BUKU SIKEPIS SOLUSI PETANI CERDAS 100 TAHUN

SIKEPIS
SOLUSI PETANI CERDAS
100 TAHUN
Motto : “Menanam Hari Ini Untuk 100 Tahun Kedepan”
Yel yel : “Maju Terus, Jaya, Sukses”
“ Memupuk Kesuburan, Menebar Kemakmuran”

Gerakan Regenerasi Petani
“Petani Bangkit, Petani Pengusaha, Petani Sukses”

WARINO SIKEPIS
2 MEI 2018
PONDOK PESANTREN PETANI NUSANTARA

DEDIKASI HIDUPKU

Dedikasi hidupku hanya untuk sebuah pengabdian, pengabdian pada Sang Pencipta dan pengabdian
pada kampong halaman, tanah tumpah darah, mengimplementasikan TRISAKTI dan PANCASILA
1 Juni 1945 dengan membangun lima pondasi rumah petani :

1) Pondok Pesantren Petani Nusantara,

2) Kampoeng Petrokimia Gresik Sikepis ( Demfarm SIKEPIS ),
3) Waroeng Tani Nusantara,
4) Pelatihan Anak Tani Remaja ( PATRA ) Taruna Tani Nusantara,
5) Sikepis Institute.

Walau dalam proses merintis dan memulainya dengan tergopoh – gopoh dan terseok – seok,
merangkak penuh keringat darah, swadaya modal dengkul, berdikari, namun dengan jiwa
pengabdian, semua lebih berarti dalam hidupku dan bernilai ibadah, semangat bergelora tak pernah
padam penuh kebeningan jiwa, gotong royong bersama petani di perdesaan.
Pangandaran, 26 Maret 2018
WARINO SIKEPIS

LIMA PONDASI RUMAH PETANI
1. Pondok Pesantren Petani Nusantara
Pusat Ngaji Agribisnis, Ngaji Religi, Ngaji Seni Budaya

2. Kampoeng Petrokimia Gresik Sikepis
Demfarm Komoditi Sikepis Sebagai Agrowisata Edukasi

3. Waroeng Tani Nusantara

Badan Usaha Milik Petani BUMP Agribisnis sebagai penampung hasil pertanian dan
penyedia saprodi, saprotan, sapronak dan alsintan

4. PATRA Taruna Tani Nusantara
Pelatihan Anak Tani Remaja PATRA sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Regenerasi
Petani

5. Sikepis Institute / PUSDIKLAT LPPNU
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
( PUSDIKLAT LPPNU ) Sebagai lembaga pendidikan Petani Agribisnis, Wirausahawan Muda
Profesional, Pendidikan dan Pelatihan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Swadaya
( PPPKS ).

DAFTAR ISI
SAMBUTAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
SEJARAH SIKEPIS LAHIR
BAB III

PROFIL SIKEPIS
1. Rintisan SIKEPIS
2. Kondisi SIKEPIS Sekarang
3. Harapan SIKEPIS Kedepan
BAB IV
MENCERDASKAN PETANI SIKEPIS
1. Ketekunan dan Ketulusan Petani SIKEPIS
2. Mendidik Petani Tanpa Pamrih
3. Mencetak Regenerasi Petani Agribisnis
BAB V
MEMBANGUN KESWADAYAAN
1. Petani Bangkit Menolong Diri Sendiri
2. Berdikari, Mandiri Berbasis Kearifan Lokal
3. Swadaya Sebagai Soko Guru Utama
BAB VI
TRANSFORMASI INFORMASI DAN TEKNOLOGI
1. Menciptakan Akselerasi Informasi dan Teknologi
2. Pusat Pelayanan Informasi dan Teknologi
3. Pusan Pendidikan, Pelatihan dan Konsultasi Petani
BAB VII

SISTEM KEBERSAMAAN EKONOMI BERDASARKAN MANAJEMEN KEMITRAAN
1. Sistem Kebersamaan Ekonomi Berdasarkan Manajemen Kemitraan
2. Pendidikan Orang Dewasa
BAB VIII
PEMBERDAYAAN PETANI SIKEPIS
1. Memberdayakan Potensi Masyarakat
2. Model Pemberdayaan Petani Kecil
3. Pusat Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan
4. Pemberdayaan Komunitas
BAB IX
SIKEPIS SEBAGAI SOLUSI PETANI 100 TAHUN
1. Pondok Pesantren Petani Nusantara
2. Kampoeng Sikepis
3. Waroeng Tani Nusantara
4. Pelatihan Anak Tani Remaja Sebagai Regenerasi Petani
5. Sikepis Institute
6. Dasa Usaha Tani
BAB X
PENUTUP


BAB I
PENDAHULUAN
Pemberdayaan SDM pertanian khususnya para petani pada hakekatnya adalah upaya menempatkan
petani secara wajar, sebagai manusia yang mempunyai aspirasi, keinginan, cita – cita, kebutuhan,
kelemahan dan kelebihannya masing – masing.
Upaya tersebut dilakukan secara terarah dan sistematis antara lain melalui peningkatan kompetensi
petani dengan pendekatan “belajar melalui bekerja” di pondok pesantren petani nusantara melalui
Sikepis Institute dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul
Ulama PUSDIKLAT LPPNU dan Sikepis Institute.
Keberadaan PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara sebagai lembaga pelatihan
swadaya yang tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk petani di perdesaan.
Diharapkan Pondok Pesantren Petani Nusantara melalui PUSDIKLAT LPPNU menjadi pusat
keteladanan dalam membumikan Petani Bangkit, Petani Pengusaha Agribisnis, Petani Sukses dan
menjadi Pusat Regenerasi Petani serta menjadi agen perubahan sector pertanian, perikanan, dan
kehutanan di perdesaan kearah yang lebih baik, maju, sejahtera dan bermartabat.

BAB II
SEJARAH SIKEPIS LAHIR
Perjalanan sejarah lahirnya SIKEPIS ( Sistem Integrasi Kakao Entog Padi Itik Sapi )
Tahun 1999

Mendirikan Musholla Darul Huda di RT 24/08 Dusun Cibadak, Desa Paledah, Kecamatan
Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Tahun 2000
Mendirikan Forum Ikatan Remaja Islam Kreatif ( FIKRI KREATIF ) tingkat Kecamatan
Padaherang dengan kegiatan rutin pengajian setiap Ahad Manis secara bergiliran setiap DKM
Masjid dan Musholla antar Desa.

