35 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGUNAAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN CARIES GIGI PADA BALITA USIA 2 - 4 TAHUN DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGUNAAN SUSU FORMULA
DENGAN KEJADIAN CARIES GIGI PADA BALITA USIA 2 - 4 TAHUN DI DESA
NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN
…………......……….…… …… ABSTRAK …… … ......………. …… …… . .….
Nora Tina Negra S*, Ihda Mauliyah**, Dadang Kusbiantoro***
. .….Caries merupakan daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Biasanya, akibat pemberian susu atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada permukaan gigi serta makanan manis.
Desain penelitian yang digunakan Analitik Korelasional. Dengan pendekatan Cross
sectinol . Jumlah populasi sebanyak 52 balita dengan sampel yang diambil sebanyak 46 orang yang
terdiri dari ibu-ibu dan balita yang berusia 2-4 tahun yang menggunakan susu formula di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan dengan teknik yang digunakan simple random sampling. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan variabel independen.
Data penelitian diambil dengan menggunakan kuesioner tertutup dan lembar observasi. Setelah ditabulasi, data yang ada dianalisis dengan menggunakan Uji Chi – squere dengan program SPSS dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang berusia 2-4 tahun banyak mengalami caries gigi sebanyak 32 balita (70%). Dan dari uji statistik diperoleh hasil ternyata tidak ada hubungan antara penggunaan susu formula dengan kejadian caries gigi pada balita usia 2-4 tahun dengan nilai p= 0,619 dimana p > 0.05. Dari hasil penelitin ini dapat disimpulkan penggunaan susu formula tidak ada hubungannya dengan kejadian caris gigi.
Kata kunci : Penggunaan susu formula, Kejadian caries gigi PENDAHULUAN … …
pemberian susu atau cairan manis di dalam . …… . . botol atau ASI yang terlalu lama menempel
Caries gigi atau gigi berlubang pada permukaan gigi serta makanan manis merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan lengket lainnya. dan mulut yang sering kita jumpai di
Berdasarkan organisasi Kesehatan masyarakat saat ini, penyakit ini dapat terjadi Dunia (WHO) tahun 2003 menyatakan angka pada semua usia, baik balita, anak-anak, kejadian caries pada anak 60% - 90%. remaja, maupun orang dewasa. Caries gigi
Masalah gigi berlubang atau caries dialami merupakan suatu penyakit yang terjadi pada sekitar 85% anak usia di bawah lima tahun di jaringan keras gigi (email dan dentin) dan Indonesia (Evi, 2009). Berdasarkan hasil diawali dengan demineraliasasi komponen survey awal yang dilakukan pada bulan Juli anorganik gigi dan kemudian diikuti dengan di Desa Nguwok Kecamatan Modo hancurnya matriks organik gigi (Syaifudin, Kabupaten Lamongan Tahun 2009 terdapat 2007). 52 balita usia 2 – 4 tahun. Dari balita tersebut
Caries merupakan daerah yang yang mengalami caries gigi sebanyak 26
1
membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat balita (50%). Berdasarkan data tersebut maka proses yang secara bertahap melarutkan masih tingginya angka kejadian caries gigi email (permukaan gigi sebelah luar yang yang disebabkan karena penggunaan susu keras) dan terus berkembang ke bagian dalam formula. gigi (Evi, 2009). Caries gigi yang terjadi
Kondisi yang memperparah pada anak-anak atau balita dapat dijumpai terjadinya caries pada anak ini adalah karena berupa kerusakan gigi yang parah mengenai ketidakpahaman orang tua terhadap penyebab sebagian besar giginya. Itu biasanya, akibat utama terjadinya caries tersebut, dimana caries tersebut dipicu oleh pemberian larutan yang manis, seperti air susu, minuman menggunakan botol yang tardapat rasa manis, serta air susu ibu yang cara pemberian, frekuensi serta intensitasnya kurang tepat (Syaifudin, 2007). Ketidakpahaman orang tua disebabkan karena pengetahuan orang tua yang kurang.
