CARA MELEJITKAN ASPEK PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN

  

CARA MELEJITKAN ASPEK PERKEMBANGAN FISIK

MOTORIK ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN

I. Pendahuluan

  Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupaun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancytoddlerhood di usia 0 – 3 tahun, early childhood usia 3 – 6 tahun, dan middle childhood usia 6-11 tahun). Masing-masing aspek tersebut memiliki tahapan-tahapan sendiri. Pada usia 1 bulan, misalnya pada aspek motorik kasarnya, anak sudah bisa menggerakkan tangan dan kakinya.

  Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial. Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistic atau menyeluruh. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung dalam kegiatan yang holistik.

  Demikian pun dalam kaitan dengan kecerdasan motorik anak, tentu saja dipengaruhi oleh aspek perkembangan yang lainnya, terutama dengan kaitan fisik dan intelektual anak. Dalam makalah ini akan coba di paparkan apa yang dimaksud dengan kecerdasan motorik, pentingnya perkembangan motorik anak, bagaimana proses perkembangan motorik anak pada usia middle age atau anak anak ( 3 – 5) tahun dan stimulasi apa saja yang bisa diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan motorik anak usia 3 – 5 tahun.

  Dewasa ini, isu hangat dalam dunia pendidikan adalah tentang penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (yang selanjutnya disebut PAUD). Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia sekarang terdiri dari Pendidikan Anak Usia Dini, pendidikan dasar, kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga dan yang

  

  Sebagai individu anak usia dini adalah suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik. Sehingga dalam pertumbuhan dan perkembangannya di lingkungan social tempat ia hidup perlu diasuh dan dididik sesuai dengan nilai-nilai/norma-norma

  

  Oleh karena itu, PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut sebagai the golden age (usia emas). perkembangan yang diperoleh pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya dan meningkatkan produktifitas kerja di masa dewasa. Perlu dipahami bahwa anak memiliki hanya dapat berkembang manakala diberi rangsangan, bimbingan, bantuan, dan atau perlakuan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Penyelenggaraan pendidikan usia dini harus diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan anak, yaitu pendidikan yang berdasarkan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan sang anak. Oleh karena itu, peran pendidik sangatlah penting. Pendidik harus mampu memfasilitasi aktivitas anak dengan material yang beragam. Pengertian pendidik dalam hal ini tidak hanya terbatas pada guru saja, tetapi juga orang tua dan lingkungan. Seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. 1 UU Sisdiknas, No 20 Th. 2003

  Dalam makalah ini penulis akan menguraikan aspek perkembangan fisik motorik pada anak. Yang mana perkemvbangan fisik motorok ni sangat perluy sekali diperhatikan oleh orng tua dan guru asuh. Perkembangan fisik motorik pada anak selalu berupah sesuai perkembangan anak. Untuk lebih lanjudnya penulis paparkan dalam makalah ini.

II. Pembahasan

  Keberhasilan anak usia dini merupakan pijakan awal bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang “benar”, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Saat ini, masih jarang ditemukan pendidikan pada anak yang menggunakan model pembelajaran berbasis kemampuan/potensi anak. Mereka lupa, bahwa usia anak adalah usia bermain. Oleh karenanya, perlu dilakukan rekonstruksi terhadap praktik pembelajaran pada anak yang berbasis pada permainan (ya bermain, ya belajar).

A. Motorik anak-anak

  Yang dimaksud degan motorik adalah segla sesuatu yang ada hubungan nya degan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik, melaksankan tugasnya secara interaksi positif, maksudnya unsure-unsur saling berkaitan, saling menunjang, sling melengkapi untuk mencapai

  

  Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pysat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersbut berasa dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetp tidak berdaya.

  Akan tetapi kondisi ketidak berdayaan tersebut berubah secar cepat, selama 4 atau 5 tahun pertama kehidupan paska lahir, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, berenang dan sebagainya. Setelah berumur 5 tahun terjadi perkembangan yang besar dalam pengenalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam,

  

  Motorik anak-anak jauh berbeda dengan motorik yang dimiliki orang dewasa. Perbedaan itu dapat kita lihat dalam tiga hal:

  1. Cara memegang Ada perbedaan antara orang dewsa memegang benda dengan cara anak memegang benda, pada orang dewasa benda dipegang dengn cara yang khas agar ia dapat menggunakannya dengn cara optimal. Sedangkan anak-anak asal megang saja.

