USAHA PEMBESARAN ITIK PEDAGING SKALA KECIL RUMAH TANGGA Dewi Hastuti1 , Endah Subekti2

  ISSN 2460 - 5506

PROSIDING

KONSER KARYA ILMIAH

TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018

  

“ Peluang dan Tantangan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

di Era Global dan Digital”

  Kamis, 13 September 2018 | Fakultas Pertanian & Bisnis UKSW

  

USAHA PEMBESARAN ITIK PEDAGING SKALA KECIL RUMAH TANGGA

1 2 1,2

Dewi Hastuti , Endah Subekti

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang

Email 1 : dewiunwahas@gmail.com , email 2 : bekti72unwahas@gmail.com

  

ABSTRACT

The level of consumption of poultry meat continues to increase, one of which is duck or duck

meat. Actually, with a small scale, meat-producing ducks have bright prospects, as long as

their continuity is maintained. The time needed to arrive at harvest is approximately 49 days, so

farmers quickly feel the results and capital is rapidly spinning. This study aims to determine the

cost, revenue and income and BEP (Break Event Point) of household small-scale meat-producing

duck. Quantitative research method. Collecting data from 100 DOD maintenance for 49 days

or 7 weeks (one period) with manufacturer feed. Data analysis uses cost, revenue and income

analysis and break-even analysis of prices and BEP units. The results of the discussion show a

total cost of Rp. 4,560,095/period, revenue of Rp. 5,000,000/period with a carcass selling

price of Rp. 50,000/head and income of Rp. 439,905/ period. The value of the BEP price is

reached at the price level of Rp. 45,601/head and BEP production amount was achieved in the

maintenance of 91 ducks. Small-scale poultry farming households are feasible and can be

used as a side business.

  Keywords: Duck, Household Small-scale, BEP, Revenue PENDAHULUAN

  yang khusus seafood dan banyak yang campur Perkembangan perekonomian rakyat sangat unggas dan ikan. ditunjang oleh sektor perdagangan, dalam hal

  Tingkat konsumsi daging unggas terus ini pedagang kaki lima yang perkembangannya meningkat salah satunya adalah daging Itik atau sangat pesat. Hampir pada setiap pinggiran Bebek. Tingginya permintaan terhadap daging pertokoan, perumahan bahkan pinggir jalan Itik atau Bebek menurut Polana, A (2017) sangat mudah ditemui pedagang kaki lima. disebabkan oleh keunggulan daging bebek yang

  Diantara menjamurnya usaha kecil tersebut memiliki cita rasa dan tekstur yang berbeda adalah pedang kaki lima yang menjual kebutuhan dibandingkan dengan daging unggas lain seperti konsumsi lauk pauk, yang kita kenal sebagai daging ayam, sehingga menciptakan pangsa pedagang “penyetan”. Pedagang penyetan ada pasar tersendiri. Menurut Subekti,E dan Hastuti, yang khusus menyediakan jenis unggas, ada

  D (2016) Salah satu sumber daya alam yang berpeluang untuk dikembangkan adalah ternak itik, karena cukup banyak daerah di Indonesia yang telah menciptakan sentra-sentra produksi itik lokal dan telah menjadi usaha pokok masyarakat setempat. Di samping itu, potensi bahan pakan juga tersedia melimpah disepanjang tahunnya dengan harga relatif murah. Hal ini karena itik dapat diberi pakan berupa sisa atau hasil sampingan produk pertanian dan perikanan seperti dedak, bungkil kelapa, bungkil kedelai, pollard, kepala udang atau tepung ikan. Bahan pakan tersebut banyak tersedia hampir diseluruh Indonesia. Selain itu, kemajuan teknologi dan kemudahan dalam mencari sumber bahan pakan seperti konsentrat pabrik berkadar protein 36% sangat membantu dan mempermudah peternak dalam menyiapkan ransum untuk itik yang efisien.

