DYSMENORRHEA AS A STRESS FACTOR IN TEENAGE GIRLS OF CLASS X AND XI IN KRISTEN KANAAN HIGH SCHOOL BANJARMASIN

JKMK JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT KHATULISTIWA

  http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JKMK?page=index

DISMENORE SEBAGAI FAKTOR STRES PADA REMAJA PUTRI KELAS X

DAN XI DI SMA KRISTEN KANAAN BANJARMASIN

  M. Bahrul Ilmi

  1 , Fahrurazi

  2 , Mahrita

  3 Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin. 1.,2.,3 Email: illmy1202@gmail.com

1

, fahrurazi9191@gmail.com 2 Abstrak Salah satu penyebab dismenore atau nyeri haid adalah faktor psikis atau stres. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan dismenore pada remaja putri kelas X dan XI di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional dan teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah total sampling dengan sampel sejumlah 94 responden. Data diambil dengan cara pemberian daftar pertanyaan (kuesioner). Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil uji statistik menunjukkan nilai Pearson Chi-square terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan dismenore yakni p value = 0,037 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 (5%) sehingga p value < α. Faktor psikis atau stres dapat meningkatkan resiko kejadian dismenore pada remaja putri di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin. Sekolah diharapkan dapat memberikan tambahan materi tentang pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi khususnya mengenai dismenore.

  

DYSMENORRHEA AS A STRESS FACTOR IN TEENAGE GIRLS OF CLASS X AND

  XI IN KRISTEN KANAAN HIGH SCHOOL BANJARMASIN Abstract One of the dysmenorrheal or menstrual pain causes, is psychological factors or stress. The purpose of this study was to determines the stress level relationship with dysmenorrhea in teenage girls of class X and XI Kristen Kanaan High School Banjarmasin. This is an analytic cross sectional research using 94 respondents of total sampling technique. Data retrieved by providing a list of questions (questionnaire). T he d ata analysis was using Chi Square test. Statistical analysis showed the value of Pearson Chi Square there was a significant association between stress levels with dysmenorrhea is ρ-Value = 0.037 with a significance level α = 0.05 (5%) so that p value <α. Psychological factors or stress can increase the risk of incidence of dysmenorrhea in teenage girls of Kristen Kanaan High School Banjarmasin. The schools are expected to provide such as additional material on teenage reproductive health knowledge in an effort to improve reproductive health in particular about dysmenorrhea.

   Alamat korespondensi:

  ISSN 2581-2858 Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, Banjarmasin Email: illmy1202@gmail.com

  Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima 28 Juni 2017 Disetujui 28 Juli 2017 Dipublikasi 31 Agustus 2017 Keywords: Dismenore, menstruasi, nyeri haid, stres

  © 2017, Universitas Muhammadiyah Pontianak

  JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017 PENDAHULUAN

  Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10-19 tahun, sedangkan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15-24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and

  services Administrations (HRSA), Women’s Preventive Services Guidelines Amerika Serikat,

  rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Gunarsa mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki dewasa. 1 Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. 2 Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja yang mengalami

  menarche adalah pada usia 12 sampai dengan

  16 tahun. Periode ini akan mengubah prilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche) pada umur 12- 16 tahun. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2- 7 hari. 1 Menstruasi adalah bagian normal dari proses siklus alami yang terjadi pada wanita sehat diantara masa pubertas hingga akhir tahun- tahun reproduksi. Permulaan menstruasi yang disebut menarche rata-rata dimulai pada usia 11-14 tahun, tapi masih dianggap normal jika terjadi usia 8-16 tahun. Faktor-faktor seperti keturunan, makanan, dan kesehatan secara keseluruhan bisa mempercepat atau menunda terjadinya menarche. 3 Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus menerus dan mengarah pada pembentukan endrometrium, ovulasi serta peluruhan dinding jika kehamilan tidak terjadi, menghitung siklus menstruasi dengan cara menandai hari pertamanya keluar darah menstruasi sebagai siklus hari ke-1. Panjang siklus rata-rata wanita adalah sekitar 28 hari. 3 Remaja yang baru saja mendapatkan menstruasi tidak selalu mengalami periode pendarahan menstruasi yang teratur setiap bulannya dikarenakan hormon yang masih berfluktuasi. Beberapa wanita merasa sakit seperti kram saat mereka menstruasi. Biasanya rasa sakit ini tidak terlalu parah dan tidak berlangsung lama. Namun ada sebagian wanita yang merasakan sakit yang cukup parah hingga membuat aktivitas terhenti. 3 Dysmenorrhea adalah rasa sakit pada masa menstruasi yang cukup parah hingga bisa mengganggu aktivitas. Dysmenorrhea lebih dikenal dengan sebutan ”sakit menstruasi” yang sangat parah. Rasa sakit dismenore bermacam- macam, mulai dari rasa sakit yang tajam, tumpul berdenyut, mual dan terbakar atau menusuk dan biasanya bersamaan dengan menorrhagia.

