NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN MANGROVE

NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN MANGROVE

TUGAS
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan
Universitas Padjadjaran Bandung

Oleh :

ZUMRODI 250120150017

MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2016

Valuasi Ekonomi
Sebagaian besar degradasi lingkungan dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya
alam berakar pada permasalahan bahwa dampak lingkungan tidak atau kurang diperhatikan
dalam proses pembuatan kebijakan. Hal ini terjadi karena barang dan jasa lingkungan
keberadaannya sulit diidentifikasi, mempunyai rejim kepemilikan yang tidak jelas, dan nilainilai yang ada dan melekat pada sumber daya alam tersebut tidak muncul secara nyata, paling

tidak di pasaran. Untuk menjembatani permasalahan ini, dikembangkan suatu konsep
bernama valuasi ekonomi atau nilai ekonomi total (total economic value). Konsep nilai
ekonomi total membantu para pihak pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi dan
mengukur dalam tipe yang berbeda tentang nilai ekonomi yang mungkin dimiliki dari suatu
sumber daya alam.
Valuasi ekonomi merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk mengukur dan
menyatakan dalam satuan mata uang (monetizing) semua jenis nilai yang ada dari suatu
sumber daya alam. Untuk barang-barang kebutuhan private, harga akan menunjukkan
kelangkaan penyediaan secara relatif dan tingkat kesediaan membayar (willingnes to pay)
dari konsumen. Harga untuk barang lingkungan tertentu adalah tidak ada dan tidak
menunjukan harga sebenarnya dari suatu sumber daya. Secara alami, barang dan jasa
lingkungan tidak didefinisikan secara baik merujuk kepada fungsi ekologis, tidak adanya
rejim kepemilikan yang jelas (misal sumber daya perikanan, air bawah tanah) dan merupakan
barang yang diakui sebagai kepemilikan publik dimana setiap orang membutuhkan, misalnya
udara yang bersih. Untuk itu valuasi ekonomi menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Valuasi ekonomi menjadi sangat penting merujuk kepada adanya keseimbangan
kebutuhan (demand) dan penyediaan (supply) dari suatu barang atau jasa lingkungan. Dalam
pelaksanaannya, valuasi ekonomi lingkungan dipengaruhi oleh metode analis biaya dan
keuntungan (Cost and Benefit Analysis/CBA). Selanjutnya dalam analisis ini, barang dan jasa
yang telah diukur dan ditentukan harganya dapat dipertimbangkan dalam proses pembuatan

kebijakan. Valuasi ekonomi mencoba menunjukan kepada masyarakat keseluruhan nilai dari
suatu sumber daya alam dan lingkungan dengan mengukurnya dalam skala mata uang
(rupiah). Dalam hal ini valuasi ekonomi membantu mendorong aspek lingkungan untuk lebih
diperhatikan dalam proses pembuatan kebijakan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
menjadi sangat penting untuk menempatkan nilai mata uang dalam kajian dampak
lingkungan atau kebijakan secara umum.
Metode Valuasi Ekonomi
Metode valuasi ekonomi dilakukan berdasarkan pendekatan pengukuran keuntungan
(benefit measurement) yang merupakan upaya pengukuran perubahan dari kesejahteraan
manusia atau utilitas dari pemakaian barang atau jasa lingkungan. Dalam pendekatan praktis,
valuasi ekonomi lingkungan dilakukan dengan menggunakan beberapa tipe data yang sudah
2

tersedia (data sekunder). Secara garis besar, valuasi ekonomi lingkungan atau nilai ekonomi
total (total economic value) terdiri dari dua komponen yaitu Nilai guna dan non nilai guna.
Empat kelompok metode yang sering digunakan dalam valuasi ekonomi adalah : 1) metode
harga pasar konvensional (conventional market value); 2) metode pasar pengganti (surrogate
market); 3) metode simulasi pasar (hypothetical/simulated market); dan 4) metode lainnya
(termasuk kelompok ini adalah metode transfer keuntungan/benefit transfer dan metode
valuasi ekonomi partisipatori /partisipatory economic valuation).

