Analisis Kebijakan Pemerintah untuk Para
Kebijakan Pemerintah Terhadap Buruh Pasir
Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang secara sistematis mempertahankan politik upah
murah. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 231 Tahun 2003 tentang
Tata Cara Penangguhan Upah Minimum dan Inpres Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pembatasan
Upah Minimum.Regulasi ini masih sangat tidak berpihak kepada semua buruh. Kesejahteraan
buruh masih terganjal kebijakan pengupahan karena regulasinya memberi ruang pengusaha
untuk mengontrol upah. Perjuangan atas upah dan kondisi kerja yang layak serta kebebasan
berserikat masih jadi agenda utama kaum buruh. Meskipun secara nominal mengalami
peningkatan setiap tahunnya, tetap masih belum dapat memenuhi kebutuhan riil sehari-hari.
Empat kebijakan dikemukakan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin
Iskandar usai menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diantaranya dari pembangunan
fasilitas sampai menaikkan batas penghasilan yang tidak kena pajak untuk para buruh.
Pertama, penghasilan tidak kena pajak dinaikkan batasnya dari Rp 1.3 juta menjadi Rp 2 juta.
Yang kedua dalam waktu dekat dibangun rumah sakit buruh di Tanggerang, Sidoarjo dan
Bekasi. Yang ketiga, transportasi murah untuk buruh di kawasan industri. Dan keempat,
skema rumah murah untuk buruh
Salah satu buruh yang tidak mendapatkan perhatian oleh pemerintah adalah buruh
pasir, aktifitas penambangan atau pompa pasir masih banyak masuk dalam kegiatan ilegal,
tapi banyak masyarakat yang menggantungkan hidup mereka dari hasil pekerjaan tersebut.
Para buruh pasir hanya meminta ijin untuk mengambil pasir darat, pada salah seorang pemilik
lahan. Disamping itu, para oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan ke-ilegalan kegiatan
tersebut. Mulai dari instansi pemerintah, hingga oknum TNI ,dan aparat lainnya,
memanfaatkan keadaan tersebut, untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Analisis
Menurut analisa saya, kemiskinan masyarakat di Indonesia dipengaruhi oleh
kurangnya perhatian pemerintah, terutama pada buruh yang mayoritas pekerjaan di Indonesia.
Pemerintah belum dapat memperhatikan para buruh di sudut dan pelosok Indonesia, salah
satunya yaitu buruh pasir. Apalagi saat ini beberapa buruh pasir masih di anggap ilegal.
Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya hanya dengan sebuah istilah "Segenggam pasir untuk
sesuap nasi". Setiap satu lori yang memuat pasir, buruh satu dan buruh lainnya mendapatkan
upah sekitar Rp50 ribu, dan untuk mengisi bak lori hingga penuh dengan pasir, membutuhkan
tiga hingga empat orang tukang sekop. Lalu limapuluh ribu itu dibagi rata, misalnya ada tiga
orang yang sekop, lalu uang Rp50 ribu tersebut di bagi tiga, banyak masyarakat yang
menggantungkan hidup mereka dari hasil kerja tersebut. Mereka para buruh pasir akan sangat
sulit mengubah nasibnya untuk ke jejnjang yang lebih baik jika tidak ada perhatian sedikitpun
oleh pemerintah.
Kebijakan pemerintah untuk para buruh belum seluruhnya merata, masih harus di
olah, di kembangkan dan di jalankan dengan baik untuk seluruh buruh yang ada di Indonesia,
terutama untuk sistem kontrak dan outsourching harus dihapuskan, dan penetapan kebijakan
untuk melegalkan seluruh buruh pasir yang ada di Indonesia agar memiliki lapangan kerja
yang layak dan berkurangnya angka pengangguran di Indonesia. Dan memperbanyak Ekspor
pasir dari dalam negeri dan mengurangi impor pasir dari luar negeri, agar lebih banyak lagi
pekerjaan untuk para pengangguran, kurangnya kemiskinan, dan untuk mendapatkan
kehidupan yang layak dan berkecukupan bagi warga menengah ke bawah terutama untuk
para buruh pasir.
Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang secara sistematis mempertahankan politik upah
murah. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 231 Tahun 2003 tentang
Tata Cara Penangguhan Upah Minimum dan Inpres Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pembatasan
Upah Minimum.Regulasi ini masih sangat tidak berpihak kepada semua buruh. Kesejahteraan
buruh masih terganjal kebijakan pengupahan karena regulasinya memberi ruang pengusaha
untuk mengontrol upah. Perjuangan atas upah dan kondisi kerja yang layak serta kebebasan
berserikat masih jadi agenda utama kaum buruh. Meskipun secara nominal mengalami
peningkatan setiap tahunnya, tetap masih belum dapat memenuhi kebutuhan riil sehari-hari.
Empat kebijakan dikemukakan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin
Iskandar usai menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diantaranya dari pembangunan
fasilitas sampai menaikkan batas penghasilan yang tidak kena pajak untuk para buruh.
Pertama, penghasilan tidak kena pajak dinaikkan batasnya dari Rp 1.3 juta menjadi Rp 2 juta.
Yang kedua dalam waktu dekat dibangun rumah sakit buruh di Tanggerang, Sidoarjo dan
Bekasi. Yang ketiga, transportasi murah untuk buruh di kawasan industri. Dan keempat,
skema rumah murah untuk buruh
Salah satu buruh yang tidak mendapatkan perhatian oleh pemerintah adalah buruh
pasir, aktifitas penambangan atau pompa pasir masih banyak masuk dalam kegiatan ilegal,
tapi banyak masyarakat yang menggantungkan hidup mereka dari hasil pekerjaan tersebut.
Para buruh pasir hanya meminta ijin untuk mengambil pasir darat, pada salah seorang pemilik
lahan. Disamping itu, para oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan ke-ilegalan kegiatan
tersebut. Mulai dari instansi pemerintah, hingga oknum TNI ,dan aparat lainnya,
memanfaatkan keadaan tersebut, untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Analisis
Menurut analisa saya, kemiskinan masyarakat di Indonesia dipengaruhi oleh
kurangnya perhatian pemerintah, terutama pada buruh yang mayoritas pekerjaan di Indonesia.
Pemerintah belum dapat memperhatikan para buruh di sudut dan pelosok Indonesia, salah
satunya yaitu buruh pasir. Apalagi saat ini beberapa buruh pasir masih di anggap ilegal.
Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya hanya dengan sebuah istilah "Segenggam pasir untuk
sesuap nasi". Setiap satu lori yang memuat pasir, buruh satu dan buruh lainnya mendapatkan
upah sekitar Rp50 ribu, dan untuk mengisi bak lori hingga penuh dengan pasir, membutuhkan
tiga hingga empat orang tukang sekop. Lalu limapuluh ribu itu dibagi rata, misalnya ada tiga
orang yang sekop, lalu uang Rp50 ribu tersebut di bagi tiga, banyak masyarakat yang
menggantungkan hidup mereka dari hasil kerja tersebut. Mereka para buruh pasir akan sangat
sulit mengubah nasibnya untuk ke jejnjang yang lebih baik jika tidak ada perhatian sedikitpun
oleh pemerintah.
Kebijakan pemerintah untuk para buruh belum seluruhnya merata, masih harus di
olah, di kembangkan dan di jalankan dengan baik untuk seluruh buruh yang ada di Indonesia,
terutama untuk sistem kontrak dan outsourching harus dihapuskan, dan penetapan kebijakan
untuk melegalkan seluruh buruh pasir yang ada di Indonesia agar memiliki lapangan kerja
yang layak dan berkurangnya angka pengangguran di Indonesia. Dan memperbanyak Ekspor
pasir dari dalam negeri dan mengurangi impor pasir dari luar negeri, agar lebih banyak lagi
pekerjaan untuk para pengangguran, kurangnya kemiskinan, dan untuk mendapatkan
kehidupan yang layak dan berkecukupan bagi warga menengah ke bawah terutama untuk
para buruh pasir.