Tahun 2002
Mendirikan Yayasan Kesejahteraan Amal Bakti Pendidikan Islam ( YaKABPI ) Bani Akhyar
Tahun 2004
Mendirikan Kelompoktani Kakao Sejahtera di Dusun Cibadak Desa Paledah Kecamatan
Padaherang

Tahun 2005
Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Masyarakat Ciamis Selatan ( LSM
FOPMAS )

Tahun 2006
Membuat konsep pertanian Sistem Integrasi SIKEPIS ( Sistem Integrasi Kakao, Entog, Padi, Itik,

Sapi )

Tahun 2007 – 2008
Membangun Kampoeng Agribisnis SIKEPIS dengan Mendirikan Gapura Kampoeng Agribisnis
SIKEPIS

Tahun 2009
Merintis One Man One Product
Tahun 2010
Mengembangkan Budidaya Sapi SIKEPIS

Tahun 2011
Mendirikan Karang Taruna SIKEPIS

Tahun 2013
Mendirikan Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Kabupaten Pangandaran

Tahun 2014
Membuat konsep Zonasi Desa Sentra Komoditi One Village One Product 93 Desa, 10 Kecamatan


Tahun 2015
Membuat Gerakan Membumikan SIKEPIS di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2016
Merintis Pusat Pendidikan dan Pelatihan SIKEPIS
Tahun 2017
Tanggal 10 November 2017 mendirikan Pondok Pesantren Petani Nusantara, Mendirikan
Kelompok Wanita Tani KWT Kartini Nusantara

Tahun 2018
Mendirikan Miniatur Kampoeng Petani Nusantara Di Dusun Cibadak, Desa Paledah Dengan
Mendirikan :
1. Mendirikan Pondok Pesantren Petani Nusantara;
2. Mendirikan Waroeng Tani Nusantara;
3. Mendirikan Kampoeng Petrokimia Gresik SIKEPIS (Demfarm SIKEPIS),
4. Mendirikan Pelatihan Anak Tani Tani Remaja PATRA Jawa Barat Atas Rekomendasi
Presiden PATRA Indonesia;
5. Mendirikan Sikepis Institute;
6. Mendirikan Kelompok Usaha Bersama PANCIMAS;
7. Mendirikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul
Ulama ( PUSDIKLAT LPPNU ) Kabupaten Pangandaran,

8. Membuat Demfarm Agribisnis SIKEPIS FARM komoditas Unggulan :
a. Tanaman Pangan ( Koordinator Mahpud )
b. Hortikultura / Sayuran dan Buah – Buahan ( Koordinator Iman Sakiran )
c. Peternakan Kambing dan Domba ( Koordinator Muhalim )
d. Peternakan Sapi ( Koordinator Titor Lesmana )
e. Perikanan Air Tawar ( Koordinator Sutarmo )
f. Makanan dan Minuman Olahan ( Koordinator Suhadi )
g. Sanggar Seni Sikepis Lintang Trenggono ( Koordinator Fredy )

BAB III
PROFIL SIKEPIS
1. Rintisan SIKEPIS
Tahun 2004
Tahun 2004 para petani yang tergabung dalam kelompoktani sejahtera dengan dimotori oleh para
pemuda tani di Dusun Cibadak, Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, dengan komoditas yang
dikelola hanya padi sawah, mulai merintis komoditi kakao secara swadaya.
Tahun 2005
Kelompoktani kakao Sejahtera dengan swadaya kelompok memulai membuat konsep pertanian
sistem integrasi dengan komoditas unggulan Kakao – Padi – Itik – Entog. Dengan nama program
KPIE.

Tahun 2006
Tanggal 25 Januari 2006 kelompoktani kakao Sejahtera bersama kelompoktani kakao yang lain di
Kecamatan Padaherang mendirikan Gabungan Kelompoktani ( GAPOKTAN ) Banyu Metu
Sejahtera, dengan Motto : “Tak Kan Kuwariskan Air Mata, Tapi Akan Kuwariskan Mata Air dan
Mata Pencaharian Untuk Kesejahteraan Anak Cucu”. Slogan : ‘Tak Kusisakan Walau Sejengkal
Tanah Untuk Ditanami Komoditas SIKEPIS.
Tahun 2007
Awal 2007 Gapoktan Banyu Metu Sejahtera melakukan pembinaan kelompoktani secara swadaya
di Kecamatan Padaherang yang tersebar di 14 Desa (Paledah, Maruyungsari, Sukanagara, Cibogo,
Pasirgeulis, Karangmulya, Kedungwuluh, Karangpawitan, Padaherang, Ciganjeng, Sindangwangi,
Karangsari, Bojongsari, Panyutran), sebanyak 14 kelompoktani kakao, dengan program pertanian
Sistem Integrasi Kakao – Kambing – Padi – Itik – Entog ( KKPIE ), di integrasikan dengan Ternak
Sapi, sehingga menjadi Sistem Integrasi Kakao – Kambing – Entog – Padi – Itik – Sapi (SIKEPIS).
Tahun 2008 Tahun Prestasi
Awal tahun 2008 Ketua Kelompoktani Sejahtera Warino Ma’ruf Abdulloh yang sekaligus sebagai
ketua Gapoktan Banyu Metu Sejahtera Sebagai Kelompoktani Berprestasi Bidang Perkebunan
tingkat Kecamatan Padaherang dan menjadi utusan lomba petani berprestasi tingkat kabupaten.
Tanggal 13 Juni 2008 mendapat penghargaan dari Bupati Ciamis dengan Nomor Piagam :
002/Kpts-417-Huk/2008.


Dilanjutkan dengan lomba tingkat Provinsi Jawa Barat. Tanggal 18 Juli 2008 mendapat Piagam
Penghargaan dari Gubernur Jawa Barat sebagai Ketua Kelompoktani berprestasi tingkat Provinsi
yang mengintegrasikan Kakao, Ternak dan Pangan, dengan nomor piagam :
002/Kep.366-Kepeg/2008.

Dilanjutkan dengan lomba tingkat Nasional. tanggal 18 Desember 2008 mendapat piagam
penghargaan Ketahanan Pangan dari Menteri Pertanian RI atas Prakarsanya dan Prestasinya Dalam
Upaya Pengembangan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Agribisnis Pangan Tahun 2008,
serta diundang ke Istana Presiden untuk menerima Piala Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat
Nasional.

2. Kondisi SIKEPIS Sekarang
Konsep SIKEPIS yang awalnya merupakan program Gapoktan Banyu Metu Sejahtera, saat ini
SIKEPIS menjadi Program Keluarga Petani, Setiap Keluarga Petani Melakukan Kegiatan Usaha
Tani SIKEPIS, yang awalnya SIKEPIS adalah Sistem Integrasi Kakao-Entog-Padi-Itik-Sapi,
sekarang dikembangan dengan komoditas spesifik lokal, K tidak lagi bermakna Kakao tapi semua
komoditas unggulan yang berawalan huruf K seperti Kakao, Kambing, Kelapa, Kacang, Kapol, dll.
E tidak lagi hanya Entog, tapi komoditas yang berawalan huruf E, begitu juga komoditas yang
berawalan huruf P, I, dan S.
SIKEPIS sekarang diterapkan untuk demfarm SIKEPIS FARM di Dusun Cibadak RT 24, RT 25,
RT 26, RT 27, RT 28 Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Dengan Pendampingan Oleh Tim PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara.
3. Harapan SIKEPIS Kedepan
Dengan keterbatasan kepemilikan lahan petani perdesaan di Indonesia, yang rata-rata hanya 0,2 Ha
per KK, maka kedepan diharapkan SIKEPIS menjadi solusi program swadaya petani di Desa-Desa
di Indonesia. Dengan SIKEPIS diharapkan setiap keluarga petani dengan keterbatasan lahan
pertanian, tapi tetap mempu produktif dengan usaha tani SIKEPIS, sehingga memiliki pendapatan
Harian, Mingguan, Bulanan, Caturwulanan, Semesteran, dan Tahunan. Sehingga Kemakmuran dan
Kesejahteraan Petani Tidak Lagi Hanya Wacana tapi benar-benar terwujud.

