Analisis Dibalik Intervensi Militer Rusi

ANALISIS KONTEMPORER MENGENAI KONFLIK SURIAH
Hasbi Aswar
Beberapa minggu terakhir isu konflik Suriah kembali memanas. Hal tersebut
dipicu

oleh

pengiriman

militer

Rusia

untuk

terlibat

langsung

dalam


pertempuran melawan ISIS dan kelompok bersenjata seperti, Jabhat Nusrah
dan

kelompok-kelompok

perlawanan

yang

lain.

Amerika

dan

sekutu-

sekutunya di Barat maupun timur tengah mengecam sikap dari sikap Rusia
yang dianggap gegabah tersebut. Dikhawatirkan, aksi Rusia akan memicu
gelombang radikalisasi yang semakin menguat di Suriah, proxy war antara

Amerika dan Rusia juga dikhawatirkan akan terjadi. Tulisan ini akan
menganalisis perkembangan terakhir mengenai intervensi Rusia di Suriah,
kemudian posisi Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya dalam konflik
Suriah.
Intervensi Rusia
30 September yang lalu, Rusia memutuskan untuk melakukan penyerangan
udara terhadap ISIS dan kelompok-kelompok perlawanan yang lain di wilayah
Suriah. Rusia mengirimkan sekitar lebih 30 Jet tempur serta 15 helikopter dan
persenjataan-persenjataan canggih lainnya.

Penyerangan ini dilakukan

setelah, Bashar Asad meminta Rusia untuk ikut membantu pasukan Suriah
melawan gempuran dari kelompok perlawanan Suriah. Presiden Vladimir
Putin menyatakan bahwa tujuan dari intervensi tersebut adalah untuk
menstablikan pemerintahan dan untuk menciptakan kondisi yang kondusif
untuk kompromi politik di Suriah. Putin menegaskan jika para teroris
internasional sudah menguasai wilayah sekitaran ibukota Suriah maka hanya
akan ada sisa sedikit hasrat bagi pemerintahan suriah untuk bernegosiasi,
dan sebagian besar perhatiannya terhadap ancaman pengepungan terhadap

ibukota negaranya. Dalam berbagai komentar para pejabat Rusia, tujuan
utama penyerangan tersebut adalah menyasar ISIL dan kelompok-kelompok
perlawanan lain “teroris” di Suriah.
Keputusan Rusia untuk terlibat dalam pertempuran di Suriah mendapatkan
kecaman dari berbagai negara khususnya Amerika Serikat dan aliansinya di

timur tengah. Rusia dianggap tidak ikut membantu peperangan melawan ISIS
namun

malah

memperlihatkan

dukungannya

terhadap

Asad,

menurut


Obama, aksi Rusia tersebut bisa menjadi sumber bencana besar di Suriah.
Serangan-serangan Rusia ternyata tidak memfokuskan kepada ISIS tapi lebih
dominan kepada kelompok-kelompok lain termasuk, yang dibackup oleh CIAAmerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Dalam sebuah joint statement antara AS, Perancis, Qatar, Saudi, Turki dan
Inggris, disebutkan tuntutan bagi Rusia untuk menghentikan serangannya
terhadap oposisi Suriah dan masyarakat sipil dan untuk fokus memerangi
ISIS. Serangan yang membabi buta, tanpa melihat afiliasi para oposisi, radikal
atau moderat, dianggap oleh Obama tidak akan efektif untuk menyelesaikan
masalah di Suriah, bahkan sebaliknya, akan memicu peningkatan eskaliasi
ekstrimisme dan radikalisasi. ISIS akan semakin kuat dan usaha-usaha untuk
reformasi politik akan semakin rumit (theguardian, 2015).

