipil berondolan yang masih ada pada janjangan. Sebelum masuk ke thresser 3, janjangan masuk kedalam double crusher agar proses pemipilan berjalan dengan sempurna. Pada thresser terdapat lifting bar yang berfungsi untuk melempar janjangan. Janjangan berada didalam thresser selama ± 3 menit. Putaran thresser adalah ± 23 rpm.

  2.3.6.2. Double Crusser

  Mengepres tandan sehingga berondolan yang tertinggal pada tandan dapat dipipil

  2.3.6.3. Digester Digester berfungsi untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah tercacah.

  Tujuan utama digester adalah untuk mempermudah pada saat pengepresan minyak sehingga kelebihan minyak/lossis minyak akan berkurang. Digester ada 7 buah dengan kapasitas muat sekitar 3 ton, dan kapasitas produksi 15 ton per jam dengan volume 3500 L dan putaran gear box nya 10-11 rpm, putaran motornya 1500 rpm.

  Temperatur yang digunakan pada digester adalah 90-95 C berguna untuk mempermudah melumatkan daging buah, pada suhu tersebut minyak sudah mencair dan mudah keluar agar perajangannya semakin baik sehingga meringankan kerja screw press. Faktor yang mempengaruhi kerja digester adalah sebagai berikut:

  1. Kondisi pisau pengaduk digester (aus)

  2. Volume buah digester

  3. Temperature

  4. Kematangan buah saat direbus

  5. Kondisi digester Pembukaan pintu digester bergantung pada jumlah digester yang dipakai. Pencacahan dilakukan selama 15 menit. Minyak yang terdapat dalam adonan dipisahkan dengan mengalirkannya karena apabila masuk ke dalam screw press akan menurunkan kapasitas pengepresan.

  2.3.6.4 .Screw Press Screw press berfungsi untuk mengambil/mengeluarkan minyak dari daging buah.

  Screw press terdiri dari sepasang worm screw dan hidrolik. Tekanannya 43-45 bar. Alat ini terdiri dari press cage yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapat 2 buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Kapasitas screw press adalah 15 ton /jam, putaran screw

  Tekanan kempa diatur oleh 2 buah konus, berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakkan maju-mundur secara hidrolis. Minyak hasil pressan akan mengalir ketalang oil gutter. Sementara fiber dan nut akan dilewatkan kedalam CBC dan selanjutnya diproses didepericarper. Oil losses pada screw press max 4% on sample atau 0,64 pada FFB.

2.3.7. Stasiun Clarification

  2.3.7.1. Crude Oil Gutter

  Crude oil Gutter berfungsi sebagai talang minyak yang akan diproses di sandtrap tank

  o

  pada crude oil gutter terjadi penambahan air antara 19-22%, dengan suhu 90 C bertujuan untuk mempermudah pemisahan antara minyak dan kotoran pada sandtrap tank. Dimana kadar minyak berdasarkan sentrifuge ± 40 %.

  2.3.7.2. Sand Trap Tank

  Sand Trap Tank berfungsi untuk menampung minyak dari oil gutter dan mengendapkan pasir, sludge, maupun kotoran.

  2.3.7.3. Vibrating Screen

  Setelah masuk ke sand trap tank maka cairan hasil pressan pada screw press masuk kedalam vibrating screen dalam hal ini berfungsi sebagai proses penyaringan fiber atau kotoran yang berupa serat yang terdapat pada minyak tersebut. Tujuan dari penyaringan fiber tersebut adalah agar fiber tersebut tidak menyumbat alat-alat yang digunakan selanjutnya pada proses klarifikasi.

  Vibrating screen terdiri dari dua buah saringan kawat dengan ukuran saringan diatas 20 mesh dan saringan bawah 30 mesh. Kawat kasa ini bergerak secara horizontal seperti ayakan dengan getaran yang timbul oleh gerakan / putaran motor.