  Dysmenorrhea biasanya berkurang saat saat pendarahan menstruasi mulai surut. 3 Nyeri haid (dismenore) banyak dialami oleh wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan

  hampir 90% wanita mengalami nyeri haid (dysmenorrhea). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25%. 4 Kebanyakan penderita dismenore adalah wanita muda, walaupun dijumpai juga dikalangan yang berusia lanjut. Dismenore yang paling sering terjadi adalah dismenore primer, kemungkinan lebih dari 50 % wanita mengalaminya dan 10-15 % diantaranya mengalami nyeri yang hebat yang sampai mengganggu kegiatan dan aktivitas sehari-hari.

  Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama dan terjadi pada umur kurang dari 20 tahun. 5 Nyeri haid (dismenore) adalah

  M. Bahrul Ilmi, Fahrurazi, Mahrita. Dismenore Sebagai Faktor Stres Pada Remaja Putri

  XI di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin Tahun Ajaran 2016-2017 yaitu sebanyak 94 orang,

  Berdasarkan tabel 1 distribusi frekuensi tingkat stres dan dismenore, diketahui bahwa jumlah keseluruhan responden adalah 94 orang. Didapatkan informasi tingkat stress responden dengan kategori tidak stress sebanyak 9 responden (9,6%) kategori stress ringan sebanyak 63 responden (67,0%), dan kategori stress berat sebanyak 22 responden (23,4%).

  Sumber: Data Primer, 2016

  31 33,9 Nyeri berat 18 19,1

  67 Stress berat 22 23,4 Dismenore Nyeri ringan 45 47,9 Nyeri sedang

  63

  HASIL Tabel 1. Distribusi frekuensi tingkat stres dan dismenore Variabel Frekuensi Presentase Tingkat Stress Tidak stress 9 9,6 Stress ringan

  adalah total sampling. Kriteria inklusi disini adalah (a) Siswi kelas X dan XI di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin, (b) Siswi yang memiliki riwayat dismenore, dan (c) Siswi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

  teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini

  yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus atau pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. 7 Populasi disini yaitu remaja putri kelas X dan

  karakteristik nyeri yang terjadi sebelum atau selama menstruasi, terjadi hari pertama atau sampai beberapa hari selama menstruasi. Pada saat nyeri haid tidak ada pencegahannya, cara mengatasi dysmenorrhea paling sederhana adalah mengalihkan rasa nyeri pada bagian lain, seperti, mandi air hangat, meletakkan sesuatu yang hangat diperut.

  analitic dengan rancangan studi cross sectional

  Jenis penelitian yang digunakan yaitu survey

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan di sekolah SMA Kanaan Banjarmasin didapatkan bahwa 8 dari 10 orang remaja putri yang diwawancarai mengalami nyeri haid (dismenore), sehingga ada yang meminta izin tidak bisa mengikuti kegiatan belajar dan olahraga.

  METODE

  Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat stress dengan Dismenore pada remaja putri kelas X dan XI di SMA Kristen Kanaaan Banjarmasin.

  menghadapi masalah ini adalah edukator yang dapat memberikan informasi tentang hubungan stres dengan kejadian dismenore diantaranya yaitu memberikan edukasi mengenai dismenore, penyebab serta upaya penanganan dismenore melalui penyuluhan atau poster.