Cara memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu cara modern dan coba-coba. Sedangkan pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah 1. Pengalaman, merupakan guru terbaik dalam memecahkan masalah dan pengalaman merupakan sumber pengetahuan 2. Usia, semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan semakin bertambah 3. Pendidikan, mempengaruhi hasil tau seseorang terhadap sesuatu. Selain itu peran tenaga kesehatan juga sangat berpengaruh. Ibu rumah tangga sangat membutuhkan pengarahan dari tenaga kesehatan agar mereka dapat mengantisipasi sedini mungkin masalah yang ada. Masalah caries pada anak atau dikenal sebagai sindroma caries botol (SKB) sering ditemukan pada anak usia akhir balita (Evi, 2009). Pemberian susu menggunakan botol ketika anak berbaring hingga tertidur dapat menyebabkan caries yang parah pada anak, kondisi seperti ini disebut dengan Baby
Bottle Tooth Decay (BBTD) atau Baby Bottle Caries . Caries merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh banyak faktor, yakni ada empat faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya caries antara lain : gigi yang kotor, mikroorganisme (terutama jenis streptokokus mutans, atau laktobasilus), lingkungan (substat) dan waktu. Jika tidak ada interaksi antara keempat faktor tersebut, maka caries gigi tidak akan terjadi (Syaifudin, 2007).
Caries yang terjadi pada gigi anak ini dapat menimbulkan rasa sakit / nyeri, maka anak akan kehilangan selera makan dan kadang dapat terjadi demam serta proses mengunyah makanan akan terganggu, sehingga anak menjadi malas makan dan akhirnya menjadi kurus. Dalam hal ini, secara tidak lansung, caries pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh kembang dan pertumbuhan gigi permanen anak (Syaifudin,
2007).
Dari berbagai penelitian menunjuk prevalensi caries akan lebih tinggi 1,3 kali pada anak yang mempunyai kebiasaan minum susu botol dari pada anak yang tidak terbiasa minum susu botol (Evi, 2009). Susu botol di jadikan pengantar tidur dari sebagian balita, sedangkan orang tua tidak tahu efek samping dari penggunaan susu botol tersebut. Sementara itu, minum air susu ibu (ASI) ternyata memberi perlindungan dari sindroma itu.
Terkadang beberapa orang tua tidak menyadari bahwa gigi anaknya berlubang setelah melihat mulut anaknya. Ketika keberadaan karies diketahui, mungkin sudah terlambat untuk melindungi giginya. Untuk mencegah terjadinya caries, maka peran dan perhatian orang tua terhadap anaknya sangat dibutuhkan, yakni antara lain jangan memberikan minuman manis atau susu kepada anak ketika akan tidur, membiasakan membersihkan / menyikat gigi anak, dan mencegah kolonisasi bakteri pada anak, karena kolonisasi bakteri pada rongga mulut anak terjadi setelah gigi desidui mulai tumbuh (Syaifudin, 2007).
Cara terbaik yang dapat dilakukan adalah tindakan pencegahan, tetapi gigi yang telah terserang caries masih dapat dirawat jika interfeksi dan penyebabnya segera dihentikan / dihilangkan mengurangi jumlah bakteri penyebab caries. Sebaiknya selain anaknya, ibu harus berkunjung ke dokter gigi untuk menjamin kesehatan gigi dan mulutnya sendiri yang nantinya secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan gigi dan mulut anaknya (Syaifudin, 2007).
Upaya untuk mencegah kejadian tersebut peran orang tua sangat dibutuhkan, selaian itu peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan terutama bidan dan dokter gigi dengan memberikan komunikasi, informasi dan edukasi. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu dengan penggunaan susu formula terhadap kejadian caries gigi pada balita usia 2-4 th di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan Tahun 2009.
METODE PENELITIAN .… … .…
Tabel 1 : Distribusi pendidikan ibu di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan bulan Oktober 2009. No. Pendidikan Frekuensi % 1.
