TERBENTUKNYA BIROKRASI MODERN DI SURAKARTA TAHUN 1945-1950

TERBENTUKNYA BIROKRASI MODERN DI SURAKARTA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI

  commit to user

  Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

  Universitas Sebelas Maret

  Disusun oleh: Belda Ranika Rosiana

  C.0507010

JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SATRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

  commit to user commit to user

commit to user

commit to user MOTTO

  “Saat Kamu mampu memaafkan dan tersenyum kepada orang yang telah menyakitimu, kamu memastikan bahwa dirimu lebih baik darinya”

  (Amanda Adrian) “Masalah diciptakan karena ada penyelesaiannya ”

  (Hitam Putih) commit to user PERSEMBAHAN

  Karya ini kupersembahkan untuk :  Papa dan Mama tercinta.

   My beloved Sister.  Yanuar Ridho.

KATA PENGANTAR

  

commit to user

  Syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik dorongan, bimbingan, maupun pengarahan yang diberikan. Untuk itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa beserta jajarannya yang telah memperlancar dan mempermudah studi penulis sampai selesainya skripsi ini.

  2. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah mencurahkan segenap pengetahuan yang dimilikinya kepada penulis.

  3. Dra.Sri Wahyuningsih, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan pengetahuan yang dimilikinya kepada penulis.

  4. Drs. Warto M.Hum, selaku pembimbing Skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh perhatian, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Tiwuk Kusuma H, SS, M.Hum, selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberi dorongan secara moril dan pengetahuannya kepada penulis.

  6. Segenap Dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

  7. Kepala beserta staf Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers Surakarta, Sasana Pustaka Kasunanan dan Rekso Pustoko Mangkunegaran.

  8. Bapak, Ibu, kakak dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat dengan tulus ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada penulis

  9. Yanuar Ridho, terimakasih untuk semua hal yang telah dicurahkan buat penulis.

  10. Buat Yeni Dwi Ayu, teman seperjuangan dan teman berbagi suka duka, terimakasih atas semangat dan waktunya.

  11. Teman-teman Historia 2007, Dian, Lita, Dewi, Siti, Lilik, Ike, Efendi, Eko, Herfi, Nico, Hasan, Anggawan, Dalhar, Fuad, Joyo, Seno, Akbar, Wisnu, Langgeng, Agung, Drajat, Bendi, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebut satu persatu

  , terimakasih atas do’a dan semangatnya.

  12. Buat mas Doni, mbak Sinta, mas Taufik, Vivi dan kakak-kakak tingkat Ilmu Sejarah yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu terimakasih untuk dukungan dan do’a-nya.

  13. Untuk teman-teman kost Gedung Putih, Rosika, mbk Icha, Loly, Ratna, Nastiti, Agnes dan Indri, terimakasi buat semangatnya.

  

commit to user

14. Semua pihak yang telah membantu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai adanya saran maupun kritik yang membangun, guna menyempurnakan penulisan- penulisan serupa di masa yang akan datang.

  Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pembaca semua.

  Surakarta, September 2012 Penulis

  

commit to user

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR BAGAN........................................................................................ xii DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv ABSTRAK .................................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................

  1 B. Perumusan Masalah ................................................................

  8 C. Tujuan Penelitian ....................................................................

  8 D. Manfaat Penelitian..................................................................

  8 E. Kajian Pustaka ........................................................................

  9 F. Metode Penelitian ...................................................................

  14 G. Sistematika Penulisan .............................................................

  17 BAB II BIROKRASI TRADISIONAL DI SURAKARTA MENJELANG KEMERDEKAAN A. Struktur Birokrasi Kolonial. ...................................................

  23 B. Birokrasi Tradisional di Surakarta .........................................

  25

  

commit to user

  

commit to user

2.

  Birokrasi Praja Mangkunegaran ........................................ 47

  B. Kondisi Birokrasi Di Surakarta Pada Awal Pendudukan Penjajahan Jepang ....................................................................................

  56 BAB III DINAMIKA BIROKRASI MODERN DI SURAKARTA A.

  Gerakan Anti Swapraja dan Dampaknya Bagi Birokrasi Tradisional di Surakarta .......................................................

  68

  1. Berdirinya Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) di Surakarta .............................................................................

  69 2. Gerakan Swapraja di Surakarta .......................................... 76 B. Terbentuknya Birokrasi Modern di Surakarta ........................

  82 1. Pemerintahan Karesidenan Surakarta 1946-1947............. .. 82 2. Terbentuknya Haminte Kota Surakart 1947-1948 ..............

  94

  3. Periode Pemerintahan Darurat Militer 1948-1949 ............. 100

  4. Periode Pemerintah Kota Besar Surakarta 1949-1950 ....... 108

  BAB IV DAMPAK DARI TERBENTUKNYA BIROKRASI MODERN DI SURAKARTA A. Terbentuknya Lembaga Peradilan ......................................... 110 B. Terbentuknya Jawatan Penerangan ....................................... 127 C. Jawatan-Jawatan Lain Yang Terbentuk Pada Masa Birokrasi Modern ................................................................................... 133 BAB V KESIMPULAN .............................................................................. 140 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 142 LAMPIRAN ............................................................................................ 147

  

DAFTAR BAGAN

  No. Nama Halaman

  1. Bagan Struktur Pemerintahan di Kasunanan ............................... 36

  2. Bagan Struktur Pemerintahan di Mangkunegaran ...................... 51

  3. Bagan Struktur Pemerintahan di Mangkunegaran berdasarkan Lembaga ...................................................................................... 55