BAB IV
MENCERDASKAN PETANI SIKEPIS
1. Ketekunan dan Ketulusan Petani SIKEPIS
Pondok Pesantren Petani Nusantara yang dikelola oleh petani SIKEPIS sebagai Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama PUSDIKLAT LPPNU,
berfungsi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani pertanian di perdesaan, baik kualitas
fisik maupun non fisik. Kualitas fisik menyangkut ciri kualitas yang bersifat lahiriah dan
bathiniyah. Kualitas ini melekat pada diri pribadi seorang petani. Sedangkan kualitas non fisik
menyangkut ciri kualitas yang bersifat bathiniyah dan kejiwaan. Kualitas non fiisik tercermin dalam
etos kerja produktivitas, disiplin kerja, keswadayaan, dan berwawasan kemasa depan.
Petani SIKEPIS pendiri dan pengelola Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT
LPPNU dalam membagi pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada
sesama petani lainnya lebih mengedepankan kualitas non fisik yang melekat pada dirinya. Kualitas
non fisik yang menonjol dalam pendampingan dan pembimbingan kepada sesama petani adalah
ketekunan dan ketulusan hati untuk menjelaskan secara rinci dalam bahasa sederhana tentang
pengalaman keberhasilan dan pengetahuan yang diperolehnya dalam agribisnis SIKEPIS pada lahan
Usaha Tani yang menjadi tempat belajar petani.
Petani pendiri dan pengelola Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU, dalam
menyuguhkan informasi pada petani yang mengikuti pelatihan atau pemagangan, biasanya
dijelaskan tanpa menyembunyikan sedikitpun pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.
Ketulusan untuk pintar dan cerdas bersama dalam pengelolaan Usaha Tani sudah menjadi kebiasaan
dan budaya yang mengakar dikalangan petani SIKEPIS. Kondisi seperti ini juga mewarnai
kelahiran dan keberadaan Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU, sehingga
mendapat julukan “Mencerdaskan Petani Tanpa PAmrih”.
Dalam kontek pemberdayaan petani, nilai ketekunan dan ketulusan pendiri dan pengelola Pondok
Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU sangatlah penting, mengingat keberagaman
kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan petani. Sebagian besar petani di perdesaan merupakan
PETANI KECIL dengan kepemilikan lahan rata-rata hanya 0,2 hektar. Umumnya petani di
perdesaan masih berusaha tani untuk kepentingan keluarga dan masih berorientasi produksi.
Dengan kondisi yang demikian, peran Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT
LPPNU dalam mencerdaskan petani sangat dibutuhkan dalam merubah pola pikir, perilaku dan
sikap petani agar mampu meningkatkan kesejahteraannya untuk mendapatkan kehidupan yang
layak.
Ketekunan dan ketulusan petani SIKEPIS dalam pendampingan dan pembimbingan petani kecil
merupakan kunci keberhasilan dalam mewujudkan kesejahteraan mereka.
2. Mendidik Petani Tanpa Pamrih
Pendirian Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU di inisiasi oleh petani
SIKEPIS yakni, Warino (Penggagas/Konseptor), Muhalim (Peternakan Domba / Kambing),
Mahfud (Tanaman Pangan), Iman Sakiran (Hortikultura), Titor Lesmana (Peternakan Sapi), Suhadi
(Makanan Olahan), Sutarmo (Perikanan Lele dan Gurame), dan yang lainnya, struktur organisasi
Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU dibuat sesederhana mungkin,
pengaturan tugas dan fungsi disesuaikan potensi unggulan dan kemampuan yang dimiliki
pengelolanya untuk dikembangkan kepada petani lainnya. Standar biaya operasional termasuk biaya
pelatihan dan pemagangan tidak ditentukan dan dipatok besarannya oleh pengelola Pondok
Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU. Biaya pelaksanaan pelatihan dan
pemagangan lebih banyak menganut prinsip musyawarah dan mufakat.
Dengan kondisi seperti diatas, dapat dimaknai bahwa pada dasarnya pelatihan dan pemagangan
yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU menganut
system pembiayaan Verry Low Cost dengan kata lain “Mendidik Petani Tanpa Pamrih”.
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, bahwa di Pondok Pesantren Petani Nusantara dan
PUSDIKLAT LPPNU kita akan menemukan Insan Manusia yang berakhlak Mulia dan berkarakter.

Insan berakhlak mulia biasanya mempunyai keyakinan kuat bahwa “Sebaik-baiknya Manuusia
Adalah Yang Paling Banyak Manfaatnya Untuk Orang Lain”.
Karakter oleh Edi Sudewo (2011) dikatagorikan dalam 3 karakter dengan nilai 19 nilai-nilai
kebaikan yakni :
a) Karakter Dasar dengan 3 nilai kebaikan, yakni : Tidak Egois, Jujur dan Disiplin;
b) Karakter Unggul dengan 7 nilai kebaikan, yakni : Ikhlas, Sabar, Syukur, Bertanggungjawab,
Berkorban, Perbaiki Diri, dan Sungguh-Sungguh, dan;
c) Karakter Pemimpin dengan 9 nilai kebaikan, yakni : Adil, Arif, Bijaksana, Ksatria/Berani,
Tawadlu, Sederhana, Visioner, Solutif, Komunikatif, dan Inspiratif.
3. Mencetak Regenerasi Petani Agribisnis
Peningkatan kompetensi SDM petani melalui pelatihan teknis dan kewirausahaan, dan
kepemimpinan serta moral etika dalam berbangsa dan bernegara adalah sebuah keharusan.
Peningkatan kualitas SDM petani, merupakan masalah pelik yang dihadapi pemerintah dewasa ini,
mengingat kurang lebih 75% SDM petani memiliki tingkat pendidikan SD. Kondisi ini menyulitkan
untuk memacu peningkatan kompetensi dalam penerapan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap
dengan cepat dan tepat. Masalah pelik lainnya adalah bagaimana menanamkan kepercayaan dan
keyakinan kepada generasi muda, bahwa ber Usaha Tani yang berwawasan agribisnis dilahan
mereka sendiri jauh lebih baik dan menguntungkan serta lebih menjanjikan masa depan,
dibandingkan dengan menjadi pelaku urban di perkotaan dan migrasi ke Negara lain.
Upaya menarik minat dan memikat generasi muda pertanian untuk mewarisi tradisi orang tuanya
sebagai petani, bukanlah hal yang mudah, karena memerlukan konsep, pemikiran, kearifan,
kreatifitas dan perencanaan yang matang.
Regenerasi petani selama ini sudah berlangsung secara alamiah, tetapi regenerasi tersebut hanya
diwarisi oleh petani muda yang juga pendidikannya tergolong rendah, sehingga kemampuannya
untuk mengembangkan Usaha Tani yang berorientasi Agribisnis sangat terbatas.
Untuk mencetak generasi muda pertanian dalam rangka regenerasi petani kedepan, peran Pondok
Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU melalui Pelatihan Anak Tani Remaja (
PATRA ) sangat strategis dalam pemberdayaan petani – petani remaja yang pendidikannya lebih
tinggi setingkat SLTA, Diploma, dan Sarjana.
Untuk meyakinkan mereka yang pendidikannya lebih tinggi atau SLTA keatas, perlu diciptakan
iklim yang kondusif melalui pemberdayaan secara terencana dan berkelanjutan dengan
melaksanakan model – model pembelajaran yang dapat memberikan contoh – contoh kongkrit
usaha agribisnis skala kecil dan menengah untuk dikembangkan sesuai potensi dan kemampuan
yang mereka miliki.
Contoh kongkrit paling sederhana adalah SIKEPIS FARM. Salah satu upaya yang dilakukan oleh
SIKEPIS FARM adalah melalui kegiatan Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT
LPPNU dengan pola Agri Training Camp Pelatihan Anak Tani Remaja ATC PATRA. ATC
PATRA pada dasarnya merupakan kegiatan untuk memperkenalkan pertanian agribisnis secara
menarik, nyata, aktif dan menantang dilapangan guna menumbuh kembangkan minat bagi generasi
muda agar mereka mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap usaha pertanian
agribisnis secara komprehensif. Kegiatan pada ATC PATRA dimulai dengan pengenalan Tanaman/
Ternak/Ikan yang bernilai ekonomi, pengenalan alat pertanian tradisional dan modern, pengelolaan
lahan dan air, pengenalan budidaya (dilahan dan tanpa lahan), panen, pasca penen, pengolahan
bahan baku dan produk hasil jadi, pengolahan limbah pertanian, perikanan dan peternakan, dialog
dengan pelaku usaha, pembinaan mental spiritual.
Disamping pengenalan secara visual, juga para peserta ATC PATRA diharapkan melakukan
praktek kerja nyata langsung di lahan usaha tani Pondok Pesantren Petani Nusantara dan
PUSDIKLAT LPPNU agar mereka merasakan sendiri proses dalam berusaha tani dan beragribisnis.
Dengan pendampingan dari fasilitator (petani instruktur) yang terlatih, diharapkan para generasi
muda memiliki kepekaan dan tumbuh rasa cinta serta minat untuk tertarik dan menekuni usaha
pertanian dan agribisnis di perdesaan.