36
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 46 ibu lebih dari sebagian berusia 30 – 40 tahun sebanyak 26 orang (57%) dan sebagian kecil berusia <20 tahun sebanyak 1 orang (2%)
5 11% Jumlah 46 100%
14 30% 3. 30 – 40 tahun 26 57% 4. > 40 tahun
Tabel 2 : Distribusi usia ibu di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan bulan Oktober 2009. No Usia Frekuensi % 1. < 20 tahun 1 2% 2. 20 – 30 tahun
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 46 ibu hampir sebagian berpendidikan SLTP sebanyak 18 orang (39%) dan sebagian kecil ibu berpendidikan lulusan perguruan tinggi sebanyak 3 orang (6%). (2) Distribusi Usia Ibu
46 100%
AKADEMI/ PERGURUAN 3 6% Jumlah
3. SLTA 15 33% 4.
2. SLTP 18 39%
SD 10 22%
(1) Distribusi Pendidikan Ibu
Desain penelitian yang digunakan
2) Karakteristik Responden Kerakteristik responden dalam penelitian ini meliputi pendidikan, usia, pekerjaan, usia anak, dan urutan anak.
Sedangkan dari data demografi Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan memiliki jumlah penduduk 2.885 jiwa terdiri dari laki – laki 1.482 jiwa, perempuan 1.403 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 717 KK. Di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan mempunyai 3 orang perawat dan 1 orang bidan desa.
Karangkembang – Babat, Sebelah Selatan Desa Kedungrejo – Modo. Sebelah Barat Desa Sumuragung – Baureno, Sebelah Timur Desa Gunungrejo – Kedungpring.
Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan yang berada ± 34 km dari kota Lamongan. Daerah ini mudah dijangkau dengan alat transportasi roda 4 karena kondisi jalan yang memadai. Desa ini mempunyai luas wilayah 329 km 2 dengan batas wilayah Sebelah Utara Desa
1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan yaitu
PENELITIAN …
HASIL .
penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini peneliti menghubungkan hubungan pengetahuan ibu tentang penggunaan susu formula dengan kejadian caries gigi pada balita usia 2 – 4 tahun di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan.
sectional . Cross sectional adalah jenis
Pendekatan yang digunakan Cross
penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi (Notoatmodjo, 2005 : 26). Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti mencari, menjelaskan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada (Notoatmodjo, 2005).
Analitik Korelasional. Penelitian analitik
1. Data Umum
(3) Distribusi Pekerjaan Ibu
2. Ke- 2 18 39%
Dari Tabel
3. Kurang 2 4,3% Jumlah 46 100%
2. Cukup 23 50 %
1. Baik 21 45%
Tabel 6 : Distribusi pengetahuan ibu tentang penggunaan susu formula di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan. No. Pengetahuan Frekuensi %
1). Pengetahuan ibu tentang penggunaan susu formula
2. Data Khusus
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 46 ibu sebagian kecil anaknya urutan ke-2 sebanyak 18 orang (39%) dan sebagian kecil urutan anaknya ke-4 sebanyak 5 balita (11%).
4. Ke- 4 5 11% Jumlah 46 100%
3. Ke- 3 10 22%
1. Ke- 1 13 28%
Tabel 3 : Distribusi pekerjaan Ibu di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan bulan Oktober 2009. No. Pekerjaan Frekuensi %
Tabel 5 : Distribusi urutan anak di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan bulan Oktober 2009. No. Urutan anak Frekuensi %
(5) Distribusi Urutan anak
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 46 ibu hampir sebagian anaknya berusia 3,5 - 4 tahun sebanyak 22 balita (47%) dan sebagian kecil berusia 2-2,5 tahun sebanyak 3 balita (6%).
9 19% 3. 3 – 3,5 tahun 12 27% 4. 3,5 – 4 tahun 22 48% Jumlah 46 100%
Tabel 4 : Distribusi usia balita berdasarkan responden di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan bulan Oktober 2009. No. Usia balita Frekuensi % 1. 2 – 2,5 tahun 3 6% 2. 2,5 – 3 tahun
(4) Distribusi Usia Balita Responden
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 46 ibu hampir sebagian bekerja sebagai petani sebanyak 19 orang (41%) dan hampir sebagian dari ibu bekarja sebagai pegawai swata sebanyak 12 orang (27%).
4. Pegawai Negeri 1 2 % Jumlah 46 100%
3. Swasta 12 27%
2. Tani 19 41%
1. Tidak bekerja 14 30%
6 menunjukkan dari 46 responden didapatkan sebagian memiliki pengetahuan cukup tentang penggunaan susu formula sebesar 23 orang (50%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (4,3%).
