ASPEK HUKUM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN YANG DI LARANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Safa’at h.Umar Syamsuddin Bacco Abdulkarim Uddin

  

ASPEK HUKUM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN YANG DI LARANG

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA

TIDAK SEHAT

  

Safa’at h.Umar

Syamsuddin Bacco

Abdulkarim Uddin

  

Abstrak

Dalam penulisan yang berjudul “Aspek Hukum Penggabungan

  

Perusahaan yang di Larang Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Di

mana dalam hal ini permasalahan pokok yang hendak di kaji adalah,

Bagaimanakah bentuk penggabungan perusahaan yang di larang dan apa akibat

hukum dari penggabungan perusahaan yang melakukan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat. Dalam ketentuan Undang-Undang nomor 40 Tahun

2007 Tentang Perseroan Terbatas, di mana salah satu ketentuan di dalamnya

mengatur tentang peroses penggabungan perusahaan yang mana bertujuan untuk

mendukung kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Namun seiring berkembangnya zaman dalam

penggabungan perusahaan yang di lakukan ada kalanya persaingan usaha itu

sehat dan juga tidak sehingga perlu adanya kepastian hukum yang memberi

jaminan kepada perusahaan yang ingin atau sudah melakukan penggabungan

perusahaan. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan

praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Salah satu ketentuan di

dalamnya menggatur tentang larangan penggabungan perusahaan. Di mana

dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi Pengawas

Persaingan Usaha “KPPU”Adalah lembaga yang di bentuk untuk mengawasi

pelaksanaan Undang-Undang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat.

  

Kata kunci : Penggabungan perusahaan, Monopoli dan Persaingan Usaha,

dan Akibat Hukum.

I. Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pendahuluan A.

  tentang Perseroan Terbatas yang

   Latar Belakang

  mana bertujuan untuk mendukung Hukum dalam menjalankan kelembagaan perekonomian yang kegiatan usaha.Salah satu peraturan yang mengaturnya adalah Undang- kokoh dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat

  1 .

  Untuk meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa mendatang, perlu didukung oleh suatu undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas yang dapat menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif, sehingga diperlukan aturan hukum dalam menjalankan kegiatan usaha.

  Hukum merupakan suatu bidang yang tidak lepas dalam kehidupan masyarakat, karena hukum ada dan dibuat oleh masyarakat. Dalam kehidupan perekonomian hukum juga memberikan arahan dan aturan dalam pelaksanaannya. Pelaku ekonomi yang diantaranya adalah pengusaha juga harus berpedoman pada 1 Undang-Undang Nomor.

  peraturan hukum yang berlaku dalam dunia usaha. Seperti halnya dalam merger atau penggabungan perusahaan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada merger perusahaan akan ada tahap persiapan dan tahap pelaksanaan Merger perusahaan, dalam hal ini setiap tahap harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam ketentuan Undang-Undang No.

  40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, salah satu ketentuan dalam undang-undangan tersebut mengatur mengenai proses penggabungan perusahaan atau merger. Proses hukum yang harus dilalui oleh perseroan yang hendak melakukan merger diatur dalam Pasal 126 Undang-Undang No.

  40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas jo. Pasal 4 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas (Peraturan Pemerintah Nomor. 27 Tahun 1998) bahwa perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan,

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

  3 Pengambilalihan, atau Pemisahan competition ) . Persaingan usaha

  wajib memperhatikan kepentingan: tidak sehat merupakan salah satu bentuk perilaku pihak yang secara a) Perseroan, pemegang saham ekonomi memangsa pihak lain yang minoritas, karyawan

  4 lemah .