Agar generasi muda yang mengikuti ATC PATRA tidak monoton dan jenuh mengikuti materi
pelatihan, setiap sesi kegiatan diselingi dengan ice breaking, dinamika kelompok bahkan out bound
untuk membangun capacity building.
Pelatihan ATC PATRA tidak sekedar pelatihan dikelas dan observasi dilapangan, tetapi juga kerja
nyata dengan melakukan sendiri, sehingga proses pelatihan ini betul – betul berjalan produktif,
efisien dan efektif.
Adapun sasaran pesertanya adalah siswa SLTP, SLTA, Madrasah Tsanawiyah, dan Aliyah serta
masyarakat pertanian lainnya. Pemilihan sasaran seperti ini, dimaksudkan untuk memperkenalkan
secara dini tentang prospek usaha pertanian agribisnis dimasa depan sekaligus meyakinkan kepada
generasi muda bahwa berusaha tani agribisnis itu bukanlah pekerjaan kotor, tidak hanya dalam
batas budidaya dan panen, tetapi generasi muda perlu diyakinkan bahwa dengan berusaha tani
secara terencana disertai inovasi teknologi tepat guna, maka akan memberi hasil yang optimal dan
menguntungkan serta dapat menjadi pilihan pekerjaan yang mampu mensejahterakan mereka
dimasa depan.
Materi ATC PATRA dirancang sesuai dengan kualifikasi generasi muda, terutama dari usia dan
tingkat pendidikannya. Oleh karena itu, aktivitas pada ATC PATRA, materinya tidak digeneralisir
tetapi disesuaikan dengan usia sasarannya. Berdasarkan sasarannya pembinaan dan pemberdayaan
petani secara umum, dibagi dalam 3 (tiga) kelompok pendekatan yaitu :
1. Petani Dewasa
2. Taruna Tani
3. Petani Remaja
Focus utama sasaran ATC PATRA adalah Taruna Bumi dan Taruna Tani dengan pertimbangan
kedua katagori tersebut masih tergantung kepada orang tua dan belum menetapkan pilihan dan
keputusan untuk kehidupan masa depannya. Dengan demikian kedua katagori ini mempunyai
peluang untuk diberi motivasi dan keyakinan tentang prospek usaha tani agribisnis yang
menjanjikan kehidupan yang layak, adapun petani muda merupakan generasi muda pertanian yang
sudah mandiri dan berhasil dalam usaha taninya dan dapat dijadikan mitra dalam program ATC
PATRA ini, sebagai tempat kunjungan karena keberhasilannya dalam berusaha tani dan
beragribisnis di pedesaan.

BAB V
MEMBANGUN KESWADAYAAN
1. Petani Bangkit Menolong Diri Sendiri
Hampir 60% dari jumlah Penduduk Indonesia adalah Petani. Dalam kondisi nyata, sebagian
masyarakat perdesaan yang masuk dalam katagori petani gurem digolongkan miskin karena mereka
tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kesejahteraannya.
Terkadang pula masyarakat perdesaan mempunyai peluang untuk membuka usaha kecil kecilan
tetapi mereka tidak memiliki modal finansial untuk mewujudkannya. Bencana alam, pergeseran
cuaca dan iklim yang tidak menentu, menjadi pelengkap kemiskinan tersebut.
Solusi untuk memecahkan permasalahan diatas tidak semudah membalikan tangan, karena mata
rantai permasalahannya sangat kompleks dan pemecahannya harus dilakukan secara terpadu,
terintegrasi, dan terkoordinasi dengan baik. Upaya pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan
kerja, perbaikan kualitas SDM dan perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur perdesaan perlu
ditangani secara lebih substantif dan mendasar serta pelaksanaannya mengedepankan proses yang
menganut prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi / penyederhanaan oleh semua
instansi terkait, disertai niat tulus ikhlas untuk memiliki kepedulian dan keberpihakan kepada
keberdayaan masyarakat perdesaan, khususnya petani kecil yang berpredikat “The Have Little”.
Sedang solusi implementasi adalah mengembangkan upaya - upaya khusus yang dapat mengantar
masyarakat dan petani untuk Bangkit Menolong Dirinya Sendiri, sehingga mampu berswadaya dan
menumbuh kembangkan kemandiriannya.
Peran PUSDIKLAT LPPNU dan PATRA dipandang sangat penting untuk mendorong perubahan
secara terencana dalam upaya penanaman nilai nilai positif guna tumbuh kembangnya semangat
Bangkit Menolong Dirinya Sendiri agar dapat terwujud kehidupan layak yang pada gilirannya dapat
mengantarakan mereka ke jenjang kesejahteraan yang lebih baik.
2. Berdikari, Mandiri Berbasis Kearifan Lokal
Petani SIKEPIS berdikari dalam ekonomi, agenda ini menekankan pada sikap petani mewujudkan
berdikari di bidang ekonomi, ini adalah antithesa terhadap melunturnya kemandirian ekonomi
petani sebagaimana berlangsung saat ini.
Dalam kontek keluarga petani, maka keluarga petani yang mandiri adalah keluarga petani yang
bergantung pada orang atau individu petani lain untuk mendorong kemajuan dan keberlangsungan
hidupnya dimasa mendatang. Disamping itu, keluarga petani dapat juga disebut memiliki
kemandirian apabila memiliki kekuatan bertahan terhadap berbagai perubahan dan dinamika yang
terjadi diluar dirinya.
Untuk mencapai keluarga petani yang mandiri maka langkah awal yang harus dipenuhi adalah
memenuhi kebutuhan dasar, yang meliputi :
1. Pangan;
2. Layanan kesehatan;
3. Layanan pendidikan;
4. Pekerjaan dan ber-Usaha;
5. Perumahan;
6. Air bersih yang aman dan sanitasi baik;
7. Lahan Usaha Tani;
8. Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup;
9. Keamanan;
10. Partisipasi.
Berbagai upaya dapat dilakukan oleh PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara
dalam meningkatkan kemandirian petani dan keluarganya guna memenuhi kebutuhan dasarnya.
Upaya yang utama adalah fokus pada pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh petani itu sendiri
dengan mensinergikan pemanfaatan Sumber Daya Lokal (Kearifan Lokal), baik yang berbentuk