  Terbukanya peluang pasar ini belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh peternak. Pasokan daging bebek selama ini dipenuhi dari bebek petelur afkir dan pejantan petelur. Bebek pedaging belum banyak diusahakan oleh peternak kecil, karena kurangnya informasi dan ketrampilan dalam memelihara bebek pedaging. Sebenarnya dengan skala yang kecil bebek pedaging memiliki prospek yang cerah, asal kontinuitasnya terjaga. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai panen kurang lebih 50 hari, jadi peternak cepat merasakan hasilnya dan modal cepat berputar.

  Ternak Itik memiliki kelemahan terkait limbah yang menyebabkan bau (polusi bau). Apalagi karakter itik yang hidupnya menyukai air. Untuk mengatasi bau yang tidak sedap bila dipelihara dilingkungan rumah tangga, sistem pemeliharaan bisa menggunakan herbal dalam air minum atau dicampurkan dalam pakannya. Seperti yang dihasilkan dalam penelitian Subekti dan Hastuti (2016) penambahan probiotik dalam air minum itik dapat meningkatkan FCR dan bobot badan serta mengurangi bau kotoran.

  Kemampuan pasar menyediakan pasokan daging bebek masih sangat terbatas karena masih menggantungkan dari bebek petelur afkir dan bebek pejantan petelur yang membutuhkan waktu sangat lama. Sehingga dibutuhkan jenis bebek pedaging yang masa panennya lebih cepat. Jenis bebek pedaging ini harga DOD nya lebih tinggi dari harga DOD petelur. Dibutuhkan kemampuan mengelola yang cermat untuk mengurangi resiko kegagalan. Bagaimana bila usaha pembesaran bebek pedaging dikelola pada skala rumah tangga?. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya, penerimaan dan pendapatan usaha pembesaran Itik/bebek pedaging serta mengetahui titik impas (Break

  Event Point

  ) dari usaha pembesaran Itik pedaging.

  MATERI DAN METODE Materi dan Alat

  Penelitian dilakukan pada satu periode produksi dengan materi dan peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah DOD hibrida pedaging berjumlah 100 ekor, pakan starter untuk umur satu sampai 14 hari 640 gram/ekor atau 64 kg/100 ekor dan finisher untuk umur 15- 49 hari berjumlah 3,06 kg/ekor atau 306 kg/ 100 ekor, Tempat pakan menggunakan nampan plastik sebanyak 3 buah untuk kandang brooding dan menggunakan talang plastik diluar kandang untuk kandang pembesaran dan tempat minumnya galon 5 buah, Obat obatan, Vitamin dan mineral, Timbangan, Probiotik 8 Liter

  Metode

  Metode penelitian kuantitatif dengan praktik pemeliharaan dan mencatat serta menghitung semua pengeluaran dan pemasukan. Metode pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi yaitu dengan menggunakan ransum

  starter untuk umur 0-2 minggu, dan mengguna- kan ransum finisher untuk umur 3-7 minggu. Ransum dan air minum diberikan secara adlibitum. Probiotik diberikan 2 hari sekali dalam air minum sebanyak 10 ml/1L air minum.

  Prosedur Penelitian

  Keterangan: TC = Biaya total (Total Cost) FC = Biaya tetap (Fixed Cost)

  Variabel yang diperlukan dalam analisis BEP adalah biaya tetap, biaya tidak tetap, harga penjualan dan jumlah yang dijual (total produksi). Rumus yang digunakan adalah:

  Analisis break even point (BEP)

  Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya

  Pd = TR-TC

  Menurut Soekartawi (2002), pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Secara umum dirumuskan sebagai berikut:

  c. Analisis Pendapatan

  Keterangan : TR = Total penerimaan (Total Revenue) Y = Jumlah produksi Py = Harga per kesatuan

  TR = Y.Py

  Menurut Suratiyah (2015), penerimaan atau pendapatan kotor diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali.

  b. Analisis Penerimaan

  VC = Biaya variabel (Variabel Cost)

  TC = FC + VC

  Persiapan Kandang Seratus ekor itik pedaging dalam kandang sistem litter dilengkapi tempat pakan, tempat minum, lampu penghangat dan diberi alas litter dari sekam. Sebelum digunakan, kandang dan peralatan kandang dilakukan proses desinfektan/ cuci hama.