  2.3.7.4. Crude Oil Tank 1 (COT 1)

  Crude Oil Tank merupakan tangki minyak kasar yang berfungsi sebagai dari vibrating screen. Tangki ini dilengkapi dengan pipa pemanas, dengan adanya pipa pemanas tersebut maka pada COT pun dilakukan pemanasan dengan tujuan agar mempermudah proses pemisahan minyak pada proses selanjutnya. Suhu yang digunakan

  o- o

  pada COT berkisar antara 90

  95 C. Jika suhu dibawah rata-rata maka butiran minyak akan susah terpisah dan jika suhu diatas maka akan terjadi emulsi.

  Yang dimaksud dengan emulsi yaitu sistim koloid dimana fase terdispersi berupa padatan dan fase pendisfersi berupa cairan. Dalam tangki ini juga diberi sekat yang berfungsi untuk mengendapkan pasir yang masih terikut. Cara kerja Crude Oil Tank adalah melakukan penambahan panas dengan injeksi steam (pemasukan panas).

  2.3.7.5. Continous Settling Tank (CST)

  CST adalah tempat penampungan minyak yang juga masih bercampur dengan

  o

  kotoran. Pada CST dilakukan pengendapan dengan suhu 90-95

  C. Terdapat scrimmer yang bergunakan untuk mengutip minyak dari CST. Kadar minyak yang diambil dari CST sekitar 5-6%.

  2.3.7.6. Crude Oil Tank 2 ( COT 2 )

  Crude oil tank 2 (COT 2) adalah tempat pemisahan pasir yang terikut atau masih tercampur dalam minyak dengan bantuan air panas.Tekanan yang terdapat pada COT 2 adalah 3 bar, dimana pada lapisan bawah (pasir) dan lapisan atas (minyak) masing-masing diberi tekanan 1,5 bar.

  2.3.7.7. Sand Cyclone Sand Cyclone berfungsi untuk membuang pasir yang masih bercampur pada minyak.

  Cara kerja sand cyclone adalah menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi berdasarkan perbedaan massa jenis, ukuran dan bentuk. Sludge yang masuk ke sand cyclone akan berputar, minyak akan naik 80° C.

  2.3.7.8.. Sludge Distribusi

  Sludge distribusi berfungsi untuk menampung sludge dari sand cyclone dan membagikannya ke decanter. Pada alat ini digunakan steam injeksi dimana steam tersebut dialirkan dengan pipa yang dilubangi.

  2.3.7.9. Decanter

  Input dari decanter adalah minyak yang ada di sludge distribusi. Decanter adalah alat untuk memisahkan antara minyak dengan slurry secara sentribusi datar. Decanter juga merupakan mesin yang berfungsi sama dengan separator yaitu pemisahan minyak yang ada dalam sludge. Decanter mengutip minyak yang masih terikat pada sludge tersebut. Putaran dari scroll pada decanter ± 3060 rpm, dengan suhu 90-95 C.

  Jenis decanter yang digunakan adalah decanter two phase dan three phase. Dimana two phase berfungsi untuk memisahkan light phase dan heavy phase.

  Sedangkan three phase untuk memisahkan fraksi minyak, air dan solid (padat). Fraksi minyak akan diteruskan ke Sludge Drain Tank lalu ke Reclamed Tank 2. Sedangkan fraksi air dan solid akan diteruskan atau disedot ke Sludge Pit.

  2.3.7.10. Oil Tank

  Oil Tank berfungsi sebagai penampung minyak hasil pengutipan dan dipanasi lagi dengan memberi suhu 80-95 C. Pada oil tank ini, dilengkapi pipa-pipa sebagai penyalur steam kedalam oil tank.

  2.3.7.11. Vacum Dryer

  suatu alat yang berfungsi untuk mengurangi air 0,5%. Vacum dryer bekerja dengan cara penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dan terhisap kedalam tabung melalui pemercikan (12 dan 9 nozel), akibat adanya hampa udara dan terpancar kedalam tabung hampa. Kadar air dalam minyak diusahakan menjadi 0,1-0,2%, setelah dari vacum dryer minyak dipompakan ketangki penimbunan sebagai minyak produksi atau CPO yang siap dikirim. Dimana suhu yang digunakan adalah 80-95° C dan tekanannya 760 mmHg.

