3) Karakteristik Tingkat Pendidikan Ayah Responden

  

GAYA PACARAN DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA

KELAS XI DI SMA PANCA MARGA 1 LAMONGAN

Amirul Amalia

  

ABSTRAK

………...... ……….…… …… . .…. …… … ......………. …… …… . .….

  Di zaman ini pacaran telah menjadi semacam life style atau gaya hidup baru bagi remaja dan merupakan hal yang lumrah. Gaya berpacaran remaja di zaman sekarang telah mengarah pada perilaku yang diluar batas, disinilah muncul masa pacaran yang didalamnya terkait perilaku seks untuk mengisi waktu senggang mereka dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perilaku seks yang tidak semestinya mereka lakukan. Pacaran tentunya memiliki efek dan bias terhadap kehidupan masing-masing baik secara positif maupun negatif. Pacaran positif merupakan pacaran yang sehat, yaitu pac aran yang memenuhi kriteria “sehat”, baik secara fisik, psikis, sosial maupun seksual. Jika pacaran melewati batas-batas kewajaran dan menjurus ke perilaku seksual, maka sudah tidak dapat dikatakan sebagai pacaran yang sehat atau pacaran negatif. Desain penelitian analitik dengan metode cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi kelas

  XI SMA Panca Marga 1 Lamongan sebanyak 307 orang dan didapatkan sampel sebanyak 171 orang dengan tehnik simple random sampling. Variabel independen pola asuh orang tua dan variabel dependen gaya pacaran pada remaja. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup, setelah data terkumpul kemudian diolah dengan cara editing, coding, scoring dan tabulating lalu dianalisis dengan menggunakan uji Koefisien Phi dengan tingkat kemaknaan

  (α) 0,05. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah remaja memiliki pola asuh tipe 6 atau pola asuh yang tidak memiliki karakteristik tertentu yang dominan yaitu 129 orang (75,4%), hampir seluruhnya memiliki gaya pacaran negatif yaitu 134 orang (78,4%). Hasil uji Koefisien Phi didapatkan p=0,000, Koef Phi=0,868 maka p<0,05 berarti H 1 diterima yaitu ada hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja (kelas XI) di SMA Panca Marga 1 Lamongan. Upaya yang dapat dilakukan agar guru BK memberikan penyuluhan kepada siswa-siswi mengenai pergaulan yang benar dengan sesama teman.

  Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Gaya Pacaran, Remaja PENDAHULUAN

  . telah mengarah pada perilaku yang diluar …… . … … .

1. Pendahuluan batas, disinilah muncul masa pacaran yang

  Remaja merupakan suatu masa dimana didalamnya terkait perilaku seks untuk individu berkembang dari saat pertama kali ia mengisi waktu senggang mereka dan tidak menunjukkan tanda-tanda seksual menutup kemungkinan untuk melakukan sekundernya sampai saat ia mencapai perilaku seks yang tidak semestinya mereka kematangan seksual. Individu mengalami lakukan. Pacaran sebenarnya merupakan perkembangan psikologis dan pola waktu bagi sepasang individu untuk saling identifikasi dari kanak-kanak menjadi mengenal satu dengan yang lain. Pacaran dewasa. Dalam masa ini terjadi peralihan dari tentunya memiliki efek dan bias terhadap ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kehidupan masing-masing baik secara positif kepada keadaan yang relatif lebih mandiri maupun negatif. Pacaran positif merupakan (Sarlito W. Sarwono, 2011). pacaran yang sehat, yaitu pacaran yang

  Di zaman ini pacaran telah menjadi memenuhi kriteria “sehat”, baik secara fisik, semacam life style/ gaya hidup baru bagi psikis, sosial maupun seksual. Jika pacaran remaja dan merupakan hal yang lumrah. melewati batas-batas kewajaran dan Gaya berpacaran remaja di zaman sekarang menjurus ke perilaku seksual, maka sudah

  SURYA

  1 Vol.03, No.XIII, Desember 2012

  Vol.03, No.XIII, Desember 2012

  tidak dapat dikatakan sebagai pacaran yang sehat atau pacaran negatif (Ayi Setiya Budi, 2008).