Metode pertama adalah dengan menggunakan metode harga pasar konvensional.
Metode ini terdiri dari dua bagian yaitu nilai berdasarkan harga pasaran langsung (direct
market based value/actual value) dan nilai berdasarkan harga pasaran tidak langsung
(indirect market based value) dengan cara membandingkan harga dari barang yang lain dari
tipe yang terkait. Nilai berdasarkan harga pasaran langsung dapat digunakan untuk
menentukan nilai suatu produk pada pasar yang telah mapan. Metode ini khususnya cocok
pada harga pasaran lokal (on-site sale value), yang merupakan pendekatan dari nilai
lingkungan dimana harga harga tersebut telah tersedia. Pendekatan ini merupakan alat yang
sudah mapan untuk memvaluasi barang dan jasa lingkungan yang bersifat ekstraksi sumber
daya alam.
Nilai berdasarkan harga pasaran tidak langsung (indirect market based value) dilakukan
dengan terhadap barang atau jasa yang nilai atau harganya tidak tersedia di pasaran.
Pendekatan ini juga dapat dilakukan untuk produk yang dikonsumsi dalam rumah tangga dan
tidak diperdagangkan dipasaran. Valuasi dilakukan dengan menghitung biaya dari barang dan
jasa pengganti atau substitusi, misalnya subtitusi untuk nilai kayu bakar adalah harga minyak
tanah. Selain itu pendekatan ini juga digunakan untuk menghitung jasa yang diturunkan dari
fungsi regulasi melalui perhitungan biaya substitusi, biaya pemindahan atau biaya
pencegahan. Contoh dalam hal ini adalah nilai fungsi pencegahan pantai dari hutan mangrove
adalah setara dengan biaya yang dikeluarkan untuk membangun tanggul penahan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah harga untuk barang dan jasa yang terkait.

Perubahan dalam jasa lingkungan yang diturunkan dalam fungsi penyediaan menyebabkan
perubahan produksi dari aktivitas manusia (perubahan produktivitas). Misalnya dalam hal ini
adalah, kehilangan luasnya mangrove akan menyebabkan perubahan tangkapan perikanan.
Metode kedua adalah dengan menggunakan metode pasar pengganti (surrogate
market). Dalam metode ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu metode biaya perjalanan
(travel cost) dan metode hedonic price (harga hedonis). Metode ketiga adalah menggunakan
metode simulasi pasar (hypothetical/simulated market). Dalam metode ini diperkenalkan
konsep kesediaan membayar (willingnes to pay) dan kesediaan menerima (willingness to
accept). Metode ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu valuasi kontingensi (contingent
valuation) dan pemodelan pemilihan (attribute-base atau choice modeling). Metode keempat
3

adalah beberapa teknik dan metode valuasi yang lain. Dalam hal ini misalnya metode transfer
keuntungan (benefit transfer) dan metode valuasi ekonomi partisipatori (partisipatory
economic valuation).
Perkembangan Konsep Nilai Guna Tidak Langsung dalam Valuasi Ekonomi
Sejarah perkembangan perhitungan nilai guna tidak langsung dimulai pada dekade
1960an dimana pada masa tersebut berkembang perhatian terhadap nilai (value) lebih dari
apa yang ada dari suatu barang. Ada sesuatu yang hilang dimana tidak semua hal menyangkut
nilai guna barang dan jasa diperhitungkan, menyebabkan kemudian keputusan pembuatan