John Mc Cain,

Senator Amerika, menyatakan kekhawatirannya akan terjadi perang proksi
(proxy war) antara AS dan Rusia di Amerika, Amerika dan sekutu2nya
menggunakan kelompok-kelompok moderat, sementara Rusia menggunakan
pasukan militer Suriah, Iran dan Hizbullah (theguardian, 2015).
Kecaman terhadap Rusia juga dilakukan oleh ulama-ulama di Arab Saudi,

mereka menyerukan melalui media online kepada seluruh Arab dan negaranegara muslim untuk ikut mendukung secara moral, politik dan materi dalam
jihad melawan pemerintahan Suriah, dan koalisi Iran dan Suriah. Jihad harus
dilakukan karena ketika kaum muslimin di Suriah kalah, maka akan
mengubah negeri Suriah yang sunni menjadi bentuk yang lain. (reuters,2015)
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergi Lavrov, mengecam balik sikap dari koalisi
Amerika di Suriah yang dianggap tidak ingin bersikap kooperatif terhadap
Rusia di Suriah. Padahal Rusia berkeinginan untuk membangun sebuah
koordinasi dengan Amerika dan negara-negara Arab dan teluk untuk
menghindari gesekan antara dua belah pihak dan agar bisa bekerjasama
(AraNews, 2015). Bahkan putin mengolok-olok koalisi AS karena gagak
membendung serangan kelompok oposisi di Suriah.
Analisis Para Analis

Berbagai analisis diungkapkan oleh para ilmuwan politik Barat dan Rusia
mengenai motif keterlibatan Rusia di Suriah. Diantaranya, Andrey Sushentsov
(2015), associate professor at Moscow State Institute of International Affairs ,
menyatakan bahwa alasan keterlibatan Rusia di Suriah untuk menghalau ISIS
adalah untuk mencegah bahaya jangka panjang terhadap keamanan
domestik Rusia. Terdapat sekitar 5000 anggota ISIS adalah berkebangsaan
Rusia


dikhawatirkan

dikemudian

hari

mereka

itu

akan

kembali

dan

mengancam keamanan Rusia. Sushentsov, secara gamblang, menjelaskan
mengenai strategi militer Rusia di Suriah dan keuntungan-keuntungan yang
didapatkannya.

Pertama, dengan menggunakan serangan yang terbatas, serangan udara.
Serangan tersebut bisa menghancurkan infrastruktur para teroris dan
mencegah para teroris tersebut menguasai sebuah tempat-tempat tertentu.
Hal tersebut akan melemahkan para teroris tanpa harus memusnahkan
mereka. Kedua, tetap menjadi pembela rezim Suriah, dan kepentingan Rusia
di Timur Tengah akan tetap terjaga, seperti menjaga proyek ektraksi gas di
tataran Israel, Siprus dan Suriah. Rusia juga bisa menempatkan fasilitas
militer laut utamanya di laut mediterania. Ketiga, keterlibatan Rusia sebagai

show of power, bahwa Rusia sebagai leading middle east power, pemilik
kekuatan terdepan di Timur Tengah dengan operasi militer yang efektif serta
mempertegas kembali eksistensinya di wilayah tersebut. Terakhir, sebagai
promosi militer di wilayah pasar terbesar militer dunia, Timteng. (RussiaInsider, 2015)
Menurut Jeffrey Mankoff (2015) dari Center for Strategic and International

Studies, kehadiran Rusia di Suriah sebenarnya adalah akibat dari kegagalan
strategi Amerika untuk menciptakan perdamaian dan menghalau ISIS di
suriah. Strategi AS adalah mendukung dan mempersenjatai oposisi moderat
di darat dan menghancurkan kelompok-kelompok perlawanan melalui udara.
Kegagalan Amerika menciptakan ruang bagi Rusia untuk bertindak, jelas

untuk

kepentingan

dan

agendanya

sendirinya.

