PENGARUH LAMA PERENDAMAN Na2S2O5 DAN FERMENTASI RAGI TAPE TERHADAP SIFAT FISIK KIMIA TEPUNG JAGUNG Effect of Soaking Time of Na2S2O5 and Yeast Fermentation on Physicochemical Properties of Corn Flour

  PENGARUH LAMA PERENDAMAN Na

  2 S

  2 O

  5 DAN FERMENTASI RAGI TAPE

TERHADAP SIFAT FISIK KIMIA TEPUNG JAGUNG

  

Effect of Soaking Time of Na S O and Yeast Fermentation on Physicochemical

  2

  2

5 Properties of Corn Flour

  1*

  1 Mukhamad Ryan Akbar , Yunianta

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email: mukhamadryan@hotmail.com

  

ABSTRAK

  Impor terigu di Indonesia mencapai 5 juta ton pertahun. Untuk mengurangi impor terigu diperlukan eksplorasi sumber bahan selain gandum. Salah satunya adalah pengembangan tepung berbahan baku lokal yaitu tepung jagung. Pemanfaatan tepung jagung masih sangat terbatas karena kualitasnya tidak sebaik terigu. Dengan demikian, dilakukan studi pembuatan tepung jagung dengan perlakuan perendaman menggunakan larutan Na

2 S

  2 O 5 dan dikombinasikan dengan fermentasi ragi tape. Penelitian dirancang

  menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor yaitu lama waktu perendaman Na

2 S

  2 O 5 yang terdiri atas 3 level (12, 24, 36 jam) dan

  lama waktu fermentasi yang terdiri atas 3 level (12, 24, 36 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik diperoleh dari lama perendaman Na S O 36 jam

  2

  2

  5

  dan lama fermentasi 12 jam dengan kadar air 7.11%; kadar pati 72.17%; kadar protein 9.81%; kadar amilosa 24.03%; rendemen 78.29%; kecerahan (L*) 57.38; daya serap uap air 6.02%; swelling power 8.69 g/g; dan viskositas 92.71 d.Pas.

  Kata Kunci: Fermentasi, Modifikasi pati, Natrium metabisulfit, Tepung jagung

  

ABSTRACT

Indonesia imports 5 millions tons of wheat flour per year. Corn flour could be use as

an alternative of wheat flour but rarely used in food industries due to poor-limited properties

functionality and characteristic. This study combined Na S O sulfitation and fermentation as

  2

  2

  5

a processing method to gain corn flour. The research was carried out using Randomized

Completely Block Design with 2 factors. Na

2 S

  2 O 5 soaking time which is made up of three

levels (12, 24, 36 hours) and and fermentation time which is made up of three levels (12, 24,

36 hours). Result showed that the best treatment was obtained from 36 hours of Na

  2 S

  2 O

  5

soaking time and treated with 12 hours of fermentation. Characteristics of the best treatment

was 7.11% water content; 72.17% starch content; 9.81% protein content; 24.03% amylose

content; 78.29% of yield; 57.38 of lightness; 6.02% water absorption; 8.69 g/g of swelling

power; and 92.71 d.Pas of viscosity.

  Keywords: Corn flour, Fermentation, Modified starch, Natrium metabisulfite

PENDAHULUAN

  Dalam perekonomian nasional, jagung adalah penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Bahkan pada tahun 2003 jagung menyumbang Rp 18.2 triliun terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini menunjukkan besarnya peranan jagung dalam subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya [1]. Dalam upaya mendukung program ketahanan pangan maka teknologi tepung-tepungan merupakan solusi yang tepat. Program tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi sumber bahan baru (selain gandum) yang digunakan sebagai bahan baku rerotian, mi dan aneka produk pangan lainnya. Sejak ditiadakannya subsidi terigu oleh pemerintah, harga terigu terus melonjak sedangkan kebutuhan konsumsi terigu terus meningkat. Bahkan di tahun 2010 kebutuhan terigu nasional mencapai 5.5 juta ton [1]. Untuk itu, perlu dikembangkan upaya diversifikasi dengan tepung berbahan lokal, salah satunya adalah pengembangan tepung jagung.

  Permasalahan pada tepung jagung adalah kualitas tepung jagung masih rendah dibandingkan terigu yang berdampak sangat minimnya atau bahkan tidak ada industri pengembang tepung jagung skala besar di Indonesia. Pada perkembangan penelitian akhir- akhir ini telah ditemukan bahwa perendaman larutan natrium metabisulfit (sulfitasi) pada tepung jagung dapat memperbaiki rendemen, kecerahan tepung jagung serta meningkatkan volume pengembangan [2].

  Penelitian lain menemukan bahwa pembuatan tepung jagung dengan cara fermentasi ragi berdasarkan pengamatan komposisi kimia, bahkan sifat fungsional tepung dan kualitas roti dalam aplikasinya lebih baik dibandingkan tepung jagung biasa. Penambahan enzim pada tepung-tepungan dapat memperbaiki kualitas tepung. Penambahan enzim amilase, bakteri asam laktat pada tepung akan meningkatkan pengembangan roti [3].