kebijakan (evaluasi) menjadi kurang efisien. Pada tahun 1964, Weisbrod mengemukakan
konsep nilai pilihan (option value), yang kemudian diikuti denan konsep nilai keberadaan
(existence value) yang dikemukanan oleh Krutilla pada tahun 1967. Selanjutnya Arrow dan
Fisher (1974) mengemukakan model quasi-option value. Puncaknya pada tahun 1990, Pearce
dan Turner mempopulerkan konsep Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value).
Konsep Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) yang dikemukakan Pearce dan
Turner pada tahun 1990, mungkin dipengaruhi pemikiran Randall dan Stoll (1983) yang
mengemukakan konsep nilai keberadaan dalam kerangka kerja valuasi total (Total Valuation
Framework). Dalam hal ini, nilai ekonomi total merupakan jumlahan dari nilai guna langsung
dan nilai guna tidak langsung. Ide dasar dibalik perhitungan nilai ekonomi total adalah
menyediakan valuasi untuk barang dan jasa lingkungan, label ini secara umum dilakukan
dalam bidang ekonomi kehutanan dan juga jasa ekosistem. Dalam kajian ini obyek yang akan
ditentukan valuasi ekonominya adalah hutan mangrove.
Hutan Mangrove
Mangrove merupakan berbagai jenis tanaman besar dan ekstensif dari ukuran sedang
sampai dengan tinggi dan juga berbagai jenis semak belukar yang tumbuh di habitat sedimen
pesisir berair asin pada kawasan tropis dan subtropis pada lintang 250S dan 250U. Mangrove
merupakan tanaman yang tahan air asin, lebih dikenal sebagai halophytes, memiliki
kemampuan adaptasi pada ekosistem pesisir yang sangat rentan. Adaptasi mangrove terhadap
lingkungan dilakukan melalui sistem jaringan filtrasi garam yang kompleks, untuk mengatasi

kadar garam air laut dan juga besarnya ombak pesisir. Selain itu mangrove juga beradaptasi
pada kondisi habitat lumpur sedimen dengan kadar oksigen yang rendah (Wikipedia, 2016).
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem tropis yang paling terancam dengan
lebih dari 35% hutan mangrove dunia telah hilang. Berbagai kegiatan mengancam
keberlanjutan hutan mangrove. Kegiatan tersebut antara lain konversi hutan, pemanenan
berlebihan, perubahan aliran air sungai, penangkapan ikan secara berlebihan, kerusakan
terumbu karang sekitar mangrove, polusi dan juga perubahan iklim yang mempengaruhi
ketinggian muka air laut (WWF, 2015).

4

Hutan mangrove di indonesia dapat dijumpai dalam skala yang luas di sumatera,
Kalimantan, sulawesi dan Papua. Saat ini indonesia memiliki 9,36 juta hektar hutan
mangrove. Akan tetapi sayangnya karena berbagai permasalahan pengelolaan, sebanyak 48%
diantaranya dikategorikan sebagai “rusak sedang”, dan 23% lagi dikategorikan sebagai rusak
berat (Wikipedia, 2016).
Penghitugan Nilai Ekonomi Hutan Mangrove
Menurut Pearce dan Moran (1994), dalam persamaan secara matematis, nilai ekonomi
total dari suatu ekosistem (dalam kajian ini adalah hutan mangrove) dapat disajikan dalam
formula sebagai berikut:

Tabel 1. Formula perhitungan nilai ekonomi total
TEV = UV + NUV
TEV = (DV + IUV + OV) + (XV + BV)
Dengan :
TEV

= Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value)

UV

= Nilai Guna (Use Value)

NUV

= Nilai Bukan Guna (Non Use value)

DV

= Nilai Guna Langsung (Direct use Value)


IUV

= Nilai Guna Tidak Langsung (Indirect Use Value)

OV

= Nilai Pilihan (Optional Value)

XV

= Nilai Keberadaan (Existence Value)

BV

= Nilai Warisan (Bequest Value)

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa Nilai Ekonomi Total merupakan
jumlahan dari nilai guna langsung (Direct use Value), nilai guna tidak langsung (Indirect Use
Value), nilai pilihan (Optional Value), nilai keberadaan (Existence Value) dan nilai warisan
(Bequest Value). Nilai guna langsung adalah hasil yang dapat langsung dikonsumsi. Produk

langsung tersebut terdiri dari makanan, biomassa, rekreasi dan kesehatan. Paryono et.al.
(1999) berhasil mengidentifikasi lima macam manfaat langsung yang dapat diambil
masyarakat dari hutan mangrove, yaitu (1) manfaat hasil hutan berupa potensi kayu, ranting
kayu bakar, arang, daun nipah, dan bibit mangrove, (2) manfaat hasil perikanan yaitu
kepiting, udang, ikan dan kerang, (3) manfaat satwa yang terdiri dari burung, biawak, kera
dan kroto, (4) usaha tambak tumpangsari dan semi intensif serta (6) manfaat wisata.