  Di Indonesia, survei terhadap kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan pada tahun 2007 remaja usia 15-19 tahun baik putra maupun putri tidak sedikit yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Dr.Rachmat menuturkan berdasarkan data terhadap 10.833 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun didapatkan sekitar

  72 persen sudah berpacaran, 92 persen sudah pernah berciuman, 62 persen sudah pernah meraba- raba pasangan, 10,2 persen sudah pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan hasil survei dari 9.344 remaja putri yang berusia 15-19 tahun didapatkan data sekitar 77 persen sudah berpacaran, 92 persen sudah pernah berciuman, 62 persen sudah pernah meraba-raba pasangan, 6,3 persen sudah pernah melakukan hubungan seksual (Vera Farah B, 2010).

  Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2011 di SMA Panca Marga 1 Lamongan sebanyak 10 orang terdiri dari 5 orang remaja putri dan 5 orang remaja putra didapatkan data sebagai berikut: siswa yang pernah melakukan gaya berpacaran seperti berpelukan dan berciuman 8 orang (80%) dan 2 orang (20%) siswa hanya berpegangan tangan, belum pernah melakukan gaya berpacaran yang menyimpang. Baik remaja putra maupun remaja putri semuanya (100%) sudah pernah pacaran. Dari data tersebut maka masalah penelitian adalah banyaknya siswa-siswi yang melakukan gaya berpacaran yang menyimpang.

  Gaya berpacaran pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya media, perkembangan teknologi, rekan sebaya atau lingkungan pergaulan, keluarga, sekolah, institusi agama, masyarakat dan pemerintah (Widyarso, 2006). Oleh karena itu keluarga atau orang tua atau orang yang berhubungan dengan remaja perlu mengetahui tahap perkembangan remaja beserta ciri-cirinya, serta pentingnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan remaja. Terkait dengan hal tersebut diatas, orang tua dapat menjalankan pola asuh dengan berbagai sikap, ada yang bersikap authoritarian,

  authoritative , atau permissive (Santrock, 2002).

  Sedangkan faktor pemicu yang lain adalah adanya perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. Akan tetapi, penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinanyang diatur oleh UU. Faktor lainnya bisa disebabkan oleh media massa, dengan adanya teknologi canggih (video

  cassete

  , foto copy, satelit, VCD, telepon genggam, internet, dan lain-lain) rangsangan seksual (Sarlito W. Sarwono, 2011).

  Pacaran sendiri memiliki dampak positif dan negatif yang mencakup berbagai aspek dari kehidupan remaja, meliputi pergaulan sosial, mengisi waktu luang, ketertarikan pacaran dengan seks, penuh masalah sehingga berakibat stres, kebebasan pribadi berkurang (Arifin, 2002).

  Dampak penyimpangan gaya berpacaran yang mengarah pada perilaku seksual adalah hamil yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy), penyakit menular seksual (PMS) dan dampak pada psikologis, yaitu perasaan bingung, cemas, malu dan bersalah yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan.

  Upaya untuk mengatasi gaya pacaran remaja yang negatif diantaranya meningkatkan iman dan takwa, orang tua yang memahami perubahan pada anaknya yang tumbuh menjadi remaja (bukan lagi anak yang selalu perlu dibantu) serta penyuluhan tentang pendidikan seks. Pendidikan seks sendiri adalah suatu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks. Khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa (Sarlito W. Sarwono, 2011).