  Menurut Soekartawi (2002), total biaya merupakan biaya yang berasal dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel, secara umum dirumuskan sebagai berikut:

  a. Analisis Biaya

  Biaya yang diperlukan dalam analisis ini adalah biaya investasi dan biaya operasional. Penerimaan diperoleh dari penjualan Itik sebagai produk pokok. Pendapatan adalah Pengurangan dari Penerimaan dengan biaya (Soekartawi, 2002)

  Analisis biaya, penerimaan dan pendapatan

  5. Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima peternak dari hasil penjualan daging itik (Rp/periode).

  4. Harga ternak itik adalah harga yang diterima oleh peternak diukur dalam satuan Rp/ekor.

  3. Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam satu periode usaha ternak (Rp/periode)

  2. Konsumsi pakan. Konsumsi pakan dapat diketahui dengan penimbangan sisa pakan yang ada setelah akhir pemeliharaan atau panen.

  1. Pertambahan bobot badan. Itik ditimbang pada waktu mulai penelitian dan akhir penelitian, kemudian data yang diperoleh dirata-rata sehingga diperoleh bobot badan selama penelitian.

  Pengambilan Data Parameter yang diambil meliputi:

  Penimbangan itik Itik ditimbang pertama kali pada saat dimulai penelitian yaitu saat itik datang, kemudian penimbangan selanjutnya dilakukan setiap satu minggu sampai pada akhir penelitian yaitu saat itik sudah mencapai umur 7 minggu.

  BEP Unit = Biaya Total Harga Penjualan BEP Harga = Biaya Total Total Produksi (Prawirokusumo, 2000)

  HASIL DAN PEMBAHASAN

  Unggas lokal seperti bebek merupakan komoditas usaha peternakan yang berpeluang sangat besar untuk dibudidayakan. Bisnis itik hibrida pedaging belum digarap secara masif oleh para perusahaan besar sehingga masih menjadi peluang besar bagi para peternak rakyat yang relatif efektif diterapkan dengan skala mikro atau skala rumah tangga. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah lokasi usaha, tata letak kandang, pakan, ketersediaan bibit itik, teknis pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran serta aspek finansial meliputi pendapatan dan BEP.

  Lokasi usaha peternakan itik sebaiknya

  tidak berada di tengah permukiman warga masyarakat, sebaiknya ada di pinggiran pedesaan. Bukan merupakan daerah yang kesulitan sumber air, mengingat itik adalah unggas air. Membutuhkan air yang banyak. Menurut Polana, A. (2017) Beberapa persyaratan yang sebaiknya dipenuhi agar budidaya berjalan dengan baik dan efisien adalah :

  1. Lokasi yang dimiliki memiliki luasan yang cukup sesuai dengan populasi bebek yang dibesarkan.

  2. Lokasi mudah dijangkau dan jarak tidak terlalu jauh dari kediaman pemilik. Akan lebih baik lagi apabila lokasi berada dekat dengan kediaman pemilik, sehingga memudahkan proses kontrol (apabila usaha dijalankan dengan bantuan tenaga kerja luar).

  3. Lokasi memiliki akses jalan yang cukup dan kondisi jalan yang baik untuk lalu lintas kendaraan pengangkut hasil panen dan pakan, sehingga memudahkan lalu lintas kendaraan.

  Persiapan Kandang. Kandang yang

  digunakan memiliki ukuran 10 x 2 m 2 untuk kapasitas 100 ekor. Kandang dikondisikan selalu bersih, kering dan tanpa bau sehingga nyaman dan higienis. Bentuk kandang merupakan kandang postal dengan brooder. Menurut Mulyantini (2010) kandang postal adalah kandang yang berlantai rapat dan biasanya meng- gunakan alas litter. Pada awal pemeliharaan disekat menggunakan brooder. Dilengkapi dengan lampu listrik yang mampu menghangat- kan DOD secara optimal. Jenis pemanas pada masa brooding berupa lampu bohlam, karena lebih cocok untuk kandang yang tidak terlalu luas dan populasi DOD tidak terlalu banyak (dibawah 500 ekor dalam kandang yang sama). Untuk melihat apakah DOD nyaman dengan suhu atau tidak, terlihat dari apakah DOD mengumpul di bawah lampu atau tersebar di seluruh kandang brooder.

