spiritualitas spiritualitas spiritualitas spiritualitas spiritualitas

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia

merupakan

makhluk

yang

memiliki

bio-psiko-sosio

dan

culturalyangberespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau
padakeadaan kritis.Spiritual, merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang
maha kuasadan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan yang maha pencipta.
Aspek spiritualitas bagian integral dan interaksi antara perawat dengan klien.

Spiritualitas, keyakinan dan agama adalah sesuatu hal yang terpisah, walaupun
seringkali diartikan sama. Pemahaman tentang perbedaan antara tiga istilah tersebut
sangat penting bagi perawat untuk menghindarkan dari salah pengertian yang dapat
menimbulkan atau mempengaruhi pendekatan yang digunakan oleh seorang
perawat.Konsep spiritual penting untuk diketahui oleh calon perawat guna
meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kebutuhan spiritual.Perawat berupaya untuk
membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan
menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual
klien tersebut, walau pun perawat dan klien mempunyai keyakinan spiritual atau
keagamaan yang tidak sama. Sebagai perawat professional kita harus mampu
memberikan kebutuhan spiritualitas dengan baik kepada klien dan tidak membuat
kesalahpahaman antara perawat dengan klien terhadap kepercayaan masing-masing.
Sehingga terjadi keharmonisan antara klien dengan perawat.

B. RUMUSAN MASALAH

Page 1 of 18

1. Apa yang dimaksud dengan konsep spiritualitas ?

2. Apa sajakahaspek-aspek Spiritualitas?
3. Mengapa konsep spiritualitas penting dalam keperawatan ?
4. Bagaimana keterkaitan konsep spiritualitas dalam keperawatan ?
5. Bagaimana penerapan konsep spiritualitas dalam keperawatan?
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui definisi dari spiritualitas
2. Untuk mengetahui Bagaimana konsep spiritualitas dalamkeperawatan.
3. Untuk mengetahui Mengapa konsep spiritualitas itu penting dalamkeperawatan.
4. Untuk

mengetahui

Bagaimana

keterkaitan

konsep

spiritualitas


dalam

keperawatan.
5. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan konsep spiritual dalam keperawatan

Page 2 of 18

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Spiritualitas
Spiritualitas, keyakinan, dan agama adalah identitas yang berbeda walaupun
istilah tersebut sering kali tertukar penggunaanya. Spiritual berasal dari bahasa latin
spiritus yang artinya “meniup” atau “bernapas” dan kemudian memiliki arti yang
memberi kehidupan atau inti sari menjadi manusia. Spiritualitas mengacu pada
bagaimana menjadi manusia yang mencari makna melalui hubungan intra-, inter-, dan
transpersonal (Red, 1991).Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas menurut
Kozier et al (2010) yaitu agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan.
Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisasi. Agama memberi
suatu cara mengekspresikan spiritual dan memberikan pedoman kepada yang
mempercayainya dalam berespon terhadap pertanyaan dan tantangan hidup.

Perkembangan keagamaan individu mengacu pada penerimaan keyakinan, nilai,
pedoman pelaksanaan, dan ritual tertentu. Spiritualitas secara umum melibatkan
keyakinan dalam hubungan dengan sesuatu yang lebih tinggi, berkuasa, memiliki
kekuatan mencipta, dan bersifat ketuhanan, atau memiliki energi yang tidak terbatas.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan sosial :
1. Perkembangan; Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan
spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan
terhadap Tuhan.
2. Keluarga; Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi
kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan
selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari – hari.
3. Ras / suku; Ras / suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang berbeda – beda,
sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan
keyakinan yang dimiliki.
4. Agama yang dianut; Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang
dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.