METODE PENELITIAN

  . 3) Karakteristik Tingkat Pendidikan … … . Jenis penelitian ini adalah analitik dengan Ayah Responden menggunakan metode simple random Tabel 3. Distribusi Responden

  sampling . Populasi penelitian ini adalah Berdasarkan Tingkat Pendidikan

  seluruh siswa kelas XI SMA Panca Marga 1 Ayah di SMA Panca Marga 1 Lamongan yang diteliti pada bulan Mei yang Lamongan Tahun 2012 memenuhi kriteria inklusi dengan besar

  No Pendidikan Jumlah Persentase sampel 171 responden. Variabel (%) independennya yakni pola asuh orang tua dan

  1 Tidak tamat 4 2,3 variabel dependennya gaya pacaran pada 2 sekolah

  41

  24 remaja. Pengumpulan data dengan

  3 SD 40 23,4 menggunakan lembar kuesioner tertutup dan

  4 SMP 72 42,1 pengolahan data menggunakan editing,

  5 SMA 14 8,2

  coding, scoring, tabulating dan analisa uji

  Perguruan Tinggi/ koefisien phi.

  Diploma Jumlah 171 100

  Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa

  HASIL PENELITIAN …… . … … .

  1. Data Umum

  hampir setengah tingkat pendidikan ayah

  1) Karakteristik Umur Responden

  adalah SMA yaitu sebanyak 72 orang (42,1%) Tabel 1. Distribusi Responden dan sebagian kecil tidak tamat sekolah yaitu

  Berdasarkan Umur di SMA sebanyak 4 orang (2,3%) Panca Marga 1 Lamongan

  4) Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu

  Tahun 2012

  Responden

  No Umur Jumlah Persentase Tabel 4. Distribusi Responden

  (%) Berdasarkan Tingkat Pendidikan 1 12-15 tahun

  8 4,7 Ibu di SMA Panca Marga 1 2 16-18 tahun 160 93,5 Lamongan Tahun 2012 3 19-22 tahun

  3 1,8 No Pendidikan Jumlah Persentase

  Jumlah 171 100 (%)

  Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa

  1 Tidak tamat 3 1,8 hampir seluruhnya remaja berumur antara 16- 2 sekolah 62 36,3 18 tahun yaitu sebanyak 160 orang (93,5%)

  3 SD 50 29,2 dan sebagian kecil yang berumur antara 19-

  4 SMP 45 26,3 22 tahun yaitu sebanyak 3 orang (1,8%).

  5 SMA 11 6,4

  2) Karakteristik Jenis Kelamin Perguruan Tinggi/ Responden

  Diploma Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Remaja

  Jumlah 171 100 Kelas XI di SMA Panca Marga

  Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa

  1 Lamongan Tahun 2012 hampir setengah tingkat pendidikan ibu No Jenis Jumlah Persentase (%) adalah SD yaitu sebanyak 62 orang (36,3%)

  Kelamin dan sebagian kecil tidak tamat sekolah yaitu

  1 Laki-Laki

  65

  38 sebanyak 3 orang (1,8%).

  2 Perempuan 106

  62

  5) Karakteristik Tingkat Pekerjaan Ayah

  Jumlah 171 100 Responden Berdasarkan tabel 2 menunjukkan lebih Tabel 5. Distribusi Responden dari setengah remaja berjenis kelamin Berdasarkan Tingkat Pekerjaan perempuan yaitu 106 orang (62%). Ayah di SMA Panca Marga 1

  Lamongan Tahun 2012

  Vol.03, No.XIII, Desember 2012

  Data Khusus 1) Karakteristik Pola Asuh

  0,6 1,8

  Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

  No Pola Asuh Jumlah Persentase (%)

  1

  2

  3

  4

  5

  6 Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6

  1

  3

  36

  1

  1 129

  21,1 0,6 0,6

  Jumlah 171 100 Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa seluruh remaja pernah berpacaran, yaitu sebanyak 171 orang (100%).

  75,4 Jumlah 171 100

  Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari setengah remaja memiliki pola asuh tipe 6 yaitu 129 orang (75,4%) dan sebagian kecil memiliki pola asuh tipe 1, tipe 4 dan tipe 5 yaitu sebanyak 1 orang pada masing-masing pola asuh (0,6%).

  2) Karakteristik Gaya Pacaran

  Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Pacaran di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

  No Gaya Pacaran

  Jumla h Persentase

  (%)

  1

  2 Pacaran sehat (pacaran positif)

  Pacaran tak sehat (pacaran negatif)

  37 134

  21,6 78,4

7) Riwayat Pacaran pada Responden

  Jumlah 171 100 Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya gaya pacaran remaja adalah pacaran tak sehat (pacaran negatif) yaitu 134 orang (78,4%).