  4. Bagan Struktur Pemerintahan pada masa Pendudukan Jepang di Surakarta .................................................................................. 61

  5. Bagan Struktur Pemerintahan Karesidenan ................................ 91

  6. Bagan Struktur Pemerintahan Haminte Kota Surakarta .............. 97

  7. Bagan Struktur Pemerintahan Darurat Militer .......................... 105

  8. Bagan Struktur Pemerintahan Kota Besar Surakarta ................. 111

  

commit to user

DAFTAR ISTILAH

  

commit to user

  Abdi dalem : punggawa kerajaan Bupati :punggawa kerajaan tingkat tinggi, dibawah pangkat patih kerajaan Corps Vernielling : kelompok penghancur double bestuur : pemerintahan ganda double bestuur : pemerintahan ganda Jajar : jenjang terendah dalam kepunggawaan kerajaan. kawula-gusti : pola hubungan raja-rakyat atau juga manusia-

  Tuhan Pangreh Praja : elit birokrasi patron-client : pola hubungan bapak-anak buah Patuh : tuan Politiek Contract : kontrak politik Volksraad : Dewan Rakyat Vorstenlanden : wilayah raja-raja Wetboek van Strafecht Voor : KUHP Untuk warga negara-Belanda Nederlandch-Orderdaan Zelfbesturendelandscappen : berhak memerintah daerahnya sendiri

  

commit to user

Daftar Singkatan

  BKR : Badan Keamanan Rakyat BTI : Barisan Tani Indonesia DIS : Daerah Istimewa Surakarta KDPRI : Kantor Daerah Pemerintah Republik Indonesia KNID : Komite Nasional Indonesia Daerah KNIP : Komite Nasional Indonesia Pusat KPPRI : Kantor Pusat Pemerintah Republik Indonesia MBKD : Markas Besar Komando Djawa PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PUT : Perwira Urusan Teritorial SWK : Sub Wehrkreise

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Maklumat Sri Paduka Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XII ...................................... 146

  Lampiran 2 : Penetapan Pemerintah No. 16/SD Tahun 1946 Tentang Pemerintah Di Daerah Istimewa Surakarta Dan Jogjakarta ............................................................. 147

  Lampiran 3 : Arsip Piagam Kedudukan bagi Sunan Paku Buwono

  XII dan Sri Mangkunegoro VIII .................................. 149 Lampiran 4 : Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1949

  “KEMENTRIAN PENERANGAN. Susunan dan lapangan pekerjaan Kementrian Penerangan................ 150 Lampiran 5 : Oendang-oendang No. 14 ................................................... 154 Lampiran 6 : Kan Po Boelan 5 Tahoen 2604 .......................................... 155 Lampiran 7 : Berkas Perkara Pengadilan Tahun 1946, 1949, 1954 ........ 156 Lampiran 8

  : Osamu Seirei No. 25 …………………………………….. 160 Lampiran 9 : Oendang-oendang N0. 23 tahoen Tentang

  Penghapoesan Pengadilan Radja ....................................... 163 Lampiran 10 : Oendang-Oendang Tentang Peratoeran Hoekoem Pidana

  Tahoen 1946 ...................................................................... 165 Lampiran 11 : Surat kabar-Surat Kabar ..................................................... 171 Lampiran 12 : Anggaran Dasar Ikatan Pengiku t Swapradja ……………. 174 Lampiran 13 : Konsep Rinci Tentang Status Kekuasaan Daerah Serta Struktur

  Dan Tata Pelaksanaan Pemerintahan Swapradja .................. 179

  

commit to user

  

ABSTRAK

  Belda Ranika Rosiana. C0507010. 2012. Terbentuknya Birokrasi Modern Di

  

Surakarta Tahun 1945-1950. Skripsi : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  Penelitian mengenai Terbentuknya Birokrasi Modern Di Surakarta Tahun

  

1945-1950. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu (1)

  Bagaimana proses terbentuknya birokrasi modern di Surakarta pada awal kemerdekaan? (2) Bagaimana struktur birokrasi modern di Surakarta pada awal kemerdekaan? (3) Bagaimana dampak pada masyarakat dari terbentuknya birokrasi modern di Surakarta ?

  Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi heuristik, kritik sumber baik intern maupun ekstern, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen dan studi pustaka. Dari pengumpulan data, kemudian data dianalisa dan diinterpretasikan berdasarkan kronologisnya. Untuk menganalisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu analisa yang memaparkan ataupun menggambarkan suatu peristiwa didasarkan pada hubungan sebab akibat dari suatu fenomena historis dalam situasi tertentu. Analisa data ini diperoleh dari dokumen, surat kabar maupun studi pustaka digunakan pendekatan ilmu sosial yang lain sebagai ilmu bantu ilmu sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial, dan politik.

  Pemberian otonomi oleh pemerintahan RI kepada Kasunanan dan Mangkunegaran pada tanggal 19 Agustus 1945 dalam mengatur daerahnya ternyata mendapat perlawanan yang keras. Daerah Surakarta terdapat dualisme pemerintahan, antara KNI daerah Surakarta dengan pemerintahan swapraja. Pemerintahan RI berpikir ulang tentang apa yang harus dilakukan untuk daerah Surakarta, pada tanggal 15 Juli 1946 pemerintahan mengeluarkan undang-undang no 16/ SD/ 1946 yang menyatakan : 1) jabatan komisaris tinggi ditiadakan, 2) daerah Surakarta untuk sementara dijadikan daerah karesidenan, 3) dibentuk daerah baru dengan nama daerah kota Surakarta. Dalam sejarah perkembangannya di awal kemerdekaan yang dimulai dari periode Badan Perwakilan Rakyat, Haminte Kota Surakarta hingga menjadi Pemerintah Kota Surakarta hingga saat ini memang banyak terjadi perubahan struktur di dalam pemerintahannya.