  Peran tenaga kesehatan dalam

  SMA Kanaan Banjarmasin didapatkan bahwa 8 dari 10 orang remaja putri yang diwawancarai mengalami nyeri haid (dismenore), dan kadang ada yang meminta izin tidak bisa mengikuti kegiatan belajar dan olahraga.

  Salah satu penyebab dismenore adalah faktor psikis. Salah satu faktor psikis tersebut adalah stress. 6 Hasil studi pendahuluan pada sekolah

  Dari variabel dismenore didapat i n f o r m a s i sebanyak 45 responden (47,9%) dengan kategori Dismenore Nyeri Ringan, responden 31 (33,9%) dengan kategori Dismenore Nyeri Sedang, dan 18 responden (19,1%) dengan kategori Dismenore Berat.

  JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017 Tabel 2. Hubungan antara Tingkat Stress dengan Dismenore

  PEMBAHASAN

  ρ < α, maka dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat stres dengan dismenore pada remaja putri kelas XI dan XII di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin.

  Berdasarkan hasil uji chi-square , didapatkan nilai p value yang terlihat pada Asymp. Sig. (2-sided) = 0,037 dengan α = 0,05 (5%) sehingga nilai

  Berdasarkan tabel 2, dari 94 responden dapat dilihat 8 responden (88,9%) kategori tidak stres dengan kategori dismenore nyeri ringan, 1 responden (11,1%) kategori tidak stress dengan kategori dismenore nyeri sedang, 0 responden (0,0%) kategori tidak stres dengan kategori dismenore nyeri berat, 36 responden (57,1%). kategori stres ringan dengan kategori dismenore nyeri ringan, 17 responden (27,0%) kategori stres ringan dengan kategori dismenore nyeri sedang, 10 responden (15,9 %) kategori stres ringan dengan kategori dismenore nyeri berat, 1 responden (4,5 %) kategori stres berat dengan dismenore nyeri ringan, 13 responden (59,1%) kategori stres berat dengan dismenore nyeri sedang dan 8 responden (36,4%) kategori stres berat dengan dismenore nyeri berat.

  Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Dismenore Pada Remaja Putri

  Sumber utama stres dapat berasal dari beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan fisik seperti kebisingan dan suhu udara yang terlalu panas atau dingin, faktor fisiologis seperti perubahan kondisi tubuh terhadap ancaman dan perubahan lingkungan, faktor psikologis seperti ujian sekolah dan perceraian, masalah sehari- hari seperti kemacetan lalu lintas. 8 Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi, namun dengan kadar nyeri yang berbeda. Berdasarkan data penelitian bahwa responden rata-rata mengalami dismenore ringan. Dismenore ringan yaitu seseorang mengalami nyeri atau nyeri masih dapat ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri kelas X dan XI di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin dengan mengambil sampel penelitian sebanyak 94 responden. Variabel yang diteliti pada penelitian mengenai hubungan tingkat stres dengan dismenore pada remaja putri kelas X dan XI di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin.

  Hasil analisis statistik yang digunakan dengan menggunakan uji Pearson Chi-square didapatkan nilai p value = 0,037 dengan α = 0,05 (5%) sehingga nilai p < α 0,05, maka demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan tingkat stres dengan dismenore pada remaja putri kelas X dan XI di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin

  Dismenore Tingkat Stress Jumlah p value

  Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat sebagian besar responden dengan kategori tidak stres, 8 responden (88,9%) kategori dismenore nyeri ringan. Untuk kategori stres ringan, sebagian besar responden mengalami nyeri ringan sebanyak 36 orang (57,1%). kategori stres berat, sebagian besar responden mengalami nyeri sedang sebanyak 13 orang (59,1%).

  8 100 Sumber: Data Primer, 2016

  27 59,1 100 Nyeri berat 15,9

  0,037 Nyeri sedang 11,1

  Stress Berat % % % % Nyeri ringan 88,9 57,1 4,5 100

  Tidak Stress Stress Ringan

  Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stressor). Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik salah satunya gangguan siklus menstruasi. Dalam pengaruhnya terhadap menstruasi, stres

  M. Bahrul Ilmi, Fahrurazi, Mahrita. Dismenore Sebagai Faktor Stres Pada Remaja Putri

  α, maka demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dikarenakan seberapa besar tekanan atau stres yang ia alami maka akan mempengaruhi nyeri haidnya.