2). Kejadian Caries gigi berpengetahuan kurang mengalami Tabel 7 : Distribusi kejadian caries caries gigi sebanyak 2 orang (100%).
gigi di Desa Nguwok Sedangkan dari 6 orang (30%) hampir Kecamatan Modo sebagian yang berpengetahuan baik Kabupaten Lamongan tidak mengalami caries gigi dan dari Tahun 2009. hampir sebagian ibu yang
berpengetahuan cukup 8 orang (33%)
Kejadian % tidak mengalami caries gigi. No. caries gigi Frekuensi
1. Caries gigi 32 70% PEMBAHASAN .… .…
2. Tidak caries 14 30%
1. Tingkat pengetahuan ibu tentang
gigi
penggunaan susu formula pada balita
Jumlah 46 100%
usia 2 – 4 tahun di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan. Dari Tabel 7 berdasarkan hasil observasi pada balita usia 2 – 4 tahun
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 46 yang mengalami caries gigi sebesar ibu didapatkan sebagian dari ibu memiliki 32 balita (69%) dan hampir sebagian pengetahuan cukup tentang penggunaan balita tidak mengalami caries gigi susu formula dan sebagian kecil memiliki sebanyak 14 balita (30%). pengetahuan kurang 2 orang (4,3%). Sedangkan untuk kejadian caries gigi
3). Tabulasi silang hubungan pengetahuan berdasarkan hasil observasi pada 46 balita ibu tentang penggunaan susu formula didapatkan lebih dari sebagian 32 balita dengan kejadian caries gigi pada balita (70%) mengalami caries gigi. usia 2 – 4 tahun di Desa Nguwok
Sedangkan menurut hasil penelitian Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan. pengetahuan ibu tentang penggunaan susu formula yang memiliki pengetahuan
Tabel 8 : Tabulasi silang hubungan
cukup sebanyak 50% dan yang memiliki
pengetahuan ibu tentang
pengetahuan baik sebanyak 4%. Dari hasil
penggunaan susu
di atas terjadi kontradiksi antara
formula dengan kejadian
pengetahuan yang baik dengan kejadian
caries gigi pada balita
caries gigi. Keadaan yang demikian dapat
usia 2 – 4 tahun di Desa
terjadi karena beberapa faktor yaitu petani
Nguwok Kecamatan
dan tidak bekerja dijumlahkan mencapai
Modo Kabupaten
(7%) artinya para ibu tani dan para ibu Lamongan. yang tidak memiliki pekerjaan tetap akan berusaha mencari nafkah dan tidak begitu
Tingkat Caries Tidak
memperdulikan anaknya dalam
Pengetahu gigi caries gigi Jumlah memberikan sus formula dengan baik. an F % F % F %
Menurut Notoatmodjo 2003:16
Baik 14 44% 6 43% 20 44%
pendidikan sebagai segala upaya yang
Cukup 16 50% 8 57% 24 52%
direncanakan untuk mempengaruhi orang
Kurang 2 6% 2 4%
lain baik individu, kelompok atau
Jumlah 32 100% 14 100% 46 100%
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku Berdasarkan tabel 8 diketahui pendidikan. bahwa dari 20 ibu yang berpengetahuan
Meskipun dari sebagian besar ibu-ibu baik, lebih dari sebagian yaitu sebanyak berpendidikan SLTP mereka mempunyai 14 orang (70%) mengalami caries gigi, pengetahuan yang cukup. Dengan dan dari
16 orang (66%) pendidikan SMP dan SD yang merupakan berpengetahuan cukup, mengalami pendidikan dasar, ibu-ibu sudah cukup caries gigi dan seluruh ibu dari 2 1bu menangkap informasi yang diberikan yang bersifat positif tentang penggunaan susu formula dengan kejadian caries gigi. Sedangkan untuk seseorang yang berpengetahuan kurang pasti akan menghambat suatu pengetahuan yang bernilai positif. Seorang ibu dengan pendidikan kurang sangat membutuhkan pengetahuan dari luar dari media elektronik TV, Radio dan masih banyak yang lain.
