Makalah Bimbingan Konseling Islami PROGR

Makalah Bimbingan Konseling Islami

Pengaruh Kepribadian Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Dosen Pengampu:Samsudin Salim, M. Ag

Disusun Oleh :

Anjabun Najib

31501502189

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah pembahasan tentang
Pengaruh Kepribadian Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bpk. Samsudin Salim, M. Ag selaku
Dosen mata kuliah Bimbingan Konseling Islami yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Pengaruh Kepribadian Guru Terhadap Motivasi Belajar. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna . Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang , mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Semarang, Maret 2018

Penyusun


2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN............................................................................................................. 4
A.

Latar Belakang......................................................................................................... 4

B.

Rumusan Masalah..................................................................................................... 5

C.

Tujuan................................................................................................................... 5


BAB II............................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN............................................................................................................... 6
A.

Pengertian Kepribadian Guru Dan Proses Belajar Mengajar.................................................6

B.

Kepribadian Guru Dalam Perspektif Islam.......................................................................7

C.

Motivasi Belajar Siswa............................................................................................. 10

BAB III......................................................................................................................... 12
PENUTUP..................................................................................................................... 12
A.

Kesimpulan........................................................................................................... 12


DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan faktor Pendidikan yang menempati posisi utama dalam memegang
peranan penting dalam keseluruhan Proses Pembelajaran di Sekolah.
Arti penting itu bertitik tolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang dapat
dikatakan berat dalam membina potensi anak didik, sehingga memiliki integritas
kepribadian, ilmu, berbudi pekerti, beriman dan bertaqwa serta memiliki ketrampilan dalam
kehidupannya sebagai individu dan masyarakat.
Tugas dan kewajiban guru bukan hanya sebagai pengajar yang transfer of knowledge
tetapi juga pendidik yang transfer of values, dan sekaligus sebagai pembimbing yang
memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar untuk mengaplikasikan tugas –
tugas pokok tersebut, sehingga tujuan atau sasaran yang diharapkan dalam proses belajar
dapat tercapai dengan baik, maka seorang guru terlebih dahulu harus dapat menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga Profesional. Seiring dengan tuntutan zaman yang semakin
berkembang. Guru yang professional adalah guru yang membekali dirinya dengan beberapa

kompetensi keguruan yang mencakup aspek kepribadian guru, penguasaan ilmu dan bahan
pelajaran serta ketrampilan dalam mengajar dan setelah itu ia baru dapat menyampaikan
materi pelajaran kepada siswanya.
Kepribadian guru sangat mempengaruhi suasana kelas, kebebasan yang dinikmati
anak dalam mengeluarkan buah pikirannya dan mengembangkan kreativitasnya atau
pengekangan dan keterbatasan yang dialaminya dalam pengembangan pribadinya serta
motivasi belajarnya.
Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai pengajar dan
pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar
dan pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus
4

menunjukkan kelakuan atau kepribadian yang layak bagi guru menurut harapan
masyarakat. Guru sebagai pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, di
dalam maupun di luar sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepribadian guru dan proses belajar mengajar ?
2. Apa saja karakteristik pribadi guru menurut perpektif islam?
3. Apa yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa ?


C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan kepribadian guru dan proses belajar
mengajar.
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik pribadi guru menurut perpektif islam.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa.

5

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian Guru Dan Proses Belajar Mengajar
Dalam arti sederhana kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada
sikap dan prilaku yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Mc Leod (1989)
mengartikan kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam
hal ini kata lain yang sangat dekat artinya adalah karakter dan identitas.1
Zakiyah Derajat mengatakan bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak,
sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau
bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupannya. Misalnya dalam tindakan, ucapan,
cara bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik ringan

maupun berat. 2
Kepribadian adalah unsur yang menetukan keakraban hubungan antara guru dengan
anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dari sikap dan perbuatannya dalam membina
dan membimbing anak didik. Kepribadian guru tidak hanya menjadi
dasar bagi guru untuk berprilaku, tetapi juga menjadi modal keteladanan bagi peserta
didik dalam perkembangnnya.
Setiap teladan guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola
bagi anak didik sebagai figur yang sempurna..Dari guru anak didik berharap disamping
memperoleh ilmu pengetahuan, juga memperoleh nilai – nilai yang dapat diterapkan di
tengah – tengah kehidupan masyarakat.
Konteks pemikiran ini memberikan landasan bahwa guru berfungsi luas, yakni
sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan juga penyampai sikap,kepribadian, norma dan
1 Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT.Remaja Kosta Karya, Bandung 2004
hlm 225
2 Zakiyah Derajat,Kepribadian Guru.1978 hlm 9

6

niali-nilai luhur bangsa sehingga anak didik kelak akan memiliki pengetahuan dan
berkepribadian yang baik.