  2. Cara berjalan Orang dewasa kalau berjalan hanya menggunakan otot-ototnya yang perlu saja, sedangkan anak-anak berjalan seolah-olah seuruh tubuhnya ikut bergerak-gerak.

  3. Cara menyepak kedepan dengan berlebihlebihan. Sedangkan orang dewasa tidak seperti itu, kedua belah tangannya agak tenang.

  Bermain sekaligus belajar merupakan dua aktivitas yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan yang memiliki makna ‘anak belajar melalui bermain’. Dengan kata lain, aktivitas-aktivitas anak lebih ditekankan pada ciri-ciri bermain. Porsi bermain tampak lebih menonjol daripada belajar. Melalui bermain itulah anak akan memperoleh berbagai kemampuan, seperti kemampuan berkomunikasi, berbahasa, bersosialisasi, memanajemen emosi, dan berpikir logis-matematis. Perkembangan sosialisasi yang optimal diperoleh dari respon yang diberikan oleh atanan keas pada awal anak mauk sekolah yang berupa tatanan social yang sehat dan sasaran yang memberikan kesempatn kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif, keterampilan social dan kesiapan untuk belajar secara formal. Sementara itu kegiatan bermain juga

  

  Slogan bermain sambil belajar sangat sesuai dengan karakteristik kurikulum untuk pendidikan anak usia dini (PAUD). Ini karena kegiatan bermain mampu menyentuh seluruh aspek perkembangan anak. Saat bermain anak memiliki kebebasan untuk berimajinasi, mengeksplorasi, dan berkreasi. Pada saat bermain itulah, aspek-aspek perkembangan fisik motorik kasar dan halus, aspek emosional, aspek kognitif/intelektual, dan aspek sosial berkembang dalam situasi yang menyenangkan. Anak usia dini mencakup usia dari lahir hingga delapan tahun, meskipun di Indonesia dibatasi hingga usia enam tahun.

  Anak secara instrinsik memang termotivasi untuk selalu bermain. Itu karena, dalam bermain, mereka menikmati kegiatannya, merasa kompeten melakukan sesuatu. Mereka terus belajar mendapatkan pengalaman baru yang dipadukan dengan apa yang telah diketahuinya. Namun, strategi bermain dalam pendidikan anak usia dini ini ternyata belum Bahkan, tidak jarang mereka menolak kegiatan bermain dalam pendidikan prasekolah. Justru lebih senang kalau anak mereka dikenalkan sejak dini dengan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Mereka, masih beranggapan bahwa anak tidak mungkin dapat belajar apabila anak tersebut menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Padahal, perlu diyakini bahwa bermain memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan kemampuan akademik anak. 5 Soemantri Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hlm 31.

  Strategi belajar melalui bermain ini, menitikberatkan pada cara-cara mengasah, menstimulasi multiple intelligence pada anak sejak usia dini. Oleh karenanya, bagi orangtua, para guru, pemerhati pendidikan, orangtua asuh, trainer, dan pendamping perlu segera untuk mengaplikasikan/menerapkan secara langsung model ini jika ingin sang ‘anak’ benar-benar mampu melejitkan dan mengembangkan potensi kecerdasannya.

  B. Berbagai Pandangan Mengenai Perkembangan fisik Motorik Anak Berbagai Pandangan Mengenai Perkembangan Motorik Anak

  Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang komples dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan

  

  Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.

  Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot- otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan 6 Syamsul Yusuf, Pesikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung PT. Remaja benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. .

  Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:

  1. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik turun tangga.