  Berdasarka analisis penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terbentuknya pemerintahan modern di Surakarta memberikan berbagai dampak, yaitu berubahnya system pemerintahan yang sudah tidak lagi menggunakan bentuk pemerintahan tradisional melainkan sudah berbentuk pemerintahan modern. Selain itu banyak dibentuk jawatan-jawatan guna membantu kinerja Pemerintah Daerah Surakarta pada masa itu. Seperti lembaga Peradilan, Jawatan Penerangan, Jawatan Pamong Praja, bidang Perekonomian, Bidang Sosial dan Kesejahteraan.

  

commit to user

  THE ESTABLISHMENT OF MODERN BUREAUCRACY IN swapraja government. RI’s government rethought about what

SURAKARTA DURING

  should be done for Surakarta area; on July 15, 1946 the government issued act no. 16/SD/1946 stating that: 1) the high 1945-1950 1 commissary post was nullified, 2) Surakarta area was made Belda Ranika Rosiana 2 residency area temporarily, 3) a new district was established named Drs. Warto M. Hum Surakarta city area. In its development history, in early independence time started with Badan Perwakilan Rakyat (People Representative Agency) period, Haminte of Surakarta City to

  ABSTRACT Surakarta City Government up to now, mant structural changes had occurred in its government.

  

2013. Thesis: History Science Department of Faculty of Letters From this analysis, it could be concluded that the establishment of

and Fine Arts of Surakarta Sebelas Maret University. modern government in Surakarta exerted various impacts, that was,

The research concerns The Establishment of Modern Bureaucracy the changing government system no longer using traditional

in Surakarta during 1945-1950 . The problems to be studied in this governmental form but the modern one. In addition many bureaus

research are: (1) how is the process of modern bureaucracy were established to help the Surakarta Area Government’s

establishment in Surakarta in early independence time? (2) how is performance at that time, such as Justice institution, Information

the modern bureaucracy structure in Surakarta in early Bureau, Pamong Praja Bureau, Economic Division, Social and

independence time? and (3) how is the effect of modern Welfare Division. bureaucracy establishment on the society in Surakarta? This study was a historical research; thus the procedure taken in this research encompassed: heuristic, source critique either internally or externally, interpretation, and historiography.

  Techniques of collecting data used were document study and library study. The data collected was the analyzed, and interpreted based on its chronology. Technique of analyzing data used in this research was a descriptive analysis, the one describing or explaining an event based on the causal relationship of a historical phenomenon in a certain situation. This data analysis was obtained from document, newspaper, and library study; other social science approaches were also used as secondary to history science. The approaches used in this study were social and political ones. Autonomy bestowal by Republic of Indonesia government to Kasunanan and Mangkunegaran on August 19, 1945 in organizing its area in fact got stringent resistance. In Surakarta area there was 1 a government dualism between KNI of Surakarta area and 2 Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Dengan NIM C0507010 Dosen Pembimbing

TERBENTUKNYA BIROKRASI MODERN DI SURAKARTA TAHUN 1945-1950

  Belda Ranika Rosiana 1 Drs. Warto M. Hum 2 ABSTRAK 2013. Skripsi : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  Penelitian mengenai Terbentuknya Birokrasi Modern Di Surakarta Tahun 1945-1950. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana proses terbentuknya birokrasi modern di Surakarta pada awal kemerdekaan? (2) Bagaimana struktur birokrasi modern di Surakarta pada awal kemerdekaan? (3) Bagaimana dampak pada masyarakat dari terbentuknya birokrasi modern di Surakarta ? Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga langkah- langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi heuristik, kritik sumber baik intern maupun ekstern, interpretasi, dan historiografi . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen dan studi pustaka. Dari pengumpulan data, kemudian data dianalisa dan diinterpretasikan berdasarkan kronologisnya. Untuk menganalisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu analisa yang memaparkan ataupun menggambarkan suatu peristiwa didasarkan pada hubungan sebab akibat dari suatu fenomena historis dalam situasi tertentu. Analisa data ini diperoleh dari dokumen, surat kabar maupun studi pustaka digunakan pendekatan ilmu sosial yang lain sebagai ilmu bantu ilmu sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial, dan politik. 1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Dengan NIM C0507010 2 Dosen Pembimbing