  Modifikasi tepung jagung secara enzimatik menunjukkan perubahan sifat fisiko-kimia dan fungsional, kadar amilosa, derajat polimerisasi mengalami penurunan sedangkan dekstrosa equivalen mengalami kenaikan. Tekstur tepung termodifikasi lebih halus dibanding tepung aslinya [4]. Sulfitasi dan fermentasi berpotensi untuk dikombinasikan dalam proses pengolahan tepung jagung yaitu dengan cara dilakukan fermentasi pada tepung jagung yang tersulfitasi. Dengan demikian perlu dilakukan studi pengembangan tepung jagung yang diproses dengan perlakuan perendaman larutan natrium metabisulfit dan kemudian fermentasi ragi untuk diketahui karakteristik sifat fisik kimia dari tepung jagung tersebut dan sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas tepung jagung.

  Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh lama waktu perendaman larutan natrium metabisulfit (Na

  2 S

  2 O 5 ) dan lama waktu fermentasi untuk memperoleh karakteristik sifat fisik dan kimia tepung jagung yang baik.

  

BAHAN DAN METODE

Alat

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain meliputi : Loyang, blender (Cosmos), plastik klip, gelas plastik, kertas label, cutter, sendok, cabinet dryer, erlenmeyer, labu ukur, beaker glass, petridish, spatula, jurigen, timbangan (Denver Instrument M-310), kertas saring, desikator (Scott Durant), oven (WTC Binder), labu Kjeldahl, spektrofotometer (LaboMed Inc. SPECTRO 20D PLUS), color reader (Minolta), stoples, viscometer (ELECTROMETER 2300), microtube, waterbath (Memmert W350), sentrifuse (JOUAN SA CENTRIFUGE A 14).

  Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain meliputi : Jagung hibrida pipilan yang diperoleh dari Singosari; ragi tape merk NKL yang dibeli dari Pasar Besar Malang, natrium metabisulfit (Na

  2 S

  2 O

5 ), akuades, K

  2 S

  2 O 4 , HgO, H

  2 SO 4 , K

  2 S, NaOH, HCl,

  indikator metil merah, iodin, CH COOH, etanol yang diperoleh dari toko kimia Makmur Sejati

  3 Malang.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan yaitu lama waktu perendaman Na

2 S

  2 O 5 (M) yang terdiri atas 3 level dan faktor kedua yaitu lama waktu fermentasi ragi tape (F) yang terdiri atas 3 level. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Faktor I (M) : Lama perendaman Na S O

  2

  2

  5 M1 : 12 jam

  M2 : 24 jam M3 : 36 jam

  Faktor II (F) : Lama waktu fermentasi M1 : 12 jam M2 : 24 jam M3 : 36 jam

  Pelaksanaan Penelitian

  1. Pembuatan Tepung Jagung

  Biji jagung pipilan disortasi dari kotoran-kotoran dan biji jagung pipilan yang rusak kemudian ditimbang. Setelah itu biji jagung direndam menggunakan larutan natrium metabisulfit (Na

  2 S

  2 O 5 ) 100 ppm selama 12, 24, 36 jam (biji jagung : larutan = 1:2) dalam

  wadah tertutup (plastik). Biji yang sudah direndam dicuci menggunakan air bersih dan kulit

  o

  dibuang. Kemudian dikeringkan menggunakan cabinet dryer (suhu 58

  C) selama 8 jam. Biji yang telah kering tersebut kemudian digiling menggunakan blender. Tepung hasil penggilingan ditimbang kemudian dimasukkan dalam gelas plastik dan ditambahkan ragi tape 1% dari total berat tepung. Gelas ditutup dan kemudian difermentasi pada suhu ruang selama 12, 24, 36 jam. Tepung hasil sfermentasi tersebut kemudian dikeringkan

  o

  menggunakan cabinet dryer (suhu 58

  C) selama 8 jam. Setelah kering, tepung digiling menggunakan blender dan kemudian diayak menggunakan ayakan 80 mesh.

  2. Analisis Sifat Fisik Kimia Tepung Jagung

  Tepung jagung yang dihasilkan dianalisis sifat fisik dan kimianya yaitu meliputi analisis kadar air [5], kadar protein [5]; kadar pati [6], kadar amilosa [6], warna [7], rendemen [7], daya serap uap air [7], daya mengembang [8], dan viskositas [9].

  3. Analisis Statistik

  Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan selang kepercayaan 5%. Penentuan perlakuan terbaik menggunakan metode Multiple Attribute Zeleny.

  

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Kadar Air Tepung Jagung

  Rerata kadar air tepung jagung akibat pengaruh perlakuan perendaman Na S O dan

  2

  2

  5 fermentasi ragi tape berkisar antara 6.65-7.50%.