5

Nilai guna tidak langsung adalah nilai dari fungsi ekosistem. Nilai guna tidak langsung
dari ekosistem mangrove antara lain adalah fungsi dari penahan abrasi dan penyedia pakan
udang (nursery ground, feeding ground). Nilai guna tidak langsung (Indirect Use Value)
dalam kajian ini adalah manfaat tidak langsung yang diperoleh dari hutan mangrove, yaitu
manfaat ekologi dan fisik/perlindungan. Dalam kasus ini yang dihitung adalah fungsi hutan
mangrove sebagai penahan erosi/abrasi dan gelombang laut/pasang surut, pengendali intrusi
air laut/asin dan manfaat biologis sebagai tempat pemijahan dan penyediaan bahan pakan
bagi udang.
Nilai pilihan adalah jenis nilai penggunaan baik langsung ataupun tidak langsung
karena berhubungan dengan penggunaan mangrove di masa yang akan datang. Nilai pilihan
yang diperhitungkan merupakan manfaat keanekaragaman hayati hutan mangrove dan

konservasi habitat. Nilainya diestimasi dengan mengacu pada nilai keanekaragaman hayati
(biodiversity) hutan mangrove di Indonesia dari penelitian yang sudah ada. Sesuai hasil
penelitian Ruitenbeek (1991), nilai pilihan hutan mangrove adalah sebesar
US$1.500/km2/tahun (US$15/ha/tahun) dengan asumsi bahwa hutan mangrove tersebut
penting secara ekologis dan tetap terpelihara (Nilwan et.al. 2003).
Nilai keberadaan yaitu manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan
sumberdaya setelah manfaat lainnya dihilangkan dari analisis. Nilai keberadaan ini
merupakan nilai yang dirasakan oleh masyarakat atas keberadaan dan terpeliharanya hutan
mangrove, terlepas dari manfaat yang diambil dari padanya. Nilai keberadaan terdiri dari
habitat, genetik, spesies, dan ekosistem yang menjadi pengetahuan pada kondisi ekosistem
mangrove yang berkelanjutan. Nilai keberadaan mangrove dihitung melalui transfer nilai
(benefit transfer) atau mengadopsi hasil penelitian Paryono et.al. (1999) di kawasan hutan
mangrove Segara Anakan. Penghitungan nilai keberadaan ini dilakukan dengan
menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM). Nilai keberadaan (eksistensi)
hutan mangrove di Segara Anakan adalah sebesar US$358,46/ha/tahun. Nilai ini dapat
dikonversi menjadi rupiah dengan menghitung kurs saat ini ( US$ 1,00 = Rp 13.000,-).
Nilai warisan muncul dari asset ekosistem hutan mangrove yang bermanfaat untuk
generasi mendatang. Nilai pilihan dan nilai warisan cenderung lebih sulit untuk didefiniskan,
keduanya menyangkut nilai kultural, estetika, spiritual dan keagamaan. Karena alasan
tersebut maka dalam kajian ini nilai warisan tidak masuk dalam perhitungan nilai ekonomi

total hutan mangrove.
Teknik Valuasi Ekononomi Hutan Mangrove
Diadaptasi dari Hoang Tri (2007), teknik valuasi yang biasa digunakan untuk menilai
berbagai komponen dengan nilai berbeda pada hutan mangrove disajikan sebagai berikut :