  2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002)

  Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individu lainnya, baik keterampilan motoik, intelektual, emosional, social, moral, maupun keperibadian. Pertumbuhan otak yang normal berpengaruh positif bagi perkembangan aspek-aspek lainnya. Sedangkan apabila pertumbuhannya tidak normal cenderung akan menghambat perkembangan aspek-aspek

7 Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang

  perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laku-laki dari pada perempuan.

  Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.

  Teori yang menjelaskan secara detai tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

  C. Perkembangan Fisik (Motorik) Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

  Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.

  1. Perkembangan motorik kasar Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.

  Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.

  2. Perkembangan motorik halus Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.

  D. Melatih motorik sambil bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak, termasuk bekerja, penyaluran hobi, dan merupakan cara mereka mengenal dunia. Lewat bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya.

  Proses perkembangan intelektual membutuhka lingkungan yang menunjang dan menarik. Manusia dan objek lainnya di lingkungan dapat anak. Teori belajar pada anak kita sebagai orang tua atau guru tidak perlu

  

  menunggu sampai kita mengetahui kebutuhan anakalo kita sering amati banyak orang tua dan guru pada anak usia dini menunggu sebelum anak menginginkan suatu kegiatan. Yang berarti bahwa anak sudah siap untuk belajar.

  Bermain adalah dunia anak, demikian ungkapan yang sering kita dengar dari para pakar pendidikan anak. Ungkapan tersebut benar adanya, karena anak-anak pada usia dini memahami dunia sekitarnya secara alami melalui bermain. Bagi anak, bermain bukan sekedar kesenangan, melainkan 8 Conni Semiawan. Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini, (Bandung: PT. juga merupakan sarana belajar untuk mendapatkan pengetahuan, pembentukan watak dan sosialisasi. Untuk mengoptimalkan waktu bermain anak diperlukan adanya program bermain yang terencana, yang dikembangkan berdasarkan tahap-tahap tumbuh-kembang dan minat, bakat

  

  Pada masa usia 10 bulan - 2 tahun anak mengalami mobilitas yang sesungguhnya. Pengalaman ini berkembang kearah yang kemudian disebut motivasi. Lingkungan disekitarnya tidak perlu dilengkapi dengan alat-alat yang mahal segala sesuatu yang sifatnya dapat menumbuhkan kemampuan manipulatif skill, dapat dilihat, sesuatu yang dapat dipanjat atau dinaiki, yang mana dapat dialkukan gerakan.

  Pada masa ini anak lebih tertarik pada sesuatu yang tidak menarik orang dewasa masa ini akan membawa anak keperkembangan motor, bahasa, keingintahuan (motivasi),perkembangan social, dan perkembangan intelek.

  Pada usia 2 – 5 tahun anak-anak telah mendapat sebagian besar perkembangan berbahasa mereka sebagai salah satu tudas belajar mereka yang penting. Kemampuan berbahasa pada masa ini akan memudahkan belajar mereka lebih lanjud. Orang tua adalah guru alamiyah, tak seorangpun yang dapat menyamaio pengetahuan mereka tentang anak, apa yang yang dimiliki mereka para orang tua dapat berperan pendidikan anak-anak dini mereka. Anak perlu merasa aman, terlindungi dan dihargai. Anak-anak dianjurkan melalui pendekatan belajar, melalui pengalaman langsung, melalui bermain. Belajar hendaknya menyenangkan dan bukan sebagai hukuman. Orang tua hendaknya melihat dengan mengajar sebagai sesuatu yang menyenangkan dan dialami bersama dengan anak. Orang tua tidak perlu kuatir jika pada suatu ketika anak-anak tidak mau belajar, karena dengan memberikan kesempatam pada anak, diharapkan anak akan lebih cepat belajar. Jika tidak, anak perlu diberi kesempatan belajar sesuai dengan

  

  Perkembangan motorik anak merupakan bagian dari tumbuh kembang anak yang dipenagruhi oleh 2 faktor utama, yakni genetik dan lingkungan.

  Faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Gangguan pertumbuhan di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetik, sedangkan di negara berkembang (termasuk Indonesia) selain faktor genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang yang optimal.