  Gambar 1. Grafik Rerata Kadar Air Tepung Jagung Akibat Pengaruh Lama Perendaman Na

  2 S

  2 O 5 dan Lama Fermentasi Ragi Tape

  Dari gambar 1 menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kadar air dengan semakin lama waktu perendaman Na

  2 S

  2 O 5 . Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu perendaman maka molekul-molekul air yang terdapat pada jaringan, membran ataupun kapiler pada tanaman akan mudah keluar karena dinding jaringan akan mengalami perenggangan atau pengembangan sehingga kekuatan ikatan molekul air menurun [10].

  Rerata kadar air semakin menurun dengan semakin lama waktu fermentasi. Penurunan kadar air disebabkan karena penguapan air terikat, sebelum fermentasi sebagian molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom oksigen, nitrogen, karbohidrat, protein, garam-garam dan senyawa-senyawa organik lainnya sehingga sukar diuapkan [11] dan selama proses fermentasi berlangsung enzim- enzim mikroba memecahkan karbohidrat dan senyawa-senyawa tersebut, sehingga air yang terikat berubah menjadi air bebas.

2. Kadar Pati Tepung Jagung

  Rerata kadar pati tepung jagung akibat pengaruh perlakuan perendaman Na

  2 S

  2 O

  5

  dan fermentasi ragi tape berkisar antara 67.19-72.17% Gambar 2. Grafik Rerata Kadar Pati Tepung jagung Akibat Pengaruh Lama Perendaman

  Na

2 S

  2 O 5 dan Lama Fermentasi Ragi Tape

  Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman Na S O semakin

  2

  2

  5

  tinggi kadar pati. Hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan pH dalam larutan sehingga mempengaruhi pati. Akan terbentuk ikatan-ikatan (jembatan) baru antara molekul-molekul penyusun didalam pati itu sendiri (inter-moleculer linkage) atau di antara molekul pati yang satu dengan molekul pati yang lain (intra-moluculer linkage). Dengan demikian, berat molekul pati akan meningkat banyak sekali [12]. Selama proses alkalisasi akan terjadi

  

crosslinking pada pati [13]. Akibatnya dinding granula pati menjadi lebih stabil sehingga

  granula pati akan lebih kuat dan lebih keras. Dengan demikian pati akan lebih sulit terlarut dalam air.

  Terjadi penurunan kadar pati dengan semakin lama waktu fermentasi. Hal ini dikarenakan semakin lama fermentasi berlangsung, maka waktu yang digunakan mikroba dari ragi tape (khususnya Aspergillus, S. cerevisae) untuk memecah pati menjadi gula gula sederhana akan semakin lama pula, sehingga pati yang terpecah akan semakin banyak dan memperoleh energi untuk pertumbuhan dan aktivitasnya [14]. Semakin lama fermentasi maka semakin banyak pati yang diubah menjadi gula sederhana sehingga kadar pati dalam bahan akan mengalami penurunan.

3. Kadar Protein Tepung Jagung

  Rerata kadar protein tepung jagung akibat pengaruh perlakuan perendaman Na S O dan fermentasi ragi tape berkisar antara 7.41-9.81%

  2

  2

  5 Gambar 3. Grafik Rerata Kadar Protein Tepung jagung Akibat Pengaruh Lama Perendaman Na S O dan Lama Fermentasi Ragi Tape

  2

  2

  5 Gambar 3 memperlihatkan bahwa kadar protein cenderung mengalami peningkatan

  dengan semakin lamanya waktu perendaman Na S O . Fungsi utama dari sulfit adalah

  2

  2

  5

  sebagai pemutus ikatan disulfida pada protein sehingga matriks protein yang menyelimuti pati akan lepas yang mengakibatkan jumlah protein bebas yang terukur akan semakin besar. Pada saat perendaman larutan natrium metabisulfit terjadi kontak langsung antara protein dengan sulfit yang menyebabkan terjadinya disintegrasi protein sehingga protein bebas menjadi lepas [15].

  Terjadi penurunan kadar protein dengan semakin lamanya waktu fermentasi. Hal ini dikarenan adanya hidrolisa protein menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh mikroba yang ada dalam starter ragi tape khususnya Rhizopus sp. yang mampu menghasilkan protease [16]. Sehingga semakin lama waktu fermentasi maka semakin tinggi aktivitas enzim proteolitik atau protease dalam memecah molekul-molekul protein dengan cara menghidrolisa ikatan peptida menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti pepton, polipeptida dan sejumlah asam-asam amino. Pecahnya protein menjadi senyawa- senyawa yang lebih sederhana memungkinkan senyawa-senyawa tersebut untuk semakin terdegradasi baik larut air maupun karena menguap [17].