  Pemberian otonomi oleh pemerintahan RI kepada Kasunanan dan Mangkunegaran pada tanggal 19 Agustus 1945 dalam mengatur daerahnya ternyata mendapat perlawanan yang keras. Daerah Surakarta terdapat dualisme pemerintahan, antara KNI daerah Surakarta dengan pemerintahan swapraja. Pemerintahan RI berpikir ulang tentang apa yang harus dilakukan untuk daerah Surakarta, pada tanggal 15 Juli 1946 pemerintahan mengeluarkan undang-undang no 16/ SD/ 1946 yang menyatakan : 1) jabatan komisaris tinggi ditiadakan, 2) daerah Surakarta untuk sementara dijadikan daerah karesidenan, 3) dibentuk daerah baru dengan nama daerah kota Surakarta. Dalam sejarah perkembangannya di awal kemerdekaan yang dimulai dari periode Badan Perwakilan Rakyat, Haminte Kota Surakarta hingga menjadi Pemerintah Kota Surakarta hingga saat ini memang banyak terjadi perubahan struktur di dalam pemerintahannya. Berdasarka analisis penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terbentuknya pemerintahan modern di Surakarta memberikan berbagai dampak, yaitu berubahnya system pemerintahan yang sudah tidak lagi menggunakan bentuk pemerintahan tradisional melainkan sudah berbentuk pemerintahan modern. Selain itu banyak dibentuk jawatan-jawatan guna membantu kinerja Pemerintah Daerah Surakarta pada masa itu. Seperti lembaga Peradilan, Jawatan Penerangan, Jawatan Pamong Praja, bidang Perekonomian, Bidang Sosial dan Kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah A. Kasunanan Surakarta disebut juga vorstenlanden atau dapat dikatakan daerah

  swapraja yaitu daerah yang berhak memerintah daerahnya sendiri (zelfbesturende

  1

landscappen ). Dengan kata lain penguasa Kasunanan Surakarta yaitu Raja adalah

  seorang yang mengatur segala kehidupan rakyatnya. Seorang Raja wajib memiliki warisan nilai keteladanan, kebijaksanaan, keutamaan, kemuliaan, keagungan dan keluhuran, hal ini karena raja menjadi panutan rakyat atau kawulanya. Sama halnya dengan Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran yang merupakan salah satu kadipaten di wilayah Surakarta juga memiliki daerah yang dinamakan dengan swapraja.

  Birokrasi merupakan lembaga yang sangat berkuasa, yang mempunyai kemampuan sangat besar untuk berbuat kebaikan atau keburukan, karena birokrasi

  2

  adalah sarana administrasi rasional yang netral dalam skala yang besar. Menurut Max Weber yang dimaksud birokrasi adalah suatu badan administratif tentang pejabat yang diangkat, birokrasi sebagai hubungan kolektif bagi golongan pejabat, suatu kelompok tertentu yang berbeda, yang pekerjaan dan pengaruhnya dapat

  3

  dilihat di semua jenis organisasi. Pembentukan struktur organisasi atau birokrasi

  1 Imam Samroni dkk., Daerah Istimewa Surakarta, (Yogyakarta: Pura Pustaka Yogyakarta, 2010), hlm. 305.

  2 Peter M. Blau & MarsHal.l W. Meyer, Birokrasi dalam masyarakat Modern , (Jakarta: UI-Press, 1998) hlm. 5.

commit to user

  3 dalam pemerintahan merupakan sistem untuk melaksanakan keputusan dan kebijakan.

  Pemerintah mengangkat para pejabat yang telah diatur dalam undang-undang. Praja Mangkunegaran memiliki struktur birokrasi terdiri atas dua golongan, yakni birokrasi berdasarkan pangkat (kekuasaan) dan birokrasi berdasarkan jabatan (lembaga). Sistem birokrasi yang ada di Praja Mangkunegaran masih terdapat unsur-unsur tradisional. Sistem yang dimiliki oleh Mangkunegaraan tidak berbeda dengan kebijakaan birokrasi yang dimiliki oleh Kasunanan Surakarta karena menurut kebijakan birokrasi yang dipergunakan pada masa tersebut terdapat hubungan antara atasan dan bawahan yang bersifat paternalistik saling ketergantungan. Para pejabat dianggap sebagai patron yang dipandang mampu

  4

  melindungi dan rakyat sebagai klien yang harus patuh terhadap patronnya. Dalam tubuh Kaunanan Surakarta terjadi konflik yang dapat mempengaruhi perubahan birokrasi yang sudah ada didalamnya dan dilaksanakan oleh masyarakat Surakarta pada umumnya.

  Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 memberikan pengaruh yang besar pada bangsa ini. Salah satunya yang terjadi di Surakarta, terutama berkenaan dengan birokrasi pemerintahan. Dampak yang di rasakan Surakarta pada awal kemerdekaan adalah runtuhnya kekuasaan tradisional Keraton Surakarta. Meskipun sebelumnya citra dari Keraton Kasunanan telah menurun karena konflik yang terjadi di dalamnya terutama 4 Dwi Ratna Nurhajarini, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, (Jakarta:

  

commit to user masalah pengangkatan Raja, dengan diterimanya gelar “Raja Kamardikan” dari presiden Soekarno kepada Pakubuwana XII.

  Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan perwujudan formal daripada salah satu gerakan Revolusi Bangsa Indonesia untuk menyatakan baik kepada diri sendiri maupun kepada dunia luar, bahwa Bangsa Indonesia mulai mengambil sikap untuk menentukan bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan bangsa sendiri, yakni dengan mendirikan negara sendiri termasuk antara lain tata hukum

  5

  dan tata negaranya. Meskipun Surakarta pernah mendapat status sebagai Daerah Istimewa Surakarta, tetapi hal ini tidak bertahan lama. Masyarakat di Surakarta tidak semua yang mendukung adanya Swapraja di Surakarta, hal ini dapat diperhatikan dengan sikap para pemuda dan tokoh terpelajar yang memiliki semangat nasionalis menganggap bahwa swapraja tidak mencerminkan bentuk Negara kesatuan, swapraja dianggap sebagai bentuk otoriter suatu penguasa yang mengekang kebebasan rakyat dalam hal ini adalah penguasa tradisional.