Page 3 of 18

5. Kegiatan keagamaan;


Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan

keberadaan dirinya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada
penciptanya.
 Menurut Burkhardt (1993)spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan.
b. Menemukan arti dan tujuan hidup.
c. Menyadari kemempuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri.
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha
Tinggi.
 Menurut Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zetner, (1993) :
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan
ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Kekuatan
yang timbul diluar kekuatan Manusia.
 Sedangkan menurut Mickley et al (1992) :
menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi

ekstensial dan dimensia agama. Dimensi ekstensial berfokus pada tujuan dan arti
kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan
Tuhan Yang Maha Penguasa.
 Lalu menurut (Carson, 1989) :
Kebutuhan

spiritual

adalah

kebutuhan

untuk

mempertahankan

atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa

percaya dengan Tuhan. Sehingga kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk
mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa
keterikatan, dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.

Page 4 of 18

 Kesehatan Spiritual
Kesehatan spiritual menurut pilch (1988), adalah cara hidup, gaya hidup yang
memandang dan menghidupkan hidup menjadi bertujuan dan menyenangkan, yang
mencari pilihan yang menopang hidup dan memperkaya hidup untuk dipilih secara
bebas pada setiap kesempatan, dan yang menanamkan akarnya secara kuat kedalam
nilai spiritual dan keyakinan agama tertentu.
B. Aspek-Aspek Spiritualitas
Menurut schreurs (2002) spiritualitas terdiri dari 3 aspek yaitu aspek
eksistensial, aspek kognitif, dan aspek relasional :
1. Aspek Eksistensial yaitu dimana seseorang belajar untuk mematikan bagian dari
dirinya yang bersifat egosentrik dan defensive. Aktivitas yang dilakukan
seseorang pada aspek ini dicirikan oleh proses pencarian jati diri (true self).
2. Aspek kognitif, yaitu saat seseorang mencoba untuk menjadi lebih reseptif
terhadap realitas transenden. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara menelaah

literatur atau melakukan refleksi atas suatu bacaan spiritual tertentu, melatih
kemampuan untuk konsentrasi, juga dengan melepas pola pemikiran kategorikal
yang telah terbentuk sebelumnya agar dapat mempresepsi secara lebih jernih
pengalaman yang terjadi serta melakukan refleksi atas pengalaman tersebut,
disebut aspek kognitif karena aktivitas yang dilakukan pada aspek ini merupakan
kegiatan pencarian pengetahuan spiritual.
3. Aspek

Relasional, adalah tahap kesatuan dimana seseorang merasa bersatu

dengan Tuhan. Pada aspek ini seseorang membangun, mempertahankan, dan
memeperdalam hubungan personalnya dengan Tuhan.
C. Kompentensi yang didapatdari Spiritualitas yang Berkembang
Tischler (2002) mengemukakan terdapat empat kompetensi yang didapat
darispiritualitas yang berkembang, yaitu :
1. Kesadaran

Pribadi

(personal


awareness),

yaitu

bagaimana

seseorang

mengaturdirinya sendiri, self-awareness, emotional self-awareness, penilaian
diri yang positif, harga diri, mandiri, dukungan diri, kompetensi waktu,
aktualisasi diri.
2. Keterampilan Pribadi (personal skills), yaitu mampu bersikap mandiri,fleksibel,
mudah beradaptasi, menunjukkan performa kerja yang baik

Page 5 of 18

3. Kesadaran Sosial (social awareness), yaitu menunjukkan sikap sosial yang
positif, empati, altruisme
4. Keterampilan Sosial (social skills) yaitu memiliki hubungan yang baik

denganteman kerja dan atasan, menunjukkan sikap terbuka terhadap orang
lain(menerima orang baru), mampu bekerja sama, pengenalan yang baik
terhadapnilai positif, baik dalam menanggapi kritikan.
D. Faktor yang Berhubungan dengan Spiritualitas
Dyson dalam Young (2007) menjelaskan tiga faktor yang berhubungandengan
spiritualitas, yaitu:
a. Diri sendiri
Jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang fundamental dalam
eksplorasi atau penyelidikan spiritualitas
b. Sesama
Hubungan

seseorang

dengan

sesama

sama


pentingnya

dengan

diri

sendiri.Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling keterhubungan
telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman manusiawi
c. Tuhan
Pemahaman