4. Kadar Amilosa Tepung Jagung

  Rerata kadar amilosa tepung jagung akibat pengaruh perlakuan perendaman Na

  2 S

  2 O 5 dan fermentasi ragi tape berkisar antara 24.03-26.66%.

  Gambar 4. Grafik Rerata Kadar Amilosa Tepung jagung Akibat Pengaruh Lama Perendaman Na

2 S

  2 O 5 dan Lama Fermentasi Ragi Tape

  Gambar 4 menunjukkan kadar amilosa mengalami penurunan yang tidak signifikan seiring meningkatnya lama waktu perendaman Na

  2 S

  2 O 5 . Selama proses alkalisasi akan

  terjadi crosslinking pada pati [9]. Akibatnya dinding granula pati menjadi lebih stabil sehingga granula pati akan lebih kuat. Dengan semakin kuatnya struktur jaringan pati, maka amilosa yang merupakan komponen penyusun pati akan semakin sulit terdegradasi.

  Terjadi peningkatan kadar amilosa seiring dengan meningkatnya lama waktu fermentasi. Hal ini disebabkan karena pada proses fermentasi terjadi proses perombakan pati oleh mikroba menjadi gula yang lebih sederhana Enzim pullulanase dan glukoamilase yang dihasilkan oleh mikroba seperti Bacillus sp. yang menghasilkan pullulanase, EC

  

3.2.1.41 [18] dan Endomycopsis fibuligera yang menghasilkan glukoamilase EC 3.2.1.3 [19]

  selama proses fermentasi menghidrolisis ikatan α-1,6 glikosida yang ada pada rantai cabang amilopektin menjadi amilosa sehingga kadar amilopektin pada pati mengalami penurunan dan kadar amilosa meningkat. Dimungkinkan jumlah mikroba starter penghasil pullulanase berbeda dengan mikroba penghasil amilase maupun glukoamilase sehingga aktivitas enzimnya pun berbeda dan menyebabkan jumlah amilopektin yang dipecah menjadi amilosa lebih besar daripada amilosa yang dipecah menjadi gula sederhana sehingga kadar amilosa tepung cenderung meningkat. Peningkatan jumlah amilosa dikarenakan akibat putusnya rantai cabang amilopektin pada ikatan α-1,6 dan secara otomatis jumlah rantai cabang amilopektin menurun dan meningkatnya jumlah rantai lurus amilosa sebagai hasil pemutusan ikatan cabang [20].

5. Rendemen Tepung Jagung

  Rerata rendemen tepung jagung akibat pengaruh perlakuan perendaman Na

  2 S

  2 O

  5

  dan fermentasi ragi tape berkisar antara 71.29-78.29% Gambar 5. Grafik Rerata Rendemen Tepung jagung Akibat Pengaruh Lama Perendaman

  Na S O dan Lama Fermentasi Ragi Tape

  2

  2

5 Dari gambar 5 terlihat rendemen mengalami peningkatan dengan meningkatnya

  waktu perendaman Na S O . Ikatan disulfida yang awalnya merupakan ikatan S-S dengan

  2

  2

  5

  penambahan sulfit yang bertindak sebagai pereduksi dimana dengan penambahan atom hidrogen akan membentuk gugus tiol SH, sehingga pati menjadi tidak berikatan dengan protein [15]. Natrium metabisulfit yang bereaksi dengan air akan membentuk sulfit yang dapat mendispersikan protein yang menyelimuti pati sehingga teksturnya menjadi lunak. Tekstur yang lunak dapat memudahkan proses penggilingan dan pengayakan sehingga hasil yang didapat dari hasil penggilingan lebih banyak yang membuat rendemen dari

  Terjadi penurunan rendemen dengan semakin lamanya waktu fermentasi. Hal ini disebabkan karena pada proses fermentasi terjadi proses pemecahan pati oleh aktivitas enzim dari mikroba menjadi gula yang lebih sederhana. Pecahnya pati menjadi gula-gula yang lebih sederhana meningkatkan kemungkinan jumlah komponen yang semakin mudah larut air menjadi semakin besar. Semakin lama proses fermentasi maka semakin banyak pati yang akan dipecah oleh mikroba dan komponen yang mudah larut air menjadi semakin besar sehingga dapat menurunkan berat akhir produk. Penurunan rendemen disebabkan karena selama fermentasi pati mengalami pemecahan oleh aktivitas enzim dari mikroba menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga lebih mudah larut dalam air [21].

6. Warna (Tingkat Kecerahan L*)

  Rerata tingkat kecerahan (L) tepung jagung akibat pengaruh perlakuan perendaman Na S O dan fermentasi ragi tape berkisar antara 52.73-57.43.