  Vol.03, No.XIII, Desember 2012

  No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

  No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

  1

  2

  3

  4 Tidak bekerja Tani

  Wiraswasta Pegawai

  (Negeri/ Swasta)

  81

  71

  19 47,4 41,5 11,1

  Jumlah 171 100 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa hampir setengah pekerjaan ayah adalah Tani yaitu sebanyak 81 orang (47,4%) dan tidak ada satupun yang tidak bekerja.

  6) Karakteristik Tingkat Pekerjaan Ibu

  Responden Tabel 6. Distribusi Responden

  Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Ibu di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

  1

  1

  2

  3

  4 Tidak bekerja Tani

  Wiraswasta Pegawai (Negeri/

  Swasta)

  89

  42

  35

  5

  52 24,6 20,5

  2,9 Jumlah 171 100

  Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu tidak bekerja, yaitu sebanyak 89 orang (52%) dan sebagian kecil yang pegawai negeri, yaitu sebanyak 5 orang (2,9%).

  Tabel 7. Distribusi Riwayat Pacaran pada Remaja Kelas XI di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

  No Riw.pacaran Jumlah Peresentase (%)

  2 Pernah Tidak Pernah 171 100

3) Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Gaya Pacaran pada Remaja di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

  Vol.03, No.XIII, Desember 2012

  36

  Selain itu faktor lain yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah pekerjaan. Dari tabel 5 menunjukkan bahwa hampir setengah pekerjaan ayah adalah tani.

  Hal ini sesuai dengan teori Tiwi Pratiwi (2012) yang menyatakan bahwa ayah memiliki peranan sangat besar dalam aktivitas rumah tangga maupun dalam proses mendidik anak. Peran ayah dalam keluarga yang dimaksud adalah aktif dalam membentuk perkembangan emosi anak, menanamkan nilai-nilai hidup, dan kepercayaan dalam keluarga termasuk tanggungjawabnya dalam memberikan keputusan terhadap masalah di rumah.

  Hal ini sesuai dengan pendapat Rosa dan Agustin (dalam Fitriah & M.Hassinudin, 2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi dan maju pendidikan orangtua, biasanya semakin baik pula keputusan mereka dalam menerapkan suatu pola asuh pada anak-anaknya. Sedangkan tabel 4.4 menunjukkan hampir setengah pendidikan ibu adalah SD. Pendidikan ibu yang masih rendah memungkinan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan karena kurangnya pengetahuan ibu terhadap kebutuhan remaja yang sedang menghadapi tugas perkembangannya. Perbedaan antara pendidikan ayah dan ibu dapat mempengaruhi dalam memilih pola asuh yang diterapkan bagi anaknya. Namun, pengambil keputusan adalah kepala rumah tangga yang dipegang oleh ayah, sehingga pola asuh yang diterapkan biasanya lebih dominan bersumber dari ayah.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh adalah pendidikan orang tua. Berdasarkan tabel 3 hampir setengah pendidikan ayah adalah SMA. Pendidikan ayah yang cukup tinggi seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup sehingga diharapkan dapat memilih pola asuh yang baik dan sesuai dengan perkembangan anaknya yang tumbuh manjadi remaja.

  Hal ini sesuai dengan teori Yuniarti (dalam Sifuddin Azwar, 2011) yg menyatakan bahwa pola asuh tipe 6 adalah pola asuh yg tak terbedakan. Ia tidak dapat digolongkan pada pola asuh tipe 1, tipe 2, tipe 3, tipe 4 ataupun tipe 5.

  Pola asuh merupakan cara dimana orang tua menyampaikan atau menetapkan kepercayaan tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik atau buruk. Dalam pola asuh tersebut berisi interaksi secara keseluruhan antara orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

  Berdasarkan tabel 8 hasil identifikasi pola asuh orang tua pada 171 siswa kelas XI SMA Panca Marga 1 Lamongan didapatkan lebih dari setengah remaja memiliki pola asuh tipe 6.