  Kalau mengumpul berarti kedinginan, yang baik adalah DOD lincah tersebar di kandang. Secara bertahap brooder dilebarkan sesuai pertumbuhan dan kepadatan lokasi.

  Bahan yang digunakan untuk alas itik adalah sekam yang merupakan kulit padi hasil samping dari proses penggilingan, penaburan alas sekam dilakukan tiap 5 hari sekali. Pada masa brooding alas sekam dilapisi dengan alas koran. Fungsinya untuk meletakkan pakan pada saat DOD umur 1-3 hari. Setelah tiga hari dilapisi lagi dengan sekam, apabila alas kelihatan sangat basah dilapisi lagi dengan alas koran, begitu terus berlanjut sampai dengan panen. Karena pemeli- haraan itik dalam penelitian ini menggunakan probiotik yang dicampurkan pada air minum maka gangguan akan bau dan lalat semakin berkurang.

  Tempat pakan dan minum. Untuk masa

  starter tempat pakan menggunakan nampan plastik yang ceper sehingga DOD yang memiliki bentuk paruh kecil bisa menjangkau makanan. Tempat minum menggunakan galon besar yang bisa digunakan sampai dengan finisher. Letakkan kelereng atau batu batuan dipiringan tempat minum galon, untuk mencegah DOD bermain air dari tempat minum, litter atau alas kandang terjaga kekeringannnya. Air minum di tambah dengan probiotik 10ml/L air minum dan diberikan dua kali sehari.

  Pakan. Kualitas dan jumlah pakan merupa-

  kan faktor yang sangat penting dalam keber- hasilan usaha pembesaran itik seperti yang diungkapkan Ketaren (2001). Menurut Destiana (2010) pada usaha pemeliharaan itik secara intensif sebesar 60-70% biaya produksi dipe- ngaruhi oleh biaya pakan sedangkan Ketaren (2001) lebih besar dari 70%.

  Pemberian pakan untuk itik masa starter menggunakan pur 511 dari umur 1- 14 hari total 64 kg/100 ekor dan masa finisher umur 15 sampai 49 hari menggunakan konsentrat KBR2 sebanyak 306 kg/100 ekor yang diberikan secara

  ad libitum

  , pagi hari diberi sejumlah pakan, kalau habis diisi lagi. Pemberiannya di ukur sesuai dengan kebutuhan standar untuk itik berdasarkan umur di tambah 10%, apabila habis ditambah lagi sampai sore. Begitu seterusnya sampai dengan panen.