  Terjadi beberapa protes mengenai status Daerah Istimewa seperti: penculikan, kerusuhan di beberapa daerah dan pengerusakan fasilitas umum. Hal ini memberikan dampak dibekukannya status Daerah Istimewa Surakarta dan dibentuklah KNID untuk menangani kerusuhan yang terjadi di Surakarta. Tetapi akhirnya status Daerah Istimewa itu tidak diberikan kembali kepada Surakarta dan dibentuklah Pemerintah Daerah Surakarta dengan kepala pemerintahannya Wali Kota.

5 Joeniarto., Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Yogyakarta :

  

commit to user Dibentuknya pemerintah Daerah Surakarta menjadi titik awal terbentuknya birokrasi modern di Surakarta menggantikan birokrasi tradisional yang tentu saja menghilangkan kekuasaan dari Keraton Kasunanan Surakarta sebagai penguasa di Surakarta. Untuk memerintah Negara dibentuklah birokrasi dengan bermacam- macam jabatan. Birokrasi yang dihubungkan dengan demokrasi dan rasional maka birokrasi itu bersifat modern, hal ini karena ada unsur rasional dan unsur demokratis atau kekuasaan di tangan rakyat, bukan berdasarkan keturunan.

  Menurut Weber terdapat konsep ideal dalam strutur birokrasi modern yaitu yang pertama suatu susunan fungsi pejabat yang tetap dan terikat oleh peraturan, susunan jabatan berdasarkan prinsip hirarki, dan tindakan, keputusan dan

  6

  peraturan administratif harus dirumuskan dan dicatat secara tertulis. Selain itu sarana pelaksana sudah ditentukan secara jelas dan penggunanya tunduk pada kondisi tertentu. Organisasi yang rasional memerlukan pembagian kerja dan kekuasaan yang sistematis. Setiap partisipan tidak hanya harus memahami tugas yang dibebankan tetapi juga mempunyai sarana untuk melaksanakannya terutama kemampuan untuk memerintah orang lain tetapi juga harus mengetahui batas- batas tugas, hak dan kekuasaan agar tidak melampaui garis yang memisahkan perananya dan peranan orang lain, sehingga akibatnya tidak mengabaikan seluruh struktur organisasi

  Konsep ideal birokrasi modern di atas dianggap sebagai ciri birokrasi yang paling rasional. Weber mengaitkan teori organisasi dengan teory demokrasi sebagai dasar dari konsep birokrasi modern. Secara umum konsep ini menjadi

  

commit to user

  6 dasar bagi birokrasi modern di Indonesia yang terjadi pada awal kemerdekaannya. Birokrasi yang penggunaannya dihubungkan dengan aristokrasi cenderung mengarah pada birokrasi tradisional, hal ini karena kaum aristokrat dalam memegang kekuasaan besifat turun temurun. Birokrasi tradisional yang berkembang sejak masa kolonial dapat ditelusuri sampai tingkat perkembangannya yang paling awal selama kerajaan Hindu-Mataram.

  Surakarta sebagai kerajaan yang cukup tua pasti telah menjalankan sistem birokrasi tradisional ini cukup lama. Dengan segala penghormatan dan penguasaan di masyarakat, hingga membentuk stratifikasi sosial antara penguasa yaitu bangsawan dan rakyat yang harus mematuhi dan mengabdi sebagai bentuk ketaatan kepada Raja yang dianggap titisan Dewa. Konsep kekuasaan tradisional yang berkembang dimasyarakat ini lebih dikenal dengan sebutan Gung-binatara atau Keagungbinataraan. Konsep kekuasaan ini intinya adalah pengakuan bahwa kekuasaan raja itu agung binathara, bahu dhendha nyakrawati, ber budi bawa

  7 leksana, ambeg adil paramarta.

  Jadi menurut konsep kekuasaan Jawa, raja berkuasa secara absolut. Tetapi kekuasaan itu diimbangi dengan kewajiban moral yang besar juga untuk kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itu, dalam konsep kekuasaan Jawa dikenal juga sebagai tugas raja: njaga tata tentreming praja (menjaga supaya masyarakat teratur dan dengan demikian ketentraman-kesejahteraan terpelihara).

7 Dalam bahasa Indonesia artinya : besar laksana kekuasaan dewa,

  pemelihara hukum dan penguasa dunia, meluap budi luhur mulianya, dan bersikap

  

commit to user Hingga pada awal kemerdekaan konsep kekuasaan tradisional ini hilang dan digantikan sistem birokrasi modern yang tidak mengenal adanya stratifikasi sosial, dimana semua orang berhak untuk ikut dalam menata kehidupan dan ikut serta dalam pemerintahan. Tentu saja hal ini sangat tidak diterima oleh dua Kerajaan yang berkuasa di Surakarta saat itu yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran.

  Baik Kasunanan maupun Mangkunegaran berusaha untuk mempertahankan kedudukan mereka sebagai penguasa di Surakarta. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman, dimana kekuasaan mereka tidak terancam hilang. Dengan hilangnya sistem birokrasi tradisional dan digantikan dengan sistem birokrasi modern, jelas sekali terlihat memberikan dampak yang bermacam-macam. Ada sebagian kelompok yang mendukung adanya birokrasi modern ini tetapi tidak sedikit pula yang menentang hal ini karena mereka ingin tetap mempertahankan Swapraja di Surakarta yang pada saat itu berstatus sebagai Daerah Istimewa.