fisik maupun non fisik. Potensi fisik seperti lahan/tanah, tanaman (Pangan, Hortikultura, dan
Perkebunan), ternak dan ikan, dapat dioptimalkan pada produksi dan produktivitasnya oleh petani
itu sendiri melalui penerapan teknologi anjuran atau teknologi temuan petani, dengan
pendampingan dan bimbingan dari PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara.
Sementara itu, potensi non fisik seperti keamanan, kemampuan, kreatifitas, pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimiliki oleh petani sebelumnya dapat ditingkatkan melalui Pemagangan
secara periodik dengan menggunakan methode dan materi sesuai permasalahan dan kebutuhan
nyata dari petani yang bersangkutan.
3. Swadaya Sebagai Soko Guru Utama
Kelembagaan petani (Kelompoktani, Gapoktan, Asosiasi Komoditas, dan Badan Usaha Milik Petani
BUMP) dan kelembagaan PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara merupakan
dua lembaga yang ditumbuh kembangkan oleh, dari, dan untuk petani, mempunyai misi dan tujuan
yang sama, yaitu mensejahterakan masyarakat petani di perdesaan melalui peningkatan kompetensi
pengetahuan dan keterampilan dalam usaha agribisnis. Tetapi kedua lembaga itu berbeda atau tak
sama dalam wujud pengelolaannya. Meskipun serupa tapi tak sama, kedua lembaga itu dalam
melaksanakan peran dan fungsinya selalu mengedepankan SWADAYA SEBAGAI SOKO GURU
UTAMA.
Adapun upaya penguatan kelembagaan Pelatihan Swadaya, dapat dilakukan sesuai dengan latar
belakang pembentukannya, yaitu diarahkan untuk mencetak lebih banyak generasi petani terdidik
guna mendorong tumbuh kembangnya jiwa kewirausahaan agribisnis melalui proses Pembelajaran
– Pemberdayaan – Pemartabatan, antara lain pelatihan keterampilan, kewirausahaan, magang
agribisnis, kaji terap teknologi spesiifik lokalita, inkubasi Teknologi (Inkubasi adalah suatu proses
pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan oleh Inkubator teknologi kepada
peserta inkubasi), dan teknik agribisnis. Oleh karena itu PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren
Petani Nusantara perlu mendapatkan penguatan sesuai ciri khasnya sebagai berikut :
a. PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara berciri khas kemandirian, sehingga
perlu difasilitasi dengan pendampingan usaha agribisnisnya, dalam bentuk pelatihan
kepemimpinan dan manajemen serta permagangan teknis, kewirausahaan, akses modal dan
pasar;
b. PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara berciri khas keswadayaan, sehingga
perlu diberdayakan pengelolanya agar mampu mengembangkan informasi teknologi tepat guna
dan spesifik lokalita, melakukan desiminasi teknolog. diseminasi dapat diartikan sebagai
kegiatan penyebarluasan teknologi pertanian spesifik lokasi. Kegiatan diseminasi teknologi
pertanian bertujuan meningkatkan adopsi dan inovasi pertanian hasil litkaji melalui berbagai
kegiatan komunikasi, promosi dan komersialisasi serta penyebaran paket teknologi unggul
yang dibutuhkan dan menghasilkan nilai tambah bagi berbagai khalayak pengguna dan
menyelenggarakan kegiatan penyebarluasan materi penyuluhan baik secara tercetak maupun
media elektronik (Sulaiman, 2003). Dalam penyebarluasan itu tersirat adanya harapan atau
respon terhadap materi yang disebarluaskan itu. Jadi diseminasi harus merupakan proses
penyampaian inovasi yang interaktif, dapat merubah pola pikir dan tindakan orang yang terlibat
di dalamnya, termasuk orang yang membawa inovasi itu sendiri (Rogers, 1983). Perubahan
yang diharapkan dari kegiatan diseminasi adalah akan terjadi pada aspek kognitif (pengetahuan
– P), afektif (sikap – S) dan psikomotorik (keterampilan – K). Perubahan tersebut menuju ke
arah yang sesuai dengan konsep dan cara yang benar atau seharusnya.
c. PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara sebagai lembaga pelatihan dan
permagangan perlu diperkuat agar dapat menjadi lembaga pelatihan dan permagangan secara
terstruktur dengan mengembangkan kurikulum, modul, silabus, dan paket paket pembelajaran
sesuai potensi komoditas yang dikembangkannya.
d. PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara berciri khas beradministrasi
sederhana, perlu diperkuat dengan pelatihan atau bimbingan administrasi, antara lain :
a. Pelatihan administrasi bagi sekretaris ;
b. Pelatihan administrasi keuangan bagi bendahara;
c. Bimbingan untuk memperoleh SIUP, TDP, NPWP, dll;
d. Bimbingan untuk memperoleh status Badan Hukum dari KEMENKUM HAM

BAB VI
TRANSFORMASI INFORMASI DAN TEKNOLOGI
1. Menciptakan Akselerasi Informasi dan Teknologi
PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara mempunyai misi dan tujuan, yaitu
mensejahterakan petani perdesaan melalui peningkatan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
dalam usaha agribisnis. Dalam pengelolaannya menciptakan Gerakan Akselerasi Informasi dan
Teknologi di bidang Pertanian Agribisnis.
2. Pusat Pelayanan Informasi dan Teknologi
PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara menerapkan sistem pembelajaran yang
lebih bersifat keterampilan teknis pertanian agribisnis yang ditularkan ke petani lain dan sekitarnya
berdasarkan pengalaman, keberhasilan dan keahlian pengelola melalui proses pelatihan dan
permagangan. Dengan keunggulan ketersediaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Insani, maka
PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara mempunyai peluang untuk menjadi
sentra Pelayanan Informasi dan Teknologi dalam rangka pengembangan usaha agribisnis perdesaan
sesuai dengan karakteristik agroklimat dan potensi yang dimiliki.
Agroklimat dapat diartikan = klimatologi Pertanian = ilmu iklim pertanian = meteorologi Pertanian
= ilmu cuaca pertanian.
Agroklimat adalah ilmu yang memepelajari interaksi antara ilmu klimatologi dan ilmu pertanian
untuk mengetahui pengaruh cuaca (iklim) dan manfaat pengaruh-pengaruh tersebut untuk usaha
pertanian (World of Meteorology Organization). Agroklimat ini merupakan acuan dalam dasar dasar bisnis yaitu untuk perencanaan pemilihan tanaman dan menganalisa tempat yang cocok untuk
pembudidayaannya.
Tujuan mempelajari ilmu Agroklimat
a. Untuk menegtahui proses pembentukan cuaca
b. Pengaruh cuaca dalam pertanian
c. Analisis unsur dan pengendali cuaca
d. Pengklasifikasian iklim
e. Iklim di Indonesia
f. Pengeloaan cuaca (iklim) untuk bidang pertanian (pemodelan anasir cuaca)
g. Pemodelan sistem pertanian
h. Dampak perubahan iklim global terhadap pertania
i. Pranata mangsa
Manfaat memepelajari Agroklimat
a. Dalam budidaya sebagai pertimbangan dalam perencanaan kultur teknik, misalnya
pertimbangan irigasi, jarak tanam, waktu pemupukan, seleksi varietas pemindahan bibit, dll.
b. Secara umum dapat mewaspadai akibat dari cuca yang buruk
c. Pemilihan tempat untuk suatu tanaman
d. Pemilihan tanaman untuk suatu tempat
Pengembangan agribisnis di perdesaan membutuhkan kelembagaan yang mandiri dan mampu
berswadaya sekaligus sebagai sentra pelayanan informasi dan teknologi bagi masyarakat petani
perdesaan.
3. Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Konsultasi Petani
PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara dapat menjadi titik simpul
pemberdayaan petani perdesaan. Selain berfungsi sebagai tempat pelatihan dan pemagangan juga
menjadi sentra pelayanan informasi dan teknologi. Peluang lainnya adalah menjadi basis
pengembangan teknologi temuan petani.
Dalam kapasitasnya sebagai lembaga pelatihan swadaya, PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren
Petani Nusantara juga diharapkan dapat membantu mempercepat tranfer teknologi, akses informasi,
dan pasar, pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat, guna penciptaan lapangan kerja baru dan
pengurangan pengangguran dan kemiskinan di perdesaan. Bahkan sebagai pusat komunikasi dan
konsultasi petani.