  Pemberian air minum. Pada awal DOD datang air minum diberi tambahan vitamin untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan mengeliminir tingkat stress karena perjalanan dan perubahan suhu. Vitaminnya berupa Vitachick, dan di selingi dengan penambahan probiotik sebanyak 10 ml/ liter air minum tiap dua hari sekali. Fungsi probiotik untuk meningkatkan tingkat kecernaan protein, mengurangi bau kotoran dan meningkatkan ketahanan tubuh itik. Hasil- hasil penelitian pada unggas yaitu itik dan ayam yang menggunakan probiotik sebagai tambahan dalam pakan atau minumnya menunjukkan hasil yang positif, seperti dalam penelitiannya Endah dan Hastuti (2015) yang menyatakan hasil analisis variansi menun- jukkan bahwa pengaruh perlakuan yaitu penam- bahan probiotik pada ransum itik selama pemeliharaan 6 minggu mampu meningkatkan bobot badan itik secara sangat nyata (P < 0,01). Rata-rata pertambahan bobot badan itik paling rendah terdapat pada kelompok perlakuan P0 (kontrol) yaitu perlakuan dengan ransum tanpa penambahan probiotik. Sedang pertambahan bobot badan itik paling tinggi ditunjukkan pada kelompok perlakuan P4 yaitu perlakuan dengan ransum ditambah probiotik 20ml/liter air minum. Penambahan probiotik pada ransum itik mampu meningkatkan petambahan bobot badan itik. Hal ini disebabkan oleh karena probiotik mampu berperan dalam meningkatkan daya cerna itik, sehingga efisiensi penggunaan pakan juga meningkat yang pada akhirnya dapat ber- pengaruh terhadap peningkatan pertambahan bobot badan itik. Abdul Malik (2012), menunjuk- kan bahwa penggunaan probiotik sampai 3%, menunjukkan pengaruh yang nyata (P >0,05) ter- hadap konsumsi pakan dan konversi pakan ayam petelur periode layer, dan tidak menunjuk-an pengaruh nyata terhadap produksi telur dan berat telur. Penggunaan probiotik dalam pakan sampai 3% mengakibatkan penurunan jumlah konsumsi pakan dan niai konversi pakan ayam petelur periode layer dan tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi telur dan berat telur ayam petelur periode layer. Penggunaan probiotik sampai 3% memberikan nilai ekonomi yang menguntungkan dengan menurunnya nilai konversi pakan. Berdasarkan hasil penelitian Hidayah, N., dkk (2013) bahwa pemberian probiotik pada pakan dengan konsentrasi 107 cfu/ml, 109 cfu/ml dan 1011 cfu/ml memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan kontrol terhadap pertambahan berat badan dan konversi pakan ayam kampung. Namun pem- berian probiotik pada pakan dapat memengaruhi penampilan ayam kampung. Konsentrasi probiotik 109 cfu/ml menghasilkan pertambahan berat badan tertinggi dan konversi pakan terendah pada ayam kampung.

  Panen. Itik Hibrida pedaging sudah dapat

  dipanen setelah pemeliharaan selama 35-52 hari, pada penelitian ini itik dipanen pada umur 49 hari atau 7 minggu dengan bobot rata rata 1,3 kg/ekor. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan Alfikri, dkk (2013) yang menghasilkan bobot rata-rata sebesar 1,39 kg/ekor. Penanganan panen dilakukan pada pagi hari, menyesuaikan dengan rumah pemotongan unggas yang buka pada pagi hari. Selain itu pada pagi hari masih sejuk udaranya sehingga dapat menghindari itik stres akibat kepanasan saat proses pemanenan maupun pengangkutan. Menurut Rasyaf (2003), pemanenan itik lebih baik jika dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk menghindari penurunan bobot dan stres panas.

  Pemasaran. Untuk usaha skala kecil ini

  64 306

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8 DOD Pakan fase starter Pakan fase grower Obat obatan dan Vitamin Probiotik Listrik 100 watt TK Transportasi 100

  1

  No Jenis Biaya Jumlah Satuan Harga (Rp) Biaya Variabel

  8

  1

  2

  1 Ekor Kg kg Unit liter unit Org unit

  7.000 7.000 6.500 20.000

  20.000 50.000 500.000 100.000

  700.000 448.000 1.989.000 20.000

  160.000 50.000 1.000.000 100.000

  (Rp/periode)

  Total 93.095

Tabel 1 Biaya Tetap Usaha Ternak Itik Hibrida Pedaging

  lebih menguntungkan bila dijual secara langsung kepada konsumen dengan cara menawarkan kepada tetangga atau warung warung kaki lima. Walaupun tidak langsung terjual dalam jumlah banyak, tetapi selisih harga yang diterima lebih besar. Untuk menghindari tingkat kerugian karena bertambahnya biaya pemeliharaan apabila lebih dari waktu untuk panen, maka penjualan sudah di mulai dari itik umur 35 hari.

  6.

  Bobot karkas rata rata sudah tercapai 1,1 kg/ ekor.

  Penjualan dalam bentuk karkas lebih disukai konsumen rumah tangga, yaitu itik yang sudah dipotong dan dibersihkan bulu, usus dan jeroannya. Rumah pemotongan unggas melayani pemotong- an dan pembersihan bulu dengan biaya yang relatif murah. Apabila dijual dalam bentuk hidup kepada tengkulak per ekor itiknya dihargai Rp. 28.000, sedangkan kalau dalam bentuk karkas yang dijual kepada konsumen langsung Rp. 50.000/ekor. Sedangkan biaya tambahan untuk biaya pemotongan dan transportasi Rp. 5000/ekor.