tentang

Tuhan

dan

hubungan

manusia

denganTuhan

secaratradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan. Akan tetapi,
dewasaini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan
dipahamisebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup.
KodratTuhan mungkin mengambil berbagai macam bentuk dan mempunyai
makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain. Manusia mengalami
Tuhan dalam banyak cara seperti dalam suatu hubungan, alam, musik, seni, dan
hewan peliharaan. Penyelenggara kesehatan dan penyelenggara perawatan
spiritual yang efektif dapat mengintegrasikan semua ungkapan spiritualitas ini
dalam perawatan pada pasien.
E. Tujuan Konsep Spiritualitas dalam Keperawatan
Konsep spiritual dan budaya ini sangat penting dalam dunia keperawatan
khususnya bagi seorang perawat untuk memahami konsep yang mendasari kesehatan
spiritual. Karena konsep spiritual ini merupakan suatu konsep yang unik yang dimiliki

Page 6 of 18

oleh masing-masing individu. Seorang perawat harus memahami bahwa aspek ini
adalah bagian dari pelayanan yang komperehensif. Karena respon spiritual maupun
budaya kemungkinan akan muncul pada pasien. Kompetensi standar yang dicapai
adalah perawat mampu mengidentifikasikan aspek spiritual yang terjadi pada pasien.
Dengan kompetensi dasar sebagai berikut :
1. Perawat mampu mendefinisikan aspek spiritual pada manusia atau pasien.
2. Perawat mampu mengidentifikasi kebutuhan spiritual ataupun budaya pada pasien
yang

sakit.

3.Perawat mampu memberikan alternatif cara untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan
budaya.
(Dyson,Cobb, Forman, 1997) mengamati bahwa perawat menemukan aspek
spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan
dengan Tuhan. Dimensi spiritual ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Konsep-konsep yang terkait dengan
spiritual sebuah isi yang sering muncul dalam konsep keperawatan adalah kesulitan
dalam mebedakan antara spiritual dengan aspek-aspek yang lain dari dalam diri
manusia, khususnya membedakan spiritual dari religi. Selain itu perawat juga perlu
memahami perbedaan dimensi spiritual dengan dimensi psikologi. Oleh karena itu
perawat diharapkan terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan spiritualnya, sebelum mebantu
pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien. Dengan demikian dapat diharapkan
perawat dapat lebih memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Konsep
spiritual sangat penting bagi seorang perawat karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan perilaku self care klien. Konsep yang perlu dipahami, menuntun
kebiasaan hidup sehari-hari, gaya hidup atau perilaku tertentu pada umumnya yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang mungkin mempunyai makna
keagamaan bagi klien. Sumber dukungan, spiritual sering menjadi sumber dukungan
bagi seseorang untuk menghadapi situasi stress. Dukungan ini sering menjadi sarana
bagi seseorang untuk menerima keadaan hidup yang harus dihadapi terutama penyakit
yang dirasakan. Sumber kekuatan dan penyembuhan, individu bisa memahami distres
fisik yang berat karena mempunyai keyakinan yang kuat. Pemenuhan spiritual dapat
menjadi sumber kekuatan dan pembangkit semangat pasien yang dapat mempercepat

Page 7 of 18

proses penyembuhan. Sumber konflik pada situasi tertentu dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual pasien, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dan praktik.
F. Hubungan Konsep Spiritualitas dalam Berbagai Aspek
Untuk

memudahkan

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

dengan

memperhatikan kebutuhan spiritual dan budaya penerima layanan keperawatan, maka
perawat mutlak perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi atau mengenal
karakteristik spiritualitassebagai berikut:
 Hubungan dengan diri sendiri (Kekuatan dalam/dan self-reliance)
a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).
b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan,
ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).
 Hubungan dengan alam Harmoni
a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim.
b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabdi dan
melindungi alam.
 Hubungan dengan orang lain
Harmonis/suportif.
a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.
b. Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.
c. Meyakini kehidupan dan kematian

(mengunjungi, melayat, dll).