BAB VII
SISTEM KEBERSAMAAN EKONOMI BERDASARKAN MANAJEMEN KEMITRAAN
1. Sistem Kebersamaan Ekonomi Berdasarkan Manajemen Kemitraan (SKE - BMK)
Pemberdayaan Petani dan Kelembagaan
V
Dilaksanakan Melalui
V
Sistem Kebersamaan Ekonomi (Logis, Ekonomis, Harmonis)
V
Melalui Aspek
V
SDM, KELEMBAGAAN, BUDIDAYA, KEUANGAN, KEMITRAAN
V
Menggunakan
V
STRATEGI,
Berdasarkan Akumulasi Aset, Modal, Keterampilan, Gagasan, Kebutuhan dan Komitmen Petani.
> Petani (individu) dikembangkan dalam kesatuan ekonomi (kelompok produktif)
> Kelompok Produktif menciptakan wadah Kebersamaan Ekonomi (Forum Koordinasi Manajemen
Usaha Tani=FKMUT)
> Seluruh Kelompok Produktif bekerjasama dalam Koperasi Pertanian (KOPTAN)
V
METODE
> Partisipatif
> Pendidikan Orang Dewasa (POD)
> Spirit Kemitraan
V
OUTPUT
> Petani Pandai & Profesional
> Kelembagaan Kuat & Berfungsi
> Produktivitas Tinggi
> Sistem Keuangan Transparan
> Hubungan Kerjasama Harmonis.

BAB VIII
PEMBERDAYAAN PETANI SIKEPIS
1. Memberdayakan Potensi Masyarakat
Permasalahan utama di masyarakat yang menjadi mitra kegiatan pengabdian adalah tidak
termanfaatkanya potensi dan sumber daya lokal dari sisi keterampilan wirausaha, maupun dana
untuk membangun kegiatan produktif yang meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Tujuan
utama kegiatan Pemberdayaan Potensi Masyarakat adalah pemanfaatan lahan kurang produktif
melalui pengembangan wirausaha agribisnis bagi masyarakat lokal sebagai mitra untuk
meningkatkan nilai tambah perekonomian keluarga. Adapun luaran kegiatan sebagai berikut:
1) Pemanfaatan lahan tidak produktif melalui wirausaha agribisnis SIKEPIS,
2) Meningkatkan keterampilan wirausaha agribisnis masyarakat dalam pemberdayaan lahan,
3) Terbentuknya kelompok usaha agribisnis untuk mengelola wirausaha agribisnis SIKEPIS.
Metode Pemberdayaan yang diterapkan untuk mencapai target luaran adalah
1) Analisis situasi;
2) Identifikasi permasalahan utama;
3) Studi literatur;
4) Identifikasi solusi yang ditawarkan kepada mitra;
5) Penyusunan rencana dan jadwal pelaksanaan kegiatan;
6) Pelatihan teknik dan budidaya SIKEPIS, pengelolaan administrasi keuangan, dan
pemasaran;
7) Pembentukan kelompok usaha bersama untuk pengelolaan agribisnis SIKEPIS,
pendampingan usaha bersama, merintis pembentukan koperasi, monitoring kegiatan usaha
bersama dan merumuskan tindakan pengembangan wirausaha agribisnis SIKEPIS.
2. Model Pemberdayaan Petani Kecil
Pembangunan pertanian belum berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Sebagian besar
petani adalah petani kecil yang berpendapatan rendah dan tergolong miskin. Dari total penduduk
miskin sebanyak 29,89 juta jiwa (12,36 persen), sebanyak 19,93 juta jiwa berada di perdesaan dan
13,5 juta adalah petani kecil dengan kondisi kesehatan dan status gizi yang buruk, pendidikan yang
rendah, besarnya jumlah tanggungan keluarga, tanah yang tidak produktif dan kecilnya pemilikan
lahan (BPS 2011; Saragih 2011; Stamboel 2012).
Kondisi kemiskinan menyebabkan petani kecil di Negara - negara berkembang (termasuk
Indonesia) menghadapi masalah ketidaktahanan pangan (FAO, 2003; Spring 2008). Keberpihakan
pemerintah terhadap petani lemah diidentifikasi dari:
 Penurunan subsidi input,
 Lemahnya kebijakan agraria dan proteksi pasar,
 Penyediaan informasi dan inovasi,
 Pengembangan Sumber Daya Insani petani yang rendah dan kurangnya sarana prasarana
pertanian (Wahono 2011; Machfoedz 2011).
Akibatnya petani sulit mengakses input produksi, informasi dan inovasi, pasar, modal dan sarana
prasarana untuk mendukung usaha tani.
Implementasi program pemberdayaan kerap kurang berhasil dalam membangun Sumber Daya
Insani petani karena factor :
 Partisipasi rendah,
 Program tidak tepat sasaran karena informasi tidak akurat,
 Intervensi pihak luar menyebabkan petani tidak terlibat dalam pengambilan keputusan,
 Teknologi tidak sesuai kebutuhan,
 Informasi dan inovasi pertanian kurang dipahami dan diterapkan oleh petani karena
ketidaksesuaian gaya bahasa,
 Saluran dan media, pihak luar sering merasa lebih tahu sehingga mengabaikan pengetahuan
lokal (Ascroft & Masilela 2004; Anyaegbunam et al. 2004).
Pemberdayaan Petani Kecil Wolf (1985) memberikan istilah peasant untuk petani kecil yang
dicirikan sebagai penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat
keputusan otonom tentang proses cocok tanam. Mereka bertempat tinggal, bercocok tanam dan
beternak di daerah pedesaan dan pinggiran kota, memiliki pekerjaan pokok di bidang pertanian
sebagai sumber pendapatan untuk kelangsungan hidup.