  2

  2

  5 Gambar 6. Grafik Rerata Tingkat Kecerahan (L*) Tepung jagung Akibat Pengaruh Lama

  Perendaman Na S O dan Lama Fermentasi Ragi Tape

  2

  2

  5 Gambar 6 menunjukkan adanya kecenderungan penurunan tingkat kecerahan

  dengan semakin besarnya lama waktu perendaman natrium metabisulfit. Akan tetapi tingkat kecerahan berbeda sangat tidak signifikan antara perendaman 12 jam dan 24 jam. Hal ini menunjukkan terjadinya proses penghambatan terhadap perubahan tingkat kecerahan. Pada saat perendaman natrium metabisulfit beraksi dengan air membentuk sulfit yang dapat memecah ikatan disulfida pada protein sehingga tidak dapat digunakan oleh enzim untuk membentuk warna kecoklatan enzimatis. Sulfit mempunyai kemampuan untuk mencegah pencoklatan enzimatis yang disebabkan oleh kemampuan sulfit dalam mendenaturasi sistem protein pada enzim fenolase. Selain itu sulfit mampu mereduksi ikatan disulfida (S-S) pada protein enzim ini. Sehingga dengan terjadinya reduksi pada ikatan disulfida ini, maka enzim tidak akan aktif lagi [10].

  Terjadi penurunan tingkat kecerahan seiring dengan semakin lamanya waktu fermentasi. Hal ini diduga karena dengan semakin lama proses fermentasi maka semakin banyak protein yang akan terurai menjadi asam-asam amino bebas dimana asam amino merupakan salah satu pemicu terjadinya reaksi maillard sehingga dengan semakin lama fermentasi maka akan berpengaruh terhadap warna bahan. Gugus amino bila berikatan dengan gula pereduksi akan terbentuk warna gelap, semakin lama waktu fermentasi maka kesempatan kontak antara gugus amino dan gula pereduksi akan semakin panjang dan dengan adanya panas maka kemungkinan terjadinya reaksi maillard akan semakin besar sehingga kemungkinan besar warna yang terbentuk akan semakin gelap. Terjadinya reaksi mailard, yaitu bertemunya gula pereduksi dengan gugus amino pada kandungan gula dalam bahan (dalam hal ini tepung jagung) berhubungan dengan tingkat kecerahan pada bahan tersebut [22].

7. Daya Serap Uap Air

  Rerata daya serap uap air tepung jagung akibat pengaruh perlakuan perendaman Gambar 7. Grafik Rerata Daya Serap Uap Air Tepung jagung Akibat Pengaruh Lama Perendaman Na S O dan Lama Fermentasi Ragi Tape

  2

  2

  5 Gambar 7 menunjukkan adanya penurunan daya serap uap air dengan semakin

  besarnya lama waktu perendaman larutan natrium metabisulfit. Penurunan daya serap air diduga akibat semakin lama waktu perendaman dalam natrium metabisulfit maka semakin

  • banyak kemungkinan ion Na yang berikatan dengan molekul pati, di mana ion - ion tersebut akan membentuk ikatan silang yang berfungsi untuk memperkuat integritas granula pati sehingga pati tidak mudah larut dalam air [23], sehingga hal ini diduga akan menghambat absorbsi air ke dalam pati jagung.

  Semakin lama waktu fermentasi menyebabkan rerata daya serap uap air semakin meningkat. Fermentasi menyebabkan granula pati menjadi pecah sehingga ketika dikeringkan tepung bersifat porous dan mudah menyerap air. Struktur pati yang porous setelah pengeringan memudahkan air untuk meresap kedalam bahan pada waktu rehidrasi. Sehingga semakin lama ferementasi maka akan semakin meningkatkan porousitas tepung [24]. Selain itu daya serap uap air juga dipengaruhi oleh kadar amilosa. Semakin lama fermentasi pada tepung jagung maka kadar amilosa akan semakin meningkat seiring dengan menurunnya kadar amilopektin yang dipecah menjadi amilosa. Kadar amilosa yang tinggi akan meningkatkan absorbsi air. Kapasitas absorbsi air tergantung pada jenis pati. Pati umbi-umbian memiliki kapasitas absorbsi air yang lebih baik dibanding pati dari biji- bijian karena pati umbi-umbian memiliki kadar amilosa yang lebih besar [25].

8. Daya Mengembang (Swelling Power)

  Rerata daya mengembang tepung jagung akibat pengaruh perlakuan perendaman Na S O dan fermentasi ragi tape berkisar antara 8.69-9.16 g/g.