Tidak harmonis
a. Konflik dengan orang lain.
b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.
 Hubungan dengan ketuhanan
Agamais atau tidak agamais
a. Sembahyang/berdoa/meditasi.

Page 8 of 18

b. Perlengkapan keagamaan.
c. Bersatu dengan alam.
G. Keterkaitan antara spiritualitas, kesehatan dan sakit
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan
untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada
kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan
tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan
spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan
pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan
kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya tetapi menjadi tanggung jawab
pemuka agama.
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien. Beberapa pengaruh dari keyakinan
spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:
 Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebagai contoh, ada agama yang
menetapkan makanan diit yang boleh dan tidak boleh dimakan. Begitu pula metode
keluarga berencana ada agama yang melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan
termasuk terapi medik atau pengobatan.
 Sumber dukungan
Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang
dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama
dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan
praktik keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga
merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh.
 Sumber konflik

Page 9 of 18

Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan. Misalnya ada orang yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk
hukuman karena pernah berdosa.
Empat isu nilai yang mungkin timbul antara perawat dan klien adalah:
a. Pluralisme: perawat dan klien menganut kepercayaan dengan spektrum yang luas.
b. Fear: berhubungan dengan ketidak mampuan mengatasi situasi, melanggar privacy
klien, atau merasa tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan nilai diri sendiri.
c. Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang memberikan arti dalam
kehidupan , tujuan, harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat.
d. Bingung: bingung terjadi karena ada perbedaan antara agama dan konsep spiritual.
Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997), dalam hal ini perawat akan:
a. Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhannya
untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai dan berhubungan serta
pengampunan.
b. Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari ini, terutama ketika
menghadapi nyeri, penderitaan dan kematian dalam melakukan praktik profesional.
c. Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan spiritual diri sendiri.
d. Menunjukkan perasaan damai, kekuatanMenghargai keyakinan dan praktik spiritual
orang lain walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual perawat.
e. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang bagaimana keyakinan spiritual klien
mempengaruhi gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit, pilihan pelayanan
kesehatan dan pilihan terapi/treatment.
f. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual klien.
g. Menyusun strategi asuhan keperawatan yang paling sesuai untuk membantu klien
yang sedang mengalami distress spiritual.
Perilaku self-care:
a.

Gali nilai dan keyakinan pribadi dan orang lain.

b.

Gali praktik yang dapat mendukung secara spiritual.

c.

Hargai sistem kepercayaan orang lain.

Page 10 of 18

d.

Praktikkan hubungan yang dilandasi perasaan cinta terhadap diri sendiri dan orang
lain.

e.

Cari bantuan spiritual untuk mengatasi masalah stress, krisis dan kehilangan.

H. Penerapan Konsep Spiritualitas dalam Ilmu Keperawatan
Table Pandangan Teoritis Tentang Spiritual
Teori
Filosofi

Aplikasi dalam keperawatan
Memberikan pemahaman yang luas tentang dimensi
spiritual. Dari pandangana fisiologis, perawat dapat
meneliti, esensial, asal, sifat, dan nilai keyakinan spiritual
seseorang.

Fisiologis

membantu

seseorang

meneliti

keyakinan seseorang guna memahami secara logis dan
seberapa
Teologi

jauh

spiritualisasi

merupakan

cara

hidup

seseorang.
Pandangan ini membantu perawat mencapai pemahaman
tentang keyakinan seseorang mengenai sifat Tuhan atau
menghargai

kehidupan

yang

lebih

tinggi.