  Bermain dengan anak haruslah dalam suasana yang menyenangkan. Bagi anak di bawah 5 tahun, Anda dapat melatih motorik sambil bermain. Lewat bermain ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh, antara lain; o Membuang ekstra energi o Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang- tulang dan organ-organ. o Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak. o Anak belajar mengontrol diri. o Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidunya. o Meningkatkan daya kreativitas. o Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada di sekeliling anak. o Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati dan kedukaan. o Kesempatan untuk belajar bergaul dan bersosialisasi dengan anak lain. o Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah atau menang di dalam bermain. o Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan. o Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

  Pilih alat permainan yang bersifat edukatif, yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, sesuai dengan usianya dan tingkat perkembangan. Permainan edukatif adalah mainan yang dapat mendorong 4 aspek, antara lain;

  • pengembangan aspek fisik
  • pengembangan bahasa
  • pengembangan aspek kognitif, pengenalan suara, ukuran, bentuk, dan warna
  • pengembangan aspek sosial, dalam hubungannya dengan interaksi dengan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat.

  Dari berbagai macam alat permainan, berikut ini adalah contoh alat permainan yang dapat digunakan untuk melatih motorik kasar dan motorik halus. Permainan untuk pertumbuhan fisik/motorik kasar:

  • sepeda roda tiga atau dua
  • bola berwarna-warni
  • mainan yang ditarik atau didorong
  • tali, dll Permainan untuk memicu motorik halus:
  • gunting
  • pensil
  • bola
  • balok
  • ilin, dll

  Untuk melejutkan perkembangan fisik motorik pada anak usia dini perlu adanya program pmbelajaran pada anak usia dini diantaranya

  • Rancangan Program Program yang diterapkan harus terarah dan sesuai dengan kelompok usia anak sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan anak secara fisik
development), perkembangan sosial-emosional (social-emotional development) maupun optimalisasi kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan keinginannya (language development). Pada usia prasekolah, tingkat perkembangan masing- masing anak berbeda. Keempat perkembangan dasar tersebut harus distimulasikan secara seimbang dalam bentuk kegiatan “belajar sambil bermain” dalam proses yang komunikatif dan penuh kasih sayang, sehingga anak-anak merasa betah di sekolah. Program prasekolah akan makin lengkap jika ada program kunjungan (excursion) ke tempat-tempat yang menarik, seperti pengenalan alam dan binatang. Hal ini penting untuk menambah wawasan dan mengembangkan imajinasi anak.

  • Rancangan Aktivitas Dalam usia prasekolah, anak-anak umumnya cepat bosan pada aktivitas yang diberikan. Aktivitas sebaiknya dirancang bervariasi dalam bentuk indoor activities (di dalam ruangan) dan outdoor activities (di luar ruangan). Aktivitas di dalam ruangan difokuskan untuk melatih konsentrasi, menstimulasi daya imajinasi dan menumbuhkan kreativitas serta logika berpikir anak. Selain itu, indoor activities bermanfaat untuk melatih disiplin anak dalam kebiasaan sehari-hari, seperti membiasakan makannya ke trolley yang telah disediakan (dikenal dengan pendekatan Montessori). Aktivitas di luar ruangan difokuskan untuk optimalisasi perkembangan fisik dan sosial-emosional anak, seperti berlari, bermain ayunan, perosotan, bermain pasir, melatih anak untuk bersosialisasi dengan sesamanya, dan bermain air di kolam renang yang juga merupakan aktivitas yang sangat digemari anak. Suasana yang nyaman dan menyenangkan akan membuat anak-anak tidak cepat bosan dalam meniti hari-harinya bermain sambil belajar di sekolah.