6

Tabel 2. Teknik valuasi hutan mangrove
Nilai Ekonomi Total

Teknik Valuasi

Direct use Values (Nilai Guna Langsung)
 Kayu

 Analisis Pasar

 Hasil hutan non-kayu (ikan, nipah, obat,

 Analisis pasar, biaya pengganti, pendekatan

berburu dan meramu tradisiona),
 Penggunaan untuk pendidikan, rekreasi
dan budaya
 Habitat manusia

pengganti tidak langsung, pendekatan biaya
keuntungan tidak langsung, nilai perubahan
produktivitas, barter, Pendekatan pertukaran
 Metode biaya perjalanan, biaya hedonis,
 Biaya hedonis, biaya penggantian

Indirect Use Values (Nilai Guna Tidak
Langsung)
 Pencegahan erosi/abrasi pantai
 Pencegahan erosi/abrasi sungai
 Penyimpanan dan daur ulang limbah
manusia dan polutan
 Perawatan keanekaragaman hayati
 Penyediaaan habitat migrasi

 Biaya penghindaran kerusakan
 Biaya pencegahan
 Perubahan nilai produksi
 Biaya relokasi
 Biaya penggantian

 Penyediaan nursery ground
 Penyediaan lahan memijah
 Penyediaan pakan
 Regenerasi nurtrisi
 Perlindungan dan perawatan terumbu
karang
Option Value (Nilai Pilihan)

 Metode valuasi kontingensi

 Keanekaragaman hayati (Fungsi
Ekologis)
Existence Value (Nilai Keberadaan)

 Metode valuasi kontingensi

 Manfaat Keberadaan dari Hutan
Mangrove

7

Nilai ekonomi total yang akan dihitung pada kajian ini mengambil lokus pada kawasan
hutan mangrove seluas 715,65 Ha. Selain itu terdapat juga lahan tambak udang seluas
5.034,95 Ha disekitar hutan mangrove. Jenis pemanfaatan dari hutan mangrove ini dibedakan
menjadi empat berdasarkan nilai guna, yaitu :1) nilai guna langsung; 2) nilai guna tidak
langsung; 3) nilai pilihan dan 4) nilai keberadaan. Adapun jenis pemanfaatan hutan mangrove
dijabarkan dalam tabel berikut :
Tabel 3. Jenis Pemanfaatan hutan mangrove
Nilai Ekonomi Total

Nilai Guna Langsung

Nilai Guna Tidak
Langsung

Nilai Pilihan

Manfaat

Hasil
(Ha/tahun)

Satuan

Potensi kayu

715.65

16,5

m3

Ranting kayu (Kayubakar)

715.65

186.667

Ikat

Alur (sayuran)

715.65

104

Karung

Buahbako-bako

715.65

150

Ikat

Kepiting

715.65

595.407

Ekor

Ikan

715.65

367,5

Kg

Wideng

715.65

3686.667

Ekor

Belut

715.65

282,4

Kg

Udang

715.65

269.441

Kg

Ular

715.65

413,2

Kg

Burung

715.65

1100

Ekor

Biawak

715.65

700

Kg

Katak

716

300

Kg

Bandeng

5,035

367

Kg

Udang windu

5,035

73

Kg

PenahanAbrasi

716

2.800

M

Penahan intrusi air laut

716

18.242.700

Liter

Penyedia pakan

716

16

Kg

716

716

Ha

716

716

Ha

Nilai keanekaragaman
hayati

Nilai Keberadaan

Luas (ha)

Nilai keberadaan hutan
mangrove

Dari berbagai jenis pemanfaatan hutan mangrove sesuai data pada Tabel 3, selanjutnya
dilakukan perhitungan nilai ekonomi total sebagaiman diperoleh dalam Tabel 4.
8