Teologi

membentuk keyakinan seseorang tentang hidup dan makna
Fisiologi

dari pengalaman ini.
Pandangan fisiologis tentang spiritual membantu perawat
untuk memahami interaksi yang terjadi di antara tubuh,

Psikologis

pikiran dan spirit dalam sehat sakit.
Pandangan psikologis memberi perawat suatu pamahanan
tentang proses mental seseorang pengalaman, dan emosi
serta peran spiritual yang dimainkan dalam ekspresinya.
Perawat harus mencerna pada apa yang memberi makna
hidup pada klien. Kemana klien mencapai pedoman, dan

Sosiologi

dari sumber apa klien mendapat dorongan dan harapan.
Semua orang dipengaruhi oleh masyarakat atau kelompok
dimana mereka hidup. Pandangan ini membantu perawat
memahami
mendapatkan
mempunyai

pentingnya
hubungan
keyakinan

individu
dengan
serupa.

dalam

kelompok

seseorang

Pandangan

ini

yang
juga

menunjukkan kepentingan dan makna yang dimilki ritual

Page 11 of 18

dan praktik bagi individu dan kelompok.

Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasika
dalam diagnosa keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status
kesehatan klien terakhir dari perspektif holistik, dengan spiritual sebagai prinsip
kesatuan. Perawat akan menghadapi klien dalam berbagai situasi dan selama masa sehat
dan sakit.
Adapun manajemen keperawatan yang dapat diterapkan pada area kesehatan
spiritual adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian
Data mengenai keyakinan spiritual klien diperoleh dari riwayat umum (pilihan
agama atau orientasi agama), pengkajian riwayat keperawatan yang menyeluruh, dan
observasi klinis prilaku klien, verbalisasi, alam perasaan, dan sebagainya. Meskipun
perawat melakukan pengkajian secara kontinu, pengkajian spiritual awal paling baik
dilakukan pada akhir proses pengkajian, atau setelah pengkajian psikososial, setelah
perawat membina hubungan saling percaya dengan klien atau orang pendukung. Stoll
(1989) menganjurkan perawat untuk mendapatan data mengenai konsep ketuhanan,
sumber harapan dan kekuatan, praktik keagamaan dan ritual keagamaan klien, dan
setiap hubungan yang dirasakan antara keyakinan spiritual dan kesehatan. Adapun
wawancara yang digunakan saat melakukan pengkajian, yaitu :
 Apakah ada praktik keagamaan tertentu yang penting bagi anda? Apabila ada,
tolong sebutkan ?
 Bagaimana kondisi anda di sini mengganggu praktik keagamaan anda ?
 Bagaimana keyakinan anda membantu anda ?dalam cara apa keyakinan anda
menjadi penting bagi anda saat ini ?
 Dalam cara apa saya dapat mendukung jiwa anda ?sebagai contoh, apakah anda
menghendaki saya membaca buku doa untuk anda ?
 Apakah anda ingin dikunjungi oleh penasihat spiritual atau pendeta rumah sakit?
Apa harapan anda dan sumber kekuatan anda saat ini ?apa yang membuat anda
nyaman selama masa-masa sulit ?

Page 12 of 18

Adapun pengkajian klinis yang dapat dilakukan dalam isyarat, kekuatan, kekhawatiran,
atau distress spiritual dan agama dapat terungkap melalui satu atau lebih faktor berikut
(Shelly & Fish, 1988) :

 Lingkungan. Apakah klien memiliki kitab suci seperti Al-qur’an, Injil, Taurat,
literatur keagamaan, liontin keagamaan, salib, Rosario atau kartu-kartu
keagamaan untuk kesembuhan dalam ruangan ?apakah gereja mengirimkan
bunga altar atau bulletin mingguan ?

 Perilaku. Apakah klien tampak berdoa sebelum makan atau pada waktu lain atau
membaca literatur keagamaan ? Apakah klien mengalami mimpi buruk dan
gangguan tidur atau mengekspresikan rasa marah terhadap perwakilan
keagamaan atau Tuhan ?

 Verbalisasi. Apakah klien menyebutkan Tuhan atau Yang Maha Kuasa, doa-doa,
keyakinan, gereja, kuil, pemimpin spiritual atau keagamaan, atau topic-topik
keagamaan ? Apakah klien meminta kunjungan pendeta ?

 Afek dan Sikap. Apakah klien tampak sendiri, depresi, marah, cemas, agitasi,
apatis, atau khusyuk ?