  Selain masalah diatas, juga karena Surakarta tidak seberuntung Yogyakarta yang mampu mempertahankan kekuasaannya secara de facto dan de jure, selain karena beragam masyarakat yang tinggal dan hidup di Surakarta tetapi juga beragamnya kepentingan yang mewarnai atmosfire politik di Surakarta. Tidak hanya itu saja, konflik yang terjadi di dalam Keraton Kasunanan serta tidak ikut berperan aktifnya Keraton dalam membantu mempertahankan kemerdekaan Indonesia menjadi sebuah masalah yang menarik untuk diperbincangkan. Segala konflik dan peristiwa yang terjadi pasca kemerdekaan yang akhirnya merubah

  

commit to user peta perpolitikan Surakarta, yang ditandai dengan terbentuknya Pemerintah Daerah Surakarta.

  Tidak hanya itu saja, ditilik dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia, dinamika perubahan sistem pemerintahan pada masa awal kemerdekaan telah menjadi masalah tersendiri bagi bangsa. Mulai dari sistem pemerintahan presidensiil hingga parlementer dengan kabinet-kabinet yang tidak bertahan lama dalam menjalankan roda pemerintahan. Bangsa Indonesia masih belajar dan mencari sistem birokrasi yang baik dan tepat untuk menjalankan roda pemerintahan. Bahkan hingga saat ini, masih belum dapat dikatakan akan sistem Pemerintahan yang berlaku.

  Melihat peristiwa yang terjadi dengan sistem pemerintahan Negara saat ini, membuat ketertarikan yang mendalam untuk mengupas birokrasi modern khususnya yang terjadi di Surakarta. Karena dari sejarahnya Surakarta pernah mendapatkan status Daerah Istimewa tetapi status tersebut hilang dengan beberapa peristiwa yang terjadi pada masa itu, serta beberapa peraturan dan ketetapan yang akhirnya secara otomatis menghapus status keistimewaan Surakarta.

  Maka dari itu penting untuk diketahui proses terbentuknya birokrasi modern di awal kemerdekaan Indonesia khususnya di Surakarta dalam kajian ini yang berjudul

  “ Terbentuknya Birokrasi Modern di Surakarta Pada Tahun 1945-

1950”. Judul ini di ambil karena pada rentan waktu tersebut banyak terjadi hal-hal

yang menyebabkan terbentuknya sistem birokrasi modern di Surakarta.

commit to user

  Rumusan Masalah B.

  Berdasarkan Latar Belakang tersebut, ditemukan beberapa masalah yang perlu dikaji lebih lanjut. Adapun rumusan masalah itu adalah:

  1. Bagaimana proses terbentuknya birokrasi modern di Surakarta pada awal kemerdekaan ?

  2. Bagaimana struktur birokrasi modern di Surakarta pada awal kemerdekaan?

  3. Bagaimana dampak pada masyarakat dari terbentuknya birokrasi modern di Surakarta?

  Tujuan Penelitian C.

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.

  Untuk mengetahui proses perubahan sistem birokrasi tradisional menjadi birokrasi modern di Surakarta.

  2. Untuk mengetahui struktur birokrasi modern di Surakarta pada awal kemerdekaan.

  3. Untuk mengetahui dampak pada masyarakat dari terbentuknya birokrasi modern di Surakarta.

  Manfaat Penelitian D.

  Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mamberikan gambaran mengenai perubahan birokrasi yang terjadi di Surakarta mulai dari sebelum hingga pasca gerakan anti Swapraja terjadi pada tahun 1945. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi bagi masyarakat luas secara umum. Diharapkan juga dapat member sumbangsih dalam dunia akademisi commit to user sebagai tambahan bahan kajian dalam bidang sejarah, khususnya kajian sejarah sosial politik.

  Kajian Pustaka E.

  Dalam mengkaji permasalahan pada penelitian menggunakan beberapa sumber yang berkaitan dengan sejarah Surakarta menjelang dan pasca Proklamasi seperti karya George D. Larson dalam bukunya Masa Menjelang Revolusi, Kraton

  

dan Kehidupan politik di Surakarta 1912-1942 (1990) , yang mengungkapkan

  kehidupan di dalam Keraton pada tahun 1912-1942. Menurut Larson masyarakat Jawa secara tradisional terbagi dalam tiga kelompok sosial yaitu keluarga Raja, Pegawai/Pejabat kerajaan dan rakyat biasa. Buku ini memberikan informasi mengenai kehidupan rumah tangga dalam Keraton menjelang kemerdekaan, baik secara politik, ekonomi maupun sosial. Hal ini sangat penting diketahui karena sebelum membicarakan sistem birokrasi di Surakarta, sebaiknya diawali dari kondisi wilayah Surakarta dan Keraton Kasunanan menjelang kemerdekaan. Di lain pihak karya ini merupakan studi sejarah politik Surakarta pada masa menjelang berakhirnya pemerintahan kolonial Belanda. Serta peranan golongan elite di Surakarta dalam pergerakan kebangsaan di Indonesia. Meskipun buku ini lebih menekankan pada bagaimana sikap Keraton Surakarta dalam menghadapi kemerdekaan dan mulai goyahnya kedaulatan mereka atas Surakarta. Selain itu dilihat dari rentan waktunya, buku ini hanya menjelaskan mengenai Surakarta sebelum kemerdekaan sehingga kurang detail mengenai kondisi Surakarta pasca kemerdekaan dan kondisi birokrasi di Surakarta setelah proklamasi.