  … … .

  PEMBAHASAN .

  Berdasarkan tabel 10 hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja menunjukkan bahwa lebih dari setengah pola asuh tipe 6 hampir seluruhnya memiliki gaya pacaran negatif dan dari sebagian kecil pola asuh tipe 1 dan 4 seluruhnya memiliki gaya pacaran negatif, sedangkan dari sebagian kecil pola asuh tipe 2 dan 5 seluruhnya memiliki gaya pacaran positif dan sebagian kecil pola asuh tipe 6 sebagian kecil memiliki gaya pacaran positif.

  100 100 100 100 100 100 n=171 p=0,000 koef phi=0,868

  1 129

  1

  3

  Tabel 10. Tabel Silang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Gaya Pacaran pada Remaja di SMA Panca Marga 1 Lamongan Tahun 2012

  1

  100 97,7

  100 66,7 11,1

  1 126

  4

  2

  1

  100 2,3

  3 33,3 88,9

  1

  32

  1

  Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6

  Pola Asuh Gaya Pacaran Total Positif Negatif f % f % F %

1) Pola Asuh Orang tua pada Remaja

  Vol.03, No.XIII, Desember 2012

  Ayah dengan pekerjaan tani lebih banyak menghabiskan waktunya di sawah dari pada di rumah, sehingga frekuensi bertemu antara ayah dengan anak sangat terbatas. Interaksi yang kurang antara orang tua dan anak akan menimbulkan suatu hubungan yang canggung dalam mengungkapkan perasaan anak kepada orangtuanya. Sedangkan pada tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu tidak bekerja. Ibu rumah tangga murni yang tidak memiliki kegiatan di luar rumah hanya dapat memantau anaknya jika anaknya berada di rumah.

  Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Augustine (dalam Dedi, 2011) yang menyatakan bahwa pekerjaan orang tua dapat berpengaruh dalam menggunakan pola sosialisasi mereka bagi anak-anaknya.

  Misalnya, jika orangtua jarang bertemu dengan anak, maka biasanya orangtua akan sangat jarang memperhatikan kebutuhan anak-anaknya dan cenderung mengabaikan.

  2). Gaya Pacaran Remaja

  Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa hampir seluruh remaja memiliki gaya pacaran negatif/ pacaran tidak sehat.

  Pacaran pada zaman sekarang merupakan suatu gaya hidup bagi para remaja dan merupakan hal yang wajar. Berdasarkan data yang diuraikan di atas menjelaskan bagaimana gaya pacaran pada remaja yang terjadi pada saat ini cukup mengkhawatirkan. Pacaran negatif adalah pacaran yang penuh tekanan baik berupa kekerasan fisik, saling memendam masalah tanpa mau membicarakannya, memberi batasan pada pasangan dalam pergaulan atau bahkan melakukan hubungan seksual.

  Hal ini seperti diungkapkan oleh Ayi Setiya Budi (2008) bahwa pacaran sehat ialah pacaran yang memenuhi kriteria sehat baik secara fisik, psikis, sosial dan seksual. Sedangkan pacaran negatif adalah pacaran yang tidak memenuhi salah satu dari kriteria tersebut.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya pacaran pada remaja adalah usia remaja. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa hampir seluruh remaja berumur 16-18 tahun. Pada usia 16-18 tahun remaja memasuki tahap pertengahan yang ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru, teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah mampu mengarahkan diri sendiri.. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu sehingga menggiring remaja ke gaya pacaran yang negatif dengan ciri adanya tindak kekerasan baik secara fisik, psikis, sosial ataupun seksual.

  Hal ini seperti yang diungkapkan Rizalazizw (2012) yang mengatakan bahwa umur menentukan segala urusan, termasuk pacaran. Gaya pacaran pada tiap jenjang umur memiliki karakteristik yang berbeda.

  Semakin tinggi usia maka gaya berpacarannya semakin dewasa.