  2.3.7.12. Sludge Pit

  Sludge Pit berfungsi sebagai tempat penampungan pasir, sludge dan kotoran dari proses klarifikasi. Dan dari sludge pit akan diolah kembali karena didalamnya terdapat minyak.

  2.3.7.13. Fat Pit Tank

  Fat Pit Tank berfungsi untuk mengambil kembali minyak yang masih ada, baik dari buangan kondensat dari stasiun sterilizer, dari buangan sludge fit dari stasiun klarifikasi maupun pembersihan areal pabrik (house keeping) dengan temperatur didalam tank 80-90 C. pada fat pit terjadi pemisahan antara minyak dengan air berdasarkan massa jenisnya, dimana

  3

  3

  minyak yang mempunyai massa jenis yang lebih kecil (0,7 gr/cm ) dari air (1 gr/cm ) berada diatasnya sehingga mudah untuk dipisahkan. Minyak tersebut akan dikembalikan (recycle) ke dalam stasiun klarifikasi untuk diolah kembali oleh separator, sedangkan limbah cair akan dipompakan kedalam Slurry Pond.

  2.3.7.14. Collect Tank

  Collect Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sludge dari fat pit untuk diolah kembali oleh separator hingga mendapatkan minyak yang nantinya akan dipompakan ke Sludge Distribusi 2.

  2.3.7.15. Separator

  berfungsi untuk mengambil minyak sehingga buangannya yang berupa limbah cair dengan kadar minyak maksimum 1%. Kemudian akan dipompakan langsung kedalam cooling pond untuk proses selanjutnya, sedangkan minyak akan diteruskan ke COT 1.

2.3.8. Stasiun Kernel

  Buah setelah dilakukan pengepresan di screw press menghasilkan minyak kasar dan ampas press (press cake) yang terjadi dari serabut (fiber) nut. Ampas press (press cake) yang terdiri dari serabut (fiber) nut ini yang di produksi pada stasiun kernel. Untuk mendapatkan produksi kernel yang diinginkan harus melalui tahap proses, unit yang dipakai stasiun ini antara lain sebagai berikut:

  • CBC (Cake Break Conveyor)
  • Separating colomn
  • Polishing Drum
  • Destoner
  • Nut silo
  • Ripple Mill
  • LTDS
  • Claybath
  • CM Grading
  • Kernel Silo
  • Kernel Bulk Silo

  2.3.8.1. CBC (Cake Breaker Conveyor)

  CBC (Cake Breaker Conveyor) terdiri dari satu talang dimana pada bagian tengah terdiri dari diameter talang terdapat screw yang mempunyai pisau-pisau pemecah. Alat ini berfungsi untuk :

  2. Mengeringkan/mengurangi kadar air fiber sebagai bahan bakar dan untuk memudahkan kerja blower pada depericarper.

  Prinsip kerja pada CBC ialah ampas yang keluar dari proses didalam screw press yaitu berupa gumpalan ampas press (press cake) yang terdiri dari serabut (fiber) nut akan dibawa oleh CBC. Didalam CBC ampas press panas diaduk dengan putaran 15 rpm dan dengan pengaruh udara luar membuat ampas menjadi kering, sehingga ampas yang lebih ringan akan mudah dipisahkan dari biji, yang kemudian menuju CBC cross dan masuk menuju depericarper.

  2.3.8.2.Depericarper

  Depericarper merupakan alat pemisah fraksi berat berupa nut dan fraksi ringan berupa fiber. Dimana fraksi ringan berupa fiber akan dihisap dan diteruskan ke fiber cyclone, sedangkan fraksi berat berupa nut akan diteruskan ke polishing drum.

  2.3.8.3. Polishing Drum

  Polishing drum merupakan suatu alat yang berbentuk silinder, didalamnya terdapat plat-plat pembawa yang dipasang miring pada dinding. Alat ini berfungsi supaya fiber halus yang masih melekat pada nut akan terlepas. Putaran Polishing Drum ± 50 rpm.