Tabel 4. Perhitungan Nilai Ekonomi Total
No

Manfaat

Nilai Guna Langsung
Nilai guna langsung hasil hutan
Potensi kayu
Ranting kayu (Kayubakar)
Alur (sayuran)
Buah bako-bako
2
Nilai guna langsung perikanan
Kepiting
Ikan
Wideng
Belut
Udang
3
Nilai guna langsung hasil satwa
Ular
Burung
Biawak
Katak
4
Nilai guna langsung tambak
Bandeng
Udang windu
B
Nilai Guna Tidak Langsung
1
Manfaat Ekologis
PenahanAbrasi
Penahan intrusi air laut
2
Manfaat biologis
Penyedia pakan
C
Nilai Pilihan
Nilai keanekaragaman hayati
D
Nilai Keberadaan
Nilai keberadaan hutan mangrove
Total Ekonomi
Keterangan : US$ 1,00 = Rp 13.000,-

Luas
(ha)

Hasil
(ha/tahun)

Satuan

Harga
(Rp)

Harga (Rp)
(ha/tahun)

Biaya
(Rp/thn.ha)

Nilai bersih/ ha

Nilai bersih

A
1

715,65
715,65
715,65
715,65

16,5
186,667
104,0
150,0

m3
ikat
karung
ikat

50.000
4.000
6.000
1.000

825.000
746.668
624.000
150.000

0
70.000
10.000
0

825.000
676.668
614.000
150.000

590.411.250,00
484.257.454.20
439.409.100,00
107.347.500,00

715,65
715,65
715,65
715,65
715,65

595.407,0
367,50
3.686,67
282,4
269.441,0

ekor
kg
ekor
kg
kg

5.000
6.500
200
4.500
15.000

2.977.035
2.388.750
737.333
1.270.800
4.041.615

884.000
1.350.000
534.000
284.000
994.000

2.093.035
1.038.750
203.333
986.800
3.047.615

1.497.880.497,75
743.381.437,50
145.515.547,71
706.203.420,00
2.181.025.674,75

715,65
715,65
715,65
716,00

413,2
1100,0
700,0
300,0

kg
ekor
kg
kg

2.000
2.000
2.000
6.000

826.400
1.875.000
1.400.000
1.800.000

230.000
325.000
100.000
514.000

596,400
1,550,000
1,300,000
1,286,000

426.813.660,00
1.109.257.500,00
930,345,000,00
920,325,900,00

5.034,97
5.034,97

366,595
73,240

kg
kg

7.500
55.000

2.749.463
4.027.870

0
4.715.000

2,749,463
-687.130

13.843.468.203,63
-3.459.687.936,10

715,65
715,65

2.800,0
18.242.700,0

M
liter

6.237.998
50

17.466.394.400
912.135.000

0
0

17.466.394.400
912.135.000

17.466.394.400,00
912.135.000,00

715,65

16,286

Kg

4.000

65.144

0

65.144

46.620.303,60

715,65

716,0

Ha

195.500

139.620.000

0

139.620.000,00

139.620.000,00

715,65

716,0

Ha

4.659.980

3.336.545.680

0

3.336.545.680

3.336.545.680,00
42.567.271.593,04

Hasil perhitungan valuasi ekonomi hutan mangrove disajikan dalam rekapitulasi
sebagaimana Tabel 5, yang menggambarkan hasil perhitungan dari masing masing komponen
nilai nilai ekonomi total.
Tabel 5. Rekapitulasi nilai ekonomi total hutan mangrove
Nilai Ekonomi Total
Nilai Guna Langsung
Nilai Guna Tidak Langsung
Nilai Pilihan
Nilai Keberadaan
Nilai Warisan
Total

Nilai Bersih (Rp)

Pct (%)