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 46 ibu lebih dari sebagian berusia 30 sampai 40 tahun sebanyak 26 orang (57%). Menurut Monks. F.J 2002 : 22 sampai 24 pembagian masa dewasa ada 3 yaitu masa dewasa dini dari usia 18 sampai 40 tahun masa dewasa madya dimulai dari usia 40 sampai 60 tahun dan masa dewasa lanjut atau masa usia lanjut dimulai dari 60 sampai kematian. Masa dewasa ini merupakan masa periode dini terhadaap pola kehidupan baru dan harapan sosial baru. Ciri-ciri yang menonjol pada usia dini adalah masa pengaturan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketergantungan emosional, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa ketergantungan nilai dan masa penyesuaian diri.
Usia juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Keadaan yang mempengaruhi seorang ibu yang berpengetahuan baik dalam penelitian ini dengan usia 30-40 tahun. Dengan usia yang matang seorang ibu akan lebih kreatif dalam memperoleh informasi tentang penggunaan susu formula dengan kejadian caries gigi pada balita usia 2-4 tahun. Tapi ada juga ibu- ibu yang berusia sekitar 20-30 tahun memiliki pengetahuan yang cukup. Hal ini tergantung dari kreatifitas ibu-ibu bagaimana caranya untuk memperoleh pengetahuan.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 46 ibu hampir sebagian bekerja sebagai petani sebanyak 19 orang (41%). Jika dilihat dari sisi pekerjaan dikatakan bahwa manusia memerlukan suatu pekerjaan untuk berkembang dan berubah. Orang bekerja bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih baik dengan berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman (Eko, 2007).
Meskipun pekerjaan sebagian ibu tani dimana waktu yang ada banyak digunakan di sawah tetapi pengetahuannya sudah tergolong cukup. Seemua ini disebabkan karena mereka mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh instansi kesehatan. Keadaan yang demikian juga menambah informasi yang mereka dapatkan khususnya tentang penggunaan susu formula.
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 46 ibu hampir sebagian anaknya berusia 3,5 - 4 tahun sebanyak 22 orang (47%). Umur balita sangat berpengaruh dalam pemberian susu. Semakin dewasa semakin jarang minum susu. Banyaknya susu formula diberikan sesuai kebutuhan bayi. Umumnya sampai usia 3 atau 4 bulan mendapat susu sekitar 180 ml yang diberikan setiap 2-3 jam. Sedangkan untuk usia 6 bulan keatas bisa dikurangi hingga 4 kali sehari masing- masing sebanyak 180-200 ml karena usia 6 bulan keatas bayi sudah mendapat makanan setengah padat (bubur susu, nasi tim dan seterusnya) (Suryoprajoyo, 2009 :118).
Sebaiknya semua ibu mengerti tentang takaran yang harus diberikan dalam setiap pemberian susu formula. Kebanyakan dari ibu akan memberikan susu pada anaknya saat anaknya lapar, menangis, rewel dan sebelum tidur. Pemberian susu yang terlalu sering juga mempengaruhi kesehatan gigi. Pengetahuan, pikiran dan emosi memegamg peranan penting tentang pemberian susu formula pada balita usia 2-4 tahun.
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 46 ibu sebagian kecil anaknya urutan ke-2 sebanyak 18 orang (39%). Jika dilihat dari pengalaman, dikatakan pengalaman adalah guru terbaik. Yang mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pada masa lain apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah yang lain, orang dapat pula menggunakan cara tersebut (Eko, 2007).
Urutan anak juga mempengaruhi pengetahuan ibu. Yang mana pengetahuan juga dipengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman seorang ibu yang mempunyai anak pertama kedua ketiga dan keempat sangat berbeda. Ibu yang baru mempunyai anak pertama mungkin akan merasa kurang percaya diri dalam menggadapi anaknya, sehingga mereka akan mencari tahu dari orang lain tanpa menimbang baik buruknya. Sedangkan seorang ibu yang sudah pernah mempunyai anak mereka akan lebih berhati-hati dalam menerapkan informasi yang diperoleh dari luar.
2. Kejadian caries gigi Berdasarkan hasil observasi terhadap caries gigi pada balita usia 2 sampai 4 tahun di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan Tahun 2009 didapatkan seperti gambar 2 bahwa sebagian besar yaitu 32 orang (70%) mengalami caries gigi dan terdapat 14 orang (30%) tidak mengalami caries gigi. Sedangkan menurut hasil penelitian pengetahuan ibu tentang penggunaan susu formula yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 50% dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 4%.