  Perseroan; Dalam Undang-Undang

  b) Kreditor dan mitra usaha Nomor. 5 Tahun 1999 Tentang lainnya dari Perseroan; dan Larangan Praktik Monopoli dan

  c) Masyarakat dan persaingan Persaingan Usaha Tidak Sehat secara sehat dalam melakukan jelas mengatur mengenai larangan usaha. praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat namun hal tersebut

  Menurut M. Yahya tidak menjamin bahwa larangan

  Harahap bahwa, syarat-syarat

  tersebut akan ditaati oleh pelaku tersebut bersifat “kumulatif”, usaha, kegiatan usaha yang sehingga satu saja di antaranya berorientasi pada keuntungan dilanggar, mengakibatkan perbuatan mengakibatkan banyak pelaku usaha hukum penggabungan tidak dapat masih melakukan praktek monopoli

  2

  dilaksanakan . Pada hakikatnya yang dapat menimbulkan persaingan orang menjalankan kegiatan usaha usaha yang tidak sehat serta yang adalah untuk memperoleh dapat merugikan kepentingan umum. keuntungan dan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

  Dalam perundang-undangan Tidak dipungkiri ada kalanya tersebut diatur hal hal apa saja yang persaingan usaha antara pelaku usaha boleh dan tidak diperbolehkan pelaku itu sehat (fair competition), dan dapat usaha dalam menjalankan kegiatan juga tidak sehat (unfair 3 Hermansyah, Pokok Pokok

  Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia , Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2 2009, Hlm. 9 4 M. Yahya Harahap, Hukum Galuh Puspaningrum, Hukum

  

Perseroan Terbatas , Sinar Grafika, Jakarta, Persaingan Usaha , Aswaja Pressindo, 2009, Hlm. 486 Yogyakarta, 2013, Hlm.14 usahanya di Indonesia. Hal tersebut B.

   Rumusan Masalah

  tercermin dalam Pasal 3 UU No 5 Berdasarkan uraian latar Tahun 1999 yang menegaskan belakang di atas, Maka adapun bahwa permasalahan yang dapat di

  pelaku usaha di Indonesia

  dalam menjalankan kegiatan rumuskan dalam penulisan ini usahanya berazakan demokrasi adalah: Ekonomi dengan memperhatikan 1. kegiatan

  Bagaimanakah keseimbangan antara kepentingan penggabungan perusahaan yang pelaku usaha dan kepentingan di larang ?

  5 .

  2. umum“

  Apakah akibat hukum dari Untuk menegakan Undang- penggabungann perusahaan yang

  Undang Nomor 5 Tahun 1999 maka melakukan praktek monopoli di bentuklah Komisi Pengawas dan persaingan usaha tidak sehat?

  Persaingan Usaha “KPPU” adalah lembaga independen yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan II.

   PEMBAHASAN

  Undang-Undang tentang Larangan

  A. Penggabungan Kegiatan

  Praktek Monopoli dan Persaingan Perusahaan yang di Larang Usaha Tidak Sehat. Terlepas dari Sebagaimana telah disampaikan pengaruh dan kekuasaan Pemerintah diatas, kegiatan merger dapat serta pihak lain, KPPU berfungsi menjadi pro kepada persaingan, menyusun peraturan pelaksanaan dan namun juga dapat menjadi anti- memeriksa berbagai pihak yang persaingan apabila tidak ada control diduga melanggar Undang Undang dari otoritas persaingan usaha.

  Nomor 5 Tahun 1999 tersebut serta Keberadaan merger di dalam dunia memberi putusan mengikat dan usaha seharusnya membawa menjatuhkan sanksi terhadap para pengaruh yang cukup positif bagi pelanggarnya. perusahaan yang gagal dari segi 5 operasional. Namun, pada

  Undang Undang No 5 Tahun 1999

  prakteknya, kegiatan merger banyak

  tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 3 ayat

  disalahgunakan oleh pelaku usaha

  5 yang bermaksud untuk mengekspansi pasarnya.