  Analisis Biaya. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Untuk usaha peme- liharaan 100 ekor itik hibrida pedaging sesuai hasil penelitian dengan satu periode pembesaran 49 hari, dengan asumsi masa pakai kandang, gudang, peralatan dan lain lain selama 5 tahun tanpa nilai sisa dapat dilihat pada tabel 1.

  No Jenis Biaya Jumlah Satuan Biaya Tetap (Rp/periode) 1.

  2.

  3.

  4.

  5.

  7.

  28.570 21.429 3.810 5.714 7.143 17.857 1.429 7.143

  8. Kandang Gudang Tempat makan Tempat Minum (Galon) Sapu Lidi Ember Gayung Instalasi Listrik

  1

  1

  4

  3

  2

  5

  2

  1 Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit

  Total 4.467.000

Tabel 2 Biaya Variabel Usaha Ternak Itik Skala Mikro per Periode Total Biaya = Rp. 93.095 +Rp. 4.467.000 = Rp. 4.560.095

  Penerimaan = 100 ekor x Rp. 50.000/ekor = Rp. 5.000.000

  UCAPAN TERIMAKASIH

  http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/3940/Jurnal%20Nurul%20

  Destiana, M. 2010. Prospek Industri Pakan Nasional. Economic review (219);4

  Finansial Pengembangan Usaha Ternak Itik Hibrida Pedaging di Peternakan Saonada Kabupaten Jombang. Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

  Abdul Malik.2012.http : //peternakan.umm.ac.id/ e n / u m m - n e w - 2 6 1 8 - p e n g a r u h penggunaan –probiotik- pada- ransum- terhadap- produktivitas -dan-nilai-nilai ekonomi-ayam-petelur periode layer html. Alfikri, S.N., dkk. 2013. Studi Aspek Teknis dan

  DAFTAR PUSTAKA

  Kami sampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada LP2M Unwahas yang mem- berikan suport dana untuk penelitian, mahasiswa yang ikut membantu dan peternak Desa Kalisidi yang telah memberikan tempat dan tenaganya ikut serta dalam penelitian.

  Penggunaan pakan racikan sendiri dari bahan lokal yang murah dan tersedia di sekitar lokasi usaha akan dapat mengurangi biaya pembelian pakan pabrik, penambahan probiotik untuk meningkatkan FCR, kesehatan ternak dan lingkungan sehingga keuntungan atau pendapatan akan meningkat.

  Pendapatan = Rp.5.000.000 – Rp. 4.560.095 = Rp. 439.905

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian total biaya usaha ternak itik skala kecil rumah tangga yaitu sebesar Rp. 4.560.095 untuk pemeliharaan 100 ekor dalam satu periode. Penerimaan sebesar Rp. 5.000.000/periode pada harga jual karkas Rp. 50.000/ekor sehingga pendapatannya sebesar Rp. 439.905/periode. Nilai BEP harga tercapai pada tingkat harga Rp. 45.601 dan BEP jumlah produksi tercapai pada pemeliharaan itik sejumlah 91 ekor. Dapat disimpulkan bahwa usaha skala kecil rumah tangga ini layak untuk diusahakan karena masi h mendapatkan keuntungan dan BEP tercapai di bawah harga jual dan dibawah jumlah total itik yang dipelihara.

  KESIMPULAN

  Usaha pembesaran itik atau bebek mulai dari skala kecil atau rumah tangga menunjukkan hasil yang layak untuk diusahakan seperti hasil penelitian Lembong, J.E dkk, (2015) pada pemeliharaan 100 ekor itik hibrida PMP biaya produksi per periode yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 350.625 dan biaya variabel sebesar Rp. 6.667.730, dengan harga jual itik per ekor Rp. 70.000, dihasilkan BEP penerimaan sebesar Rp. 3.594.073, volume produksi 51 ekor dengan bobot badan rata rata 2,5 kg/ekor. Sedangkan pada skala 1000 ekor menurut Alfikri, S.N., dkk (2012) BEP tercapai pada tingkat penjualan sebesar 3870 ekor atau senilai Rp. 89.394.397 pada harga jual itik Rp. 23.800/ekor dan efisiensi usaha (R/C) sebesar 1,19.