 Hubungan Interpersonal. Siapa yang berkunjung ? Bagaimana klien merespon
terhadap pengunjung ? Apakah pendeta dating ? Bagaimana klien behubungan
dengan lien dan personel keperawatan ?
2.Diagnosa
Dalam mendiagnosis kesehatan spiritual, perawat dapat menemukan bahwa masalah
spiritual dapat dijadikan judul diagnostik atau bahwa distress spiritual adalah etiologi
masalah. North American Nursing Diagnosis Association (NANDA International, 2003)
mengakui tiga diagnosis yang berhubungan dengan spiritual, yaitu :
 Distress Spiritual yaitu hambatan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui keterkaitan seseorang
dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literature, alam atau kekuatan yang
lebih besar dari diri sendiri.

 Kesiapan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Spiritualadalah mengidentifikasi
bahwa diagnosis sejahtera yang mendeskripsikan kesehatan spiritual ini

Page 13 of 18

menyatakan bahwa beberapa orang merespon terhadap kemalangan dengan
peningkatan sensitivitas terhadap spiritualitas atau kematangan spiritual.

 Risiko Distres Spiritual di definisian oleh NANDA (2003) sebagai kondisi
berisiko terhadap perubahan rasa keterikatan yang harmonis dengan semua hal
dalam hidup dan alam semesta ketika dimensi yang melebihi atau pun
memberdayakan diri dapat terganggu. Diagnosis ini dapat sesuai untuk klien
yang saat ini belum menunjukkan indikasi gangguan kejiwaan, namun dapat
menyebabkan perawat salah mengintervensi.
Distress spiritual dapat mempengaruhi area fungsi lain. Dalam situasi inidistress
spiritual menjadi etiologo antara lain :

 Ketakutan yang dimana berhunbungan dengan rasa cemas mengenai roh di masa
datang setelah kematiannya ataupun karena ketidaksiapan menghadapi kematian.

 Harga Diri Rendah kronik atau Situasional yang berhubungan dengan
kegagalan untuk hidup sesuai dengan ajaran keyakinan individu.

 Gangguan Pola Tidur yang berhubungan dengan distress spiritual.
 Ketidakefektifan Koping yang berhubungan dengan perasaan diabaikan oleh
Tuhan dan kehilangan keyakina keagamaan.

 Konflik Pengambilan Keputusan yang berhubugan dengan konflik antara cara
penanganan dan keyakinan keagamaan.
3. Perencanaan
Perencanaan terkait kebutuhan spiritual harus dirancang untuk melakukan satu
ataupun lebih dari hal-hal berikut:
Membantu klien mememuhi kewajiban keagamaan.
Membantu klien memperoleh dan menggunakan sumber yang ada dalam dirinya
secara lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang dihadapi.
Membantu klien mempertahankan atau menciptakan hubungan personal yang
dinamis dengabn Tuhan pada saat berhadapan dengan situasi yang tidak
menyenangkan.
Membantu klien menemukan makna keberadaan dan situasi yang di hadapi.
Meningkatkan rasa harapan.
Page 14 of 18

Menyediakan sumber spiritual jika tersedia.

4. Implementasi
Tindakan keperawatan untuk membantu klien memenuhi kebutuhan spiritualnya
seperti berikut:
a) Menunjukkan Kehadiran yang definisikan sebagai hadir, berada disisi klien, atau
menemani klien. Pettigrew (1990), mengidentifikasi empat gamabaran mengenai
kehadiran yaitu :
 Hadir secara fisik
 Hadir dengan sepenuh hati
 Mendengarkan, dengan kesadaran penuh atas hak untuk melakukannya.
 Hadir dalam cara yang bermakna bagi orang lain.
Fredriksson (1999), menyatakan bahawa kehadiran adalah “hadiah diri” yang
diberikan oleh perawat yang mempertahankan sikap perhatiannya kepada klien.
Kehadiran sering kali menjadi intervensi yang terbaik dan terkadang menjadi satusatunya intervensi untuk mendukung klien yang mengalami kondisi yang tida dapat
ditangani oleh intervensi medis. Perawat seharusnya lebih fokus untuk hadir secara
penuh disisi klien , bukan mengkhawatirkan apa yang seharusnya dikatakan atau
dilakukan (Taylor, 2002).
b) Mendukung praktik keagamaan; perawat perlu mempertimbangkan praktik
keagamaan tertentu yang akan mempengaruhi asuhan keperawatan, seperti
keyakinan klien mengenai kelahiran, kematian, doa, symbol sacral, kitab suci
dan hari raya.
c) Membantu klien berdoa; doa mencakup rasa cinta dan keterkaitan serta
pencapaian. Doa memiliki banyak manfaat kesehatan dan penyembuhan
(Dossey, 1996). Penyakit dapat mengganggu kemampuan berdoa beberapa klien.
Pearasaan seperti takut, rasa bersalah, berduka, putus asa dan isolasi dapat
menjadi penghalang terhadap hubungan secara umum dan terhadap hubungan