  Ini berarti harus ada suatu pedoman yang dapat dipakai oleh kalangan usaha dalam menilai apakah nantinya suatu tindakan merger akan dilakukan berdampak tidak baik pada persaingan usaha yang tidak sehat dan atau dapat menimbulkan praktek monopoli. Sebagai bentuk penguasaan pasar atas produk tertentu, monopoli dapat mengganggu sistem dan mekanisme perekonomian yang sedang berjalan sebagai akibat dari distorsi ekonomi seiring dengan semakin besarnya penguasaan atas pangsa pasar produk tertentu.

  satu kesan bagi masyarakat luas yang secara konotatif tidak baik dan merugikan kepentingan banyak orang. Perkataan monopoli sering kali diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang atau sekelompok orang melakukan penguasaan atas suatu bidang kegiatan tertentu secara mutlak tanpa memberikan 6 Ahmad Yani dan Gunawan

  Widjaja, 1999, Seri Hukum Bisnis-Anti Monopoli , Rajawali Pers, Jakarta, Hlm.3.

  kesempatan pada orang lain untuk turut serta mengaambil bagiaan. Dengan monopoli suatu bidang, maka berarti kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar- besarnya.

  Penggabungan perusahaan yang mengarah kepada anti- persaingan adalah Penggabungan yang dikhawatirkan oleh hukum persaingan. Karena secara langsung maupun tidak langsung, penggabungan tersebut dapat membawa pengaruh yang relatif besar terhadap kondisi persaingan di pasar yang bersangkutan.

  Selain itu, larangan praktek monopoli juga diatur dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha diatur dalam

6 Monopoli telah memberikan

  Pasal 28 : Ayat (1) pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau Adapun kegiatan kegiatan persaingan usaha tidak yang dilarang tersebut yaitu : sehat.

  1. Monopoli Ayat (2) pelaku usaha dilarang Adalah penguasaan atas melakukan produksi dan atau pemasaran pengambilalihan saham barang dan atau atas penggunaan perusahan lain, apabila jasa tertentu oleh satu pelaku tindakan tersebut dapat usaha atau satu kelompok pelaku mengakibatkan usaha. terjadinya praktek 2.

  Monopsoni monopoli atau persaingan Adalah situasi pasar dimana usaha tidak sehat. hanya ada satu pelaku usaha atau

  Dalam Undang Undang kelompok pelaku usaha yang Nomor 5 Tahun 1999,kegiatan yang menguasai pangsa pasar yang dilarang diatur dalam pasal 17 besar yang bertindak sebagai sampai dengan pasal 24. Undang pembeli tunggal,sementara undang ini tidak memberikan pelaku usaha atau kelompok defenisi kegiatan,seperti halnya pelaku usaha yang bertindak perjanjian. Namun demikian, dari sebagai penjual jumlahnya banyak. kata “kegiatan” kita dapat menyimpulkan bahwa yang

  3. Penguasaan pasar dimaksud dengan kegiatan disini Di dalam Undang Undang adalah aktivitas,tindakan secara Nomor 5 Tahun 1999 Pasal sepihak. Bila dalam perjanjian yang 19,bahwa kegiatan yang dilarang dilarang merupakan perbuatan dilakukan pelaku usaha yang hukum dua pihak maka dalam dapat mengakibatkan terjadinya kegiatan yang dilarang adalah penguasaan pasar yang merupakan perbuatan hukum merupakan praktik monopoli sepihak. atau persaingan usaha tidak (pasal 1 angka 8 Undang sehat yaitu : Undang Nomor 5 Tahun 1999).

  a. dan atau 5. menolak Posisi Dominan menghalangi pelaku usaha Artinya pengaruhnya sangat tertentu untuk melakukan kuat, dalam Pasal 1 angka 4 kegiatan usaha yang sama Undang-Undang Nomor

  5 pada pasar yang Tahun 1999 menyebutkan posisi bersangkutan; dominan merupakan suatu b. keadaan dimana pelaku usaha menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang pesaingnya untuk tidak berarti di pasar bersangkutan melakukan hubungan usaha dalam kaitan dengan pangsa dengan pelaku usaha yang dikuasai atau pelaku usaha pesaingnya; mempunyai posisi tertinggi c. diantara pesaingnya di pasar membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan bersangkutan dalam kaitan atau jasa pada pasar dengan kemampuan keuangan, bersangkutan; kemampuan akses pada pasokan,

  d. praktik penjualan, serta kemampuan melakukan diskriminasi terhadap untuk menyesuaikan pasokan pelaku usaha tertentu. dan permintaan barang atau jasa tertentu 4. Persekongkolan 6.