Pemberdayaan memiliki arti yang beragam, hakekat pemberdayaan petani kecil adalah upaya
meningkatkan kapasitas petani kecil agar mereka memiliki kemampuan, kekuatan dan akses
yang lebih besar terhadap sumberdaya pembangunan guna memperbaiki dan meningkatkan
kualitas kehidupannya. Petani yang berdaya memiliki pengetahuan dan ketrampilan, berperan
dalam mengambil keputusan dan mampu mengelola dan mengatasi masalah usaha tani.
Konsep Proses Pembelajaran Partisipatif Freire (1970) mengkritik metode pembelajaran petani yang
tidak partisipatif. Menurutnya dibalik praktek penyuluhan pertanian terdapat suatu ideologi
(implicit) struktur hirarkhis, vertikal, kontrol sosial dan hubungan satu arah dari para ahli kepada
petani yang pada dasarnya tidak partisipatif.
Tujuan pendidikan adalah “mengisi” petani dengan “pengetahuan” teknis. Freire menyebutnya
“Banking Concept Education” yang menganggap pengetahuan adalah entitas yang sudah selesai dan
tidak akan dipertemukan dalam dialog subjek, petani sebagai penerima pasif pengetahuan dari pihak
luar. “Banking Concept Education” tidak menumbuhkan sikap kritis refleksi terhadap kebenaran
pengetahuan.
Freire (1970) juga menyatakan “petani yang sungguh-sungguh belajar hanyalah mereka yang
menyetujui apa yang dipelajarinya dan menerapkan apa yang dipelajarinya kepada eksistensial
konkret. Sebaliknya petani yang hanya diisi oleh orang dengan “isi” yang tidak disadarinya malah
bertentangan dengan cara adanya, tidak dapat belajar karena mereka tidak merasa ditantang dan
“digugah”.
Pembelajaran petani melibatkan tiga unsur yakni guru (penyuluh/petugas) dan murid (petani)
sebagai subyek yang sadar (cognitive), yang diperantarai oleh obyek yang ingin diketahui dan yang
dapat diketahui. Pembelajaran petani diawali dengan penyadaran melalui belajar mengenal masalah,
menafsirkan masalah, mereflesikan dan melihat hubungan sebab akibat permasalahan dengan
realitas yang dihadapi serta mengambil tindakan mengatasi masalah. Rhoades (1990) dan Leeuwis
(2009) mengajukan paradigma baru proses pembelajaran petani melalui penyuluhan dari model
linier-top down ke intervensi komunikatif bercirikan komunikasi partisipatif melalui dialog.
Pendekatan ini memberikan peran yang tinggi kepada petani untuk bersama-sama penyuluh dan
peneliti mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan hingga tahap mengevaluasi
berbagai jenis informasi dan teknologi kepada petani. Akses dan Dukungan Lingkungan Usaha
Menurut Lionberger dan Gwin (1982) selain komunikasi, variabel esensial untuk mendukung
perubahan sosial petani yaitu ketersediaan suplai input, pemasaran, penyediaan kredit, penyediaan
informasi, dan ketersedian fasilitas (pergudangan) dan infrastruktur. Sejalan dengan pendapat
Lionberger dan Gwin, Mosher (1978) menyatakan bila pertanian hendak dimajukan, maka petani
harus didukung dengan fasilitas jasa yang dikenal sebagai syarat pokok pembangunan pertanian,
terdiri dari:
 Pasar untuk hasil usaha,
 Teknologi yang senantiasa berubah,
 Tersedianya sarana produksi dan peralatan secara lokal,
 Perangsang produksi bagi petani dan pengangkutan.
ARAH TANTANGAN DI ERA GLOBALISASI
Menurut Saragih (1998), makna terdalam era globalisasi dalam struktur perekonomian adalah
perdagangan bebas. Dalam perdagangan bebas berarti ada persaingan. Dalam globalisasi tersebut
yang akan bersaing adalah barang sekunder, yaitu produk agroindustri. Di Indonesia bahan baku
untuk industri tersedia, tetapi yang menjadi kendala adalah penggunaan dan penguasaan teknologi
modern yang memperkuat agribisnis, atau penekanan masalah yang dihadapi dalam era globalisasi
adalah pada peningkatan SDM ( termasuk bagi para petani kecil).
Mendasarkan hal di atas, maka arah pengembangan pertanian ke depan adalah agribisnis, yaitu
mengembangkan pertanian dan agroindustri atau industri yang mengolah hasil pertanian dan jasa jasa yang menunjangnya. Termasuk di dalam perikanan, misalnya di Indonesia ini dari sisi
penawaran, kita memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 90 ribu km,
adalah merupakan basis kegiatan ekonomi perikanan yang sangat besar. Hal ini tentu belum
termasuk potensi perikanan air tawar, baik perairan umum (sungai dan danau), budidaya kolam,
budidaya ikan karamba / jaring apung, budidaya ikan rawa dan budidaya ikan sawah yang juga