Terjadinya caries pada anak karena ketidakpahaman orang tua terhadap penyebab utama terjadinya caries, caries disebabkan oleh pemberian larutan yang manis, seperti air susu, minuman menggunakan botol yang tardapat rasa manis, serta air susu ibu yang cara pemberian, frekuensi serta intensitasnya kurang tepat (Syaifudin, 2007).
Kerusakan pada gigi apabila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kerusakan penuh pada seluruh bagian gigi anak, gangguan pengucapan, gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang terutama kearah vertikal. Kebiasaan pemberian minuman melalui botol pada anak dapat menyebabkan kerusakan gigi pada anak (Sitorus, 74 : 2008). Mulut selalu menjadi tempat tumpangan bakteri yang pada mulutnya tidak membahayakan.
Pemberian susu yang dapat menyebabkan caries gigi kurang dimengerti oleh ibu, seorang ibu hanya beranggapan bahwa makanan yang manis seperti permen yang dapat menyebabkan caries. Kebanyakan ibu menyepelekan caries yang terjadi pada anak. Caries menimbulkan rasa sakit, untuk mencegah terjadinya caries sangatlah penting dengan membiasakan menggosok gigi setiap hari dan kurangi pemberiaan makanan dan minuman yang manis.
3. Hubungan pengetahuan ibu tentang penggunaan susu formula dengan kejadian caries gigi pada balita usia 2 – 4 tahun.
Pemberian susu botol yang menyebabkan kejadian caries gigi dari hasil analisa data dari jawaban kuesioner dengan desain penelitian analitik korelasional diolah dengan SPSS menggunakan uji chi-square dengan tarif signifikan > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan penggunaan susu formula dengan kejadian caries gigi.
Dari hasil uji yang telah dilakukan menyatakan tidak ada hubungan penggunaan susu formula dengan kejadian caries gigi pada balita usia 2-4 tahun mungkin disebabkan karena beberapa faktor yang mana faktor- faktor tersebut meliputi keterbatasan waktu penelitian dan alat yang digunakan dalam pengumpulan data, sampel yang terlalu kecil (balita usia 2-4 tahun dengan jumlah 46 balita).
ASI jelas asupan terbaik untuk, namun ada kalanya kondisi ibu tidak memungkinkan untuk memberikan ASI. Memberikan susu formula berarti memberikan susu botol pada bayi. Susu formula adalah susu sapi yang telah diproses agar mudah dicerna oleh bayi baru lahir (Suryoprajoyo, 2009 : 105). Caries gigi yang terjadi pada anak-anak atau balita dapat dijumpai berupa kerusakan gigi yang parah mengenai sebagian besar giginya. Itu biasanya, akibat pemberian susu atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada permukaan gigi serta makanan manis dan lengket lainnya (Evi, 2009). Proses terjadinya caries dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi.
- – menggosok gigi untuk membersihkan sela sela gigi, kontrol makanan dan
Sukrosa (glukosa) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan
Personal Hygiene mulut kritis (5,5) akan
menyebabkan denimeralisasi email berlanjut menjadi caries gigi. Secara perlahan demineralisasi interna berjalan kearah dentin melalui lubang fokus tetapi belum terjadi kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlihat dalam proses tersebut. Setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi (A.H.B. Schruus, 1993).
Dalam pemberian susu usahakan minum susu tidak berbarengan dengan waktu makan, karena akan membuat anak menjadi kenyang terhadap makanan. Tenggang waktu yang ideal minum susu 2 – 3 jam sebelum atau sesudah waktu makan utama. Kebiasaan pemberian susu pada anak melalui botol dapat mengakibatkan kerusakan dini pada gigi anak.
Menurut Mansjoer Arif (1999) ada 2 gambaran dari karies gigi yaitu lesi dini atau bercak putih/coklat (caries insipien) dan lesi lanjut atau lesi yang telah mengalami kavitasi. Bercak putih atau coklat biasanya bertahan bertahun- tahun lamanya karena perkembangan lesi tersebut dapat dicegah. Jika lesi sangat berkembang, permukaan yang semula utuh akan pecah (kavitasi) dan akan membentuk lubang.