  BEP Unit = Total Biaya : Harga Jual = Rp. 4.560.095 : Rp. 50.000 = 91 Ekor

  = Rp. 4.560.095 : 100 ekor = Rp. 45.600,95 = Rp. 45.601

  P e n d a p a t a n a t a u k e u n t u n g a n s e b e s a r Rp. 439.905 lebih besar dari hasil Lembong, dkk (2015) hasil penelitian menunjukkan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan itik sebanyak 100 ekor per periode adalah sebesar Rp. 332.270. BEP Harga = Total Biaya : Jumlah Produksi

  Hidayah.pdf?sequence=1PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI KONSENTRASI STARTER PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERKEMBANGAN AYAM KAMPUNG Gallus domesticus . 2013

  Ketaren, P.P. 2001. Peranan Peternakan Bebek dal am Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Bebek Mania, Edisi 09

  Lembong, J.E dkk. 2015. Analisis Break Even Point Usaha Ternak Itik Pedaging (Studi Kasus Pada Usaha Itik Milik Kelompok Masawang). Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal) Vol. 35 No. 1 .

  Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gajah Mada University Press.

  Yogyakarta. Prawirokusumo, S. 2000. Ilmu Usaha Tani.

  Penerbit BPFE. Yogyakarta.

  Polana, A. 2017. Beternak Bebek Hibrida Gunsi 888 35 Hari Panen. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rasyaf, M. 2003. Beternak Itik. Kanisius.

  Yogyakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi

  Pertanian . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

  Subekti, E. Dan Hastuti, D. 2015. Pengaruh Penambahan Probiotik Herbal Pada Ransum Terhadap Performent Itik Pedaging. Mediagro 11 Vol 11 No. 2.

  2015. Faperta Universitas Wahid Hasyim Semarang. Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Edisi Revisi, Cetakan 1, Penebar Swadaya.

  Jakarta

  

ooOoo

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KOMPETENSI KADER TAMAN POSYANDU BERLATAR BELAKANG IBU RUMAH TANGGA - Ubaya Repository

0 2 14

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS TENTANG PENGATURAN USAHA TEMPAT HIBURAN KARAOKE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN NILAI-NILAI YANG HIDUP DI MASYARAKAT DAN IMPLIKASI DALAM PENEGAKAN HUKUMNYA

0 0 13

SISTEM INFORMASI PENJUALAN OBAT PADA APOTEK RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH MAYONG JEPARA

2 6 19

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN PERMAINAN ULAR TANGGA PADA SISWA KELAS 2 SD KANISIUS LODOYONG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20162017 LAPORAN TUGAS AKHIR - Institutional

0 0 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA MENGGUNAKAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER KELAS V SEMESTER 2 SD 1 PAYAMAN KECAMATAN MEJOBO KUDUS TAHUN 20122013

0 0 19

KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA PASIEN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RUMAH SEHAT GRIYA BALUR MURIA KUDUS SKRIPSI

0 2 19

SISTEM INFORMASI IZIN SIUP (SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN) PADA KPPT (KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN PATI

2 13 20

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN RAJUNGAN (KASUS DI SENTRA PENGOLAHAN RAJUNGAN DESA BETAHWALANG KECAMATAN BONANG KABUPATEN DEMAK

1 11 9

PENGARUH APLIKASI ASAM HUMAT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HASIL JAGUNG PADA TANAH INCEPTISOL Tia Rostaman 1) , Antonius Kasno 2)

0 0 8

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH DAN TANAMAN Antonius Kasno Balai Penelitian Tanah, Kantor Pusat Cimanggu , Jl. Tentara Pelajar 12, Bogor ABSTRAK - PROS A Kasno Kearifan Lokal Sebagai fulltext

0 0 12