Page 15 of 18

individu dengan Tuhan. Sehingga dalam kondisi seperti ini, klien dapat meminta
perawat untuk berdoa bersama mereka. Berdoa bersama klien dapat dilakukan
apabila ada kesempatan yang saling menguntngkan antara klien dan orang-orang
yang berdoa bersama mereka.
d) Merujuk klien untuk konseling spiritual; perujukan dapat dilakukan untuk klien
rawat inap dan keluarga mereka melalui kantor pemuka agama yang ada di
rumah sakit jika tersedia. Pada situasi seperti ini perawat dan konselor
keagamaan dapat bekerja sama memenuhi kebutuhan klien.
e) Evaluasi; dengan menggunakan hasil yang telah diharapkan dan dapt di ukur,
yang ditetapkan pada tahap perencanaan, perawat

mengumpulan data yang

diperlukan untuk memutuskan apakah tujuan dan hasil tercapai.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Page 16 of 18

Konsep spiritual penting untuk diketahui oleh calon perawat guna
meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kebutuhan spiritual. Karena jika kebutuhan
spiritual pasien dapat menjadi sumber kekuatan dan pembangkit semangat
pasien yang dapat turut mempercepat proses penyembuhan. Perawat berupaya
untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari
kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien mempunyai
keyakinan spiritual atau keagamaan yang tidak sama. Sebagai perawat
professional kita harus mampu memberikan kebutuhan spiritualitas dengan baik
kepada klien dan tidak membuat kesalahpahaman antara perawat dengan klien
terhadap kepercayaan masing-masing. Sehingga terjadi keharmonisan antara
klien dengan perawat.
Saran
Perlu banyak pembelajaran mengenai konsep spiritual karena dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual sangat penting bagi klien. Serta dalam ilmu kesehatan juga
perlu ditingkatkan agar seorang tenaga kesehatan tidak salah dalam mengambil
sikap atau tindakan dalam menghadapi klien dengan gangguan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA
Korzier, B dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, proses & Praktik.
Volume 2, Edisi 7. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Page 17 of 18

Potter, P & Perry A.G. 2005. Fundamental Keperawatan. Volume 1, Edisi 4. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
http://repository.usu.a.id/bitstream/123456789/23328/3/chapter%20II.pdf (akses tanggal
07, November 2016, pukul 18:40 WITA)
http://www.academia.edu/11470345/Aspek_spiritual_dalam_proses_keperawatan/
(akses pada tanggal 08, November 2016, pukul 20:30 WITA)
Sofia Gusnia Nurmaida Saragih, Maria Yosephie, STIKES Santo Borromeus Bandung,
C., 2016.Indonesian Journal of Nursing Health Science - Faktor-Faktor Kepatuhan
Perawat yang Berhubungan dengan PelaksanaanPengkajian Spiritual Pasien di Rumah
Sakit X Bandug.
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/IJON/article/download/1286/1177
(ases pada tanggal 16, November 2016, pukul 24:45 WITA)

https://www.academia.edu/10329819/Makalah_kdk (akses pada tanggal 16, Novembaer
2016, pukul 12:56 WITA)

Page 18 of 18