Rp13,054,933.90

0.25

Rp2,658,839,585.41

51.02

Rp101,980,125.00

1.96

Rp2,437,053,040.50

46.77

0.00

0.00

42.567.271.593,04

100,00

Pembahasan
Valuasi ekonomi membantu mendorong aspek lingkungan untuk lebih diperhatikan
dalam proses pembuatan kebijakan pengelolaan hutan mangrove. Melalui valuasi ekonomi,
berbagai manfaat dari ekosistem hutan mangrove dapat diukur secara kuantitatif dalam satuan
mata uang. Tanpa valuasi ekonomi, sangat sulit untuk mempertimbangkan suatu manfaat
ketika sebuah kebijakan pengelolaan hutan mangrove akan dilakukan. Hal inilah yang
menjadi alasan mengapa menjadi sangat penting untuk menempatkan nilai mata uang dalam
kajian dampak lingkungan atau kebijakan pengelolaan hutan mangrove.
Keberadaan hutan mangrove sebagai sebuah ekosistem memberikan manfaat dan
keuntungan bagi masyarakat disekitarnya. Keuntungan pertama dari kegiatan konservasi
mangrove dapat ditinjau dari sisi aspek lingkungan. Dalam hal ini ekosistem mangrove akan
menyediakan habibat bagi berbagai mahluk hidup, menjadi sumber nutrien dan pencegahan
terhadap terjadinya sedimentasi. Ekosistem mangrove menjadi habitat bagi berbagai burung
migran dan juga menjadi sumber bagi berbagai tanaman obat yang dipergunakan masyarakat
sekitar. Kehadiran ekosistem mangrove akan mengurangi terjadinya abrasi pantai dan
menjadi perlindungan terhadap terjadinya badai dan arus pasang surut.
Keuntungan ekosistem mangrove terhadap kesejahteraan manusia juga sangat beragam.
Mangrove menyediakan aliran berbagai produk hutan mangrove baik berupa kayu maupun
non kayu. Dalam bidang perikanan, kehadiran ekosistem mangrove akan menunjang
perikanan berkelanjutan baik untuk ekosistem mangrove itu sendiri maupun kawasan
perikanan disekitarnya. Mangrove menyediakan nutrien dan menyediakan tempat bertelur
dan memijah bagi berbagai jenis ikan dan krustasea (udang-udangan). Ekosistem mangrove
menjadi kawasan rekreasi termasuk didalamnya ekotourisme yang mengundang wisatawan

untuk menikmati keindahan alam. Ekosistem mangrove menjadi penyaring terjadinya
sedimentasi melalui rumput laut dan karang laut. Hutan megrove menjadi pelindung aquifer
daratan (air tawar) terhadap terjadinya percampuran dengan air laut. Lebih dari itu hutan
megrove menjadi cadangan lingkungan alamiah bagi masyarakat dan juga orang asing.
Kehadiran hutan mangrove juga sangat penting dalam menunjang kesehatan manusia.
Mangrove menyediakan perlindungan terhadap badai lautan maupun gelombang pasang
surut, menjadi semacam penyangga (buffer zone). Hutan mangrove menyediakan berbagai
macam tanaman obat dan juga berbagai jenis sumber makanan (misalnya berbagai jenis
sayuran dan ikan). Kehadiran hutan mangrove juga perhatian saat ini dalam hal keuntungan
secara global. Hutan mangrove menjadi sumber cadangan/penyimpanan karbon, pemanfaatan
dan transformasi hutan mangrove menjadi penggunaan lain akan meningkatkan emisi gas
rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Studi valuasi ekonomi telah membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
tentang nilai suatu ekosistem. Beragam kegunaan dan manfaat dari suatu ekosistem yang
walaupun telah disadari keberadaanya, akan tetapi dalam banyak kesempatan seakan tidak
diperhitungkan. Lebih dari itu terkadang pegiat lingkungan, media, pemerintah, swasta dan
masyarakat secara umum dalam banyak kesempatan memaknai hasil, nilai dan manfaat suatu
ekosistem secara tidak tepat dan tanpa pandang bulu (Stefano, et al, 2004).
Valuasi ekonomi bukanlah sebuah kegiatan tunggal yang hanya berdasar pada satu
pertanyaan “Seberapa berharga sebuah ekosistem?”. Pada kenyataanya valuasi ekonomi dapat
di interpretasi dalam banyak cara. Ini dapat dimaknai sebagai usaha mempertanyakan
seberapa besar nilai keuntungan yang mengalir pada saat ini, atau tentang nilai yang akan
mengalir di masa yang akan datang. Pemaknaan juga bisa berarti bagaimana nilai usaha
konservasi ekosistem tersebut dibandingkan dengan upaya konversi ekosistem menjadi
penggunaan lain. Beberapa pertanyaan ini seakan terlihat mirip, tetapi dalam kenyataanya
adalah merujuk kepada hal-hal yang sangat berbeda, dan jawaban dari satu pertanyaan tidak
tepat untuk digunakan menjawab suatu pertanyaan yang lain. Contoh dalam hal ini adalah
apakah mempertahankan hutan mangrove akan lebih bernilai secara ekonomi daripada
mengkonversi hutan tersebut menjadi tambak.
Dari perhitungan valuasi ekonomi hutan mangrove yang dilakukan dalam kajian ini
diperoleh nilai ekonomi total sebesar Rp 42.567.271.593,04 untuk kawasan seluas 715,95
hektar. Nilai ekonomi total tersebut terdiri atas nilai guna langsung sebesar Rp
20.665.956.209,44 nilai guna tidak langsung sebesar Rp 18.425.149.703,60 nilai pilihan
sebesar Rp 139.620.000,00 dan nilai keberadaan sebesar Rp 3.336.545.680,00. Dari
perhitungan terlihat bahwa ternyata nilai guna langsung merupakan komponen dengan nilai
terbesar (48,55%) kemudian diikuti nilai guna tidak langsung (43,28%). Dua komponen