  Prinsip kerja pada polishing drum ialah nut yang keluar dari proses derpericarper masuk ke polishing drum, didalam polishing drum nut akan berputar sehingga nut akan berguling-guling pada bagian dinding drum dan jatuh ke nut augher, sedangkan fiber halusnya akan dihisap derpericarper kembali dan diteruskan keboiler melalui fiber cyclone.

  2.3.8.4.a. Destoner

  Destoner merupakan alat yang berfungsi untuk membersihkan nut yang diteruskan oleh nut augher. Dimana nut akan dipisahkan dari batu-batu, kayu, besi yang terikut pada proses pengolahan.

  Prinsip kerja pada destoner ialah berdasarkan perbedaan berat dimana berat yang lebih berat seperti besi, batu-batu, kayu dan nut yang besar akan jatuh ke bak penampungan.

  2.3.8.4.b. Nut Elevator

  Nut elevator berfungsi untuk membawa nut ke top wet nut conveyor. Dimana pada PKS. PT. Multimas Nabati Asahan alat ini hanya digunakan apabila destoner rusak.

  2.3.8.5. Nut Silo

  Nut silo merupakan tempat penyimpanan nut sementara sebelum masuk ke ripple mill.

  2.3.8.6. Ripple Mill

  Ripple Mill berfungsi untuk memecahkan nut sehingga mempermudah proses pemisahan antara biji dengan cangkangnya.

  Pada ripple mill terdapat air lock yang berfungsi sebagai pengatur umpan yang masuk keripple mill, dan magnet trap yang berfungsi untuk menangkap besi yang terikut. Setelah dari ripple mill, maka masuk ke bottom CM conveyor, lalu masuk ke CM elevator untuk menghantarkan ke top CM conveyor. Top CM Conveyor berfungsi untuk menghantarkan nut yang telah ke LTDS (Light Tenera Duss Separator).

  Prinsip kerja pada ripple mill adalah nut yang menjalani pengeringan pada nut silo dibawa ke ripple mill untuk diumpankan pada inti pemecah nut untuk dipecah cangkangnya dengan menggunakan ripple mill berdasarkan metode putaran ± 1500 rpm dengan menggunakan rotating rotor. Kemudian nut yang telah pecah dikirim dengan menggunakan cm elevator kedalam LTDS (Light Tenera Duss Separator).

  2.3.8.7. LTDS (Light Tenera Duss Separator)

  LTDS merupakan alat yang terdiri dari LTDS fan sebagai penghisap. Berfungsi untuk memisahkan debu, cangkang yang halus, kernel yang hancur dan fiber–fiber yang halus . berdasarkan metode pneumatic atau hisapan udara dan perbedaan berat jenis dimana fraksi yang ringan berupa cangkang halus, debu, fiber dan kernel yang pecah akan terhisap keluar menuju shell hooper dengan menggunakan LTDS fan untuk dijadikan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan fraksi yang berat berupa cangkang dan kernel akan jatuh ke grinding drum melalui air lock. Kernel losses yang terdapat pada LTDS max 3 %.

  2.3.8.8.Grading Drum

  Grading drum berfungsi untuk untuk memisahkan atau menyaring nut yang pecah dan nut yang tidak pecah. Dimana nut yang tidak pecah akan masuk kembali ke polishing drum.

  Sedangkan nut yang pecah akan masuk ke Distribusi CM Conveyor Elevator.

  Prinsip kerja pada grading drum ialah berdasarkan besar partikel dengan menggunakan putaran ≤ 24 rpm dimana biji nut yang pecah akan dibawa ke Distribusi CM Conveyor Elevator. Didalam Distribusi CM Coveyor Elevator tersebut terdapat air yang berfungsi untuk mencuci cangkang dan kernel supaya CaCo tidak mudah jenuh dan

  3 melepaskan abu, fiber, dan minyak, kemudian diteruskan ke claybath.

  2.3.8.9. Claybath

  Claybath alat yang berfungsi untuk memisahkan cangkang dengan kernel dengan menggunakan air dan calcium.