Untuk sampai kearah itu guru harus memiliki sifat-sifat seperti yang dijelaskan pada
kutipan berikut :
“Antusias, simulatif mendorong siswa untuk maju, hangat berorientasi pada tugas
dan pekerja keras, toleran, sopan dan bijaksana, bisa dipercaya, fleksibel dan mudah
menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi siswa, tidak semata-mata mencari
reputasi pribadi, mampu mengatasi streotipe siswa, bertanggung jawab terhadap kegiatan
belajar siswa, mampu menyampaikan perasaannya dan memiliki pendengaran yang baik.”3

B. Kepribadian Guru Dalam Perspektif Islam
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru
yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya
Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para
muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan
mengarahkan anak-anak muridnya.
1. Sifat-Sifat Guru Yang Baik Dalam Islam
Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas,
seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai
berikut :
a. Pertama, Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru,

maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini
dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tenteram
pada diri murid terhadap gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat menciptakan situasi
yang mendorong murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh seorang guru.
b. Kedua, karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orang
alim (berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya
3 Dede Rosyada,Paradigma Pendidikan Demokratis.2004 hlm 113

7

mengajarnya itu.Seorang guru harus meniru Rasulullah SAW.yang mengajar ilmu
hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar itu ia dapat bertaqarrub kepada
Allah. Demikian pula seorang guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh
muridnya, melainkan sebaliknya ia harus berterima kasih kepada muridnya atau
memberi imbalan kepada muridnya apabila ia berhasil membina mental dan jiwa.
Murid telah memberi peluang kepada guru untuk dekat pada Allah SWT.Namun hal
ini bisa terjadi jika antara guru dan murid berada dalam satu tempat, ilmu yang
diajarkan terbatas pada ilmu-ilmu yang sederhana, tanpa memerlukan tempat
khusus, sarana dan lain sebagainya. Namun jika guru yang mengajar harus datang
dari tempat yang jauh, segala sarana yang mendukung pengajaran harus diberi

dengan dana yang besar, serta faktor-faktor lainnya harus diupayakan dengan dana
yang tidak sedikit, maka akan sulit dilakukan kegiatan pengajaran apabila gurunya
tidak diberikan imbalan kesejahteraan yang memadai.
c. Ketiga, seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan
penyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya.Ia tidak boleh
membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai
pelajaran yang sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa
peringatan kepada muridnya bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri
kepada Allah SWT,.Dan bukan untuk mengejar pangkat, status dan hal-hal yang
bersifat keduniaan.Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan,
perselisihan dan pertengkaran dengan sesama guru lainnya.4
d. Keempat, dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara
yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan
sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru hendaknya jangan mengekspose atau
menyebarluaskan kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu dapat
menyebabkan anak murid yang memiliki jiwa yang keras, menentang,
membangkang dan memusuhi gurunya. Dan jika keadaan ini terjadi dapat
menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran yang
baik.


4 Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm 122
8

e. Kelima, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan
yang baik di hadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus
bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Seorang guru hendaknya
tidak mencela ilmu-ilmu yang bukan keahliannnya atau spesialisasinya.Kebiasaan
seorang guru yang mencela guru ilmu fiqih dan guru ilmu fiqih mencela guru hadis
dan tafsir, adalah guru yang tidak baik.
f. Keenam, seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya
perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya
sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Dalam hubungan ini,
Al-Ghazali menasehatkan agar guru membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan
batas kemampuan pemahaman muridnya, dan ia sepantasnya tidak memberikan
pelajaran yang tidak dapat dijangkau oleh akal muridnya, karena hal itu dapat
menimbulkan rasa antipati atau merusak akal muridnya.
g. Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di samping
memahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga
memahami bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat
perbedaan usianya.Kepada murid yang kemampuannya kurang, hendaknya seorang
guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit sekalipun guru itu menguasainya.Jika
hal ini tidak dilakukan oleh guru, maka dapat menimbulkan rasa kurang senang
kepada guru, gelisah dan ragu-ragu.5
h. Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada
prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian
rupa.Dalam hubungan ini Al-Ghazali mengingatkan agar seorang guru jangan
sekali-kali melakukan perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang
dikemukakannya. Sebaliknya jika hal itu dilakukan akan menyebabkan seorang
guru kehilangan wibawanya. Ia akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan yang
pada gilirannya akan menyebabkan ia kehilangan kemampuan dalam mengatur
murid-muridnya. Ia tidak akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk
kepada murid-muridnya.