  Berdasarkan data penelitian bahwa responden yang mengalami dismenore juga mengalami stres, baik stres ringan dan stres berat, namun ada juga yang tidak mengalami stres. Dari data tersebut, stres yang dialami responden sangat berkaitan dengan dismenore. Stres dapat mengganggu kerja sistem endokrin sehingga dapat menyebabkan rasa sakit saat menstruasi atau dismenore, selain itu faktor psikis sangat berpengaruh terhadap dismenore karena nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis. Kegiatan belajar disekolah merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan stres pada siswi. Berdasarkan data penelitian terdapat pula responden yang tidak mengalami stres tetapi mengalami dismenore, hal ini dikarenakan dismenore tidak hanya berhubungan dengan stres yang dialami responden tetapi juga banyak faktor lain seperti

  menarche,

  masa menstruasi panjang, aktivitas fisik, serta riwayat yang mengalami dismenore. 9 Dismenore merupakan nyeri menstruasi yang paling sering dirasakan oleh wanita yang telah memasuki masa remaja, nyeri menstruasi yang terjadi kadang lebih sering hebat dirasakan ketika remaja mengalami kecemasan, ketegangan dan kegelisahan atau bahkan stres dapat meningkatkan prostaglandin didalam tubuh setiap wanita, sehingga wanita yang mengalami dismenore segera kedokter atau membeli obat untuk menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan saat menstruasi. 10 Hasil penelitian ini sejalan dengan yang

  melibatkan sistem nueroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita.

  2 = 6, 1911 (Ho ditolak) berarti ada hubungan stres pada remaja dengan dismenore.

  11 KESIMPULAN DAN SARAN

  Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan Tingkat Stres dengan Dismenore pada Remaja Putri Kelas X dan XI di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin, dapat disimpulkan ada hubungan tingkat stres sebagai faktor dismenore pada remaja putri kelas X dan XI di SMA Kristen Kanaan Banjarmasin, dengan p value = 0,037 dengan α = 0,05 (5%) yang berarti nilai p <

DAFTAR PUSTAKA

  1. Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita . Jakarta: Salemba Medika.

  dilakukan Muntari. Penelitian tersebut menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Dengan populasi seluruh siswi kelas 1 dan 2 sejumlah 122 siswi di SMK Negeri Tambakboyo Tuban Tahun 2010. Sampel diambil dari seluruh remaja putri yang memenuhi kriteria inklusi 93 responden. Hasil penelitian dari 93 responden yang dilakukan pada bulan juni 2010 didapatkan responden yang mengalami stres berat 47,31 %, stres sedang 35,48 % dan stres ringan18,28 % dan responden mengalami dismenore 17,20 % hasil uji Chi Square X

  3. Rahayu, SW. 2012.

  Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Wanita. Bandung: PT. Grafindo Pratama.Widiyanti, Devi

  E. 2013. Pengaruh Nyeri Haid (Dismenore) Terhadap Aktivitas Sehari-hari pada Remaja . Skripsi. Universitas Muhammadiyah Di Ponorogo.

  4. Anonim. 2009.

  Nyeri Haid . (online), (http://www.dechacare.com/ penyebab-nyeri-saat- haid-i323.html, diakses 28 Mei 2017)

  5. Wijayanti, Daru. 2009. Reproduksi Wanita. Jakarta: Bookmarks

  6. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan

  . Jakarta: PT. Rineka Cipta

  7. Gunarya, A. 2008. Manajemen Stres. TOT Basic Study Skills Angkatan V dan VI. Pusat Bimbingan dan Konseling:UNHAS

  8. Sriati, A. 2007. Tinjauan Tentang Stres. (online), (http://resources. unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen

  2. Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

  JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017 /TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.pdf, diakses 8 Juli 2017).

  blogspot.com/2008/09/menurunkan-intensitas- nyeri-menstruasi.html, diakses tanggal 10 Juli 2017).

  10. Muntari. 2010. Hubungan Stress Pada Remaja Usia 16-18 Tahun dengan Gangguan Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban.

9. Qitun. 2008. (online), (http:// qittun.

  Stikes NU Tuban.