  Jabatan Rangkap Adalah bentuk kerjasama yang

  Dalam Pasal 26 Undang-Undang dilakukan oleh pelaku usaha Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan dengan pelaku usaha lain dengan bahwa seorang yang menduduki maksud untuk menguasai pasar jabatan sebagai direksi atau bersangkutan bagi kepentingan komisaris dari suatu perusahaan, pelaku usaha yang bersekongkol pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain.

7. Pemilikan Saham

  Berdasarkan Pasal 27 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis, melakukan kegiatan usaha dalam bidang sama pada saat bersangkutan yang sama atau mendirikan beberapa perusahaan yang sama.

  8. Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan Dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor

  5 Tahun 1999, mengatakan bahwa pelaku usaha yang berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum yang menjalankan perusahaan bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan mencari keuntungan.

  Undang-Undang Anti Monopoli No. 5 Tahun 1999 memberi arti kepada monopoli sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang atau atas penggunaan jasa tertentu oleh suatu pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha. Sementara yang dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Sebuah atau beberapa perusahaan yang memonopoli produk tertentu dapat menentukan harga suatu produk sesuka hatinya, karena mekanisme pasar tidak berjalan lagi. Apalagi produk yang dimonopoli kebutuhan primer. Dapat dipastikan mereka akan mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Masyarakat tidak ada pilihan lain kecuali membeli produk monopoli tersebut. Monopoli telah memberikan suatu kesan bagi masyarakat luas, yang secara konotatif tidak baik dan merugikan kepentingan banyak orang. Banyaknya persepsi yang ada, tidak hanya di kalangan masyarakat awam, melainkan juga kalangan dunia usaha, telah membuat makna monopoli bergeser dari pengertiannya semula. Perkataan

  “monopoli” sering kalih menghantui benak kita dengan suatu keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang melakukan penguasaan atas suatu bidang kegiatan tertentu secara mutlak tanpa memberikan kesempatan kepada orang lain untuk turut serta mengambil bagian.

  Gunawan Widjaja

  menambahkan ”secara umum, monopoli sangat ditakuti terutama pada negara-negara yang baru mulai berkembang dan mencoba memasuki arena perdagangan dunia yang bebas, karena

  7

  :

  1) Monopoli dikhawatirkan akan

  dapat meninggikan harga dan membatasi jumlah produksi (output) dibanding dengan pasar dengan persaingan;

  2) Monopoli

  dianganggap mempunyai kemampuan untuk berproduksi pada suatu tingkat jumlah yang keuntung annya paling besar dan ini berarti pendapatan dari monopolist

  Perpektif Monopoli , Raja Grafindo

  Persada, Jakarta, 2002 diperoleh dengan mengambil tenaga beli milik konsumen (masyarakat);

  3) Monopoli

  dapat mencegah terciptanya alokasi sumber daya ekonomi yang optimal, karena monopolist akan berproduksi tidak pada tingkat di mana biaya rata-rata paling rendah (tidak efisien), berbeda dengan pasar persaingan sempurna;

  4) Praktek monopoli menentukan

  harga jual sepihak, menghambat perbaikan teknologi, membatasi perusahaan masuk industri tersebut dan karena berkuasa dalam pasar, maka monopolist bisa mempermainkan pasar”. Selain itu juga Penguasaan pangsa pasar erat kaitannya dengan posisi dominan. Dalam ajaran Structure, Conduct and Perfromance (SCP), persentase pangsa pasar menjadi patokan dalam penentuan posisi dominan suatu perusahaan. Apabila dua atau lebih perusahaan bergabung, maka perusahaan hasil penggabungan tersebut dapat meraih atau memperkuat posisi dominan dalam pasar. Jika demikian halnya, maka peluang terjadinya

7 Gunawan Widjaja, Merger Dalam

  penyalahgunaan posisi dominan pun akan semakin besar.

B. Akibat Hukum Penggabungan Perusahaan Yang Melakukan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 memberikan pengertian penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan.