  Prinsip kerja Claybath ialah dalam sistem pemisahan cangkang dengan kernel dilakukan dengan perbedaan density (berat jenis), dimana berat jenis dari cangkang yaitu 1,15

  3

  3

  gr/cm dan berat jenis dari kernel adalah 1,08 gr/cm . Proses ini dilakukan dengan

  3

  menggunakan larutan kalsium karbonat (CaCo ) dengan berat 1,10 gr/cm yang dilarutkan

  3

  dengan air dengan perbandingan 1 : 3. Dengan penggunaan larutan CaCo

  3 maka yang

  jatuh ke Wet Shell Conveyor dan masuk ke Shell Hopper untuk dijadikan bahan bakar boiler, sedangkan berat jenis yang lebih kecil dari larutan kalsium karbonat akan terapung dan akan jatuh ke Wet Kernel Conveyor. Kemudian kernel yang basah/terapung akan dikirim dengan menggunakan Wet Kernel Elevator dan naik ke Top Wet Kernel Conveyor menuju Silo Kernel. Mutu kalsium yang baik untuk digunakan yaitu:

  1. Berwarna putih

  2. Tidak berbuih jika dipakai

  3. Baunya normal

  4. Tidak berasa

2.3.8.10. Kernel Silo

  Silo kernel adalah alat yang berfungsi sebagai pemanasan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada kernel. Suhu yang digunakan pada kernel silo ialah 60 C – 80 C. Prinsip kerja pada kernel silo ialah dengan steam heater yang dihembuskan oleh fan kedalam ruang kernel silo. Temperatur udara yang dihembuskan kebagian atas, tengah, dan bawah kernel silo berbeda-beda.Untuk masing-masing bagian secara berurutan yaitu:

  • Untuk bagian atas 60 C
  • Untuk bagian tengah 70 C
  • Untuk bagian bawah 80 C

  Hal ini menyebabkan udara panas dapat terbagi secara merata didalam ruang kernel silo. Pengeringan pada kernel silo dilakukan selama ± 4 jam, dengan pemberian panas yang kontiniu diharapkan akan mengurangi kadar air ± 90%. Sehingga kadar air pada kernel yang akan dimasukkan kedalam kernel bulk silo yaitu ± 7-8%. Setelah kadar air pada kernel berkurang, kernel akan masuk ke Dry Kernel Conveyor dan dikirim dengan menggunakan

2.3.8.11. Kernel Bulk Silo

  Kernel Bulk Silo sering disebut Bunker dan Kernel produksi yaitu sebagai tempat penyimpanan terakhir kernel sebelum dikirim ke PK Plant dan despact by truck untuk diolah sebagai PKO (Palm Kernel Oil).

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Air, Kadar Kotoran dan Asam Lemak Bebas (ALB) di PKS PT. Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung

3 50 61

Perubahan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kadar Air pada CPO Sebelum dan Sesudah Vakum Driyer pada Pengolahan Kelapa Sawit di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara

7 98 53

Penentuan Kadar Air Dan Asam Lemak Bebas (ALB) Pada Palm Kernel Oil (PKO) Di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung – Batu Bara

6 62 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan Ampas Press (Second Press) Terhadap Oil Content di Palm Kernel Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

0 3 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agrobisnis Kelapa Sawit - Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas pada Tangki Penimbunan di PKS PT. Multimas Nabati Asahan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit - Penentuan Kadar Air dan Asam Lemak Bebas (ALB) pada Palm Kernel Oil (PKO) di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung-Batu Bara

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penentuan Kadar Air, Kadar Kotoran dan Asam Lemak Bebas (ALB) di PKS PT. Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung

0 1 30

Penentuan Kadar Air, Kadar Kotoran dan Asam Lemak Bebas (ALB) di PKS PT. Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung

1 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa sawit - Perubahan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kadar Air pada CPO Sebelum dan Sesudah Vakum Driyer pada Pengolahan Kelapa Sawit di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit - Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air Pada Inti Sawit Produksi di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Dolok Sinumbah

0 0 26