Steven

Pifer

(2015)

mengatakan AS dan Rusia sebenarnya memiliki kesamaan kepentingan
(common interest) yakni mengalahkan ISIS namun, perbedaan mereka adalah
masa depan Asad. AS memandang Asad harus dijatuhkan dari kursi


kepemimpinannya sementara Rusia bersikap sebaliknya, bahkan serangan
Rusia menyasar semua oposisi, kelompok militan dan moderat pro Amerika
(carnegie, 2015).
Melihat dari Panggung Belakang
Untuk mengetahui motif dari keributan soal Suriah sebenarnya tidak cukup
ketika hanya melihat apa yang terjadi dipanggung depan pertunjukan,
melihat gerak dan nyanyian yang dilantunkan oleh Rusia vs Amerika beserta
sekutu masing-masing. Panggung belakang ternyata lebih menarik untuk
disimak untuk menarik kesimpulan yang lebih jitu.
Sebelum intervensi Rusia ke Suriah, ketika ditelusuri, ada banyak fakta yang
terbuka lebar yang mengungkapkan hal berbeda dengan kejadian-kejadian
yang terjadi saat ini antara AS dan Rusia. Berikut catatannya:
Pertama, Los Angeles Time pada 25 September melaporkan,
serangan

30

September,

Intelijen


AS

telah

mengetahui

sebelum
dan

telah

menyampaikan ke gedung putih bahwa Kremlin akan melakukan serangan
militer ke Suriah untuk membantu Asad mempertahankan posisinya dan
untuk menahan laju ISIS dan kelompok-kelompok pemberontak yang lain.
Pemerintahan Obama juga telah mengetahui bahwa Rusia telah jauh hari
mempersiapkan penyerangan dengan mengirim pesawat-pesawat mereka ke
Suriah secara rahasia. Juga mengetahui aktifitas mata-mata Rusia dengan
menggunakan pesawat drone. Amerika mengetahui semua aktifitas militer
Rusia di Suriah. Agar tidak terjadi bentrokan antara pesawat militer AS dan

Rusia dilapangan, Sekretaris pertahanan AS, Ashton Carter berbicara dengan
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, untuk memastikan tidak terjadinya
kekhawatiran tersebut (latimes, 2015).
Kedua, tindakan Rusia untuk terlibat di Suriah juga telah mendapatkan ijin
oleh Amerika Serikat. 23 September, penasehat senior pemerintah Suriah,
Bouthaina Shaaban, dalam sebuah wawancara TV mengungkap hal tersebut.
Menurut Shaaban, telah tercipta sebuah kesepakatan tidak tertulis ( tacit

agreement) antara AS-Rusia untuk sebuah solusi akhir bagi Suriah. Koalisi
Barat juga, kata Shaaban, telah merubah pendiriannya terhadap Asad

"change in the West's positions". Barat mulai melunak terhadap Asad. Mulai
muncul usulan agar Asad akan dilibatkan dalam proses dialog untuk
menciptakan perdamaian di Suriah, diantara pendukung ide tersebut adalah
Angela Merkel, PM Jerman dan David Cameron, PM Inggris (news-yahoo.com,
2015).
Dalam pertemuan 28 September di sela-sela sidang umum PBB, United

Nations General Assembly, 2 hari sebelum intervensi Rusia, Obama telah
menyetujui serangan Rusia ke Suriah dengan syarat memerangi ISIS. Serta
keberadaan

Rusia

di

Suriah

dianggap

tidak

berbahaya,

necessarily

destructive. Obama dan Putin juga bersepakat untuk mengadakan koordinasi
militer agar tidak terjadi friksi dilapangan antara militer kedua negara
(alaraby, 2015).
Jelas dari fakta-fakta yang ditunjukkan memperlihatkan bahwa keberadaan
Rusia di Suriah adalah bagian dari sebuah skenario politik besar. Skenario
tersebut untuk mempertahankan Suriah sebagai kekuatan yang mendukung
kepentingan-kepentingan barat dan Rusia di Timur Tengah, dan menghalangi
munculnya kekuatan-kekuatan politik lain (Islam) untuk menjadi kekuatan di
Timur Tengah. Meskipun AS dan Rusia berbeda dalam memandang teknis
penyelesaian konflik Suriah tapi mereka bersepakat bahwa, masa depan
Suriah adalah negara sekuler yang pro terhadap kepentingan mereka.
Asad bukanlah kepentingan utama Rusia, begitupun Amerika, Asad bukanlah
musuh utama. Buktinya sejak serangan AS bersama 60 negara koalisinya,
Asad tidak menjadi target utama, pesawat-pesawat Amerika tidak menyasar
kekuatan militer Asad. Seandainya koalisi menginginkan kejatuhan Asad
maka, pesawat sekutu akan menjadikan penghancuran kekuatan militer Asad
sebagai bagian dari prioritas, seperti di Libya, Iraq dan Afghanistan yang
tidak butuh waktu berbulan untuk melumpuhkan negara-negara tersebut.
Amerika memang mendukung oposisi moderat, seperti Free