  Sedangkan mengenai penggabungan, peleburan dan pengambil alihan dalam Undang- Undang Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 diatur dalam Bab VII dari Pasal 102 sampai Pasal 109 dibawah judul “penggabungan, peleburuan dan pengambilalihan”.

  Sejalan dengan ketentuan Pasal 109 Undang-Undang Perseroan Terbatas, pada tanggal 24 februari 1998 telah dikeluarkan peraturan pemerintah No.

  27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan perseroan terbatas.

  Jika kita baca rumusan yang ada pada Pasal-Pasal tersebut, dapat kita lihat bahwa ketentuan merger dan konsolidasi diatur dalam 6 Pasal, dan ketentuan mengenai akuisisi diatur dalam 4 Pasal.

  Seperti dijelaskan sebelumnya diatas Undang-Undang Anti Monopoli No. 5 Tahun 1999, dan ditegaskan kembali dalam Pasal 3 dari Undang-Undang Anti Monopoli tersebut, bahwa Undang-Undang Anti Monopoli mengambil landasan kepada suatu demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Kristalisasinya adalah berupa menjaga keseimbangan antara kepentingan si pelaku usaha dengan kepentingan umum, dengan tujuan untuk ;

  8

  1) Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan 8 Munir Fuady, Hukum Anti

  Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Penerbit PT. Citra Aditya, Bakti Bandung, Cetakan Ke Dua, 2003, Hlm, 2. efisiensi ekonomi serta 1) Perjanjian yang dilarang; melindungi konsumen. 2) Kegiatan yang dilarang;

  2) 3) posisi

  Menumbuhkan iklim usaha Penyalagunaan yang kondusif melalui dominan; terciptanya persaingan 4) Pengawasan

  Komisi usaha yang sehat, dan Persaingan Usaha; menjamin kepastian 5) cara penanganan

  Tata kesempatan berusaha yang perkara; sama bagi setiap orang. 6)

  Sanksi-sanksi; 3)

  7) Mencegah praktek-praktek Perkecualian-perkecualian. monopoli dan atau Sedangkan hal yang dilarang persaingan usaha tidak sehat oleh Undang-Undang Anti Monopoli yang ditimbulkan pelaku adalah sebagai berikut: usaha.

  1) tertentu Perjanjian-perjanjian

  4) Menciptakan evektifitas yang berdampak tidak baik untuk dan evisiensi dalam persaingan pasar, yang terdiri kegiatan usaha dalam dari: rangka meningkatkan a.

  Oligopoly; efisiensi ekonomi nasional b.

  Penetapan harga; sebagai salah satu upaya c.

  Pembagian wilaya; meningkatkan kesejahteraan d.

  Pemboikotan; rakyat.

  e.

  Kartel; Jika ditelusuri ketentuan dalam f.

  Trust; Undang-Undang Anti Monopoli No.

  g.

  Oligopsoni;

  5 Tahun 1999, maka tindakan- h.

  Integrasi vertical; tindakan yang berhubungan dengan i.

  Perjanjian tertutup; pasar yang perlu diatur oleh anti j.

  Perjanjian dengan pihak monopoli yang sekaligus merupakan luar negeri. ruang lingkup dari hukum anti

  2) Kegiatan-kegiatan tertentu yang monopoli tersebut adalah sebagai berdampak tidak baik untuk berikut : persaingan pasar, yang meliputi hukum dalam persaiangan usaha kegiatan-kegiatan sebagai yang dikarenakan sebagai berikut : berikut :

  a) Persaingan perlu adanya a.

  Monopoli; aturan main karena kadang- b.

  Monopsony; kadang tidak selamanya c.

  Penguasaan pasar; mekanisme pasar dapat d.

  Persekongkolan. bekerja dengan baik yang

  3) Posisi dominan di pasar yang memungkinkan terjadinya meliputi :

  market failure . Adanya

  a. konsumen Pencegahan informasi asimetris dan untuk memperoleh barang monopoli. atau jasa yang bersaing;

  b) pasar tersebut Dalam b.

  Pembatasan pasar dan terdapat usaha-usaha dari pengembagan teknologi; pelaku usaha untuk c. pesaing

  Menghambat menghindari atau untuk bias masuk pasar; menghilangkan terjadinya d.