  2

  2

  5 Gambar 8. Grafik Rerata Swelling Power Tepung jagung Akibat Pengaruh Lama

  Perendaman Na S O dan Lama Fermentasi Ragi Tape

  2

  2

  5 Gambar 8 menunjukkan bahwa daya mengembang mengalami penurunan dengan

  semakin lama waktu perendaman natrium metabisulfit. Pembengkakan granula pati terjadi ketika suspensi pati dalam air dipanaskan, maka energi kinetik molekul - molekul air menjadi lebih kuat daripada daya tarik menarik antar molekul pati di dalam granula, sehingga air dapat masuk ke dalam butir - butir pati. Dengan adanya ikatan silang maka terbentuk ikatan intermolekul yang dapat memperkuat granula sehingga akan menurunkan pengembangan [26]. Modifikasi pengikatan silang juga dapat memperkuat granula dengan cara memperkuat ikatan hidrogen yang bertanggung jawab mempertahankan keutuhan granula dan dapat digunakan untuk mengatasi sensitifitas granula pati yang membengkak akibat kondisi pengolahan [27]. Ikatan silang dapat menghambat pembengkakan granula karena mengikat granula pati pada lokasi acak. Semakin lama perendaman natrium bisulfit maka memungkinkan semakin banyak ikatan silang yang terbentuk sehingga pembengkakan granula akibat pemanasan dapat semakin dihambat.

  Daya mengembang mengalami peningkataan dengan semakin besar lama waktu fermentasi. Kekuatan pembengkakan pada tepung menggambarkan kemampuan pati berinteraksi dengan molekul air [24]. Pemanasan pada pati dengan adanya air bisa menyebabkan granula pati secara cepat mengembang dan ikatan intermolekuler hidrogen terlepas dan air akan berikatan dengan molekul pati [28]. Penurunan kekuatan pembengkakan bisa disebabkan oleh perubahan bentuk dari amorphous amilosa kedalam bentuk helix, bentuk ini akan meningkatkan interaksi antara rantai amilosa amorphous dan membuat sebuah perubahan didalam interaksi antara pembentukan kristal dan matriks amorp [24]. Selain itu adanya aktivitas perombakan pati jagung oleh enzim-enzim yang dihasilkan mikroba menyebabkan granula pati menjadi porous yang mudah menyerap air dan pada saat pati dipanaskan akan mudah mengembang.

9. Viskositas

  Rerata viskositas tepung jagung akibat pengaruh perlakuan perendaman Na S O

  2

  2

  5

  dan fermentasi ragi tape berkisar antara 92.33 – 93.76 d.Pas.

  Gambar 9. Grafik Rerata Viskositas Tepung jagung Akibat Pengaruh Lama Perendaman Na S O dan Lama Fermentasi Ragi Tape

  2

  2

  5 Gambar 9 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan viskositas dengan

  semakin meningkatnya lama perendaman larutan natrium metabisulfit. adanya peningkatan viskositas disebabkan karena semakin lama perendaman natrium metabisulfit

  bahan akan semakin banyak. Ion Na akan terserap dalam jaringan dan akan memperkuat dinding sel. Hal tersebut membuat daya gesek antar partikel menjadi semakin kuat sehingga diduga mempengaruhi viskositas bahan tersebut. Selama proses alkalisasi akan terjadi

  

crosslinking pada pati [13]. Akibatnya dinding granula pati menjadi lebih stabil sehingga

granula pati akan lebih kuat.

  Viskositas mengalami peningkatan dengan semakin besar lama waktu fermentasi. Peningkatan viskositas ini diduga dikarenakan selama fermentasi terjadi peningkatan amilosa dari hidrolisis pati, peningkatan amilosa diduga dapat menyebabkan peningkatan viskositas pada produk tepung jagung. Amilosa memiliki efek yang kuat terhadap gelatinisasi pati. Pemecahan pati menjadi senyawa-senyawa sederhana oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba selama fermentasi dapat memodifikasi granula pati yang halus menjadi berlubang-lubang [20]. Lubang-lubang itu memperkuat ikatan antarbutiran sehingga adonan tidak gampang putus dan bersifat lengket.

9. Pemilihan Perlakuan Terbaik

  Pemilihan perlakuan terbaik pengaruh lama waktu perendaman natrium metabisulfit dan lama fermentasi ragi tape dihitung dengan menggunakan metode Multiple Attribute [29]. Parameter fisik dan kimia yang digunakan meliputi kadar air, kadar pati, kadar protein, kadar amilosa, rendemen, kecerahan, daya serap uap air, swelling power, viskositas dengan asumsi semua parameter dianggap penting atau bobot semua parameter sama. Dari hasil pengujian diperoleh perlakuan terbaik adalah perendaman natrium bisulfit 36 jam dan fermentasi 12 jam.

  Tabel 1. Karakteristik Kimia dan Fisik Tepung jagung Berdasarkan Pemilihan Perlakuan Terbaik

  Perlakuan Tepung Jagung Parameter (Literatur) Terbaik Biasa

  [30]

  Kadar Air 7.11% 9.70%

  [30]

  Kadar Pati 72.17% 71.3%

  [30]

  Kadar Protein 9.81% 8.40%

  [20]

  Kadar Amilosa 24.03% 20.45%

  [20]

  Rendemen 78.29% 59.63% Warna

  [20]

  Kecerahan (L*)

  57.38

  69.62

  • Daya Serap Uap Air 6.02% -
  • Swelling Power 8.69 g/g
  • Viskositas 92.71 d.Pas Dari tabel 1 dapat terlihat bahwa tepung perlakuan terbaik bila dibandingkan dengan tepung jagung biasa memiliki beberapa kelebihan antara lain kadar air lebih rendah, kadar pati lebih tinggi, kadar amilosa lebih tinggi, rendemen yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perendaman natrium metabisulfit dan fermentasi ragi tape mempengaruhi sifat fisik dan kimia dari tepung jagung.