masih terbuka luas. Khusus tentang arah pembangunan perikanan dengan pendekatan agribisnis
adalah dengan membangun dan mengembangkan subsistim industri hulu perikanan ( pembenihan,
industri peralatan tangkap ikan, industri pakan ikan), subsistim budidaya pasca panen / tangkap,
subsistim pengolahan hasil perikanan dan perdagangan, dan subsistim jasa penunjang ( R and D)
dalam suatu sistim yang terintegrasi.
Masih menurut Saragih (1998) pengembangan agribisnis di Indonesia merupakan tuntutan
perkembangan yang logis dan harus dilanjutkan sebagai wujud kesinambungan, penganekaragaman
dan pendalaman pembangunan pertanian selama ini. Pengembangan agribisnis akan tetap relevan
walau telah tercapai setinggi apapun kemajuan suatu negara. Bahkan agribisnis akan menjadi
andalan utama bagi suatu negara yang masih sulit melepaskan ketergantungan pembangunan
nasionalnya dari sektor pertanian dan pedesaan seperti Indonesia ini.
Beberapa alasan lain untuk memperkuat pilihan pada agribisnis, adalah:
(1) Tersedianya bahan baku yang tersedia,
(2) Akan memperluas daya tampung tenaga kerja di sektor pertanian dan pedesaan, dan
(3) Pengembangan agrobisnis dalam skala kecil lebih mudah diarahkan untuk lebih bersahabat
dengan lingkungan (daripada industri besar), sehingga dapat menekan kerusakan lingkungan.
PEMBERDAYAAN MENUJU PETANI DAN NELAYAN KECIL MANDIRI
Konsep pemberdayaan masyarakat secara mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta
institusi - institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya. Menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan
diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan
keharusan untuk dilakukan. Ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai
pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah terbentuknya
jaringan ekonomi rakyat.
Dalam rangka mencari solusi masalah ekonomi dan politik serta budaya yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini, semua pihak telah memberikan rambu - rambu untuk tidak terjebak membuat
‘bungkus baru namun isi lama’. Dari berbagai tawaran alternatif model pemberdayaan masyarakat,
‘model ekonomi kerakyatan’ secara teoritik telah berkembang menjadi wacana baru saat ini.
Paradigma pemberdayaan ekonomi rakyat sebenarnya bukan saja berupa tuntutan atas pembagian
secara adil aset ekonomi, tetapi juga merupakan keniscayaan ideologis dengan semangat
meruntuhkan dominasi - dominasi birokrasi dalam mengatur dan menentukan berbagai bidang
kehidupan rakyat. (Sasono, 1999). Untuk itu, maka pemberdayaan ekonomi rakyat ( dalam
penerapan untuk petani dan nelayan kecil) berarti menuju kepada terbentuknya kemandirian petani
dan nelayan itu, yaitu berperilaku efisien, modern dan berdaya saing tinggi.
Perilaku efisien artinya berpikir dan bertindak serta menggunakan sarana produksi secara tepat guna
atau berdaya guna. Berperilaku modern artinya mengikuti dan terbuka terhadap perkembangan dan
inovasi serta perubahan yang ada. Sedangkan berdaya saing tinggi yaitu mampu berpikir dan
bertindak serta menggunakan sarana produksi atas dasar memperhatikan mutu hasil kerjanya dan
kepuasan konsumen yang dilayaninya (Sumardjo, 1999).
Gagasan pemberdayaan ekonomi rakyat menurut Mahmudi (1999) adalah merupakan upaya
mendorong dan melindungi tumbuh dan berkembangnya kekuatan ekonomi lokal dan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) oleh masyarakat yang berbasiskan pada kekuatan rakyat.
Muatan gagasan ini tidak saja dituntut untuk dapat mendayagunakan dan menghasilgunakan potensi
sumber daya lokal untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, tetapi juga terlindunginya hak - hak
rakyat dalam pengelolaan sumberdaya lokal sesuai dengan kepentingan ekonomi dan sosialnya.
Beberapa pendekatan dan strategi dalam pemberdayaan masyarakat (Karsidi, 2001) menuju
kemandirian petani dan nelayan kecil, dapat ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut :
a. Memulai dengan tindakan mikro dan lokal. Proses pembelajaran rakyat harus dimulai dengan
tindakan mikro dan lokal, namun memiliki konteks makro dan global. Dialog mikro - makro
harus terus menerus menjadi bagian pembelajaran masyarakat agar berbagai pengalaman mikro
dapat menjadi policy input dan policy reform sehingga memiliki dampak yang lebih luas.
Petugas pemberdayaan / pendamping masyarakat tani dan nelayan kecil seyogyanya diberikan

b.
c.

d.

e.

f.

g.

h.

kebebasan untuk mengembangkan pendekatan dan cara yang sesuai dengan rumusan tuntutan
kebutuhan setempat / lokal di wilayah tugasnya masing - masing.
Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah). Karena masing masing daerah potensinya berbeda, maka kebijakan yang akan diberlakukan juga berbeda antar
daerah. Pemberlakuan kebijakan secara seragam untuk semua daerah harus ditinggalkan.
Mengganti pendekatan kewilayahan administratif dengan pendekatan kawasan. Pemberdayaan
masyarakat tidak mungkin didasarkan atas kewilayahan administratif. Pendekatan kewilayahan
administratif adalah pendekatan birokrasi / kekuasaan. Pendekatan kawasan berarti lebih
menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan tertentu.
Dengan pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan masyarakat dalam skala
besar dan lebih lanjut akan memungkinkan terjadinya kerjasama antar kawasan yang lebih
produktif.
Membangun kembali kelembagaan masyarakat. Peran serta masyarakat menjadi keniscayaan
bagi semua upaya pemberdayaan masyarakat, jika tidak dibarengi munculnya kelembagaan
sosial, ekonomi dan budaya yang benar - benar diciptakan oleh masyarakat sendiri. Misalnya
lumbung desa dan organisasi lokal lainnya dipersilahkan tetap hidup.
Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis. Perlu dipahami bersama bahwa desakan
modernisasi telah menggusur ilmu pengetahuan dan teknologi lokal dan menciptakan
ketergantungan masyarakat lokal pada input luar serta hilangnya kepercayaan diri yang sangat
serius. Temuan - temuan lokal oleh petani dan nelayan setempat harus mendapatkan pengakuan
sejajar dan dipersilahkan bebas berkompetisi dengan inovasi baru dari luar. Pola penyuluhan
yang bersifat sentralistik, topdown dan linier (Sumardjo, 1998) perlu diubah menjadi
pendekatan yang lebih dialogis dan hadap masalah.
Pengembangan kesadaran pelaku ekonomi. Karena peristiwa ekonomi juga merupakan
peristiwa politik atau lebih dikenal dengan politik ekonomi, maka tindakan yang hanya berorientasi memberikan bantuan teknis jelas tidak memadai. Pemberdayaan yang diperlukan
adalah tindakan berbasis pada kesadaran masyarakat untuk membebaskan diri dari belenggu
kekuatan ekonomi dan politik yang menghambat proses demokratisasi ekonomi. Komitmen
para petugas pemberdayaan masyarakat dan lembaga - lembaga terkait pada pengembangan
kemandirian petani dan nelayan kecil merupakan sesuatu yang sangat diperlukan.
Membangun jaringan ekonomi strategis. Jaringan strategis akan berfungsi untuk
mengembangkan kerjasama dalam mengatasi keterbatasan - keterbatasan yang dimiliki
kelompok ekonomi satu dengan lainnya baik dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi dan
permodalan. Salah satu yang sudah waktunya dibangun adalah jaringan infrastruktur
telekomunikasi dan sistim informasi pendukungnya yang memanfaatkan seperti internet untuk
membuka pintu gerbang seluas - luasnya bagi petani dan nelayan atas informasi yang
diperlukan bagi pengembangan usahanya ( setidanya memalui mediasi para petugas penyuluh /
pendamping pemberdayaan masyarakat).
Kontrol kebijakan. Agar kebijakan pemerintah benar - benar mendukung upaya pemberdayaan
masyarakat, maka kekuasaan pemerintah harus dikontrol. Sebagai contoh adalah keikutsertaan
organisasi petani dan nelayan dalam proses pengambilan keputusan tentang kebijakan pertanian
dan perikanan.

Dengan memperhatikan arah tantangan pertanian dan perikanan yaitu seharusnya dikembangkan ke
arah agribisnis, maka perlu mendapat penekanan bahwa sasaran strategis pemberdayaan masyarakat
bukanlah sekedar peningkatan pendapatan semata, malainkan juga sebagai upaya membangun basis
- basis ekonomi yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat dan sumber daya lokal yang handal.
Dalam kerangka tersebut, keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat tidak hanya dapat dilihat
dari meningkatnya pendapatan masayarakat melainkan juga aspek - aspek penting dan mendasar
lainnya.
Beberapa aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan masyarakat petani
dan nelayan, antara lain :
a. Pengembangan organisasi / kelompok masyarakat yang dikembangkan dan berfungsi dalam
mendinamisir kegiatan produktif masyarakat, misalnya berfungsinya KTNA, HKTI, HNSI, dan
organisasi lokal lainya .
b. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok / organisasi masyarakat yang terbentuk dan
berperan dalam pengembangan masyarakat tani dan nelayan, misalnya asosiasi dari organisasi
petani dan nelayan, baik dalam skala nasional, wilayah, maupun lokal.
c. Kemampuan kelompok petani dan nelayan kecil dalam mengakses sumber - sumber luar yang
dapat mend