  Jabatan rangkap; persaingan diantara mereka.

  e.

  Pemilikan saham;

  c) atau Berkurangnya f.

  Merger, akuisisi, dan hilangnya persaingan konsolidasi. memungkinkan pelaku

  Jika dilihat dari aspek usaha memperoleh laba Penegakan hukum persaingan

  10 yang jauh lebih besar.

  merupakan instrumen ekonomi yang Indonesia dalam hal sebelum sering digunakan untuk memastikan menerbitkan Undang-undang No. 5 bahwa persaingan antar pelaku usaha Tahun 1999 tentang Larangan berlangsung dengan sehat dan Praktek Monopoli Dan Persaingan hasilnya dapat terukur berupa peningkatan kesejahteraan

  Hukum Persaingan Usaha Antara Teks Dan Konteks 9 ”, (Jakarta, ROV Creative Media :

  masyarakat. Maka diperlukan 2009), Hlm. 9. 10 Ditha Wiradiputra, Materi 9 Perkuliahan Hukum Persaingan Usaha, Andi Fahmi Lubis, et al, ed, Andi (Fakultas Hukum Universitas Indonesia

  Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, ,2012).

  Usaha Tidak Sehat yang mana dalam undang-undang ini merupakan suatu peraturan yang bersifat khusus baik menyangkut hukum materiil maupun formil yang berkaitan dengan hukum persaingan usaha. Dalam undang- undang ini diatur tentang tata cara penanganan perkara dan menciptakan proses acara baru dalam peradilan di Indonesia yakni dibidang persaingan usaha. Hal formil dalam penyelesaian perkara di Komisi Pengawasan Persaingan Usaha ( KPPU) serta memberikan kewenangan kepada KPPU untuk melakukan pemerikasaan, penuntutan, konsultasi, mengadili dan memutus perkara. Konsep Kewenangan Tribunal yakni KPPU memegang peran sebagai investigator, penyidik, pemeriksa, penuntut, dan pemutus.

  sebagai lembaga Extra auxiliary organs yang diberikan kewenangan 11 Fikri Hamadhani, “ Upaya

  Keberatan Dan Pemeriksaan Tambahan Didalam Proses Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ( Studi Kasus Putusan Perkara Kartel Minyak Goreng Nomor 3/KPPU/2010/PN.JKT.PST)”, ( Skripsi Universitas Indonesia, Jakarta,2012), Hlm.1.

  untuk memutus suatu perkara persaingan usaha, maka dalam memutuskan suatu sengketa persaingan usaha KPPU juga harus memperhatikan asas keseimbangan kepentingan. Asas keseimbangan kepentingan merupakan salah satu elemen penting yang harus diterapkan dalam menyelesaikan perkara persaingan usaha oleh KPPU.

  12 Proses penanganan perkara

  persaingan usaha berdasarkan UU No.5 Tahun 1999 sebahagian berada dalam lingkup kewenangan penuh dari KPPU dan sebahagian lagi berada di luar lingkup kewenangan KPPU. Proses penanganan perkara yang berada sepenuhnya berada

11 Dengan kedudukan KPPU

  12 Richy Ardiansyah, “Analisis Yuridis Tentang Penerapan Asas Keseimbangan Kepentingan Dalam Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) (Studi Kasus Tentang Putusan KPPU No 2/KPPU/-L/2005 Mengenai Kasus Antara PT Carrefour Indonesia Dan Pemasok Barang)”,( Artikel Ilmiah Universitas Brawijaya, 2013), hlm. 7. Diunduh pada diunduh pukul 10: 32 WIB tanggal 29 agustus 2016.