  

commit to user Buku kedua karangan milik Imam Samroni beserta tim yang berjudul Daerah

  

Istimewa Surakarta (2010). Buku yang menjelaskan mengenai keberadaan Dearah

  Istimewa Surakarta dalam kajian history. Menjelaskan mengenai permasalahan- permasalahan seputar status Daerah Istimewa Surakarta dan gerakan anti Swapraja yang terjadi pada saat itu. Buku ini lebih menjelaskan mengenai hilangnya status Keistimewaan Surakarta dan sikap Keraton Kasunanan dalam menanggapi serta usaha mereka untuk mengembalikan keistimewaan tersebut. Dengan adanya penetapan mengenai pemberian status Daerah Istimewa di Surakarta membuat banyak tanggapan dari berbagai kalangan, baik yang setuju dan tidak setuju dengan pemberian status tersebut. Hal ini memunculkan konflik dan kecaman di Surakarta sehingga membuat pemerintah Pusat harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan membentuk KNID di Surakarta untuk meredam kekacauan di Surakarta.

  Karya Imam Samroni ini hanya menjelaskan seputar permasalahan keisimewaan Surakarta yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan Swapraja yang ada di Surakarta. Masalah-masalah yang mempengaruhi atau menjadi dampak akan keistimewaan Surakarta kurang dijelaskan dalam buku ini.

  Selain beberapa buku di atas, juga digunakan buku yang di terbitkan oleh Paguyuban Para Pelaku Pemerintah RI Balaikota Surakarta dalam Pendudukan Belanda Tahun 1948

  • – 1950 yang berjudul Perjuangan Gerilya Membela

  

Kemerdekaan Negara dan Bangsa, 1995. Dalam buku ini mengisahkan tentang

  situasi dan kondisi riil Surakarta pada masa revolusi. Hal ini di peroleh langsung dari para mantan pejuang yang sekaligus menjabat sebagai perangkat

  

commit to user pemerintahan di Surakarta. Keadaan yang serba labil antara Kekuasaan RI dan kekuasaan Swapraja kerajaan yang didukung oleh pihak Belanda. Buku tersebut memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi pemerintahan pada masa pendudukan Belanda tahun 1948-1950. Di dalam buku tersebut dikisahkan pula tentang pemerintahan gerilya di Kota Surakarta yang dapat disebut juga sebagai pemerintahan militer, karena pada saat itu keadaan Republik Indonesia pada umumnya dan kota Surakarta pada khususnya sedang dalam keadaan darurat perang. Pelaku pemerintahan gerilya kota Surakarta diceritakan dalam buku ini, mulai dari pembentukan sampai dengan pelaksanaan pemerintah gerilya tersebut.

  Referensi dari skripsi-skripsi yang sudah ada sebelumnya yang berkaitan dengan proses terbentuknya birokrasi modern, salah satunya skripsi dari Cahya Putri Musaparsih tahun 2005 yang berjudul Strategi Komite Nasional Indonesia

  

Daerah Surakarta (KNIDS) Dalam Mengambil Alih Swapraja, 1945-1946 ,

  dimana pasca kemerdekaan pemerintah pusat membuat suatu Komite Nasional Pusat yang memiliki cabang di setiap daerah di Indonesia begitu juga di Surakarta.

  Komite ini bertugas sebagai pemerintahan sementara sebelum dibentuknya pemerintahan daerah secara resmi di Surakarta. Meskipun dalam pembentukannya banyak menuai konflik dan juga perlu perjuangan yang cukup keras tetapi dengan terbentuknya KNIDS ini dapat mempertegas eksistensi bahwa telah terbentuknya suatu pemerintahan yang berada langsung di bawah Pemerintahan Pusat. Lingkup penelitian ini hanya mencakup peristiwa yang terjadi pasca Kemerdekaan hingga aksi anti Swapraja yang menjadi penyebab terbentuknya KNIDS di Surakarta yang rentan waktunya terjadi pada tahun 1945-1946. Kajian ini belum

  

commit to user menjelaskan lebih detail lagi kondisi Surakarta setelah masalah Swapraja dan juga perkembangan birokrasi modern yang terbentuk setelah adanya KNIDS.

  Skripsi dari Pheres Sunu Wijayengrono tahun 2006 yang berjudul Sikap

  

Politik Mangkunegaran Dalam Mempertahankan Swapraja 1945-1946 ,

  memberikan penjelasan mengenai kondisi birokrasi Mangkunegaran dalam menghadapi gerakan anti swapraja. Kajian ini mencoba untuk membuka kembali keberadaan Mangkunegaran sebagai lembaga politik pada tahun 1945-1946. Keberadaan Mangkunegaran sebagai lembaga tradisional tidak dianggap sebagai antithesis dari anti Swapraja. Hal ini dikarenakan upaya yang dilakukan oleh Mangkunegaran dalam menentang gerakan anti Swapraja sangat intensif dan lebih terbuka dibandingkan Kasunanan yang lebih menunjukkan sikap feodalisme di Surakarta. Bagi Mangkunegaran sendiri keterlibatan gerakan anti Swapraja dalam perpolitikan di Surakarta pada akhirnya menjadi ancaman utama setelah pihak Kasunanan pada akhirnya meredakan tekanan kepada Mangkunegaran untuk secara bersama-sama menghadapi revolusi sosial yang terdapat pada gerakan anti Swapraja.