Syrian Army,

yang fokus didarat melakukan perlawanan terhadap rezim Asad dan ISIS.
Tapi, bantuan yang diberikan ke kelompok tersebut terkesan hanya simbol
atau formalitas belaka. Sekitar 682 juta dollar yang dijanjikan oleh AS untuk
melatih dan membantu perlengkapan militer kelompok oposisi moderat untuk

melawan ISIS, kemudian menjanjikan akan melatih 5.000 pasukan oposisi
Suriah, faktanya hanya 50 orang bahkan menyusut menjadi 4 atau 5 orang
saja. Akhirnya AS memutuskan untuk menghentikan program bantuan
pelatihannya kepada kelompok moderat awal Oktober (news.com, 2015).
Motif utama intervensi Rusia adalah kegagalan koalisi Amerika Serikat, Koalisi
Asad, Hizbullah dan Iran dalam membendung gerak laju dari kelompokkelompok militan Islam yang semakin menguasai sebagian besar wilayah
Suriah. Columb Strack, dalam IHS Jane`s Intelligence Review (2015)
menyebutkan, Asad untuk saat ini hanya mengontrol tidak lebih dari 18 %
atau sekitar 29, 797 km2 antara bulan Januari-Agustus 2015, 82 % dikuasai
oleh

kelompok

oposisi.

Sementara

angkatan

bersenjata

Suriah

telah

berkurang 50% dari yang sebelum perang Suriah berjumlah 300.000 orang
(janes, 2015).

Obama sendiri telah mengakui kekalahan AS dalam

pertempuran di Suriah, “There’s no doubt that it did not work,” pernyataan
obama

sebagai

bentuk

kekecewaan

mendalam

terhadap

kegagalan

strateginya di Suriah, judul di media online news.com memberitakan hal
tersebut, Barack Obama admits failure in Syria as Islamic State runs
riot, but denies Vladimir Putin is the stronger man (news.com, 2015).
Perang Suriah untuk Siapa
Saat ini sebagian besar wilayah Suriah dikontrol oleh ISIS dan kelompokkelompok oposisi yang lain. Ratusan faksi militer yang bertempur di Suriah,
namun yang paling banyak disorot adalah ISIS. Komentar-komentar AS dan
Rusia di media-media kebanyakan membesar-besarkan ancaman

ISIS,

padahal bukan hanya ISIS yang seharusnya menjadi ancaman. Keberadaan
ISIS di Suriah pun menimbulkan kontroversi ditengah-tengah kelompokkelompok oposisi, bahkan ISIS cenderung menghambat perjuangan melawan
rezim Asad sehingga ada kesimpulan yang muncul bahwa ISIS adalah bagian
dari proyek AS di Timur Tengah. Kecurigaan tersebut semakin terbukti saat
banyak

laporan

yang

menunjukkan

bahwa,

terkadang

AS

&

Israel

menjatuhkan senjata melalui udara dan yang menikmatinya adalah ISIS
(21stcenturywire, 2015).