  13

  dalam lingkup kewenangan KPPU

  c) Eksekusi putusan. terdiri dari : Jika dilihat dari beberapa peraturan yang mengatur mengenai

  1. Tindak lanjut pelaporan merger dan persaingan usaha yang Dalam hal ini UU tidak tidak sehat dapat diketahui secara menyebutkan secara jelas procedural sudah dapat di pastikan bagaimana tindakan konkrit menjamin adanya kepastian hukum. dari tindak lanjut laporan

  Namun jika dengan mengikuti tersebut, akan tetapi dalam perkembangan ekonomi serta dunia

  Pasal 38 ayat (4) diberikan usaha bukan lagi dilihat secara wewenang kepada KPPU nasional, namun para pengusaha untuk mengatur lebih lanjut dapat memperluas usahanya ke ranah ketentuan pelaporan. internasional. Hal ini akan

  2. pendahuluan Pemeriksaan mengisyaratkan bahwa prodak atas Laporan masyarakat baik undang-undang di Negara Indonesia yang tidak dirugikan secara mesti lebih progresif untuk langsung maupun laporan mencegah dampak negative pelaku usaha yang dirugikan persaingan-persaingan usaha dari dan pemeriksaan atas inisiatif merger.

  KPPU tanpa adanya laporan masyarakat.

  III. PENUTUP 3.

  A. KESIMPULAN Pemeriksaan Lanjutan.

4. Berdasarkan identifikasi masalah Membuat Putusan.

  Sedangkan proses penanganan yang dikemukakan di atas, penulis perkara yang berada diluar lingkup menarik kesimpulan sebagai berikut: adalah kewenangan penuh KPPU 1.

  Melihat bentuk dan pelanggaran adalah : penggabungan dalam persaingan usaha bahwa kegiatan

  a) Pemeriksaan upaya hukum 13 keberatan;

  Nigrum Natasya Sirait, et.al,.ed, Sebastian Pompe, et.al,.

  “Ikhtisar Ketentuan

  b) Kasasi; dan

  Persaingan Usaha”, (The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program, Jakarta,2010), Hlm.227. penggabungan tersebut dapat diketahui melalui Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, larangan ini sangat bermacam-macam, mulai dari bentuk Monopoli, monopsoni, penguasaan pasar, persengkokolan, posisi dominan, jabatan rangkap, pemilikan saham, penggabungan dan pengambil alihan. sampai pada bentuk perjanjian yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan penggabungan.

  Undang Nomor 5 Tahun 1999 memberikan kewenangan penuh pada KPPU. KPPU berwenang menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar Undang Undang Anti Monopoli. Apa saja yang termasuk dalam sanksi administratif diatur dalam Pasal

  47 Ayat (2) Undang Undang Anti Monopoli. Meski KPPU hanya diberikan kewenangan menjatuhkan sanksi administratif, UU Anti Monopoli juga mengatur mengenai sanksi pidana. Pasal 48 menyebutkan mengenai pidana pokok. Sementara pidana tambahan dijelaskan dalam Pasal

  49 Undang-Undang Nomor

  5 Tahun 1999. Tetapi ada kemungkinanya juga akibat hukumnya juga berdampak pada pertanggungjawaban pidana seperti disebutkan dalam Pasal 382 KUHP tentang perbuatan curang.

  B. Saran

  Berdasarkan pembahasan sebelumnya serta kesimpulan yang telah penulis uraikan diatas, maka saran dari penulis adalah ;

2. Adapun akibat hukum Undang

  1. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang mana perekonomianya disusun atas dasar asas kekeluargaan, sehingga urgen kiranya pemerintah untuk dapat menginterfensi serta mengawasi perkembangan persaingan usaha dalam pasar, dengan melalui regulasi-regulasi serta kebijakan- kebijakan yang dapat persaingan usaha yang banyak mendorong perkembangan dilakukan perusahaan dengan ekonomi yang adil di melakukan merger untuk masyarakat. bersaing secara sehat, sehingga

  2. perkembangan pasar dapat

  Mengingat masih kurangnya regulasi yang dapat menjangkau menjadi seimbang dan memberi ruang lingkup dari keadilan bagi masyarakat. perkembangan persaingan usaha dalam ekonomi baik itu nasional maupun internasional, agar kiranya pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat membuat regulasi yang dapat menghimpun segala substansi maupun praktek- praktek pelanggaran dalam persaingan usaha dalam satu Undang-undang.