  Pada masa ini terlihat bahwa lemahnya kepemimpinan Kasunanan dalam menghadapi gerakan anti Swapraja yang berbeda dengan Mangkunegaran yang sejak awal berani menentang gerakan anti swapraja dalam bentuk konfrontasi apapun karena kokohnya kekuasaan Mangkunegaran terhadap sistem birokrasi baik di dalam istana maupun di masyarakat. Meskipun begitu Mangkunegaran tetap tidak dapat mempertahankan kekuasaan politiknya di Surakarta dimana

  

commit to user gerakan anti swapraja ini telah mencapai puncaknya yang berujung pada keruntuhan kekuasaan Mangkunegaran.

  Penelitian ini hanya mengkaji mengenai bagaimana Mangkunegaran mempertahankan kekuasaannya pada masa Kemerdekaan. Kajian ini menjelaskan sikap politik Mangkunegaran dalam mempertahankan Swapraja. Tetapi belum menjelaskan bagaimana perubahan birokrasi yang terjadi pada saat itu.

  Begitu juga denga skripsi karangan R. Djojo Puswito tahun 1999 yang berjudul Sistem Pelaksanaan Pengawasan Pemerintah Kolonial Belanda

  

Terhadap Kasunanan Surakarta Pada Masa Paku Buwana X , yang menjelaskan

  pemerintah kolonial mengatur hampir segala macam aspek kehidupan di dalam Keraton maupun luar keraton Surakarta. Tentu saja cara yang digunakan tidak secara frontal tetapi dengan masuk kedalam system kebijakan pemerintahan dalam birokrasi Keraton. Bahkan dalam masalah pengangkatan patih pun harus sesuai ijin dari pemerintah kolonial. Maka dari itu, meskipun penjajahan kolonial tidak langsung mengaraha ke pribumi tetapi melalu penguasa local. Hal ini karena dalam birokrasi tradisional hubungan antara Raja dengan Kawula masih sangat kental sekali, dimana raja diibaratkan sebagai titisan dewa yang segala perintahnya adalah titah yang akan dilaksanakan oleh rakyat. Tetapi kajian ini lebih memusatkan pada pengawasan dari Pemerintah Kolonial pada Keraton Kasunanan masa Paku Buwana X.

  Karya dari Martin Albrow yang berjudu BIROKRASI (2004), dimana buku ini menjelaskan tentang konsep-konsep birokrasi mulai dari awal abad ke-19 hingga konsep birokrasi menurut tokoh-tokoh terkenal seperti Mosca dan Michel, Max

  

commit to user Weber, Karl Marx dan para tokoh Ideolog Demokrasi. Albrow berusaha untuk menggali hakikat birokrasi, latar belakang dan kelahiran dari birokrasi, selain itu juga mengungkapkan pemikiran Max Weber tentang tujuh konsep birokrasi modern. Maka dari itu penting dalam kajian ini untuk menggunakan karya dari Martin Albrow ini sebagai sumber yang memberikan penjelasan mengenai dasar dari birokrasi modern dan bagaimana konsep dari birokrasi tersebut.

  Dalam mengerti masalah birokrasi baik secara umum maupun yang berhubungan dengan sistem birokrasi modern, penelitian ini menggunakan sumber dari buku yang berjudul Birokrasi dalam Masyarakat Modern, karya Peter M. Blau dan Marshall W. Meyer (1987). Dalam buku ini dijelaskan mengenai pengertian Birokrasi, konsep birokrasi yang berkembang di masyarakat sejak jaman pertengahan hingga birokrasi modern dan organisasi birokrasi. Oleh karena buku ini digunakan sebagai bahan kajian yang memberikan gambaran perihal birokrasi, khususnya birokrasi modern.

F. Metode Penelitian

  Sesuai permasalahan yang akan diteliti maka penelitian ini menggunakan metode sejarah. Menurut Nugroho Notosusanto, metode sejarah merupakan kumpulan prinsip-prinsip atau aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk bantuan secara efektif didalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada hasilnya

  8

  dalam bentuk tertulis. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mencakup empat tahap yaitu menghimpun sumber-sumber sejarah yang sesuai 8 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,

  

commit to user dengan permasalahan (heuristik), kritik sumber, interpretasi dengan penjelasan

  9

  sebagai berikut: 1.

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MULTIMEDIA BERBASIS KOMPUTER SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK MATERI ASMAUL HUSNA DI MTs YASPI LABUHAN DELI TA. 2016/2017 - Repository UIN Sumatera Utara

0 3 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DI PESANTREN AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DI PESANTREN AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN - Repository UIN Sumatera U

0 0 19

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DI PESANTREN AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DI PESANTREN AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 22

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Temuan Umum 1. Sejarah Berdiri Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DI PESANTREN AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KOMPETENSI

0 5 157

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DI PESANTREN AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DI PESANTREN AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 10

BAB 14 SEJARAH DAN PERJUANGAN NABI MUHAMMAD SAW DI MAKKAH - 14 sejarah Nabi Muhammad 2

0 2 6

BAB 9 DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI MADINAH - 09. Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah

3 8 7

BAB 7 MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA - 07 Islam di nusantara

1 7 12

SK KALENDER PENDIDIKAN KANWIL PROV JABAR TAHUN PELAJARAN 2018/2019

0 0 10

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) DALAM JABATAN TAHUN 2018

2 25 24