  Perhatikan fasilitas yang dimiliki, seperti gedung sekolah, ruang kelas, sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas anak. Pada usia prasekolah, merupakan saat anak-anak mulai menunjukkan kebolehannya melakukan sesuatu yang diinginkan. Keseimbangan fisik anak belum stabil, sehingga sering terjadi anak-anak terjatuh atau terpeleset saat bermain. Oleh karena itu, kegiatan prasekolah tidak dilakukan di gedung bertingkat untuk mengurangi risiko terjatuh di tangga yang dapat berakibat fatal terhadap perkembangan fisiknya. Bahkan dapat mengakibatkan cedera otak yang dampaknya akan terlihat dalam jangka panjang. Anak-anak memerlukan ruang gerak yang leluasa saat bermain di luar ruangan. Yakinkan, apakah sekolah memiliki halaman bermain yang cukup luas untuk aktivitas di luar ruangan? Perhatikan juga alat bantu bermain yang digunakan, dari segi ukuran harus sesuai dengan usia anak dan aman dari segi kesehatan dan keselamatan anak. Misalnya (i) ukuran mainan tidak terlalu kecil untuk usia bayi dan toddlers (usia di bawah 2 tahun) karena akan sangat berbahaya apabila tertelan, dan (ii) bahan- bahan seperti krayon dan plastisin tidak boleh mengandung bahan pewarna toxic yang berbahaya bagi kesehatan karena ada kemungkinan dimakan mereka.

  Rasio jumlah anak dan guru/pengasuh penting diperhatikan, karena berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan dan pendidikan. Untuk program pengasuhan bayi usia di bawah 1 tahun (nursery), perbandingan ideal adalah seorang pengasuh mengasuh seorang bayi (1:1); program toddlers (1-2 tahun) perbandingannya seorang pengasuh mengasuh 4 anak (1:4); program playgroup (3-4 tahun) seorang pengasuh untuk 8 anak (1:8); program TK, idealnya seorang guru membina 10 anak (1:10). Karakter pengasuh juga amat menentukan keberhasilan program ini. Karena itu, pengasuh hendaknya sabar dan mampu memerankan diri sebagai orangtua siswa, sehingga anak-anak merasa nyaman dan terlindungi.

  • Lamanya Waktu di Sekolah Pengalaman menunjukkan, makin pendek waktu sekolah dan/atau makin jarang anak-anak mengikuti program dalam seminggu, makin stres mereka dalam mengikuti program prasekolah. Ini terjadi karena faktor psikologis, yakni anak harus melakukan proses adaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Misalnya: (i) jika program prasekolah hanya dilaksanakan 2 jam sehari, maka pada saat naluri keberanian anak mulai muncul, ternyata anak sudah harus pulang karena bel tanda pulang sudah berbunyi; dan (ii) jika program prasekolah yang hanya 3 kali seminggu menyebabkan anak harus mengulangi proses adaptasinya tiap kali datang ke sekolah karena kemarinnya mereka libur. Kedua hal tersebut akan menghambat kemandirian anak sehingga kelihatannya tidak ada kemajuan. Karena itu, pilihlah lembaga pendidikan prasekolah yang memiliki program dengan jumlah kehadiran di sekolah lebih rutin dan waktu di sekolah yang lebih panjang, dengan syarat suasana harus nyaman dan menyenangkan dengan berbagai
  • Pemeriksaan Kesehatan Kesehatan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Carilah kejelasan apakah prasekolah yang dipilih menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan secara rutin oleh tenaga medis (dokter).
  • Pengelolaan Sukses tidaknya sebuah kegiatan sangat ditentukan kemampuan manajerial pengelolanya. Pengelola prasekolah harus memiliki pengetahuan memadai tentang pendidikan prasekolah dan juga memiliki talenta sebagai figur yang disenangi anak-anak. Carilah informasi
belakang pendidikan prasekolah dan komitmen yang kuat kepada dunia pendidikan? Apakah pengawasan dilakukan secara langsung oleh pihak pengelola?

III. Kesimpulan

  Keberhasilan anak usia dini merupakan pijakan awal bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan usia emas. Artinya bila pada masa itu mendapat pendidikan yang “benar” maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya.

  Saat ini jarang ditemukan pendidikan anak yang menggunakan model pembelajaran berbasis kemampuan atau potensi anak. Mereka lupa, bahwa usia anak adalah usia bermain. Oleh karenanya, perlu dilakukan rekonstruksi terhadap praktik pembelajaran pada anak yang berbasis pada permainan (ya bermain, ya belajar).