11

valuasi ekonomi yang lain (nilai pilihan dan nila keberadaan) mempunyai proporsi yang
relatif kecil (0,33% dan 7,84%).
Kesimpulan
1.

2.

3.

Sebagaian besar degradasi lingkungan dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya
alam berakar pada permasalahan bahwa dampak lingkungan tidak atau kurang
diperhatikan dalam proses pembuatan kebijakan. Hal ini terjadi karena barang dan jasa
lingkungan keberadaannya sulit diidentifikasi, mempunyai rejim kepemilikan yang
tidak jelas, dan nilai-nilai yang ada dan melekat pada sumber daya alam tersebut tidak
muncul secara nyata, paling tidak di pasaran.
Untuk menjembatani permasalahan ini, dikembangkan suatu konsep bernama valuasi
ekonomi atau nilai ekonomi total (total economic value) yang merupakan suatu
kegiatan atau usaha untuk mengukur dan menyatakan dalam satuan mata uang
(monetizing) semua jenis nilai yang ada dari suatu sumber daya alam. Konsep nilai
ekonomi total membantu para pihak pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi dan
mengukur dalam tipe yang berbeda tentang nilai ekonomi yang mungkin dimiliki dari
suatu sumber daya alam yang dalam kajian ini adalah hutan mangrove.
Melalui perhitungan valuasi ekonomi hutan mangrove diperoleh bahwa ekosistem
mangrove mempunyai nilai guna langsung sebesar Rp 20.665.956.209,44, nilai guna
tidak langsung sebesar Rp 18.425.149.703,60, nilai pilihan sebesar Rp 139.620.000,00
dan nilai keberadaan sebesar Rp 3.336.545.680,00 dengan nilai ekonomi total sebesar
Rp 42.567.271.593,04.

Referensi
Hoang Tri, Nguyen. 2007, Economic Valuation of Mangrove Ecosystem, presented in the
Tranning Coursce on Sustainable Management of Mangrove Ecosystem, UNEP/USM,
Vietnam.
Janekarnkij, Penporn, 2008, Overview of Economic Valuation, Value Classification and
Valuation Methode, Faculty of Economics, Kasetsart University, Thailand.
Olsen, Nathalie, tanpa tahun, Economic Valuation of Environment Impacts, presentation
session #5, UNEP.
Pagiola, Stefano, et al, 2004, Assessing the Economic Value of Ecosystem Conservation, The
World Bank Environmental Department, Washington.
Riera, Pere, tanpa tahun, Total Economic Value Vs Social Value, Presentation for the Cork
COST E45 Conference, via http://www.medforex.net/e45
www.wikipedia.com/mangrove
www.panda.org/mangrove

12