  

SIMPULAN

  Lama waktu perendaman natrium metabisulfit dan lama waktu fermentasi ragi tape berpengaruh nyata (=0.05) terhadap parameter fisik dan kimia tepung jagung yang dihasilkan yaitu kadar air, kadar pati, kadar protein, kadar amilosa, rendemen, kecerahan, daya serap uap air, rendemen, swelling power, dan viskositas.

  Perlakuan terbaik diperoleh dari kombinasi perlakuan lama perendaman natrium metabisulfit 36 jam dan lama fermentasi ragi tape 12 jam, yang memiliki nilai kadar air 7.11%; kadar pati 72.17%; kadar protein, 9.81%; kadar amilosa 24.03%; rendemen 78.29%; d.Pas.

  Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang sifat amilograf, daya cerna, dan umur simpan tepung jagung dalam penelitian ini untuk mengetahui kesesuaiaannya jika diaplikasikan dalam produk pangan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

  1) BPTS (Balai Penelitian Tanaman Serealia). 2011. Hightlight Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

  2) Johan, A.P. 2010. Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Tepung Jagung (Zea Mays L.) Hibrida dan Aplikasinya Pada Kue Muffin (Kajian Konsentrasi Larutan Na

  Structure of Maize Starch. Carbohydrate Polymer. 55, 411-418 14) Fatimah, Febrina L.G., dan R.G. Lina. 2013. Kinetika Reaksi Fermentasi Alkohol Dari

  dan Lama Perendaman. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang 24) Zubaidah E. dan N. Irawati. 2011. Pengaruh Penambahan Kultur (Aspergillus niger, L. plantarum) dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik MOCAF. FTP-UB. Malang

  2

  Perlakuan Alkali (Lime Treatment) Kajian Konsentrasi Larutan Ca(OH)

  Sons Inc. New York 23) Kamid. 2005. Karakterisasi Pati Sagu (Metroxylon Sagu Rott) Hasil Modifikasi Dengan

  Malang. 22) Hui, Y.H. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Vol 1. John Wiley and

  Selama Fermentasi. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang 21) Oktavian, P. 2010. Perubahan Karakteristik Fisiko Kimia Mocal (Modified cassava flour) selama Fermentasi (Kajian Lama Proses Fermentasi). Skripsi. Universitas Brawijaya.

  19) Ueda, S. and B.C. Saha. 1983. Behaviour of Endomycopsis fibuligera glucoamylase towards raw starch. Enzyme and Microbial Technology 5:3, 196-198 20) Ayuarta, R. 2010. Perubahan Karakteristik Fisikokimia Tepung Jagung putih (Zea mays)

  Biotechnol. 44, 275-282

  Microbiology. 12, 39-47 17) Reddy, N. R. and M. D. Pierson. 1994. Reduction in antinutritional and toxic components in plant foods by fermentation. Food Research International. 27, 281 18) Nair, S.U., Singhal, R.S., and M.Y. Kamat. 2006. Enhanced production of thermostable pullulanase type 1 using Bacillus cereus FDTA 13 and its mutant. Food Technol.

  Corn Wet-Mill Steeping : A Study of Hybrid Effect. Cereal Chemistry. 79:2, 257-260 16) Bauman, U. and B. Bisping. 1995. Proteolysis during tempe fermentation. Food

  Buah Salak. Departemen Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara 15) Dailey, O.D., Jr. 2002. Effect of Lactic Acid on Protein Solubilization and Starch Yield in

  Jakarta. 13) Mondragon, M. .2004. Effect of Nixtamalization on The Modification of The Crystalline

  2 S

  10) Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 11) Meyer, L.H. 1996. Food Chemistry. Connecticud the AVI Publishing Company. 12) Tjokroadikoesoemo, P.S. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT. Gramedia.

  9) Cottrell, I. W., and Kovacs, P. 1980. Alginates. In Handbook of Water-Soluble Gums and Resins, Davidsen, R. L. (Ed.), 2-1, 2-43. McGraw-Hill, New York

  Surabaya 8) Fu, B.X., Kovacs M.I.P., and C. Wang, 1998. A simple wheat flour swelling test. Cereal Chern. 75:4, 566-567.

  6) Sudarmadji, S. B., Suharyono dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 7) Susanto T. dan S. Yuwono. 1998. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. PT. Bina Ilmu.

  th Ed. The Association of Official Analythical Chemists. Washington DC.