  Bermain sekaligus belajar merupakan dua aktivitas yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan dan memiliki makna anak belajar melalui bermain. Aktivitas-aktivitas anak lebih ditekankan pada ciri-ciri bermain. Porsi bermain tampak lebih menonjol daripada belajar. Melalui bermain itulah anak akan memperoleh berbagai kemampuan, seperti kemampuan berkomunikasi, berbahasa, bersosialisasi, memanajemen emosi, dan berpikir logis-matematis.

  Slogan bermain sambil belajar sangat sesuai dengan karakteristik kurikulum untuk pendidikan anak usia dini. Ini karena kegiatan bermain mampu menyentuh seluruh aspek perkembangan anak. Saat bermain anak memiliki kebebasan berimajinasi, mengeksplorasi, dan berkreasi.

  Pada saat bermain itulah, aspek-aspek perkembangan fisik motorik kasar dan halus, aspek emosional, aspek kognitif/intelektual, dan aspek sosial berkembang dalam situasi yang menyenangkan. Anak usia dini mencakup usia dari lahir hingga delapan tahun, meskipun di Indonesia dibatasi hingga usia enam tahun.

  Anak secara instrinsik memang termotivasi untuk selalu bermain. Dalam bermain, mereka menikmati kegiatannya, merasa kompeten melakukan sesuatu. Mereka terus belajar mendapatkan pengalaman baru yang dipadukan dengan apa yang telah diketahuinya.

  Namun, strategi bermain dalam pendidikan anak usia dini ini ternyata belum sepenuhnya dipahami orangtua, guru, dan pendamping. Bahkan, tidak jarang orangtua menolak kegiatan bermain dalam pendidikan prasekolah. Mereka lebih senang jika anak langsung dikenalkan dengan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung.

  Mereka, masih beranggapan bahwa anak tidak mungkin dapat belajar apabila anak menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Padahal, perlu diyakini bahwa bermain memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan kemampuan akademik anak. Strategi belajar melalui bermain ini, menitikberatkan pada cara-cara mengasah, menstimulasi kecerdasan gkita pada anak sejak usia dini. Oleh karenanya, bagi orangtua, para guru, pemerhati pendidikan, orangtua asuh, trainer, dan pendamping perlu segera menerapkan model ini jika ingin benar-benar melejitkan dan mengembangkan potensi kecerdasan anak.

  Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.

  Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. .

  Perkembangan motorik anak merupakan bagian dari tumbuh kembang anak yang dipenagruhi oleh 2 faktor utama, yakni genetik dan lingkungan. Bermain dengan anak haruslah dalam suasana yang menyenangkan. Bagi anak di bawah 5 tahun, Anda dapat melatih motorik sambil bermain.

  Dari berbagai macam alat permainan, berikut ini adalah contoh alat permainan yang dapat digunakan untuk melatih motorik kasar dan motorik halus. Permainan untuk pertumbuhan fisik/motorik kasar:

  • sepeda roda tiga atau dua
  • bola berwarna-warni
  • mainan yang ditarik atau didorong
  • tali, dll Permainan untuk memicu motorik halus:
  • gunting
  • pensil
  • bola
  • balok
  • ilin, dll

IV. Penutup

  Demikianlah makalah ini saya buat dengan segala kekurangan, karena tak ada gading yang tak retak, begitu pula saya. saya mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Maka jika ada kekurangan penulis minta maaf, oleh karena itu saya meminta saran dan kritik yang membangun demi terciptanya kesempurnaan makalah saya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi peulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Terima kasih.

  

Daftar pustaka

abtu-26-06-2010.

  Mursid, Manajemen Lembaga Anak Usia Dini, (Semarang: Akfi Media, 2009). Patmonodewo Soemantri, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000).

  Semiawan Conni, Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 1995). Tjandrasa Meitasari, Perkembangan Anak, (PT. Glora Aksara Pratama). UU Sisdiknas, No 20 Th. 2003. Yusuf Syamsul, Pesikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung PT.

  Remaja Rosda, 2001). Zulkifli, Pesikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosda Kara , 2005).