Untuk mengatasi caries gigi pada anak dapat dilakukan dengan meningkatkan daya tahan gigi dengan pemberian atau pengolesan flour yang teratur pada gigi anak, mengurangi jumlah mikroorganisme dengan membiasakan
minuman dengan mengurangi jumlah makanan atau minuman yang mengandung karbohidrat pada waktu makan. Caries yang terjadi pada gigi anak ini dapat menimbulkan rasa sakit / nyeri, maka anak akan kehilangan selera makan dan kadang dapat terjadi demam serta proses mengunyah makanan akan terganggu, sehingga anak menjadi malas makan dan akhirnya menjadi kurus.
Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak keterbatasan yang menyebabkan validitas dan keterbatasan dari penelitian kurang representatif. Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data yang menggunakan kuesioner sehingga responden tidak terlalu memahami isi dari pernyaan tersebut dan besar sampel, peneliti hanya menggunakan balita yang berusia 2-4 tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN . …
1. Kesimpulan
1) Pengetahuan ibu tentang penggunaan susu formula pada balita usia 2-4 tahun di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan sebagian dari ibu pengetahuanya cukup. 2) Kejadian caries gigi pada balita usia
2-4 tahun di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan lebih dari sebagian mengalami caries gigi.
3) Tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang penggunaan susu formula dengan kejadian caries gigi di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan.
2. Saran Fianka. (2008). Caries Gigi, Sangat penting untuk melakukan http://fianka.wordpress.com.
penyuluhan tentang penggunaan susu Diakses : tanggal 15 Juli 2009. formula yang dapat menyebabkan caries gigi untuk mengurangi jumlah balita Hidayat, A, Aziz Alimul. (2009). Metode yang terkena caries gigi. Penelitian Kebidanan dan Teknik
Dengan adanya penelitian ini Analisis Data Cet. 3, Jakarta: institusi pendidikan sebaiknya ikut Salemba Medika. berperan dalam mengurangi masalah ini Monks, F.J. (2002). Psikologi Perkembangan.
Hendaknya lebih meningkatkan Yogyakarta : UGM. besar populasi dan sampelnya. Selain itu pengumpulan data menggunakan lembar
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan observasi agar peneliti dapat mengamati
Metodelogi Penelitian Ilmu kejadian caries gigi secara langsung. Keperawatan: Pedomen Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
DAFTAR PUSTAKA . . . . . .
Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.
Admin. (2009). Asi Vs Susu Formula,
http://www.eureka
Sitorus
H, Ronald. (2008). Pedoman Indonesia.org/asi-vs-susu-formula/.
Perawatan Kesehatan Anak ; Cet. 1 Diakses: tanggal 22 Juli 2009.
Bandung: Yrama Widya. A.H.B, Schuurs. (1993) Patologi Gigi Geligi.
Soekidjo Notoatmodjo. (2003). Pendidikan Yogyakarta : UGM. Press.
Dan Perilaku Kesehatan ; Cet. 1, Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad, Syaifudin Ali. (2008). 15 Langkah
Jitu Menjaga Kesehatan Anak
Soekidjo Notoatmodjo. (2005). Metodelogi
Sejak Bayi; Cet. 1, Yogyakarta: Penelitian Kesehatan ; Cet. 3,
Pelati Multi Aksara.
Jakarta: Rineka Cipta. Arief Mansjoer. (2000).
Kapita Selekta
Sugiono. (2008). Statistika untuk Penelitian ;
Kedokteran . Jakarta : Media
Cet. 13, Bandung: Alfabeta Aecolapius. Suryoprajoyo. N. (2009). Keajaiban
Menyusui ; Cet. 1, Yogyakarta: Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian.
keyword. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaifudin. R. (2007). Meminum Susu Eko. (2007). Pengertian pengetahuan,
Menggunakan Botol Menyebabkan http://ekoagoes.blospot.com. Karies Gigi Yang Parah Pada Anak , Diakses: tanggal 10 Juli 2009. http://www.syaifudin.wordpress.co m. Diakses : tangaal 24 Juli 2009.
Evi. (2009). Kebiasaan Susu Botol Picu
Karies Gigi,
Wendy Taylor. (2004). Buku Ajar Praktik
http://www.kompas.com Diakses Kebidanan, Jakarta : EGC.
tanggal 23 Juli 2009.