  Selain itu faktor yang mempengaruhi gaya pacaran pada remaja adalah jenis kelamin. Pada tabel 2 menunjukkan lebih dari setengah responden berjenis kelamin perempuan. Pada masa ini terutama perempuan dengan tuntutan berbagai macam tugas perkembangan menjadikan mereka lebih stres, karena selain dipengaruhi dari faktor eksternal, faktor internal pun mempengaruhi seperti keadaan hormonal. Sehingga membutuhkan seorang teman yang dapat dijadikan tempat curhat Inilah yang menjadikan perempuan memiliki tingkat ketergantungan yang lebih, yang biasanya diaplikasikan menjadi seorang pacar.

  Hal ini seperti diungkapkan Riyanti (2009) yang menyatakan bahwa wanita dalam realita diibaratkan makhluk yang lemah. Dia lebih mengedepankan perasaannya daripada logika.

  Sedangkan pada tabel 7 menunjukkan bahwa seluruh responden pernah berpacaran. Pengalaman yang dialami remaja tentu dapat dijadikan referensi bagi remaja dalam menerapkan gaya berpacaran. Pada zaman sekarang ini pacar dijadikan semacam candu karena kebiasaan remaja yang mendapat perhatian lebih dari seseorang.

  Hal ini seperti diungkapkan oleh Rafiq Jauhary (2010) yang menyatakan bahwa sehari tidak bertemu pacar, seperti ada sesuatu yang kurang, aktivitas dilakukan dengan tanpa ada semangat. Dunia terasa hampa, apalagi ketika „putus‟. Menandakan bahwa pacaran menjadikan hari-hari penuh

KESIMPULAN DAN SARAN

  Vol.03, No.XIII, Desember 2012

  Sekolah dapat memberikan penyediaan fasilitas dalam berbagai aspek yang dapat memberikan manfaat positif bagi kebutuhan siswa menyalurkan bakat dan minatnya, seperti kegiatan ekstrakulikuler. Kepada guru BK agar dapat memberikan penyuluhan kepada siswa-siswi mengenai pergaulan yang benar dengan sesama. Selain itu, tidak lupa melibatkan orang tua dalam memberikan pengawasan pada remaja dengan memberi saran pola asuh yang sesuai bagi putra- putrinya yang tumbuh menjadi remaja.

  http://wartawarga.gunadarma.ac.id

  Pacaran Bagi Remaja dalam

  Arifin. 2002. Dampak Positif dan Negatif

  seks remaja modern . Bandung: Mujahid

  Aditama Al-Ghifari, A. 2004. Gelombang kejahatan

  Perkembangan. Bandung : PT Refika

  Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi

  http://repository.usu.ac.id diakses tanggal 4 Februari 2012 pukul 09.00 WIB

  Mahasiswa ditinjau dari Pola Asuh Orang tua dalam

  Ade Rahmawati. 2006. Motivasi Berprestasi

  (kelas XI) di SMA Panca Marga 1 Lamongan

2. Saran.

  dengan rasa was-was, dan tidak memberikan ketenangan. Pacaran itu candu, bagaikan meminum air laut, di setiap tegukan memberikan rasa haus yang semakin bertambah. Pacaran itu bak pecandu rokok. Berawal dengan merokok menjadikan kebiasaan buruk lain muncul.

  3) Ada hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja

  Hampir seluruh siswa remaja siswa kelas XI SMA Panca Marga 1 Lamongan adalah pacaran negatif

  XI SMA Panca Marga 1 Lamongan memiliki pola asuh tipe 6 2)

  Lebih dari setengah remaja siswa kelas

  Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1)

  1. Kesimpulan

  Seperti dinyatakan oleh Widyarso (2006) bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam menjaga perilaku generasi muda karena orang tua merupakan contoh bagi remaja. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, tidak terbuka terhadap anak malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. Pola asuh orang tua mempengaruhi segala bentuk perilaku maupun pola pikir anaknya. Orang tua sebagai teladan bagi anak hendaknya lebih menjaga sikap demi generasi muda. Apabila sikap yang buruk dari orang tua tertanam dalam cara bergaul remaja, maka akan menjadi hal yang sulit untuk merubahnya dan mengoreksinya.

  Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap gaya pacaran pada remaja sebab ketidakkonsitenan dalam menerapkan pola asuh menjadikan remaja bingung dalam menentukan sikap. Remaja seringkali merasa minder dan kurang percaya diri dalam mengungkap masalah yang dihadapi karena mereka sendiri tidak yakin dengan harapan orang tua terhadapnya. Jika ini diterapkan pula dalam berpacaran dengan tidak berani mengungkapkan emosi terhadap pasangan dan hanya memendamnya sendiri lama- kelamaan akan mempengaruhi hubungan mereka.

  Dari hasil uji korelasi Koefisien Phi hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja (kelas XI) menggunakan SPSS menunjukkan H 1 diterima artinya ada hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja (kelas XI) di SMA Panca Marga 1 Lamongan.

  Dari tabel 10 menunjukkan bahwa remaja (kelas XI) yang memiliki pola asuh tipe 6 cenderung memiliki pola asuh negatif. Sebaliknya remaja yg memiliki pola asuh tipe 3 cenderung memiliki gaya pacaran positif.

  3). Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Gaya Pacaran pada Remaja (Kelas XI) di SMA Panca Marga Lamongan

DAFTAR PUSTAKA

  diakses tanggal 4 Februari 2012 pukul http://riyanti.web.id diakses tanggal 25

  09.00 WIB Juli 2012 pukul 08.30 WIB Ayi Setiya Budi. 2008. Pacaran Sehat dalam Santrock, John W. 2002. Life-Span http://id.shvoong.com diakses tanggal 10 Develpment . Jakarta : Erlangga

  April 2012 pukul 21.00 WIB Sarwono, Sarlito Wirawan. 2011. Psikologi

  Azwar, Saiffudin. 2011. Panyusunan Skala Remaja . Jakarta : Rajawali Pers

  Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Palajar

  Satria. 2011. Pengertian Pacaran dalam Balqiz. 2010. Hubungan Pola Asuh Permisif akses tanggal 10

  April 2012 pukul 21.00 WIB

  dengan Perilaku Seksual Pra Nikah pada Mahasiswa dalam http://balqiz-

  Soejanto, Agus. 2005. Psikologi balqiz.blogspot.com diakses tanggal 5

  Perkembangan . Jakarta : PT Rineka

  Desember 2011 pukul 08.00 WIB Cipta

  Fitriah & M. Hassinudin. 2010. Modul Suparyanto. 2010. Konsep Pola asuh Anak

  Anticipatory Guidance Terhadap

  dalamtanggal 24 Juli,

  Perubahan Pola Asuh Orang Tua yang

  pkl 05.40 WIB

  Otoriter dalam Stimulus Perkembangan

  Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur

  Anak dalam http://www.google.co.id diakses tanggal 25 Juli 2012 pukul 20.11 Penelitian Suatu Pendekatan Praktis .

  Jakarta : Rineka Cipta WIB

  Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metodologi Penelitian dan Teknik Analisa Data.

  Jakarta : Salemba Mardalis. 2004. Metode Penelitiam Suatu

  Pendekatan Proporsional . Jakarta : EGC

  Monks. 2009. Kissing, Necking, Petting, dan

  Intercourse dalam

  http://transforter.blogspot.com diakses10 April 2012 pukul 21.00 WIB

  Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan

  Masyarakat : Ilmu & Seni . Jakarta :

  Rineka Cipta Nursalam. 2008. Dasar Penerapan

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika

  Rafiq Jauhary. 2010. Jika Sudah Kecanduan

  Pacaran dalam http://ygennet.or.id

  diakses tanggal 25 Juli 2012 pukul 22.53 WIB

  Ragiel Dimitri. 2011. Dampak Positif dan

  Negatif Pacaran bagi Remaja dalam

  www.kaskus.us diakses tanggal

  5 Desember 2011 pukul 08.00 WIB Riyanti. 2009. Mengapa Wanita Begitu

  Lemah dan Suka Menangis dalam Vol.03, No.XIII, Desember 2012