5 Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm 123
9

Dari delapan sifat guru yang baik sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwa
sebagiannya masih ada yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru yang
mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya
sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia, kejiwaan dan
kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan cara-cara kekerasan,
serta menjadi pribadi panutan dan teladan adalah sifat-sifat yang tetap sejalan dengan
tuntutan masyarakat modern.

C. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi berasal dari kata “Motif” artinya daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri
seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan, bahkan motif
dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Menurut Mc Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan.
M.Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi adalah pendorong, yaitu suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mancapai hasil atau tujuan tertentu .6
Dari defenisi diatas dapat diperoleh keterangan bahwa motivasi itu merupakan
dorongan kewajiban yang ada didalam diri seseorang sebagi suatu keinginan untuk
melakukan sesuatu dan bersikap baik dalam mencapai tujuan tertentu yang diinginkan dari
setiap individu.
Untuk memperoleh hasil pegajaran yang maksimal dalam proses mengajar, guru
harus selalu berusaha membangkitkan minat belajar siswa sehingga seluruh perhatian
mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang diajarkan. Guru harus
menyadari bahwa tidak semua bahan pelajaran menarik minat siswa. Oleh karena itu

6 M.Ngalim Purwanto.1997:7

10

diperlukan kecakapan guru dalam menyajikan bahan pelajaran untuk

membangkitkan

motivasi belajar siswa.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru
tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai
tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan didalam kurikulm
sekolah.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru sebagai pengajar dan pendidik mengemban tugas dan tanggung jawab yang
beratdalam membina potensi siswa. Oleh karena itu guru dituntut harus memiliki
kepribadian yang baik dan positip didalam menyajikan bahan pelajaran yang diembannya
kepada siswa, disamping juga harus menguasai bidang pokok ilmu yang diperoleh .
Kepribadian guru tidak hanya menjadi dasar bagi guru untuyk berprilaku, tetapi juga
menjadi modal keteladanan bagi peserta anak didik.
Tidak semua pelajaran menarik bagi siswa maka sangat diperlukan kecakapan guru
dalam menyajikan bahan pelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Guru sebagi tenaga Pendidik dan Pengajar harus bertekad untuk mencintai anak
didik, meningkatkan kecakapan-kecakapan profesinya dengan mengikuti seminr, diklat,
workshop atau lain sebagainya yang sesuai dan selanjutnya bersikap demokratis didalam
pergaulan dengan siswa.
Kewibawaan yang muncul dari seorang guru didapat dari pengalaman dan
penegakkan disiplin yang diawali dari dalam diri sendiri dan tugas yang dilaksanakan
adalah atas dasar keikhlasan dan dengan dasar kepercayaan yang penuh dan bertanggung
jawab.
Guru memiliki kedudukan yang sangat terhormat, karena tanggung jawabnya yang
berat dan mulia. Sebagai guru ia dapat menentukan atau paling tidak mempengaruhi
kepribadian subyek didik. Bahkan guru yang baik bukan hanya mempengaruhi individu,
melainkan juga dapat mengangkat dan meluhurkan derajat suatu umat. Allah
memerintahkan suatu umat agar agar sebagian diantaranya yang berkenan memperdalam

12

ilmu dan menjadi guru (Q.S. 9: 122) untuk meningkatkan derajat diri dan peradaban dunia,
tidak semua bergerak ke medan perang.
Guru membawa amanah ilahiyah untuk mencerdaskan kehidupan umat dan
membawanya taat ibadah dan berakhlak mulia.
Jadilah guru yang benar-benar guru dan bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga
sebagai pendidik karena guru adalah orang yang digugu dan ditiru.

13

DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT.Remaja Kosta Karya,
Bandung 2004 .
Zakiyah Derajat, Kepribadian Guru Bulan Bintang,Jakarta.1978
Dede Rosyada,Paradigma Pendidikan Demokratis. Prenada Media,Jakarta 2004.
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007
Amir Dein Indra Kesuma.,Drs, Pengantar Ilmu Pendidikan Usaha Nasional, Jakarta 1973.

14