Berkaitan dengan kiprah ISIS di Suriah, ISIS dianggap tidak serius memerangi
pemerintah Suriah,

Laporan IHS Jane`s Terrorism and insurgency center

(JTIC) (2014) melaporkan, 64% serangan militer ISIS diarahkan kepada
kelompok-kelompok bersenjata non pemerintah dan hanya 13% yang
menargetkan angkatan militer Suriah. Sebaliknya, serangan Asad kepada
para pejuang bersenjata lebih banyak ditujukan kepada kelompok-kelompok
non-ISIS. Dari 982 serangan tahun 2014, menurut Laporan JTIC, hanya 6
persen yang menarget ISIS. Hal ini menimbulkan kecurigaan bagi kelompokkelompok pejuang yang lain yang selama ini berjuang melawan Asad, seperti
kelompok, Pasukan Mujahidin (Al-Mujahidin Army) yang melihat sendiri
dilapangan, bahwa di garis depan perbatasan wilayah pasukan ISIS dan
pemerintah cenderung tenang tanpa kontak senjata, berbeda jika pasukan
pemerintah berbatasan dengan pasukan oposisi yang lain, kontak senjata
bisa 24 jam (nbcnews, 2015).
Sebelum masuknya ISIS di Suriah dan perjuangan perlawanan terhadap
pemerintahan

Suriah

baru

saja

dikobarkan.

Para

pejuang

telah

memperlihatkan visi besar mereka dalam perjuangan meruntuhkan Asad
dengan cita-cita penegakan Khilafah di tanah Syam. Setelah masuknya ISIS,
konsentrasi perang para mujahidin menjadi terpecah antara berhadapan
dengan ISIS yang haus darah kepada mujahidin non-ISIS, dan pasukan Asad
yang didukung oleh AS beserta Rusia. Dengan keberadaan ISIS, yang paling
diuntungkan adalah Bashar Asad dan seluruh negara yang mendukungnya.
Dengan adanya ISIS, istilah Khilafah menjadi sangat berdarah-darah. Majelis
Shura Mujahidin, dalam sebuah pernyataannya menyampaikan bahwa,
deklarasi Khilafah oleh ISIS adalah bagian dari kampanye sistematis untuk
mendistorsi istilah-istilah syariah, seperti Jihad, Syariah, hudud dan Khilafah
(longwarjournal, 2014).
Jika benar bahwa ISIS adalah bagian dari agenda AS, Rusia dan sekutusekutunya maka, Amerika telah sukses menerapkan strategi devide et

impera antar sesama muslim di Suriah. ISIS dan para mujahidin di adu
domba, kemudian Amerika, Rusia, Iran, Hizbullah dan beserta sekutusekutunya akan memukul mujahidin dari semua penjuru. Setelah mujahidin
kalah, ISIS akan dihancurkan, kemudian Suriah akan tetap menjadi negara

sekuler (siapapun pemimpinnya) yang memiliki posisi strategis di Timur
Tengah bagi kepentingan AS, Rusia dan negara-negara barat lainnya.
Strategi ini diambil karena AS, Rusia dan sekutu-sekutunya sadar betul bahwa
satu-satunya aspirasi perjuangan rakyat melawan Asad di Suriah adalah
Islam, Hisham Al-Baba (2012), anggota Hizbut Tahrir Suriah,

telah

mempertegas hal tersebut, bahwa revolusi yang terjadi di Suriah adalah
revolusi Islam, dan seruan-seruan serta bendera yang selalu dikibarkan
rakyat Suriah adalah Islam sementara semua pemikiran sekuler bahkan
komunis tidak memiliki tempat di Suriah. ISIS diciptakan untuk merubah visi
rakyat Suriah tentang Khilafah sehingga mereka menjadi tunduk kepada citacita yang ditawarkan barat.
Kesimpulan
Peristiwa terakhir yang memperlihatkan memanasnya konflik Suriah dengan
kehadiran Rusia ternyata menjadi bagian dari strategi Barat beserta sekutusekutu mereka untuk memenangkan perang melawan kekuatan Islam di
Suriah. ISIS menjadi bagian dari strategi perlawanan terhadap perjuangan
Islam di Suriah. Perjuangan Islam di Suriah tidak hanya milik para pejuang
atau mujahidin tapi juga menjadi aspirasi dominan rakyat Suriah. Deklarasi
khilafah ISIS yang prematur semakin hari semakin membuktikan kebenaran
dari Majelis Shura Mujahidin Suriah, bahwa Khilafah ISIS bagian dari
kampanye negatif terhadap Khilafah. Disaat pasukan mujahidin kalah oleh
koalisi Rusia, Iran, Hizbullah, Arab, dan Barat, kemudian visi Khilafah yang
diimpikan rakyat Suriah telah berhasil dikotori oleh Khilafah ISIS maka,
sekulerisme dan kepentingan Barat-Rusia akan tetap berjaya di sana.
BIBLIOGRAFI:

Aranews. 2015. Russia says U.S.-led coalition not ready for cooperation on
anti-ISIS campaign in Syria http://aranews.net/2015/10/russia-says-u-sled-coalition-not-ready-for-cooperation-on-anti-isis-campaign-in-syria/
diakses 17/10/2015
Alaraby. 2015. US agrees to conditional Russian deployment in Syria Joe
Macaron.http://www.alaraby.co.uk/english/News/2015/9/30/US-agrees-toconditional-Russian-deployment-in-Syria diakses 17/10/2015

Bennett, Brian & W.J. Hennigan. 2015. U.S. intelligence: Russia will launch
attacks in Syria. http://www.latimes.com/world/middleeast/la-fg-russiasyria-20150925-story.html diakses 17/10/2015
Choufi, Firas. 2012.Hizb ut-Tahrir in Syria: The Regime Will Cede to the Islamic
Caliphate. http://islam.ru/en/content/story/hizb-ut-tahrir-syria-regimewill-cede-islamic-caliphate
Joscelyn, Thomas. 2014. The Islamic State’s rivals in Syria reject announced
Caliphate.
http://www.longwarjournal.org/archives/2014/07/the_islamic_states_r.ph
p diakses 17/10/2015
McDowall, Angus .2015. Saudi opposition clerics make sectarian call to jihad
in Syria http://www.reuters.com/article/2015/10/05/us-mideast-crisissaudi-clerics-idUSKCN0RZ1IW20151005 diakses 17/10/2015
Multiple Contributors. 2015. Should the U.S. Cooperate with Russia on Syria
and ISIS?. https://www.carnegie.org/news/articles/carnegie-forum-usrussia-and-syria/ diakses 17/10/2015
News-Yahoo. 2015.'Tacit' deal between US, Russia to end Syria war: Asad
adviser. http://news.yahoo.com/tacit-deal-between-us-russia-end-syriawar-133934478.html diakses 17/10/2015
News. 2015. Barack Obama admits failure in Syria as Islamic State runs riot,
but denies Vladimir Putin is the stronger man.
http://www.news.com.au/finance/work/barack-obama-admits-failure-insyria-as-islamic-state-runs-riot-but-denies-vladimir-putin-is-the-strongerman/story-fn5tas5k-1227565910610 diakses 17/10/2015
Sushentsov, Andrey. 2015. A Great Explanation of Russian Strategy in Syria
by a Top Russian Scholar. http://russia-insider.com/en/politics/greatexplanation-russian-strategy-syria-top-russian-scholar/ri10404 diakses
17/10/2015
Pengelly, Martin. 2015. John McCain says US is engaged in proxy war with
Russia in Syria. http://www.theguardian.com/us-news/2015/oct/04/johnmccain-russia-us-proxy-war-syria-obama-putin diakses 17/10/2015
Strack, Columb. 2015. Syrian government no longer controls 83% of the
country. http://www.janes.com/article/53771/syrian-government-nolonger-controls-83-of-the-country diakses 17/10/2015
Walker, Shaun, & Lauren Gambino, Ian Black, Kareem Shaheen. 2015. Obama
says Russian strategy in Syria is ‘recipe for disaster ’
http://www.theguardian.com/world/2015/oct/02/us-coalition-warnsrussia-putin-extremism-syria-isis diakses 17/10/2015
21stcenturywire. 2015.In Plain Sight: Coalition Forces Routinely Air-Drop
Military Supplies to ISIS Fighters In Syria
http://21stcenturywire.com/2015/02/18/in-plain-sight-coalition-forcesroutinely-air-drop-military-supplies-to-isis-fighters-in-syria/ diakses
17/10/2015

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63