  3. Pemerintah dengan instrumenya juga perlu memperhatikan pengusaha kecil maupun pengusaha yang baru memulai usahanya dalam perkembangan

DAFTAR PUSTAKA A.

   Buku

  Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri Hukum Bisnis-Anti Monopoli, Rajawali Pers, Jakarta

  Andi Fahmi Lubis, et al, ed, Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, 2009

   Hukum Persaingan Usaha Antara Teks Dan Konteks

  ”, ROV Creative Media, Jakarta

  Ditha Wiradiputra, 2012, Materi Perkuliahan Hukum Persaingan Usaha, Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Galuh Puspaningrum, 2013, HukumPersaingan Usaha, AswajaPressindo,

  Yogyakarta Gunawan Widjaja, 2002, Merger Dalam Perpektif Monopoli, Raja Grafindo

  Persada, Jakarta Hermansyah, 2008, Pokok Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia,

  Kencana Prenada Media Grup, Jakarta M. Yahya Harahap, 2003, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta Munir Fuady, 2009, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat,

  Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung B.

   Peraturan Perundang-Undangan

  Undang

  • –Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

  Persaingan Usaha Tidak Sehat C.

   Sumber lain

  Fikri Hamadhani, “ Upaya Keberatan Dan Pemeriksaan Tambahan Didalam Proses Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Menurut Undang- UndangNomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha TidakSehat ( Studi Kasus Putusan Perkara Kartel Minyak Goreng Nomor

  3/KPPU/2010/PN.JKT.PST)”, ( Skripsi Universitas Indonesia, Jakarta,2012) Richy Ardiansyah, “Analisis Yuridis Tentang Penerapan Asas Keseimbangan

  Kepentingan Dalam Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) (Studi Kasus Tentang Putusan KPPU No 2/KPPU/-L/2005 Mengenai Kasus Antara PT Carrefour Indonesia Dan Pemasok Barang)”,( Artikel Ilmiah

  Universitas Brawijaya, 2013), hlm.

  7. Diunduh pada

  

diunduh pukul 10: 32 WIB tanggal 29

  agustus 2016.

Dokumen yang terkait

ANALISIS HUKUM TERHADAP KEGIATAN YANG DILARANG DALAM MENCIPTAKAN PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT TIDAK MONOPOLISTIK DAN BERKEADILAN

1 24 16

ANALISIS YURIDIS FRAUDELENT MISSREPRESENTATION (INFORMASI YANG TIDAK BENAR) TENTANG PRODUK MESIN CUCI MEREK SAMSUNG OLEH PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

0 5 73

ANALISIS YURIDIS LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT OLEH TEMASEK HOLDINGS ATAS KEPEMILIKAN SAHAM SILANG (CROSS OWNERSHIP) PADA PT. TELKOMSEL DAN PT. INDOSAT

0 3 17

ANALISIS YURIDIS LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT OLEH TEMASEK HOLDINGS ATAS KEPEMILIKAN SAHAM SILANG (CROSS OWNERSHIP) PADA PT. TELKOMSEL DAN PT. INDOSAT

0 4 16

ANALISIS YURIDIS LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT OLEH TEMASEK HOLDINGS ATAS KEPEMILIKAN SAHAM SILANG (CROSS OWNERSHIP) PADA PT. TELKOMSEL DAN PT. INDOSAT

0 7 17

ANALISIS YURIDIS MAKNA PASAL 50 HURUF i UU. NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA

1 4 16

EKSPANSI SWALAYAN INDOMARET OLEH PT. INDOMARCO PRISMATAMA DITINJAU MENURUT UU NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT (STUDI PUTUSAN KPPU PERKARA NO. 03/KPPU-L-I/2000)

0 7 17

EKSPANSI SWALAYAN INDOMARET OLEH PT. INDOMARCO PRISMATAMA DITINJAU MENURUT UU NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT (STUDI PUTUSAN KPPU PERKARA NO. 03/KPPU-L-I/2000)

2 26 17

ANALISIS PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

1 3 13

ANALISIS PERAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI POLICY ADVISORY DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

1 50 65