  Chemists 13

  Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 386-409. 5) AOAC. 1970. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analythical

  Commons. AUT University. New Zealand 4) Richana, N. dan Suarni. 2007. Teknologi Pengolahan Jagung. In Sumarno et al. Jagung:

  Universitas Brawijaya. Malang. 3) Rakkar P.S. 2007. Development of a gluten-free commercial bread. Thesis Scholarly

  5 ). Skripsi.

  2 O

  25) Widowati, S. Waha M.G. dan B.A.S. Santosa. 1997. Ekstraksi adan Karakterisasi Sifat Fisikokimia dan Fungsional Pati beberapa Varietas Talas (Colacosia esculenta (L.) Schott). Dalam Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan. Buku I. Multi Pangan Selina. Jakarta

  26) Thian, S.J., Richard J.E., and J.M.V. Blanshard. 1991. Phsycochemical Properties Of Sweet Potato Starch. Food Science 57, 459-491

  27) Wurzburg, O.B., Fergasson, and L. Virgil. 2006. Starch Thickener Characterized by Improved Low-Temperature Stability. http://xrint.com/patent/ us/4428972. Tanggal akses

  29 Desember 2012 28) Rooney, L. W. and R.L. Pflugfelder. 1986. Factors affecting starch digestibility with special emphasis on sorghum and corn. Journal of Animal Science 63, 1607.

  29) Zeleny, C. 1982. Multiple Criteria Decision Making. Mc.Graw-Hill Book Company : New York

  30) Aini, N. 2009. Pengaruh Fermentasi Spontan Serealia Perendaman Grits Jagung Varietas Lokal (Zea mays L.) Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Fungsional Tepung Yang Dihasilkan. Desertasi. IPB. Bogor

Dokumen yang terkait

PEMBUATAN SARI APEL (Malus sylvestris Mill) DENGAN EKSTRAKSI METODE OSMOSIS (KAJIAN VARIETAS APEL DAN LAMA OSMOSIS) The Influence of Apple Varieties and Osmosis Time on the Production of Osmosis Assisted Apple Cider

0 0 11

PENGARUH LAMA PENGGILINGAN DENGAN METODE BALL MILL TERHADAP RENDEMEN DAN KEMAMPUAN HIDRASI TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) The Effect of Grinding Duration Using Ball Mill on the Yield and Hydration Capability of Konjac Flour (Amorphophallus

0 0 7

PEMANFAATAN BAHAN LOKAL DALAM PEMBUATAN FOODBARS (KAJIAN RASIO TAPIOKA : TEPUNG KACANG HIJAU DAN PROPORSI CMC) The Use Local Material In The Production Foodbars (Study of Tapioca : Green Bean Flour Ratio and CMC Proportion)

0 0 12

PEMBUATAN ES KRIM TEMPE - JAHE (KAJIAN PROPORSI BAHAN DAN PENSTABIL TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK) The Making of Ice Cream from Tempe and Ginger (Study of Raw Materials Proportion and Stabilizers Proportions on the Physical, Chemical and Or

0 0 13

PENGARUH UMUR FERMENTASI TEMPE DAN PROPORSI DEKSTRIN TERHADAP KUALITAS SUSU TEMPE BUBUK Influence of Fermentation Time and Proportion of Dextrin to the Quality of Milk Tempeh Powder

0 1 7

PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK MAWAR MERAH (Rosa damascene Mill) DENGAN JENIS BAHAN PENGISI BERBEDA PADA COOKIES The Effect of Red Rose (Rosa damascene Mill) Powder Addition with different Fillers on Cookies

0 0 8

PENGARUH MARGARIN APEL MANALAGI TERSUPLEMENTASI MINYAK KACANG TANAH TERHADAP KADAR KOLESTEROL TIKUS Sprague dawley JANTAN The Influence of Apple Manalagi Margarine Which is Supplemented by Peanut Oil to The Cholesterol of Male Sprague Drawley Mice

0 0 9

TOKSISITAS SUBAKUT TEPUNG GLUKOMANAN (A. muelleri Blume) TERHADAP SGOT DAN NATRIUM TIKUS WISTAR SECARA IN VIVO Subacute Toxicity Testing of Glucomannan (A. muelleri Blume) Toward SGOT and Sodium of Wistar Rats by In Vivo

0 0 6

PENGARUH SUHU BLANSING DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP SIFAT FISIK KIMIA TEPUNG KIMPUL (Xanthosoma Sagittifolium) Influence of Blanching Temperature and Immersion Length on Psychochemical Characteristic of Taro Flour (Xanthosoma sagittifolium)

0 0 11

PENGARUH PEMBERIAN LIANG TEH BERBASIS CINCAU HITAM (Mesona palustris BL) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TIKUS WISTAR The Influence Treatment Of Black Grass (Mesona Palustris BL) Based Liang Tea On Cholesterol Rate Of Wistar Rats

0 0 7